Professional Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang
Manusia sejak lahir diberikan potensi sosialitas artinya setiap individu memiliki
kemampuan untuk bergaul dengan siapa saja dan tidak dapat mencapai apa
yang diinginkannya seorang diri. Kehadiran lain manusia dihadapannya bukan
saja penting untuk mencapai tujuan hidupnya, tetapi juga merupakan sarana
kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan hidup kepribadiannya.
Sehubungan dengan potensi dan kebutuhan sosial tersebut manusia dengan
kesadaran dirinya membuat pendidikan ideal yang mengakui pluralitas
kehidupan perbedaan individual dan memanfaatkan secara positif sebagai
sumber untuk belajar.[2]
B. Pembahasan
11) UUD 1945 (amandemen) pasal 31 ayat 1: setiap warga Negara berhak
mendapat pendidikan.
18) Deklarasi Bandung tanggal 8-14 Agustus 2004 tentang Indonesia menuju
Pendidikan Inklusi.
a. Tunanetra
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian tunanetra adalah tidak dapat
melihat (buta).[7]
Tidak hanya itu, tunanetra adalah tidak saja mereka yang buta tetapi mencakup
juga mereka yang mampu melihat tetapi terbatas sekali dan kurang
dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari terutama dalam belajar. Jadi
anak-anak dengan kondisi penglihatan yang termasuk setengah melihat, low
visioan atau rabun adalah bagian dari kelompok anak tunanetra.[8]
a) Tunanetra sebelam dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tidak
memiliki pengalaman penglihatan.
b) Tunantra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki kesan-
kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.
c) Tunantera pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah
memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam
terhadap proses perkembangan pribadi.
d) Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan segala
kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.
Hallahan dan Kaufman memberikan petunjuk praktis tentang apa saja yang
dapat dilakukan jika anda memiliki anak didik yang mengalami gangguan
penglihatan:
5) Sedapat mungkin memberikan jenis tugas yang sama kepada mereka yang
dapat melihat.
6) Khusus untun anak dengan kebutuhan persial, penting bagi anda pula
untuk mengatur letak tempat duduk mereka, serta gambar yang mengkilap atau
bercahaya sebaiknya dihindari.
7) Berbicara dengan suara yang keras mengenai apa yang anda buat dipapan
tulis.
10) Menyediakan meja kecil dan rak-rak yang mudah untuk dijangkau, yang
berisi alat bantu belajar bagi mereka.
13) Yakinkan anak bahwa anda dan teman-temannya yang lain memahami
komunikasi dan informasi yang ia berikan, serta dorong anak untuk bertanya
mengenai hal-hal yang belum ia mengerti.
b. Tunarungu
Menurut Hallahan dan Kauffman pengertian tunarungu adalah dua yang umum
yaitu, tuli dan kesulitan mendengar (hard of hearing). Hampir sama dengan
pengertian gangguan penglihatan, pengertian mengenai gangguan pendengaran
juga sering dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang yang
berorientasi fisiologis dan sudut pandang yang berorientasi edukasional.
Sedangkan Telford dan Sawrey (1981) membuat devinisi dan kategori yang
sedikit berbeda mengenai gangguan pendengaran. Berkaitan dengan batas
intensitas suara yang dapat didengar. Sekalipun pada bagian diatas disebutkan
bahwa orang yang tuli adalah orang yang kehilangan pendengaran sekitar 90 dB
atau lebih.
dari kelima kategori diatas dapat disimpulkan bahwa kategori 1-3 dapat
dimasukkan kedalam kesulitan mendengar (hard of hearing). Adapaun kategori 4
dan 5 sudah termasuk dalam tuli.[13]
Menurut Hallahan dan Kauffman terdapat sejumlah pedoman praktis berikut ini
diharapkan juga dapat membantu untuk menghadapi anak didik yang
mengalami gangguan pendengaran.
5) Anda harus menyadari bahwa penting bagi anak didik yang mengalami
gangguan pendengaran untuk melihat sepenuhnya wajah anda ketika berbicara.
a) Faktor genetik. Bentuk yang paling umum dari retardasi mental adalah
down syndrome (sindrom down) yang ditransmisikan (diwariskan) secara
genetik.
Para ahli melakukan klasifikasi gangguan anak dengan retardasi mental menjadi
tiga bagian:
Tingkat Retardasi
Mental
Kategori Pendidikan
Kisaran IQ
(Sakala Wechsler)
Ringan
Mampu Didik
69-55
Sedang
Mampu Latih
54-40
Berat
39-25
Anak dengan tingkat retardasi ringan masih mampu menguasai pendidikan dasar
seperti membaca, menulis, dan berhitung sederhana.
