You are on page 1of 29

MODUL KETERAMPILAN KLINIK

BLOK FAMILY MEDICINE

EDITOR :

Adi Muradi Muhar


Bambang Prayugo
Cut Adeya Adella
Deny Rifsal Siregar
Dwi Rita Anggraini
Hiro H Danial Nst
Iman Helmi Efendy
M Ichwanul Adenin
M. Pahala Harahap
Oke Rina Rahmayani
Juliandi Harahap
Sri Amelia
Sri Sofyani
Yudha Sudewo

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

0
MODUL KETERAMPILAN KLINIK BLOK FAMILY MEDICINE

I. PENDAHULUAN

Sesuai dengan pemetaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi FK USU, kegiatan Clinical
Sklills Lab untuk mahasiswa semester VII dilaksanakan pada blok Family Medicine. Mahasiswa
semester VII akan diajarkan 4 jenis ketrampilan klinis pada blok Family Medicine.

Salah satu keterampilan klinik yang menjadi kompetensi seorang dokter sesuai dengan
Standar Kompotensi Dokter Indonesia adalah keterampilan klinik yang akan diajarkan pada blok
Family Medicine ini. Adapun keterampilan klinik tersebut adalah :
1. Konseling Pemberian ASI
2. Konseling Keluarga Berencana
3. Prosedur Pemasangan dan Pelepasan Implan (susuk KB)
4. Prosedur Pemasangan dan Pelepasan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

II. TUJUAN

II.1. Tujuan umum


Setelah mengikuti kegiatan skills lab pada blok Family Medicine ini, mahasiswa dapat
meningkatkan keterampilan dalam Konseling Pemberian ASI, Konseling Keluarga Berencana,
Prosedur Pemasangan dan Pelepasan Implan (susuk KB) serta Prosedur Pemasangan dan
Pelepasan AKDR.

II.2. Tujuan khusus


2.1. Mahasiswa mampu melakukan Konseling Pemberian ASI
2.2. Mahasiswa mampu melakukan Konseling Keluarga Berencana
2.3. Mahasiswa mampu melakukan Pemasangan dan Pelepasan Implan (susuk KB)
2.4. Mahasiswa mampu melakukan Pemasangan dan Pelepasan AKDR (Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim)

1
SL.VII. FAMED. 1
KONSELING LAKTASI
Tiangsa Sembiring, Sri Sofyani

I. PENDAHULUAN

Pada pertemuan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan konseling menyusui pada
ibu yang mempunyai bayi dimana si ibu merasa bahwa ASI tidak cukup untuk pertumbuhan
bayinya. Seorang dokter harus mampu mengelaborasi keterangan ibu yang paling signifikan
untuk ditetapkan sebagai keluhan utama. Ada beberapa pertanyaan yang harus diingat pada
komunikasi dokter dan ibu dalam mengelaborasi keluhan agar hasilnya sesuai dengan
diharapkan.

ASI merupakan makanan bayi yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi dibandingkan dengan susu formula apapun. Komposisi ASI mengandung energi yang cukup
selama 6 bulan dan mengandung cukup anti kekebalan. Dengan itu maka untuk bayi 0-6 bulan
cukup diberi Asi eksklusif. Namun banyak ibu mengeluh tidak bisa memberikan ASI kepada
bayinya karena alasan ASI tidak cukup, puting yang datar atau karena bekerja. Hal ini bisa
terlaksana bila dokter mampu melakukan konseling laktasi yang baik.

Pertanyaan tersebut meliputi:


- Bentuk payudara.
- Masa istirahat.
- Duration (durasi) menyusui.

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1. TUJUAN UMUM


Melatih mahasiswa untuk dapat meningkatkan keterampilan berkonsultasi dalam masalah
pemberian ASI dengan menggunakan teknik komunikasi yang benar pada pasien.

II.2. TUJUAN KHUSUS


2.1. Mahasiswa mampu menelusuri keluhan utama dan keluhan tambahan.
2.2. Mahasiswa mampu menguraikan secara deskriptif fungsi, manfaat dan cara pemberian
ASI yang benar.

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktifitas Belajar mengajar Keterangan


20 menit Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 mahasiswa) Narasumber
- Penjelasan narasumber tentang konsultasi menyusui.
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan

2
10 menit Demonstrasi pada kelas besar Narasumber
Narasumber memperlihatkan tata cara komunikasi dokter
pasien
Tahap I : Perkenalan
- Ketika pasien masuk ke ruang periksa, dokter berdiri
menyambut dengan ramah dan senyum, kemudian
memperkenalkan diri.
- Menanyakan identitas pasien, nama, umur, alamat sambil
mencocokkan dengan data rekam medis.
- Perhatikan penampilan wajah, pandangan mata,
komunikasi , cara berbicara dan interaksi lingkungan.
- Perhatikan pendamping yang menyertai pasien, interaksi
pasien dengan pendamping.
Tahap II : Anamnesis masalah menyusui
Menanyakan keluhan utama, riwayat pemberian ASI sejak
lahir sampai sekarang. riwayat penyakit ibu sebelumnya
yang berhubungan dengan masalah menyusui. Dukungan
keluarga dalam hal pemberian ASI.
Tahap III :
- Pemeriksaan lanjutan

20-30 menit Setelah mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil Instruktur


(1 kelompok terdiri dari 9 mahasiswa). mahasiswa
Coaching : Mahasiswa melakukan simulasi secara
bergantian (2-3 orang) dengan dibimbing oleh instruktur

90 menit Self practice Instruktur


Mahasiswa melakukan konsultasi sendiri secara bergantian Mahasiswa
masing-masing selama 10 menit mahasiswa lain melihat dan
mengoreksi.
Instruktur memberikan penilaian pada lembar pengamatan

IV. SARANA YANG DIPERLUKAN


1. Alat audiovisual
2. Manikin Bayi
3 Phantom payudara
4. Pensil/pulpen
5. Formulir penilaian

V. RUJUKAN
1. Buku breast feeding
2. Departemen Kesehatan Repoblik Indonesia : Buku Bagan Manajemen terpadu Balita
Sakit, Jakarta 2008

VI. KASUS

Seorang ibu dan bayi yang berumur 2 minggu datang ke poliklinik Anak dengan keluhan
bayi sering nangis dan tidak mau menyusu pada ibu. Ibu tersebut bertanya susu apa yang
cocok untuk bayi tersebut. ASI ibu bila tidak diberi ke bayi 3 jam menetes dan
payudara ibu terasa berat dan sakit.
Tugas : Lakukan komunikasi dokter pasien yang berhubungan dengan keluhannya.

3
VII. LEMBAR PENGAMATAN KONSULTASI MENYUSUI

LANGKAH / TUGAS PENGAMATAN

Ya Tidak
Tahap I
1. Komunikasi dokter dengan pasien:
- Menyapa dan memperkenalkan diri dengan pasien dan keluarga pasien.

- Menempatkan pasien pada posisi yang sesuai dengan kondisinya.

- Menanyakan identitas penderita : nama, umur, alamat.


Tahap II

2. Menanyakan keluhan utama penderita dan menelusuri keluhan utama

3. Mendengarkan dan memberikan rasa empaty terhadap keluhan ibu


( ya, em, o gitu ya bu )
4. Menanyakan bentuk puting (datar, terbenam dan menonjol )

Tahap III Perhatikan


5. Cara memegang bayi atau posisi bayi sewaktu menyusui : Seluruh
tubuh bayi disanggah jangan hanya leher dan bahu saja
6. Kepala dan tubuh bayi lurus
7. Hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan
puting susu

8. Dekatkan badan bayi ke badan ibu


9. Posisi perlekatan dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi
terbuka lebar, bibir bawah bayi membuka keluar dan aerola tampak
lebih banyak dibagian atas dari pada bagian bawah.
10. Isapan bayi efektif jika bayi bayi mengisap secara dalam, teratur yang
diselingi istirahat. Pada saat bayi mengisap ASI, hanya terdengar suara
bayi menelan.
11. Amati apakah perlekatan dan posisi bayi sudah benar dan bayi sudah
mengisap dengan efektif. Jika belum cobalah sekali lagi.

