Professional Documents
Culture Documents
Secara umum, Myers (1996) membagi agresi dalam dua jenis, yaitu:
1. Agresi rasa benci atau agresi emosi (hostile aggression), agresi jenis ini
tidak memikirkan dan tidak peduli dengan akibat yang ditimbulkan dari
tindakan yang dilakukan.
2. Agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain (instrumental
aggression), pada umumnya agresi jenis ini tidak disertai emosi,
melainkan sebagai saran untuk mencapai tujuan lain. Contoh: Polisi
menembak pengendara mobil yang mencoba kabur dari sanksi lalu lintas
karena tidak memiliki SIM.
Agresi termasuk dalam kajian psikologi sosial sebab perilaku agresi
mencakup beberapa komponen yang masuk dalam komponen utama
psikologi sosial yang mana melibatkan kondisi biologis dan psikis individu.
Tak dapat dipungkiri bahwasannya agresi juga erat kaitannya dengan kondisi
emosional individu dan berhubungan dengan amarah dari dalam diri
individu. Bila seseorang sedang marah, maka ia akan melakukan apa saja
untuk meluapkan amarahnya dan itu menimbulkan perasaan ingin
menyerang, melukai pihak yang menjadi penyebab, bahkan merusak benda-
benda disekitarnya, saat hal ini terjadi maka itulah yang dinamakan agresi.
Kondisi seperti inilah yang dipicu oleh kondisi emosional dalam diri individu
yang mengontrol suasana hati serta emosi seseorang. Dalam konteks ini,
agresi dominan terjadi kala seseorang mengalami kondisi yang penuh
tekanan sehingga memungkinkan seseorang kehilangan kontrol emosi dan
memunculkan tindak kekerasan. Saat seseorang belum bisa menghadapi
suatu permasalahan atau konflik yang muncul di lingkungan sekitarnya,
maka seseorang akan cenderung gegabah dalam mengambil suatu tindakan.
Maka diperlukannya kecerdasan emosional guna mengatur kondisi emosional
dalam diri seseorang untuk menghadapi segala kondisi sekitar. Kecerdasan
emosional memiliki arti dimana seseorang mampu menyesuaikan perasaan
diri sendiri dengan perasaaan orang lain dan kemampuan untuk mengelola
dan mengendalikan emosi. Apabila seseorang memiliki kecerdasan
emosional yang baik, maka dapat dipastikan ia akan dengan mudah
mengendalikan emosinya dalam segala kondisi yang memungkinkan
munculnya suatu konflik dan agresi yang dapat merugikan satu pihak atau
lebih. Kecerdasan emosional akan membentuk perbedaan dalam memberi
tanggapan terhadap suatu konflik, ketidakpastian serta hal-hal yang
dianggap kurang sesuai.
Sebagai makhluk sosial tentu harus saling menyeimbangi antar satu
dengan yang lain, seperti halnya dalam menanggapi suatu permasalah atau
konflik antar sesama, perlu adanya sikap saling memahami setiap kondisi
dan fakta aktual didalamnya. Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya
perilaku agresi, maka diharapkan bagi masyarakat untuk senantiasa
mengembangkan diri dengan memiliki kecerdasan emosional dalam
menghadapi segala bentuk kondisi yang ada disekitarnya tanpa perlu
melakukan tindakan agresi yang dapat merugikan orang lain dan semakin
memperkeruh kondisi. Sebagai warga negara yang baik, kita diharapkan
untuk dapat memajukan bangsa dengan melakukan hal-hal positif dan saling
bersatu dalam kesatuan.
DAFTAR RUJUKAN
Setiawati, Rina. 2015. HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN
PERILAKU AGRESI REMAJA. Naskah Publikasi. Fakultas Psikologi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.