Pada anak dengan tingkat retardasi sedang, biasanya tujuan pendidikan lebih
diarahkan pada sosialisasi, kegiatan bantu diri, dan aktivitas pekerjaan sedang.
Sehingga diharapkan mereka masih mampu mengurus dirinya sendiri dan
melakukan pekerjaan yang sederhana. yang dapat memberi penghasilan
sehingga tidak bergantung kapada oran lain.
No
Interval class
IQ
Classification
140-keatas
Very superior
110-119 = cerdas
Superior
4
90-109 = normal
Average
80-89 = bodoh
Dull avarege
Border line
50-69 = debil
Moron
30-49 = ambisil
Embicile
Dibawah 30 = idiot
d. Tunadaksa
Merupakan gangguan fisik yang berkaitan dengan tulang, otot, sendi dan sistem
persarafan, sehingga memerlukan pelayanan khusus. Salah satu contoh adalah
Cerebral Palsy.[21]
Menurut (Bakwin dan Bakwin 1972), cerebral palsy dapat diklasifikasikan dalam
beberapa jenis yaitu sebagai berikut:
5) Tremor. Klasifikasi ini ditandai oleh adanya gerakan gemeter baik disengaja
maupun tidak disengaja.
Status mental anak yang mengalami cerebral palsy sulit untuk di perkirakan.
Banyak faktornya. Penyebab umum dari cerebral palsy adalah kekurangan
oksigen saat kelahiran.[24] Penyebab lainnya adalah luka neurologist
(disebabkan oleh sistem syaraf), yang mengurangi fungsi intelektual anak.
Misalnya saja disfungsi motorik yang dialami anak dan pengguanaan obat-
obatan yang berlebihan.[25]
e. ADD/ADHD
Attention Defisit Disorder/Attention Defisit Hyperaktive Disorder (ADD/ADHD),
sebenarnya merupakan singkatan internatsional terhadap perilaku yang
berkaitan dengan pemusatan perhatian (attention problems) dan perilaku yang
berlebihan (hyperaktivity).
Orang tua dan guru prasekolah (kelompok bermain) mungkin mengetahui bahwa
ada anak-anak yang aktif dan konsentarsinya kurang, mereka mungkin
mengatakan anak itu tidak bisa diam tidak bisa duduk barang sedikit saja,
atau kelihatannya tak pernah mendengarkan orang bicara.[28] Bahkan ada
kecenderungan untuk secara mudah menyatakan anak yang terlihat aktif
dibandingkan teman-temannya sebagai anak hiperaktif. Padahal untuk
menentukan atau apakah seorang anak mengalami ADD/ADHD atau tidak,
diperlukan penanganan dari professional seperti dokter atau psikolog. Para
profesional biasanya menggunakan metode pemeriksaan medis, wawancara
klinis, penggunaan kauioner bagi orang tua dan guru, serta pengamatan perilak
anak. Penegakan diagnosis ADD/ADHD dilakukan dengan mempertimbangakan
berbagai faktor, anatara lain faktor usia dan tahapan perkembangan sehingga
bisa dikategorikan dalam gejala ADD/ADHD.[29]
Secara umum para ahli menyarankan beberapa prinsip dasar dalam menangani
ADD/ADHD. Salah satunya adalah Pfiffner dan Berkley sebagai berikut:
1) Aturan dan instruksi hendaknya disampaikan secara jelas, tegas dan
disajikan dalam berbagai bentuk dalam lisan dan tulisan
f. Kesulitan belajar
Definisi kesulitan belajar pertama kali ditemukan ole The United States Office of
Education (USEO) pada tahun 1977 yang dikenal dengan Public Law (PL) 94-142,
yang hampir identik dengan definisi yang dikemukakan oleh The National
Advistory Comitte on Handicapped Children pada tahun 1967. Seperti dikutip
oleh Hallahan dan Kauffman dan LIoyd sebagai berikut:
Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dalam
proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa
anjuran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam
bentuk kesulitan, mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis,
mengeja, atau berhitung, batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti
gangguan perceptual, luka pada otak, dan afasi perkembangan, batasan
tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang
penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan,
pendengaran, atau motorik, hambatan karena tuna grahita, karena gangguan
emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi.[32]
Prestasi belajar dipengaruhi dua faktor yatiu: internal dan eksternal. Penyebab
utama kesulitan belajar adalah (learning disabilities) adalah faktor internal, yaitu
kemungkinan adanya disfungsi neurologis, sedangkan penyebab utama
problema belajar (learning problems) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain
berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan pembelajaran yang tidak
membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan
(reinforcement) yang tidak tepat.[34]
Usaha dalam mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa harus dilakukan
dengan mengadakan diagnosis dan remedies yakni melalui proses pemeriksaan
terhadap gejala kesulitan belajar yang terjadi dan diakhiri dengan mengadakan
remedies atau perbaikan sehingga masalah kesulitan belajar dapat diatasi.