Note : Ya : Mahasiswa melakukan


Tidak : Mahasiswa tidak melakukan

4
Lampiran

5
6
SL.VII. FAMED 2
KETERAMPILAN KONSELING KELUARGA BERENCANA
Rina Amelia, Juliandi Harahap

I. PENDAHULUAN

Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality Rate (MMR) di Indonesia merupakan yang
tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Saat ini posisi MMR Indonesia adalah
307 per 100 ribu kelahiran hidup. Itu berarti sekitar 20 ribu perempuan meninggal setiap
tahunnya akibat komplikasi kehamilan. Pada tahun 1988, Program Safe Motherhood (SM) mulai
dikenalkan oleh WHO di Indonesia dengan tujuan utama menurunkan angka MMR dan Infant
Mortality Rate (IMR).
Safe Motherhood (SM) merupakan suatu program pelayanan kesehatan yang diterima
oleh seorang wanita dari semenjak dia lahir serta adanya keleluasaan/kemerdekaan untuk
menentukan kehamilannya. Tujuan dari Safe Motherhood yaitu melindungi hak reproduksi dan
hak azazi manusia dengan cara mengurangi beban kesakitan, kecacatan dan kematian yang
berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya yang tidak perlu terjadi.
Empat pilar intervensi safe motherhood adalah (1) Keluarga Berencana, yang
memastikan bahwa setiap orang/pasangan mempunyai akses ke informasi dan pelayanan KB
agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak
sehingga diharapkan tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan, (2) Pelayanan antenatal, untuk
mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin, dan memastikan bahwa komplikasi
dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (3) Persalinan yang aman, memastikan
bahwa semua penolong persalinan mempunyai: pengetahuan, keterampilan, dan alat untuk
memberikan pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu
dan bayi, dan (4) Pelayanan obstetri esensial yaitu memastikan bahwa pelayanan obstetri untuk
risiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkan.
Keluarga Berencana (KB) sebagai salah satu pilar Safe Motherhood bertujuan untuk
memastikan bahwa setiap orang/pasangan mempunyai akses terhadap informasi dan pelayanan
KB, agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah
anak.
Dengan demikian diharapkan tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak
termasuk dalam kategori 4 terlalu, yaitu terlalu muda, terlalu tua untuk kehamilan, terlalu
sering hamil dan terlalu banyak anak.
Situasi di Indonesia, penentuan keikutsertaan dalam KB dipengaruhi oleh suami,
keluarga, budaya dan pengetahuan pasangan suami istri itu sendiri. Pemahaman suami dan istri
yang benar terhadap permasalahan KB ini, akan mempengaruhi keputusan mereka untuk menjadi
akseptor KB serta menentukan pilihan alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Oleh karena itu kemampuan memberikan Konseling Keluarga Berencana oleh tenaga
kesehatan terutama Dokter Keluarga akan sangat mendukung dan mempengaruhi pemahaman
dan pengambilan keputusan keluarga tentang KB.

Ada beberapa macam defenisi tentang konseling:


1. Konseling adalah cara bekerja dengan orang dimana anda berusaha untuk mengerti
bagaimana perasaan mereka dan membantu mereka untuk menentukan apa yang akan
dilakukan (WHO, 2003).
2. Konseling adalah suatu komunikasi tatap muka untuk membantu penderita untuk
menetapkan pilihan atas dasar pemahaman yang lengkap tentang dirinya serta masalah
kesehatan yang sedang dihadapi secara mandiri (AVSC, 1995).
3. Konseling adalah suatu bentuk wawancara untuk membantu orang lain memperoleh
pengertian yang lebih baik mengenai dirinya dalam usahanya untuk memahami dan
mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya (Sadli, 1988).

7
Konseling tidak sama dengan motivasi. Pada konseling, terbentuknya sikap dan perilaku
tertentu adalah atas dasar keputusan yang mandiri, sedangkan pada motivasi, keputusan
ditentukan secara sepihak oleh dokter.

Bagaimana sikap seorang Dokter Keluarga/petugas kesehatan dalam melakukan


konseling yang baik terutama bagi calon klien/peserta KB baru :
1. Memperlakukan calon akseptor dengan baik
Dokter bersikap sabar, memperlihatkan sikap menghargai setiap calon akseptor, dan
menciptakan suatu rasa percaya diri sehingga calon akseptor dapat berbicara secara
terbuka dalam segala hal termasuk masalah-masalah pribadi sekalipun. Dokter
meyakinkan klien bahwa ia tidak akan mendiskusikan rahasia calon akseptor dengan
orang lain.

2. Interaksi dokter dengan calon akseptor


Dokter harus mendengarkan, mempelajari dan menanggapi keadaan calon akseptor,
karena calon akseptor mempunyai kebutuhan dan tujuan reproduksi yang berbeda.
Bantuan terbaik seorang dokter adalah cara memahami bahwa calon akseptor adalah
manusia yang membutuhkan perhatian dan bantuan. Oleh karena itu dokter harus
mendorong agar calon akseptor berani berbicara dan bertanya.

3. Memberikan informasi yang baik kepada calon akseptor


Dengan mendengarkan apa yang disampaikan calon akseptor, berarti dokter belajar
mendengarkan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh seorang calon akseptor. Dalam
memberikan informasi dokter harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti calon
akseptor.

4. Menghindari pemberian informasi berlebihan


Calon akseptor membutuhkan penjelasan untuk menentukan pilihan. Namun tidak semua
calon akseptor dapat menangkap semua informasi tentang berbagai jenis kontrasepsi.
Terlalu banyak informasi yang diberikan akan menyebabkan kesulitan bagi calon
akseptor dalam mengingat informasi yang penting. Hal ini disebut kelebihan informasi.
Pada waktu pemberian informasi petugas harus memberikan waktu bagi calon akseptor
untuk berdiskusi, bertanya dan mengajukan pendapat.

5. Tersedianya metode yang diinginkan calon akseptor


Dokter membantu calon akseptor membuat keputusan mengenai pilihannya, dan harus
tanggap terhadap pilihan calon akseptor meskipun calon akseptor menolak memutuskan
atau menangguhkan penggunaan alat kontrasepsi. Didalam melakukan konseling dokter
mengkaji apakah calon akseptor sudah mengerti mengenai jenis kontrasepsi, termasuk
keuntungan dan kerugiannya serta cara penggunaannya. Konseling mengenai kontrasepsi
yang dipilih dimulai dengan mengenalkan berbagai jenis alat kontrasepsi dalam program
KB. Dokter mendorong calon akseptor berpikir untuk melihat persamaan yang ada dan
membandingkan antarjenis kontrasepsi tersebut. Dengan cara ini dokter membantu calon
akseptor untuk membuat suatu keputusan (informed choice). Jika tidak ada halangan
dalam bidang kesehatan sebaiknya calon akseptor mempunyai pilihan kontrasepsi sesuai
dengan pilihannya. Bila memperoleh pelayanan kontrasepsi sesuai dengan yang
dipilihnya, calon akseptor akan menggunakan kontrasepsi tersebut lebih lama dan efektif.

