You are on page 1of 4

Kecerdasan Emosional Untuk Mencegah Perilaku Agresi

Oleh Maulida Nabilah, Sosiologi 2016


160751615471 (Off: A)
Setiap manusia diciptakan dengan adanya jiwa emosi dalam dirinya
masing-masing, dari jiwa emosi tersebut manusia dituntut untuk dapat
mengkontrol segala bentuk emosi dalam dirinya agar dapat terealisasikan
dengan semestinya, namun tidak menutup kemungkinan kadang kala emosi
dalam diri tidak terealisasikan dengan baik sehingga mengakibatkan
kerugian dari salah satu pihak yang terlibat didalamnya. Seperti halnya
dengan perilaku agresi, yang sering kali dikaitkan dengan tindakan
kekerasan sebab adanya perilaku menyakiti orang lain. Sigmund Freud
mengemukakan (1920) bahwa semua manusia memiliki dorongan agresif
sejak lahir, yang, bersamaan dengan dorongan seksualnya, berkontribusi
pada pengembangan kepribadian, dan menemukan ekspresi dalam
perilaku. (Dalam: Human Aggression (1988)).
Dalam gambaran umum, agresi merupakan suatu bentuk perilaku yang
sengaja dilakukan oleh suatu pihak dengan tujuan untuk menyakiti atau
melukai pihak lain, baik menyakiti secara fisik ataupun psikis. Istilah lain juga
menyatakan bahwa agresi merupakan perilaku atau tingkah laku yang
dilakukan oleh suatu individu terhadap individu lain atau objek-objek. Dari
istilah tersebut dapat diperjelas kembali bahwasannya agresi tidak hanya
dilakukan terhadap makhluk hidup saja tetapi juga benda-benda atau objek
lain yang ada di sekeliling seperti contoh agresi yang dilakukan terhadap
suatu objek yakni merusak benda-benda. Agresi juga sering disebut dengan
perilaku agresif, perilaku ini dapat dilakukan secara fisik ataupun lisan
dengan disengaja. Dari beberapa hal yang telah dikaji menunjukkan bahwa
agresi adalah bentuk perilaku atau tingkah laku yang didasari oleh
ketidaksesuaian atau tidak dapat terima secara sosial dalam suatu kalangan
masyarakat, sehingga mendorong individu untuk berusaha memperoleh
kembali haknya dalam penyesuaian suatu hal yang semestinya diperoleh
dan dilakukan dengan menyakiti atau melukai individu, benda-benda, atau
objek lainnya yang berhubungan dengan kondisi yang dialami oleh suatu
individu. Agresi juga didasari atas unsur kesengajaan dan saat terjadinya
suatu agresi, pihak yang menjadi korban atas perilaku ini sering kali
berusaha untuk menghindar. Ada beberapa faktor yang mendorong
munculnya agresi, seperti untuk melindungi diri, usaha memperoleh hak
yang semestinya dan beberapa hal lain.

Secara umum, Myers (1996) membagi agresi dalam dua jenis, yaitu:
1. Agresi rasa benci atau agresi emosi (hostile aggression), agresi jenis ini
tidak memikirkan dan tidak peduli dengan akibat yang ditimbulkan dari
tindakan yang dilakukan.
2. Agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain (instrumental
aggression), pada umumnya agresi jenis ini tidak disertai emosi,
melainkan sebagai saran untuk mencapai tujuan lain. Contoh: Polisi
menembak pengendara mobil yang mencoba kabur dari sanksi lalu lintas
karena tidak memiliki SIM.
Agresi termasuk dalam kajian psikologi sosial sebab perilaku agresi
mencakup beberapa komponen yang masuk dalam komponen utama
psikologi sosial yang mana melibatkan kondisi biologis dan psikis individu.
Tak dapat dipungkiri bahwasannya agresi juga erat kaitannya dengan kondisi
emosional individu dan berhubungan dengan amarah dari dalam diri
individu. Bila seseorang sedang marah, maka ia akan melakukan apa saja
untuk meluapkan amarahnya dan itu menimbulkan perasaan ingin
menyerang, melukai pihak yang menjadi penyebab, bahkan merusak benda-
benda disekitarnya, saat hal ini terjadi maka itulah yang dinamakan agresi.
Kondisi seperti inilah yang dipicu oleh kondisi emosional dalam diri individu
yang mengontrol suasana hati serta emosi seseorang. Dalam konteks ini,
agresi dominan terjadi kala seseorang mengalami kondisi yang penuh
tekanan sehingga memungkinkan seseorang kehilangan kontrol emosi dan
memunculkan tindak kekerasan. Saat seseorang belum bisa menghadapi
suatu permasalahan atau konflik yang muncul di lingkungan sekitarnya,
maka seseorang akan cenderung gegabah dalam mengambil suatu tindakan.
Maka diperlukannya kecerdasan emosional guna mengatur kondisi emosional
dalam diri seseorang untuk menghadapi segala kondisi sekitar. Kecerdasan
emosional memiliki arti dimana seseorang mampu menyesuaikan perasaan
diri sendiri dengan perasaaan orang lain dan kemampuan untuk mengelola
dan mengendalikan emosi. Apabila seseorang memiliki kecerdasan
emosional yang baik, maka dapat dipastikan ia akan dengan mudah
mengendalikan emosinya dalam segala kondisi yang memungkinkan
munculnya suatu konflik dan agresi yang dapat merugikan satu pihak atau
lebih. Kecerdasan emosional akan membentuk perbedaan dalam memberi
tanggapan terhadap suatu konflik, ketidakpastian serta hal-hal yang
dianggap kurang sesuai.
Sebagai makhluk sosial tentu harus saling menyeimbangi antar satu
dengan yang lain, seperti halnya dalam menanggapi suatu permasalah atau
konflik antar sesama, perlu adanya sikap saling memahami setiap kondisi
dan fakta aktual didalamnya. Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya
perilaku agresi, maka diharapkan bagi masyarakat untuk senantiasa
mengembangkan diri dengan memiliki kecerdasan emosional dalam
menghadapi segala bentuk kondisi yang ada disekitarnya tanpa perlu
melakukan tindakan agresi yang dapat merugikan orang lain dan semakin
memperkeruh kondisi. Sebagai warga negara yang baik, kita diharapkan
untuk dapat memajukan bangsa dengan melakukan hal-hal positif dan saling
bersatu dalam kesatuan.
DAFTAR RUJUKAN
Setiawati, Rina. 2015. HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN
PERILAKU AGRESI REMAJA. Naskah Publikasi. Fakultas Psikologi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Staff, Kenes. 2015. Materi Agresi. Gunadarma. Online-Karya Tulis.

J. Archer and K. Brown, ed., Human Aggression (1988); R. A. Baron and D.


R. Richardson, Human Aggression (1991). The Columbia University Press.

You might also like