Professional Documents
Culture Documents
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja menjadi perhatian yang sangat
penting dewasa ini, karena harapan akan signifikansi yang bisa dihasilkannya untuk
menurunkan tingginya angka kecelakaan kerja. Pencegahan kecelakaan kerja melalui SMK3
dilakukan pada 3 komponen penting dalam industri yaitu manajemen, tenaga kerja dan
lingkungan kerja. Penerapan Sistem manajemen K3 melalui kebijakan, program, dan
pengawasan K3 harus mampu memberikan perhatian terhadap perilaku aman tenaga kerja.
Sehingga dapat tercipta tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sebagaimana yang
telah disebutkan dalam Permen PU Nomor: 09/PRT/M/2008 tentang pedoman SMK3
konstruksi bidang PU tercantum elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
sebagai berikut: 1. Kebijakan K3 Kebijakan adalah arah yang ditentukan untuk dipatuhi
dalam proses kerja dan organisasi perusahaan. Kebijakan yang ditetapkan manajemen
menuntut partisipasi dan kerjasama semua pihak.Kebijakan K3 menggarisbawahi hubungan
kerja manajemen dan karyawan dalam rangka pelaksanaan program K3 yang efektif.
(Sastrohadiwiryo, 2001) 2. Perencanaan K3 Perusahaan harus membuat perencanaan yang
efektif guna mencapai keberhasilan penerapan SMK3 dengan sasaran yang jelas dan dapat
diukur.Perencanaan juga memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang diterapkan.
(Sastrohadiwiryo, 2001). Adapun bagian-bagian perencanaan adalah sebagai berikut: 1)
Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendaliannya, 2) Pemenuhan Perundang-
undangan dan persyaratan lainnya, 3) Sasaran dan Program. (Permen, 2008) 3. Penerapan dan
Operasi Kegiatan Dalam mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja, perusahaan harus
menunjuk personel yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan sistem yang
diterapkan.Adapun kualifikasi yang tercantum dalam Permen No. 9 tahun 2008 adalah
sebagai berikut: 1) Sumber Daya, Struktur Organisasi dan Pertanggungjawaban. 2)
Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian. 3) Komunikasi, Keterlibatan dan Konsultasi. 4)
Dokumentasi. 5) Pengendalian Dokumen. 6) Pengendalian Operasional. 7) Kesiagaan dan
Tanggap Darurat. (Permen, 2008) 4. Pemeriksaan atau Evaluasi Perusahaan harus memiliki
sistem untuk mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja SMK3 dan hasilnya harus
dianalisis guna menentukan keberhasilan atau untuk melakukan identifikasi tindakan
perbaikan. Seperti yang terdapat pada pasal 10 Permen PU tahun 2008 menyatakan bahwa
dalam hal materi penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang Pekerjaan Umum yang dijadikan
salah satu bahan evaluasi dalam proses pemilihan penyedia jasa, maka PPK wajib
menyediakan acuannya. PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) ialah pejabat yang melakukan
tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja. Berikut ini adalah bagian
peraturan dalam setiap evaluasi atau pengukuran kinerja SMK3 terdiri dari 4 bagian yaitu: 1)
Evaluasi Kepatuhan. 2) Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan
Pencegahan. 3) Pengendalian Rekaman. 4) Audit Internal.(Permen, 2008) 5. Tinjauan
Manajemen (Permen, 2008) Pimpinan yang ditunjuk harus melaksanakan tinjauan ulang
SMK3 secara berkala untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan
dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3.Ruang lingkup tinjauan ulang SMK3 harus dapat
mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk
dampaknya terhadap kinerja perusahaan. (Sastrohadiwiryo, 2001) Pengendalian Resiko
Pengendalian resiko merupakan upaya pencegahan kecelakaan kerja yang terdiri dari 5
hierarki: 1. Eliminasi, yaitu menghilangkan sumber bahaya di tempa kerja. 2. Substitusi, yaitu
mengganti bahan dengan proses yang lebih aman. 3. Engineering, yaitu melakukan perubahan
atau modifikasi terhadap desain peralatan, proses dan lay out. 4. Administrasi, yaitu cara
kerja yang amandengan melakukan pengontrolan dari sistem administrasi. 5. Alat pelindung
diri (APD) yang terdiri dari sabuk pengaman, sarung tangan, pelindung kepala dan lain-lain.
Di perusahaan tersebut juga sudah menerapkan identifikasi bahaya dengan metode HIRA dan
Fault Tree Analysis. Potensi bahaya kerja yang teridentifikasi yaitu dengan kategori dominan
low risk atau L menunjukkan bahwa program SMK3 dilingkungan kerja yang sudah memliki
SMK3 dan penghargaan zero accident lebih ditingkatkan dalam penerapannya agar dapat
diminimalisir dan mengantisipasi potensi bahaya yang akan terjadi. Pengawasan lebih ketat
terhadap penerapan SMK3 yaitu dengan menerapkan juga reward terhadap karyawan yang
patuh dan punishment terhadap karyawan yang melanggar, sehingga karyawan peduli akan
keselamatan dan kesehatan kerja. Peraturan yang lebih ketat terhadap karyawan yang
melanggar aturan dari penerapan SMK3 seperti penggunaan APD dan bertindak serta bekerja
dengan peduli keselamatan dan kesehatan bukan karena unsafe behaviour.