6. Membantu calon akseptor untuk mengerti dan mengingat


Dokter memberi contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan kepada calon akseptor agar
memahaminya dengan memperlihatkan bagaimana cara-cara penggunaannya. Dokter
juga dapat memperlihatkan dan menjelaskannya dengan flip chart, poster, pamflet.
Dokter perlu melakukan penilaian bahwa calon akseptor telah mengerti.

8
Langkah-langkah dalam melakukan konseling yaitu GATHER:
1. G :Greet client warmly (memberi salam, sapa calon akseptor dengan
........ramah,.terbuka dan sopan.membuka komunikasi)
2. A :Ask client about themselves (tanya tentang diri calon akseptor dan
.........keluhannya)
3. T : Tell client about choice (beritahu pilihan solusi dari masalah .yang dihadapinya)
4. H : Help client make an informed choices (bantu membuat pilihan .yang tepat, dan
memahami masalahnya)
5. E :Explain (jelaskan bahwa cara terpilih telah diberikan, siapa yan..akan
menolongnya dan dimana)
6. R : Refer dan Return (rujuk bila fasilitas tidak dapat memberikan pelayanan yang
sesuai atau buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih sudah
diberikan)

Greet client, sambut klien secara terbuka dan ramah, tanamkan keyakinan penuh, katakan juga
bahwa tempat pelayanan ini bersifat pribadi dan rahasia, sehingga calon akseptor dapat
mendiskusikannya dengan terbuka. Tanyakan kepada calon akseptor apa yang perlu dibantu
serta jelaskan pelayanan apa saja yang dapat diperolehnya.
Gunakan keterampilan komunikasi non verbal (seperti: tersenyum, salam calon akseptor, isyarat
tangan untuk mempersilahkan duduk).

Ask client about themselves, tanyakan calon akseptor tentang permasalahannya/informasi tentang
dirinya, pengalamannya dengan alat KB dan kesehatan reproduksi, tujuan, kepentingan harapan
serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan pula apakah telah ada metoda
yang diinginkan oleh calon akseptor. Berikan perhatian kepada calon akseptor apa yang
disampaikan calon akseptor sesuai dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya. Kita menyikapi
dan mencoba menempatkan kita pada posisi calon akseptor. Dengan begitu akan memudahkan
kita memahami apa sebenarnya permasalahan calon akseptor.

Gunakan keterampilan bertanya, tanya calon akseptor dengan menggunakan pertanyaan


terbuka: Apa? Bagaimana? Mengapa? (seperti: Bagaimana pengalaman ibu dengan alat
kontrasepsi sebelumnya?).

Tunjukkan rasa empati, turut merasakan dan mengerti apa yang dirasakan oleh calon akseptor.
Contoh bila ibu mengatakan bahwa Saya menggunakan KB suntikan tapi selama saya ber-KB
saya tidak pernah dapat haid lagi, saya takut. Anda dapat mengatakan : Saya mengerti apa
yang ibu khawatirkan.

Gunakan refleksi balik/paraphrasing, yaitu mengulang apa yang calon akseptor katakan
kepada anda untuk menunjukkan bahwa anda telah mendengar dan membantu calon akseptor
untuk berbicara lebih banyak. Mengulang kalimat calon akseptor jangan seperti membeo tetapi
mengulang makna yang diutarakan calon akseptor. Misalnya, Tadi ibu mengatakan akibat ber-
KB ibu jadi tidak haid lagi, betul kan?

Tell client about choice, sebutkan tentang pilihannya, fokuskan perhatian kepada metoda yang
dipilih klien. Tetapi ajukan pula metoda lain. Misalnya, Sebenarnya ada banyak cara ber-KB,
ada pil, spiral, susuk, ataupun kondom. Dari pilihan itu, yang mana yang telah ibu ketahui?

Help client make an informed choices, bantu membuat pilihan yang tepat, dorong ia
mengemukakan pendapatnya dan ajukan beberapa pertanyaan! Apakah metoda KB tersebut
memenuhi kriteria medis. Juga apakah suaminya mendukung keputusannya. Jika mungkin
bicarakan dengan keduanya. Tanyakan metoda apa yang calon akseptor putuskan untuk
digunakan.

Explain fully how to use the choosen method, jelaskan cara menggunakan metoda pilihannya
setelah calon akseptor memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan obat/alat

9
kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat/obat kontrasepsi itu digunakan dan bagaimana cara
penggunaannya. Sekali lagi dorong ia berbicara secara terbuka, jawab pula secara terbuka dan
lengkap.

Return visits should be welcomed, kunjungan kembali, bicarakan dan sepakati kapan calon
akseptor kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan alat kontrasepsi jika
dibutuhkan. Perlu juga mengingatkan calon akseptor untuk kembali apabila terjadi suatu
masalah.

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1. TUJUAN UMUM


Setelah selesai latihan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan konseling KB.

II.2. TUJUAN KHUSUS


2.1. Mahasiswa mampu memperlakukan calon akseptor dengan baik, melakukan
pembukaan diri (menyapa calon akseptor dengan ramah, menyebutkan nama dan
mempersilahkan duduk)
2.2. Mahasiswa mampu melakukan interaksi dengan calon akseptor (komunikasi verbal
dan non verbal) dalam konseling KB
2.3. Mahasiswa mampu memberikan informasi yang baik kepada calon akseptor seputar
masalah alat-alat kontrasepsi, kelebihan dan kekurangannya.
2.4. Mahasiswa mampu melakukan keterampilan bertanya dan mendengar aktif (refleksi
isi, refleksi perasaan dan merangkum) mengenai masalah klien seputar KB
2.5. Mahasiswa dapat menginformasikan efek samping setiap alat kontrasepsi dan
penanganannya.
2.6. Mahasiswa memahami bahwa konseling bersifat membantu pasangan suami istri
mengambil keputusan dalam ber-KB berdasarkan informasi yang lengkap yang
diberikan Dokter Keluarga.

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas belajar mengajar Keterangan


( menit )
20 menit Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 mahasiswa) oleh
narasumber Narasumber

10 menit Narasumber melakukan peragaan langkah langkah dalam


melakukan konseling
20-30 Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 kelompok Instruktur dan
menit terdiri dari 9 mahasiswa). Tiap kelompok kecil memiliki 1 mahasiswa
instruktur dan tindakan dilakukan berdasarkan kasus yang
diberikan.

Coaching: mahasiswa melakukan konseling secara


bergantian (2-3 orang) sesuai kasus dengan dibimbing oleh
instruktur.
90 menit Self practise: mahasiswa melakukan sendiri konseling Instruktur dan
sesuai kasus secara bergantian, sehingga total waktu yang mahasiswa
dibutuhkan 90 menit (tergantung jumlah mahasiswa)

10
IV. PERALATAN DAN BAHAN
1. Pasien simulasi yang diperankan mahasiswa
2. Skenario kasus

V. RUJUKAN
1. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Depkes RI, tahun 2003
2. Info Kesehatan Reproduksi, www.kespro.info
3. Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia, 2001-2010
4. Modul Pelatihan Keterampilan Komunikasi Interpersonal/Konseling (KIP/K)
5. Pelatihan Konseling Menyusui Modul WHO

VI. KASUS SIMULASI KONSELING KB

Kasus :
Seorang wanita, umur 35 tahun datang ke praktek dokter keluarga, wanita tersebut
menyatakan keinginannya untuk menggunakan salah satu alat kontrasepsi karena sudah
mempunyai anak 3 orang. Sebelumnya dia pernah menggunakan metode KB pil selama
3 bulan, tapi selama menggunakan alat KB tersebut wanita itu menyatakan kalau dia
mengalami haid secara terus-menerus, biasanya lama haid dialaminya selama 7 hari,
sejak mengkonsumsi pil KB lama haidnya bisa sampai 15 -20 hari, sehingga timbul
kekhawatiran terhadap kondisi tersebut. Sebagai seorang Dokter Keluarga anda harus
dapat melakukan konseling sehingga wanita tersebut pada akhirnya paham tentang
berbagai metode kontrasepsi dan pada akhirnya memilih salah satu metode yang
menurutnya yang paling cocok/sesuai dengan diri.