4) mengadakan perbaikan.[35]
g. Gangguan autism
Istilah autism diperkenalkan pertama kali pada tahun 1934 oleh Dr. Leo Kanner,
seorang psikiater anak dari Universitas John Hopkins. Autism menurut Kanner
(1934 dalam papernya Autistic Disturbance of Afective Contact) adalah sebagai
berikut:
Inability to relate themselves in the ordinary way to people and situations from
the beginning of life (Kuwara-2000 dalam www.faculty.washington.edu).[36]
Menurut kartono (2000) autism adalah gejala menutup diri sendiri secara total,
dan tidak mau berhubungan dengan dunia luar keasyikan ekstrim dengan fikiran
dan fantasi sendiri.[37]
1) Auitis Ringan
Anak yang mengalami autis ringan masih memberikan tanggapan atau respon
pada rangsangan atau stimulus yang terjadi dsekitarnya. Misalnya, dia menoleh
sebentar saat dipanggil, atau menatap sebentar kearah yang memanggil.
2) Autis sedang
3) Autis berat
Ini adalah kondisi terparah dari macam-macam autis. Dia tidak akan memberikan
respon apapun terhadap segala stimulus sensoris yang anda berikan.[39]
Ciri-ciri gangguan autis adalah sebagai berikut:
1) Perkembangan terlambat.
4) Kelainan sensoris.
2) Terapi wicara.
3) Terapi okupasi.
4) Terapi fisik.
5) Terapi sosial.
6) Terapi bermain.
7) Terapi perilaku.
8) Terapi perkembangan.
h. Anak berbakat
Ellen Winner (1996), seorang ahli dibidang kreativitas dan anak berbakat,
mendskripsikan tiga kriteria yang menjadi cirri utama anak berbakat yaitu:
1) Dewasa lebih dini (precosity). Anak berbakat adalah yang dewasa sebelum
waktunya apabila diberi kesempatan untuk menggunakan bakat atau talenta
mereka.
1) Enrichment (pengayaan)
2) Acceleration (percepatan).[44]
1) Kelas khsus.
Bilal bin Rabbah adalah seorang budak berkulit hitam legam milik seorang
bangsawan Quraisy bernama Umayah bin Kalab. Ia masuk Islam langsung di
hadapan Rasulullah Saw. secara diam-diam. Sejarah masuknya Bilal dalam
agama Islam terjadi sangat menyakitkan. Takdir telah menjadikannya seorang
budak mengikuti jejak ibunya. Hari demi hari ia jalani dengan siksaan demi
siksaan dari tuannya, dan begitulah rutinitasnya setiap hari dan tak ada hari-hari
yang bermakna dalam kehidupannya. Ia mendengar adanya agama baru yang
datang dari langit dan akan melepaskan perbudakan dari bisik-bisik masyarakat
Makkah dan juga pada saat ia melayani tamu-tamu majikannya. Ia pun
merenungkan tentang berita yang didengarnya tersebut. Hingga akhirnya ia pun
memutuskan untuk pergi menemui Rasulullah Saw. dan berbaiat mengucapkan
dua kalimah syahadat.
Berita tentang masuknya Bilal ke dalam agama baru yang dianggap sebagai
agama yang mencela akidah nenek moyang mereka tersebut dirasa sangat
meng-injak-injak harga diri Umayah dan kaum Kafir Quraisy lainnya, hingga
akhirnya Bilal pun disiksa dijemur di bawah terik matahari, diseret mengelilingi
kota Makkah. Pada saat itu Bilal hanya meneriakkan kata Ahad! hingga
akhirnya datang Abu Bakar As-Shidiq yang membebaskan bilal dengan tebusan
uang. Umayah dan algojo-algojonya yang mulai putus asa membujuk Bilal agar
kembali kepada agama nenek moyang mereka itu pun seperti mendapatkan
pencerahan memperoleh uang tebusan dari Abu Bakar tersebut. Bagi mereka
harta lebih penting dari segalanya. Akhirnya Bilal pun dibawa Abu Bakar ke
rumah Rasululllah Saw.