Di PT LTX sudah hampir melaksanakan kebijakan SMK3 dengan baik, hal tersebut
dibuktikan dengan adanya penghargaan. Lima prinsip penerapan SMK3 yang telah diterapkan
untuk terus dilakukan perbaikan berkelanjutan oleh manajemen perusahaan. Perbaikan
berkelanjutan dilakukan agar kesinambungan penerapan SMK3 dapat ditingkatkan sehingga
mengurangi angka kecelakan kerja atau mendapatkan zero accident. SMK3 yang diterapkan
diberlakukan untuk semua karyawan secara terntegrasi antara mesin, manuasia, material dan
lingkungan, sehingga menghasilkan penghargaan zero accident atau nol kecelakaan sehingga
mendapatkan bendera emas atas penghargaan penerapan SMK3. Sertifikat yang diperoleh
diantaranya sertifikat ISO 9001:2008, ISO 14001:2004, OHSAS 18001 dan sertifikat SMK3.
ANALISA JURNAL
ANALISA KOMITMEN MANAJEMEN RUMAH SAKIT (RS) TERHADAP
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA
RS PRIMA MEDIKA PEMALANG
Rumah sakit Prima Medika merupakan salah satu RS swata yang berada di kota
pemalang. RS ini yang tergolong baru di Pemalang. Bedasarkan survey awal yang telah
dilakukan di RS Prima Medika Pemalang, melalui proses wawancara dengan 3 orang tenaga
medis, diperoleh informasi tentang diantaranya bagian K3 belum terbentuk, semua masalah
tentang K3 masih diatasi oleh HRD maupun direktur dari RS tersebut. Sebagai RS baru, RS
Prima Medika belum mendapat akreditasi RS, sehingga RS Prima Medika sedang
mempersiapkan untuk mendapat akreditasi RS sebagai pengakuan bahwa RS itu memenuhi
standar pelayanan RS. Dengan adanya persiapan akreditasi itulah seharusnya sangat
diperlukan departemen khusus yang menangani K3RS. Karena dengan meningkatnya
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat maka tuntutan pengelolaan
program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi karena
Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit, pengunjung/pengantar pasien, pasien dan
masyarakat sekitar Rumah Sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan
dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun
karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak memenuhi standar.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan
pengobatan yang bermutu, Rumah Sakit juga dituntut harus melaksanakan dan
mengembangkan program K3 di Rumah Sakit (K3RS) seperti yang tercantum dalam buku
Standar Pelayanan Rumah Sakit dan terdapat dalam instrumen akreditasi Rumah Sakit.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, 2009 tentang
Kesehatan, khususnya pasal 165 : Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk
upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi
tenaga kerja. Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di Rumah Sakit
mempunyai kewajiban untuk menyehatkan menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya
adalah melalui upaya kesehatan kerja di samping keselamatan kerja. Rumah Sakit harus
menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja
maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena itu,
Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit
Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari.
K3RS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit,
khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM Rumah Sakit, pasien,
pengunjung/pengantar pasien, masyarakat sekitar Rumah Sakit. Hal ini secara tegas
dinyatakan di dalam Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 40 ayat
1 yakni Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi
secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali.K3 termasuk sebagai salah satu standar
pelayanan yang dinilai di dalam akreditasi Rumah Sakit, di samping standar pelayanan
lainnya.
Program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) K3RS merupakan hal pokok
yang tidak bisa dikesampingkan. Direktur memegang peranan penting dalam membangun
kepedulian dan memotivasi pekerja dengan menjelaskan nilai-nilai organisasi dan
mengkomunikasikan komitmennya pada kebijakan yang telah dibuat. Selanjutnya
transformasi sistem manajemen K3 dari prosedur tertulis menjadi proses yang efektif
merupakan komitmen bersama. Rumah Sakit kompetitif di era global; tuntutan pengelolaan
program K3 di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi karena pekerja, pengunjung pasien dan
masyarakat sekitar Rumah Sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan
dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun
karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak memenuhi standar.
Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit yang disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri,
jamur, parasit); faktor kimia (antiseptik, reagent, gas anestesi); faktor ergonomi (lingkungan
kerja,cara kerja, dan posisi kerja yang salah); faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik,
getaran dan radiasi); faktor psikososial (kerja bergilir, beban kerja, hubungan sesama
pekerja/atasan) dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. PAK di Rumah
Sakit, umumnya berkaitan dengan faktor biologi (kuman patogen yang berasal umumnya dari
pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil yang terus menerus seperti antiseptik
pada kulit,gas anestesi pada hati); faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien
salah); faktor fisik (panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada
sistem produksi sel darah); faktor psikologis (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien
gawat darurat, bangsal penyakit jiwa, dan lain-lain). Sumber bahaya yang ada di Rumah Sakit
harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat risiko, yang merupakan tolok ukur
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK. Oleh karena itu, walaupun Rumah sakit masih
tergolong baru, tetap diperlukan departemen yang mengatur K3RS sendiri mengingt hazard
yang terdapat di Rumah sakit begitu banyak sehingga potensi untuk terjadi kecelakaan akibat
kerja dan penyakit akibat kerja lebih tinggi. Maka dari itulah diperlukan penanganan-
penangan khusus dari pihak yang berpengalaman.
ANALISA JURNAL
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
DI RUMAH SAKIT BERSALIN PERTIWI MAKASSAR