Kesimpulan : wanita itu memilih spiral sebagai alat kontrasepsi

VII. LEMBAR PENGAMATAN KONSELING KB

Pengamatan
LANGKAH-LANGKAH
Ya Tidak
KONSELING KB
G : Greet client
1. Menyapa calon akseptor dengan ramah dan memperkenalkan diri
(bersalaman)
2. Mempersilahkan calon akseptor duduk
3. Menanyakan identitas calon akseptor (nama, umur, pekerjaan, dan
alamat)
4. Melakukan komunikasi non verbal
- tatapan mata
- mimik wajah
- tersenyum
A : Ask client about themselves

5. Menanyakan permasalahan calon akseptor sehubungan dengan KB.


- Apa yang bisa saya bantu, Bu? Apa tujuan ibu datang ke sini?
- Informasi apa yang ibu butuh? Saya akan berusaha untuk
memberikan informasi tersebut
- Menggunakan keterampilan bertanya menggunakan komunikasi non
verbal (tatapan mata, mimik wajah)

6. Menanyakan kepada calon akseptor mengenai pengalaman tentang alat


KB sebelumnya dan kesehatan reproduksinya.

11
- Menggunakan keterampilan bertanya
- Menggunakan pertanyaan terbuka. Bisa ibu ceritakan alat KB apa
yang pernah ibu pakai sebelumnya?
- Berapa lama ibu menggunakannya?
- Melakukan refleksi balik/paraphrasing. Ibu tadi mengatakan bahwa
ibu pernah memakai KB pil, bisa ibu ceritakan lebih lanjut apa
masalah yang ibu hadapi?
- Melakukan komunikasi non verbal (tatapan mata, mimik wajah,
menunjukkan empati) (Bagaimana perasaan ibu sekarang?)
- Saya mengerti kekhawatiran ibu, apakah sekarang ibu sudah punya
pilihan alat kontrasepsi lainnya? Apakah ibu pernah mendengar
informasi mengenai alat kontrasepsi lain selain pil?
- Bisa ibu ceritakan informasi apa saja yang ibu ketehui tentang
spiral?

T : Tell client about choice

7. Sebutkan tentang metode KB yang dipilihnya, fokuskan perhatian kepada


metoda yang dipilih klien. Tetapi ajukan dan jelaskan pula metoda lain
- Sepertinya pengetahuan ibu tentang metode spiral sudah cukup
baik. Betul Bu, dengan spiral haid ibu akan teratur setiap
bulannya, dan metode itu bisa dipasangnya untuk 10 tahun.
8. Menjelaskan kepada calon akseptor keunggulan masing-masing alat
kontrasepsi dan efek samping yang mungkin timbul serta bagaimana
penanganannya.
- melakukan komunikasi non verbal (tatapan mata, mimik wajah,
menunjukkan empati)
- Baiklah bu saya akan coba menjelaskan beberapa macam alat
kontrasepsi, alat kontrasepsi itu ada bermacam-macam, ada pil
KB seperti yang sudah pernah ibu gunakan, ada suntik KB 1
bulan dan 3 bulan, ada susuk KB, ada spiral, kondom
- Ini bu contoh alat kontrasepsinya, ini yang namanya suntikan, ini
yang satu bulan, dan ini yang tiga bulan, efektifitasnya untuk
mencegah kehamilan kira-kira 99,7%, tapi kelemahannya bisa
terjadi gangguan haid dan perubahan berat badan.
- Kalau ini bu namanya kondom, ini dipake oleh si bapak,
efektifitasnya cukup tinggi yaitu 98 %, kondomnya dipake
sebelum melakukan hubungan sek, kelemahannya kondom nya
harus selalu tersedia dan ada juga sering kelupaan
- Ini bu namanya spiral yang ibu sampaikan tadi, spiral ini
dimasukkan ke dalam rahim, terbuat dari plastik kecil fleksibel
yang dililit tembaga dan waktu penggunaannya 10 tahun,
kelemahannya Ibu harus memeriksa posisi benang spiral, tapi itu
pada awal pemasangan aja. Setelah tidak ada keluhan sekali-kali
saja, dengan memakai spiral haid ibu akan teratur setiap
bulannya.

H : Help client make an informed choices

9. Bantu membuat pilihan yang tepat, dorong ia mengemukakan


pendapatnya dan ajukan beberapa pertanyaan! Apakah metoda KB
tersebut memenuhi kriteria medis. Juga apakah suaminya mendukung
keputusannya. Jika mungkin bicarakan dengan keduanya
- Bagaimana bu, apakah ibu sudah mengerti tentang berbagai alat
kontrasepsi yang saya jelaskan?

12
- Apakah ada keterangan saya yang tidak ibu mengerti?
- Bagaimana kira-kira pendapat suami ibu, kalau ibu memutuskan
untuk berKB kembali?

10. Menanyakan metoda apa yang calon akseptor putuskan untuk digunakan.
- Setelah ibu mendengarkan uraian saya tentang beberapa alat
kontrasepsi beserta efek sampingnya, metode mana yang
mungkin paling sesuai buat ibu?
-
E : Explain fully how to use the choosen method

11. Menjelaskan cara menggunakan metoda pilihannya, dorong ia berbicara


secara terbuka, jawab pula secara terbuka dan lengkap.
- Baiklah, kalau ibu sudah memutuskan untuk menggunakan
spiral, bisa tolong ibu jelaskan mengapa ibu memilih metode
tersebut?
- Pemasangan spiral dapat dilakukan di klinik ini
- Ibu boleh pilih menggunakan spiral 10 tahun
- Kadang ada gangguan dari suami ketika berhubungan seksual
karena tali spiralnya tapi gangguan itu bisa kita atasi dengan
memotong talinya lebih pendek lagi
- Apakah masih ada hal yang ibu tanyakan ibu tentang spiral?
Apakah masih ada hal yang ibu tanyakan ibu tentang spiral?
- Berdasarkan hasil penelitian tidak ada hubungan pemakaian
spiral dengan kejadian kanker rahim, jadi ibu tidak usah
khawatir akan hal itu.

R : Return visits should be welcomed

12. Menbicarakan dan menyepakati kapan calon akseptor kembali untuk


follow-up. Dan selalu mempersilakan calon akseptor kembali kapan saja.
- Kalau sudah tidak ada lagi yang ibu tanyakan, saya rasa kita
dapat melanjutkan dengan pemeriksaan.
- Setelah ada kesepakatan dengan suami dan ibu dapat
menjelaskan pilihan ibu pada suami, maka untuk pemasangan
spiral ibu boleh datang lagi ke sini
- Kalau ada masalah selama pemakaian spiral ibu juga bisa datang
ke sini dan menceritakan keluhan ibu.

Penutup Konseling
13. Melakukan dokumentasi terhadap proses dan hasil akhir dari konseling

14. Meyakinkan kepada calon akseptor tentang metode KB yang telah


dipilihnya
15. Menutup konseling dan mengucapkan terima kasih.
- Jadi masalah haid ibu yang berkepanjangan akibat
mengkonsumsi pil KB itu, mudah-mudah dapat diatasi dengan
pilihan ibu terhadap KB spiral ini.
- Terima kasih bu untuk kunjungannya, sampai berjumpa kembali

Note : Ya : Mahasiswa melakukan.