Abdullah Ibnu Umi Matum adalah salah seorang sahabat Rasulullah Saw. yang
diberikan anugerah oleh Allah berupa ketunanetraan atau kebutaan pada
matanya. Ia merupakan sebab turunnya salah satu ayat Al-Quran. Pada awalnya
Rasululah Saw. menolak kehadirannya dengan bermuka masam dan berpaling
tidak menanggapi keinginannnya untuk meminta pengajaran dan pengetahuan
tentang agama Islam kepada beliau. Pada saat itu sasaran dakwah Rasululah
adalah kaum pejabat Quraisy, dengan harapan bahwa masuknya para pejabat
Quraisy tersebut dalam agama Islam akan mampu mempengaruhi kaum kafir
Quraisy yang lain untuk memeluk Islam pula. Karena mengabaikan Abdullah Ibnu
Umi Matum tersebut lah akhirnya datang teguran dari Allah yaitu QS. Abasa
ayat 1-10 yang intinya bahwa rasulullah Saw. tidak diperbolehkan untuk
mengabaikan Abdullah Ibnu Umi Matum meskipun ia adalah seorang yang buta.
Amar Ibnul Jamuh telah menginjak usia tua ketika ia memeluk agama Islam. Ia
menjadi lebih tenang hatinya dan tenteram kehidupannya setelah memeluk
Islam. Ia telah lumpuh saat ia masuk Islam. Pada masa itu ia melihat ketiga
putranya tengah mempersiapkan diri untuk berperang berjihad di jalan Allah
memerangi orang-orang kafir yang ingin menghancurkan agama Islam. Amar
Ibnul Jamuh pun menyatakan keinginannya untuk ikut berperang dengan ketiga
putranya tersebut. Akan tetapi ketiga putranya tersebut melarangnya karena ia
sudah tua dan lumpuh, namun Amar Ibnul Jamuh memaksa dan benar-benar
ingin berjihad membela agamanya, hingga akhirnya ia meminta pertimbangan
Rasulullah Saw. tentang hal tersebut, dan Rasulullah Saw. pun memberikan izin
beliau untuk berperang berjihad membela Islam.[46]
Dasar hukum Islam yang utama adalah Al-Quran dan Hadits. Adapun dalil
tentang anak berkebutuhan khusus adalah terdapat dalam surah Abasa ayat 1-
10:
}t6t #<uqs?ur br& nu!%y` 4yJF{$# $tBur y7
&#ys9 #1t rr& .t myxYtGs #t.e%!$# $Br&
`tB 4o_tF$# |MRr's ms9 3|s? $tBur y7n=t wr&
41t $Br&ur `tB x8u!%y` 4to uqdur 4ys |MRr's
mZt 4Sn=s?
Artinya: Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling. Karena Telah datang
seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan
dirinya (dari dosa). Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu
memberi manfaat kepadanya?. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup.
Maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak
membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan
bersegera (untuk mendapatkan pengajaran). Sedang ia takut kepada (Allah).
Maka kamu mengabaikannya. (Q.S. Abasa: 1-10).[47]
Berkenaan dengan sikap nabi tersebut, Allah Swt. menurunkan ayat in, yang
isinya menegur Nabi yan tidak melayani orang fakir dan buta, sewaktu nabi
melayani orang-orang terkemuka dan kaya raya. Menerima berisi ayat teguran
dari Allah Swt, nabi pun langsung menyampaikan ayat itu kepada para
sahabatnya. Ini merupakan bukti bukti bahwa apa yang disampaikan oleh nabi
adalah wahtu Tuhan. Semua wahyu yang diterima dari Allah Swt, Nabi selalu
menyampaikan kepada para sahabat. Sama sekali tidak ada yang
disenmbunyikan, meskipun isinya menegur perilaku nabi sendiri.[48]
Orang buta, pincang (cacat kaki), dan orang yang sakit tidak boleh makan
bersama orang yang yang sehat. Orang mukmin pada masa pertama membawa
orang cedera (cacat kaki) kerumah istrinya, anak-anaknya, kerabat. Dan teman-
temannya. Mereka memberi makan kepada orang-orang yang diajak itu.
