You are on page 1of 2

Islam adalah agama yang paling sempurna.

Kita sebagai umat Islam sudah tahu bahwa agama Islam


itu merupakan agama yang menyempurnakan agama samawi sebelum sebelumnya. Agama samawi
yaitu agama yang berasal dari langit, contoh agama samawi yaitu Islam, Yahudi, dan Nasrani. Islam
juga dikatakan sempurna karena agama Islam tidak hanya mengatur hubungan antara Tuhan dengan
manusia saja, melainkan juga mengatur hubungan anatara manusia dengan manusia, manusia dengan
hewan, manusia dengan alam, mengatur tentang politik, sosial, ekonomi dan lain sebagainya.

Ekonomi Islam sudah ada sejak beberapa abad yakni bersamaan dengan turunya AL-Quran pada
tahun 610 M yang lalu, jauh lebih dulu ada dari ekonomi konvensional dari barat. Kegiatan ekonomi
baik ekonomi Islam maupun konvensional tidak lepas dari yang namanya akuntansi. Akuntansi
konvensional saat ini masih banyak digunakan diseluruh dunia dibandingkan dengan akuntansi Islam.
Akuntansi konvensional sendiri masih menguasai sistem akuntansi Indoensia, namun kabar baiknya
penerapan akuntansi Islam di Indonesia saat ini sedang mengalami perkembangan yang baik. Bahkan
di Indonesia penerapan akuntansi Islam atau syariah telah diatur dalam undang undang.

Akuntansi Islam dapat didefinisikan sebagai sistem akuntansi yang dalam prakteknya berdasar atas
hukum hukum Al-Quran dan Al-Hadits, dan dipergunakan sebagai aturan oleh seorang akuntan
dalam pekerjaanya, baik dalam pembukuan, analisis, pengukuran, pemaparan, maupun penjelasan,
dan menjadi landasan dalam menjelaskan suatu kejaidan atau peristiwa yang terjadi.

Dasar hukum tentang ekonomi Islam yaitu Al Baqarah ayat 282 :

Allah SWT berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang-piutang untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah
telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah orang yang berutang
itu mendiktekan, dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi
sedikit pun dari padanya. Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah (keadaannya),
atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar. Dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-
laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai
dari para saksi (yang ada), agar jika yang seorang lupa maka yang seorang lagi mengingatkannya. Dan
janganlah saksi-saksi itu menolak apabila dipanggil. Dan janganlah kamu bosan menuliskannya,
untuk batas waktunya baik (utang itu) kecil maupun besar. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah,
lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika
hal itu merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi
kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila kamu berjual-beli, dan janganlah
penulis dipersulit dan begitu juga saksi. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sungguh, hal itu
suatu kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu,
dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
Isi dari ayat tersebut menjelaskan tentang prinsip prinsip akuntansi :

1. Prinsip Pertanggungjawaban (accountability)


Prinsip ini mengharuskan bahwa setiap individu yang terlibat dalam kegiatan bisnis harus
mempertanggungjawabkan semua apa yang telah dilakukan kepada pihak- pihak yang terkait.
2. Prinsip Keadilan
Dalam kegiatan akuntansi, semua transksi yang terjadi harus dicatat denan benar dan tidak
ada window dressing dalam praktik akuntansi perusahaan.
3. Prinsip Kebenaran
Prinsip ini mengharuskan seoran akuntan harus bersikap jujur dalam pelaporan dan
pengukuran laporan sesuai dengan transaksi yang terjadi.

Surat Al Baqarah ayat 282 menjelaskan bahwa Allah memerintahkan terutama ditujukan kepada
para pelaku bisnis (akuntan & stakeholder) bahwasanya dalam pembukuan, pelaporan dan
pertanggungjawaban seorang akuntan harus bersifat jujur tanpa menambah atau mengurangi atau
sesuai dengan transaksi yang sebenarnya. Dalam ayat ini juga dijelaskan bahwa sebagai seorang
akuntan haruslah menggunakan ilmu pengetahuannya untuk membantu pembukuan para pengusaha
yang tidak memiliki kemampuan akuntansi dan seorang akuntan juga tidak boleh berkecil hati bila
yang meminta bantuan berasal dari kalangan yang memiliki usaha menengah ke bawah.

Seorang akuntan dalam menjalankan tugasnya terutama berkaitan dengan pembukuan haruslah
disertai dengan bukti bukti transaksi yang tertulis bila perlu juga adanya saksi. Ayat ini jula
menjelaskan bahwa seorang akuntan haruslah memiliki rasa takut kepada Allah, karena Allah akan
selalu mengawasi gerak gerik seorang akuntan. Dalam menjalankan tugasnya seorang akuntan
haruslah berhati hati agar dalam berkerja tetap diridhai oleh Allah SAW.

Surat Al Baqarah ayat 282 ini memberikan pelajaran terutama bagi akuntan yang pertama adalah
perintah untuk menuliskan segala transaksi yang terjadi secara implisit yang diiringi dengan
ketaqwaan, keadilan, dan transparan. Kedua yaitu Allah memerintahkan seorang akuntan
menggunakan ilmu yang didapatnya untuk membantu pengusaha dari kalangan menengah kecil.
Ketiga, seorang akuntan haruslah menggunakan bukti bukti dalam menjalankan tugasnya serta
akuntan harus memiliki rasa takut kepada Allah karena Allah selalu mengawasinya sehingga seorang
akuntan akan berhati hati dalam bekerja terutama agar tidak bertindak melakukan kecurangan,
embezzlement, bribery, collusion bahkan korupsi.

You might also like