Tidak : Mahasiswa tidak melakukan

13
SL.VII. FAMED 3
PEMASANGAN DAN PENCABUTAN IMPLAN (SUSUK KB)
M. Fidel Ganis Siregar, Ichwanul Adenin, Cut A Adella, Iman Helmi Efendy, Hiro H Danial Nst

I. PENDAHULUAN

Alat kontasepsi Bawah Kulit (AKBK) dikenal juga sebagai Norplant atau Implan,
semakin lama semakin meningkat pemakainya (akseptor) dengan alasan: pemasangannya
sederhana, efektivitas cukup baik karena angka kegagalan kumulatifnya rendah, dapat
memberikan perlindungan selama 5 tahun, dan kepuasan pemakai karena memerlukan tindakan
lain setelah pemasangan dan tidak memasukkan sesuatu ke dalam vagina serta tidak mengganggu
kebahagiaan dalam hubungan seksual.

Bahan aktif dalam norplant adalah progestasional levonogestrel, yang 18 kali lebih aktif
daripada progesteron. Setiap kaspsul Norplant berukuran kira-kira sebesar batang korek api dan
mengandung 36 mg levonogestrel, yang akan dikeluarkan setiap harinya 8 mcg. Mekanisme
kerjanya sebagai progestron yang dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga tidak terjadi
ovulasi, mengentalkan lendir serviks dan menghalangi migrasi sprematozoa, dan menyebabkan
situasi endometrium tidak siap menjadi tempat nidasi.

Kapsul pembungkus yang digunakan pada norplant adalah polidimetilsiloksane silastik,


bahan yang sama yang sering digunakan pada katup jantung buatan, saluran drainase dan protese
payudara. Diameter luar kapsul pembungkus norplant adalah 2,4 mm.

Dalam pencabutan norplant atau implan, kendala teknis yang paling sering dihadapi pada
umumnya adalah pemasangan sebelumnya yang terlalu dalam, pemasangannya dengan susunan
yang tidak beraturan atau terlalu berjauhan sehingga terkadang dijumpai kesulitan mencabut.

II. TUJUAN KEGIATAN

II. 1. TUJUAN UMUM


Setelah selesai latihan ini diharapkan mampu melakukan pemasangan dan pencabutan
implan (susuk KB).

II. 2. TUJUAN KHUSUS


2.1. Mahasiswa mampu melakukan pemasangan implan.
2.2. Mahasiswa mampu melakukan pencabutan implan.

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu
Aktivitas Belajar Mengajar Keterangan
(menit)
20 menit Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 mahasiswa) Narasumber
tentang pemasangan dan pencabutan implan

10 menit Demonstrasi pada kelas besar oleh nar sumber dengan Narasumber
simulasi pada pantom.
Narasumber memperlihatkan tata cara pemasangan dan
pencabutan implan yang benar
Tahap I.
Cara pemasangan implan.
Tahap II.
Cara pencabutan implan.

14
20-30 menit Setelah mahasiswa di bagi ke kelas kecil mahasiswa Instruktur dan
melakukan coaching. mahasiswa
Coaching : Mahasiswa melakukan simulasi secara
bergantian dengan dibimbing oleh instruktur / mahasiswa
pada kelas kecil menggunakan lembar pengamatan

90 menit Self Practice : Mahasiswa melakukan sendiri secara Instruktur dan


bergantian. mahasiswa
Sehingga total waktu yang dibutuhkan 90 menit
(tergantung jumlah mahasiswa)

IV. TINGKAT KETERAMPILAN : 3

V. PERALATAN DAN BAHAN


1. Meja 1 buah
2. Pantom/ Manikin simulasi IMPLAN
3. Perlengkapan pemasangan dan pencabutan IMPLAN
- kapsul norplant
- pisau bedah (scalpel)
- trokar nomor 10
- band aid (plaster handyplast)
- disposible syringe 3 cc
- anastesi lokal (1 % tanpa epinefrin)
- spidol
- pola (template)
- klem bengkok
- kain penutup

V. RUJUKAN
1. Abdul Bari Saifuddin, Biran Affandi, Enriquito R. Lu. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Ed.1, Cet.1 Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2003.
2. PERMENKES No.97 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan masa sebelum hamil,
masa hamil, persalinan dan masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan
kontrsepsi, serta pelayanan kesehatan seksual.

VI. LEMBAR PENGAMATAN PEMASANGAN IMPLAN

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
PEMASANGAN IMPLAN
I. LANGKAH 1
1. Persiapkan tempat pemasangan dengan larutan antiseptik dan
Persiapan alat :
- kapsul implan
- pisau bedah (scalpel)
- trokar nomor 10
- band aid (plaster handyplast)
- disposible syringe 3 cc
- anastesi lokal (1 % tanpa epinefrin)
- spidol
- pola (template)
- klem bengkok

15
- kain penutup

Persiapan pasien : mencuci lengan kiri dengan sabun dan air


mengalir serta membilasnya. Pastikan tidak terdapat sisa sabun.

II. LANGKAH 2
2. Menentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm di atas lipatan
siku pada bagian dalam lengan alur antara otot biseps dan triseps.
3. Menggunakan spidol untuk menandai dengan membuat garis
sepanjang 6-8 cm
4. Pemasang implan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
kemudian menggunakan sarung tangan DTT.
5. Lakukan tindakan asepsis dengan povidone iodine pada daerah yang
telah dtentukan secara sirkuler dari arah sentral ke luar.
6. Tutup dengan doek steril yang mempunyai lubang ditengah.
III. LANGKAH 3
7. Setelah memastikan (dari anamnesis) tidak alergi terhadap obat
anestesi, isi alat suntik dengan 2 ml obat anestesi (1% tanpa
epinefrin) dan disuntikkan tepat di bawah kulit sepanjang jalur
tempat pemasangan. Pemberian anestesi juga dapat dilakukan dengan
semprotan.
IV. LANGKAH 4
8. Pegang skalpel dengan sudut 45O buat insisi dangkal hanya untuk
sekedar menembus kulit
9. Keluarkan inserter dari kemasannya
10. Meregangkan kulit ditempat pemasangan dan memasukkan jarum
inserter dengan ujung yang tajam menghadap keatas dan pendorong
didalamnya melalui luka insisi tepat di bawah kulit (secara sub
kutan) sampai batas garis kedua jarum inserter
11. Masukkan implan kedalam inserter. Gunakan ibu jari dan telunjuk
atau pinset atau klem untuk mengambil kapsul implan atau bila
diambil dengan tangan pastikan sarung tangan tersebut bebas dari
bedak atau partikel lainnya. Dorong kapsul sampai seluruhnya masuk
ke dalam inserter.
12. Masukkan kembali pendorong sampai menyentuh kapsul implan.
13. Untuk meletakkan kapsul di bawah kulit, angkat jarum inserter ke
atas, sehingga kulit terangkat.
14. Tarik inserter dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk kearah
luka insisi sambil menahan pendorong sampai garis pertama.
V. LANGKAH 5
15. Raba ujung kapsul dengan ari untuk memastikan kapsul sudah keluar
seluruhnya dari trokar.
16. Tanpa mengeluarkan seluruh inserter, putar ujung dari inserter
kearah lateral kanan dan kembalikan keposisi semula untuk
memastikan kapsul pertama bebas. Selanjutnya geser inserter sekitar
15-25 derajat.
17. Lakukan hal yang serupa untuk pemasangan implan berikutnya.
VII. LANGKAH 6
18. Setelah kapsul implan terpasang semuanya, dengan tangan yang lain
secara perlahan tarik jarum keluar dari lengan sambil tetap
mempertahankan penopang inserter di tempatnya.
19. Setelah jarum dan penopang inserter keluar, bersihkan luka insisi
dengan larutan povidone iodine kemudian tutup luka dengan kasa
steril dan plester.
20. Doek steril dilepaskan, beritahu pasien pemasangan implan telah
selesai

16
21. Sarung tangan dibuka dengan terbalik (sisi dalam berada diluar)
kemudian mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

Note : Ya : Mahasiswa melakukan.


Tidak : Mahasiswa tidak melakukan

VII. LEMBAR PENGAMATAN PENCABUTAN IMPLAN

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
PENCABUTAN IMPLAN
A. Metode Standar
1. Persiapan pasien : mencuci lengan kiri dengan sabun
2. Pemasang implan mencuci tangan dengan sabun
dan air mengalir kemudian menggunakan sarung tangan DTT

3. Lakukan tindakan asepsis dengan povidone iodine pada daerah yang


telah dtentukan secara sirkuler dari arah sentral ke luar.
4. Tutup dengan doek steril yang mempunyai lubang ditengah.
B. LANGKAH 1
5. Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak sama dari ujung bawah
semua kapsul (dekat siku), kira-kira 5 mm dari ujung bawah kapsul.
6. Bila jarak tersebut sama maka insisi dibuat pada tempat insisi waktu
pemasangan
7. Sebelum menentukan lokasi, pastikan tidak ada ujung kapsul yang
berada di bawah insisi lama (hal ini untuk mencegah terpotongnya
kapsul saat melakukan insisi)
C. LANGKAH 2
8. Melakukan anestesi pada lokasi yang sudah dipilih di bawah kapsul,
buat insisi melintang yang kecil lebih kurang 4 mm dengan
menggunakan skapel.
D. LANGKAH 3
9. Mulai dengan mencabut kapsul yang mudah diraba dari luar atau yang
terdekat tempat insisi
E. LANGKAH 4
10. Dorong ujung kapsul ke arah insisi dengan jari tangan sampai ujung
kapsul tampak pada luka insisi.
11. Saat ujung kapsul tampak pada luka insisi, masukkan klem lengkung
(mosquito atau Crile) dengan lengkungan jepitan mengarah ke atas,
kemudian jepit ujung kapsul dengan klem tersebut.
12. Bila kapsul sulit digerakkan ke arah insisi, hal ini mungkin karena
pembentukan jaringan parut yang mengelilingi kapsul (lihat langkah
4A dan 4B)
F. LANGKAH 4A
13. Masukkan klem lengkung melalui luka insisi dengan lengkungan
jepitan mengarah ke kulit, teruskan sampai berada di bawah ujung
kapsul dekat siku
14. Buka dan tutup jepitan klem untuk memotong secara tumpul jaringan
parut yang mengelilingi ujung kapsul
15. Ulangi sampai ujung keenam kapsul seluruhnya bebas dari jaringan
parut yang mengelilinginya
G. LANGKAH 4B
16. Dorong ujung kapsul pertama sedekat mungkin pada luka insisi.
17. Sampai menekan (fiksasi) kapsul dengan jari telunjuk dan jari tengah,
masukkan lagi klem lengkung (lengkungan jepitan mengarah ke kulit),

17
sampai berada di bawah ujung kapsul, jepit kapsul di dekat ujungnya
(5-10 mm) dan secara hati-hati tarik keluar melalui luka insisi.
H. LANGKAH 5
18. Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi kapsul dengan
cara menggosok-gosok pakai kasa steril untuk memaparkan ujung
bawah kapsul
19. Bila jaringan ikat tidak bisa dibuka dengan cara menggosok-gosok
pakai kasa steril, dapat dengan menggunakan skalpel secara hati-hati
20. Untuk mencegah terpotongnya kapsul, gunakan sisi yang tidak tajam
dari skalpel waktu membersihkan jaringan ikat yang mengelilingi
kapsul
I. LANGKAH 6
21. Jepit kapsul yang sudah terpapar menggunakan klem kedua.
22. Lepaskan klem pertama dan cabut kapsul secara pelan dan hati-hati
dengan klem kedua
23. Bila kapsul sulit dicabut, pisahkan secara hati-hati sisa jaringan ikat
yang melekat pada kapsul dengan menggunakan kasa atau skalpel.
J. LANGKAH 7
24. Pilih kapsul berikutnya yang tampak paling mudah dicabut. Gunakan
teknik yang sama untuk mencabut kapsul berikutnya.
25. Sebelum mengakhiri tindakan, hitung untuk memastikan keenam
kapsul sudah dicabut. Tunjukkan keenam kapsul tersebut pada pasien.
26. Bersihkan luka incisi dengan larutan povidone iodine kemudian tutup
luka dengan kasaa steril dan plester.
27. Doek steril dilepaskan, beritahu pasien pemasangan implan telah
selesai
28. Sarung tangan dibuka dengan terbalik (sisi dalam berada diluar)
kemudian mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
29. Mendokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan

Note : Ya : Mahasiswa melakukan.


Tidak : Mahasiswa tidak melakukan

18
SL.VII. FAMED 4
PEMASANGAN DAN PENCABUTAN AKDR COPPER T 380
M Fidel Ganis Siregar, Ichwanul Adenin, Cut A Adella, Iman Helmi Efendy, Hiro H Danial Nst

I. PENDAHULUAN

Salah satu aspek utama dalam penilaian Program Keluarga Berencana (KB) adalah kualitas
pelayanan yang diberikan. Perbaikan kualitas pelayanan akan memperbesar jumlah peserta KB
yang puas dan pada gilirannya akan meningkatkan prevalensi dan menurunkan tingkat fertilitas.
Kualitas dapat diartikan sebagai suatu kondisi dan atau keadaan dimana sistem dengan sumber
daya, sarana dan dana yang terbatas dapat mencapai sasaran tujuannya dengan memberikan jasa
pelayanan sebaik-baiknya kepada keluarga atau masyarakat, sehingga pencari jasa pelayanan
mendapat perlakuan dan dilayani oleh sistem yang sedemikian rupa dalam upaya memenuhi
kebutuhannnya mencapai kesejahteraan keluarganya dan yang sesuai serta memenuhi syarat
etika, aturan agama dan norma sosial budaya. Salah satu faktor yang menentukan dalam
pelayanan KB yang berkualitas adalah aspek sumber daya manusia, baik pengelola, pelaksana
maupun pemberi pelayanan KB.

Salah satu metode kontrasepsi yang digunakan adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) atau Intra Uterine Device, yang merupakan alat kecil terdiri dari bahan plastik yang
lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama
periode tertentu. IUD merupakan cara kontrasepsi jangka panjang. Nama populernya adalah
spiral. Salah satu jenis AKDR yang paling banyak dipakai adalah : Cu T 380A, yang dapat
dipakai untuk 8 tahun.

19
Jenis-jenis IUD di Indonesia:

A. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya diberi
lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti
pembuahan) yang cukup baik. Salah satu jenis Copper-T yang paling banyak dipakai adalah:
Cu T 380A , yang dapat dipakai untuk 8 tahun.
IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal
5 tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan
yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan
terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.

B. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini
mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga
(Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga
halus pada jenis Copper-T.

C. Multi Load
IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk
sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan
kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas.
Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.

D. Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung.
Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang
berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B
27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang
putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah.
Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang
menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.

Cara Kerja
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat
sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk
fertilisasi

Efektifitas
IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari seperti
halnya pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun; Nova T dan Copper T 200 (CuT-200)
dapat dipakai 3-5 tahun; Cu T 380A dapat untuk 8 tahun. Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan per
100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.

Indikasi
Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim
(cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan masih
terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid.

Yang boleh menggunakan IUD adalah :


Usia reproduktif
Keadaan nulipara
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
Setelah melahirkan dan tidak menyusui

20
Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
Risiko rendah dari IMS
Tidak menghendaki metoda hormonal
Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
Tidak menghendaki kehamilan setelah 15 hari senggama
Perokok
Gemuk ataupun kurus

Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih secara khusus.
Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan
selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali.

Kontraindikasi
Yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah :
Belum pernah melahirkan
Adanya perkiraan hamil
Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat
kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.
Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya
Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik
Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi
kavum uteri
Penyakit trofoblas yang ganas
Diketahui menderita TBC pelvik
Kanker alat genital
Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

Keuntungan
Menurut Dr David Grimes dari Family Health International di Chapel Hill, Carolina
Utara, seperti dikutip News yahoo, dokter sering kali melupakan manfaat IUD dalam pengobatan
endometriosis.
Laporan tersebut diungkapkan dalam pertemuan di The American College of
Obstetricians and Gynecologist, New Orleans. David mengatakan, IUD mampu mengurangi
risiko kanker endometrium hingga 40 persen. Perlindungan terhadap kanker ini setara dengan
menggunakan alat kontrasepsi secara oral.
Sangat efektif. 0,6 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan
dalam 125 170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang AMPUH, paling
tidak 10 tahun
IUD dapat efektif segera setelah pemasangan
Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman karena rasa
aman terhadap risiko kehamilan
Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui tidak
mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
Dapat digunakan sampai menopause
Tidak ada interaksi dengan obat-obat
Membantu mencegah kehamilan ektopik
Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur.

Kerugian
Setelah pemasangan, beberapa ibu mungkin mengeluh merasa nyeri dibagian perut dan
pendarahan sedikit-sedikit (spoting). Ini bisa berjalan selama 3 bulan setelah pemasangan. Tapi
tidak perlu dirisaukan benar, karena biasanya setelah itu keluhan akan hilang dengan sendrinya.

21
Tetapi apabila setelah 3 bulan keluhan masih berlanjut, dianjurkan untuk memeriksanya ke
dokter.
Pada saat pemasangan, sebaiknya ibu tidak terlalu tegang, karena ini juga bisa
menimbulkan rasa nyeri dibagian perut. Dan harus segera ke klinik jika:
1. Mengalami keterlambatan haid yang disertai tanda-tanda kehamilan: mual, pusing, muntah-
muntah.
2. Terjadi pendarahan yang lebih banyak (lebih hebat) dari haid biasa.
3. Terdapat tanda-tanda infeksi, semisal keputihan, suhu badan meningkat, mengigil, dan lain
sebagainya. Pendeknya jika ibu merasa tidak sehat.
4. Sakit, misalnya diperut, pada saat melakukan senggama. Segeralah pergi kedokter jika anda
menemukan gejala-gejala diatas.

Efek Samping dan Komplikasi


Efek samping umum terjadi: perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak,
perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit
Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan,
perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia,
perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan
Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP
dapat memicu infertilitas
Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD
Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya
menghilang dalam 1 2 hari
Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas
Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang
segera setelah melahirkan)
Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah kehamilan
normal
Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.

Waktu Pemasangan
Pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :
Dalam 10 menit plasenta lahir (post placental)
Dipasang antara 10 menit-48 jam pasca persalinan
6 minggu setelah melahirkan
Setelah terjadinya keguguran (post abortus)
Pada saat haid

Waktu Pemakai Memeriksakan Diri


1 bulan pasca pemasangan
6 bulan pasca pemasangan
Satu tahun berikutnya dan setiap tahunnya
Bila terlambat haid
Setiap saat jika ada keluhan perdarahan banyak atau keluhan lainnya

Keluhan-keluhan pemakai IUD

Keluhan yang dijumpai pada penggunaan IUD adalah terjadinya sedikit perdarahan, bisa
juga disertai dengan mules yang biasanya hanya berlangsung tiga hari. Tetapi, jika perdarahan
berlangsung terus-menerus dalam jumlah banyak, pemakaian IUD harus dihentikan. Pengaruh
lainnya terjadi pada perangai haid. Misalnya, pada permulaan haid darah yang keluar jumlahnya
lebih sedikit daripada biasa, kemudian secara mendadak jumlahnya menjadi banyak selama 1-2
hari. Selanjutnya kembali sedikit selama beberapa hari. Kemungkinan lain yang terjadi adalah
kejang rahim (uterine cramp), serta rasa tidak enak pada perut bagian bawah. Hal ini karena

22
terjadi kontraksi rahim sebagai reaksi terhadap IUD yang merupakan benda asing dalam rahim.
Dengan pemberian obat analgetik keluhan ini akan segera teratasi. Selain hal di atas, keputihan
dan infeksi juga dapat timbul selama pemakaian IUD.

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1. TUJUAN UMUM


Setelah selesai latihan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan tentang pemasangan
dan pencabutan AKDR.

II. 2. TUJUAN KHUSUS


2.1. Mahasiswa mampu melakukan pemasangan AKDR.
2.2. Mahasiswa mampu melakukan pencabutan AKDR.

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu (menit) Aktivitas Belajar Mengajar Keterangan

20 menit Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 Narasumber


mahasiswa)
10 menit Demonstrasi pada kelas besar oleh narasumber dengan Narasumber
simulasi pada pantom.
Narasumber memperlihatkan tata cara pemasangan dan
pencabutan AKDR yang benar
Tahap I.
Cara pemasangan AKDR.
Tahap II.
Cara pencabutan AKDR.
20 - 30 menit Coaching : Mahasiswa melakukan simulasi secara Instruktur dan
bergantian dengan dibimbing oleh instruktur / mahasiswa
mahasiswa pada kelas kecil menggunakan lembar
pengamatan

90 menit Self Practice : Mahasiswa melakukan sendiri secara


bergantian.
Sehingga total waktu yang dibutuhkan 90 menit Instruktur dan
(tergantung jumlah mahasiswa) mahasiswa

IV. TINGKAT KETERAMPILAN : 4A

V. PERALATAN DAN BAHAN


1. Meja 1 buah
2. pantom simulasi AKDR
3. tenakulum 2 gigi
4. spekulum vagina
5. sonde uteri
6.Gunting
7. klem lurus
8. Mangkuk untuk larutan antiseptik
9. Cairan antiseptik ( mis: Poviodine Iodin)
10. Oval klem
11. Kassa
12. Lampu sumber cahaya
13. IUD Cu T 380A steril yang belum terbuka kemasannya
14. Sarung Tangan steril atau DTT

23
VI. RUJUKAN
1. Abdul Bari Saifuddin, Biran Affandi, Enriquito R. Lu. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. Ed.1, Cet.1 Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2003.
2. PERMENKES No.97 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan masa sebelum hamil,
masa hamil, persalinan dan masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan
kontrsepsi, serta pelayanan kesehatan seksual.

VII. LEMBAR PENGAMATAN PEMASANGAN AKDR COPPER T 380

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
I. MENJELASKAN KEPADA PASIEN APA YANG AKAN DILAKUKAN
1. Sampaikan kepada pasien kemungkinan akan merasa sedikit
sakit pada beberapa langkah waktu pemasangan.
2. Pastikan pasien telah mengosongkan kandung kencingnya dan
membasuh daerah genitalia dengan air bersih
3. Pasien dipersiapkan dengan posisi litotomi
II. Persiapan alat-alat :
1. Spekulum
2. Tenakulum gigi 2
3. Gunting
4. Sonde uterus
5. Kassa Steril
6. Mangkuk untuk cairan antiseptik
7. Cairan antiseptik ( mis : Poviodine Iodin )
8. Oval klem
9. Klem lurus
10. IUD Cu T 380A steril
11. Sarung Tangan steril atau DTT
III.PEMERIKSAAN GENITALIA
4. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
5. Lakukan pemeriksaan panggul (VT) untuk menentukan posisi
uterus ( retrofleksi atau antefleksi)
6. Melepaskan sarung tangan
IV. MEMASUKKAN LENGAN AKDR COPPER T 380A
7. Masukkan lengan AKDR copper T 380A di dalam kemasan
sterilnya, dengan cara :
- Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat kebelakang
- Masukkan pendorong kedalam tabung inserter tanpa
menyentuh benda tidak steril
- Letakkan kemasan pada tempat yang datar
- Selipkan karton pengukuran dibawah lengan AKDR
- Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung
inserter sampai ke pangkal lengan sehingga lengan akan
melipat.
- Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung
inserter, tarik tabung inserter dari bawah lipatan lengan.
- Angkat sedikit tabung inserer, dorong dan putar untuk
memasukkan lengan AKDR yang sudah terlipat tersebut
kedalam tabung inserter.
- Pastikan cincin biru sejajar dengan arah lengan lengan
AKDR, cocokkan batas atas cincin biru dengan ukuran
kavum uteri yang nantinya akan diukur.
- Pastikan ujung pendorong menyentuh ujung AKDR.
- AKDR siap diinsersikan ke kavum uteri

24
V. PEMASANGAN AKDR
8. Menyalakan lampu sorot dan mengarahkannya ke arah vagina
9. Memasang sarung tangan yang baru
10. Desinfeksi vulva dengan larutan antiseptik,
11. Masukkan spekulum secara perlahan
12. Mengusap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik
13. Menggunakan tenakulum untuk menjepit serviks (pada arah
jam 11 atau jam 1)
14. Masukkan sonde uterus untuk menentukan kedalaman dan arah
kavum uteri ( dengan teknik tanpa menyentuh/ No Touch
dinding vagina maupun spekulum)
15. Mengatur letak batas atas cincin biru pada tabung inserter
sesuai dengan kedalaman kavum uteri. Hati-hati memasukkan
tabung inserter sampai terasa ada tahanan atau sampai leher
biru menyentuh serviks, buka seluruh kemasan dan keluarkan
tabung inserter dengan posisi AKDR didalam. Hati-hati
pendorong AKDR jangan sampai jatuh.
16. Pegang tabung inserter dengan leher biru dalam posisi
horizontal (sejajar dengan AKDR). Dengan tangan kiri
melakukan tarikan perlahan pada tenakulum.
17. Masukkan tabung inserter kedalam uterus sampai leher biru
menyentuh serviks atau terasa adanya tahanan.
18. Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik menarik
(withdrawal technique). Tarik keluar tabung inserter
sementara pendorong dipertahankan.
19. Setelah lengan AKDR lepas, dorong secara perlahan-lahan
tabung inserter kedalam kavum uteri sampai leher biru
menyentuh serviks atau terasa adanya tahanan.

25
20. Tarik sebagian tabung inserter sampai keluar kavum uteri kira-
kira 5 cm di depan serviks, sementara sebagian benang AKDR
masih berada dalam tabung inserter. Potong benang AKDR
kira-kira 3 4 cm panjangnya dari serviks.
21. Keluarkan tabung inserter dan buang ketempat sampah
terkontaminasi
22. Lepaskan tenaculum dan rendam dalam larutan klorin,
perdarahan di bekas jepitan tenakulum di tekan dengan kain
kassa steril dengan Povidon iodine.
23. Melepaskan spekulum dan rendam dengan larutan klorin.
VI. TINDAKAN PASCA PEMASANGAN
24. Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum
melepas sarung tangan.
25. Bersihkan permukaan yang terkontaminasi.
26. Lakukan dekontaminasi alat-alat dengan larutan klorin segera
setelah dipakai.
27. Buka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam
larutan klorin.
VII. EDUKASI
28. Mengajarkan pada pasien bagaimana memeriksa benang
AKDR (dengan menggunakan model bila tersedia)
29. Jelaskan kapan kunjungan berikutnya, ingatkan masa pakai dan
informasikan bahwa klien dapat datang setiap saat untuk
berkonsultasi ataupun bila menginginkan AKDR dilepas.
30. Minta pasien menunggu di klinik selama 15 30 menit setelah
pemasangan AKDR.
X. DOKUMENTASI
31. Melakukan dokumentasi tentang :
- Pemeriksaan Ginekologi
- Jenis AKDR yang dipasang
- Obat-obatan bila ada diberikan

Note : Ya : Mahasiswa melakukan.


Tidak : Mahasiswa tidak melakukan

VIII. LEMBAR PENGAMATAN PENCABUTAN AKDR COPPER T 380A

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
Persiapan pasien: pasien diminta untuk membasuh daerah
genitalianya dengan air bersih
I. LANGKAH 1
1. Menjelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan dan
persilakan pasien untuk bertanya

26
II. LANGKAH 2
2. Pastikan pasien sudah mengosongkan kandung kemih dan
mencuci kemaluannya dengan air bersih
3. Pasien dipersiapkan dengan posisi litotomi
4. Mencuci tangan dengan air sabun dan keringkan dengan kain
bersih
5. Pakai sarung tangan steril atau DTT
6. Desinfeksi vulva dengan cairan antiseptik
7. Spekulum dimasukkan secara perlahan
8. Pastikan serviks telah terlihat seluruhnya dan benang AKDR
berada pada OUE
III. LANGKAH 3
9. Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2
sampai 3 kali
IV. LANGKAH 4
10. Memberitahukan kepada pasien bahwa sekarang akan
dilakukan pencabutan
11. Meminta pasien untuk tenang dan menarik nafas panjang dan
memberitahukan mungkin timbul rasa sakit tapi itu normal
A. Pencabutan normal
a) Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem
lurus atau lengkung yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi
atau steril dan tarik benang pelan-pelan, tidak boleh menarik
dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut dengan mudah.
b) Untuk mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan
konstan dan cabut AKDR secara perlahan.
c) Bila benang putus saat ditarik tetapi ujung AKDR masih
dapat dilihat maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik
keluar.

Gambar. Pencabutan AKDR

B. Pencabutan sulit
d) Bila benang AKDR tidak tampak pasien dirujuk ke bagian
obgyn.
VI. LANGKAH VI
12. Setelah AKDR lepas, tunjukkan ke pasien bahwa AKDR
telah berhasil dikeluarkan.
13. Vagina dibersihkan dengan kassa steril + povidone iodine
14. Spekulum dilepaskan
15. Beritahu ke pasien bahwa tindakan telah selesai.
VII. MEMBUANG BAHAN-BAHAN HABIS PAKAI
16. Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum

27
melepas sarung tangan.
17. Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam larutan
klorin
18. Bersihkan permukaan yang terkontaminasi.
19. Buka sarung tangan dalam posisi terbalik dan rendam dalam
lauran klorin.
20. Cuci tangan dan bersihkan dengan kain bersih
VIII. DOKUMENTASI
21. Melakukan Dokumentasi tentang Jenis AKDR yang dilepas
22. Buat Rekam Medis tentang pencabutan AKDR.

Note : Ya : Mahasiswa melakukan.


Tidak : Mahasiswa tidak melakukan

28

You might also like