Kemudian sebagian dari mereka, baik yang memberi makan ataupun orang yang
diberi makan, menyangka bahwa yang demikian itu tidak dibenarkan oleh
agama, maka Allah Swt. menjelaskan kebolehannya dengan ayat ini.[50]
Sementara itu menurut Quraish Shihab orang-orang yang memiliki uzur, seperti
yang telah disebutkan ayat ini, enggan untuk makan bersama-sama yang lain
setelah menyadari ada yang enggan ikut makan bersama karena jijik dengan
yang berpenyakit, merasa rikuh makan bersama yang buta, atau kesempitan
tempat duduk karena yang pincang. Nah ayat ini turun menegur orang-orang
yang beruzur itudan menyatakan bahwa hal tersebut bukanlah alasan untuk
enggan makan bersama orang-orang lain atau berkunjung kerumah-kerumah
kaum muslimin.[51]
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.(Q.S. Al-
Hujarat: 13).[52]
Diriwayatkan oleh Abu Daud bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abu Hind
yang pekerjaan sehari-harinya adalah pembekam. Nabi meminta kepada Bani
Bayadhah agar menikahkan salah seorang putri mereka dengan Abu Hind, tetapi
merek enggan dengan alasan tidak wajar mereka menikahkan putrid mereka
dengannya yang merupakan salah seorang bekas budak mereka. Sikap keliru ini
dikecam oleh Al-Quran dengan menegaskan bahwa kemuliaan disisi Allah Swt.
bukan karena kuturunan atau garis kebangsawanan tetapi tetapi karena
ketakwaan. Riwayat lain menyatakan bahwa Usaid ibn Abi al-Ish berkomentar
ketika mendegar Bilal mengumandangkan azan di Kabah bahwa: Alhamdulillah,
ayahku wafat sebelum melihat kejadian ini. Ada lagi yang berkomentara bahwa
apakah Muhammad tidak tidak menemukan selain burung gagak ini untuk
berazan?[53]
Sungguh Allah Swt. telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. Mereka diberi kemampuan untuk menundukkan binatang dan tumbuh-
tumbuhan kebah kekuasaanya. Bahkan akal dan pikiran manusia dapat
menundukkan tabiat (perilaku) alam, betatapun sangat kerasnya, untuk
beberapa maksud dan memenuhi kebutuhannya. Manusia makan dengan
tangannya, tidak seperti binatang yang makan dan minum langsung
menggunakan mulutnya. Allah Swt. pun menjadikan manusia dengan perawakan
(fisik) yang tegak, sehingga mampu membuahkan berbagai hasil karya yang
menakjubkan. Akan tetapi manusia tidak menyadari keistimewaannya itu, dan
menyangka bahwa dirinya sama dengan makhluk yang lain. Karenannya mereka
mengerjakan apa yang sesungguhnya tidak dibenarkan oleh akal sehatnya dan
tidak disukai oleh fitrahnya.[55]
Dalam Sebuah hadits Rasulullah Saw. menyatakan bahwa Allah tidak melihat
seseorang dari wajahnya, tubuhnya, akan tetapi Allah melihat seseorang dari
hatinya:
:
( )
Dari hadits di atas jelas bahwa kecantikan, ketampanan dan keindahan tubuh
tidak akan berarti apa-apa jika ia tidak memiliki hati yang baik.
Dari pemaparan di atas jelas bahwa Islam tidak mengenal diskriminasi terhadap
anak berkebutuhan khusus. Setiap manusia sama di hadapan Allah kecuali amal
perbuatan dan ketaqwaannya.
C. Kesimpulan
DAFTRA PUSTAKA
Bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairy, Abu Al-Husin Muslim, Al-Jami al-Shalih al-
Musamma Shahih Muslim, (Beyrut: Dar al Jil wa Dar al Afa al Jadidah, tt), juz 8.
http://healt.kompas.com/read/2011/01/11/Lima.Faktor.Penyebab.Autism.diaksesp
ada tanggal 25 Mei 2013.
http://ipunkara.blogspot.com/2009/01/10-macam-macam-terapi-anak-
autism.html. diakses pada tanggal 25 Mei 2013.
http://www.slbn-sragen.sch.id/2011/05/30/-pandangan-islam-terhadap-peserta-
didik-yang-berkebutuhan-khusus/. Diakses pada tanggal 24 Mei 2013.
http://meilanikasim.wordpress.com/2009/05/27/anak-berkebutuhan-ksusus.
diakses pada tanggal 10 mei 2013.
http://fadhil45.blogspot.com/2012/07/jenis-jenis-anak-berkebutuhan-khusus.html.
diakses pada tanggal 10 Mei 2013.
Patmonodewo, Sumiarti, Pendidikan Anak Pra Sekolah (Jakarat: PT. Rineka Cipta,
2003), cet II.
Quraish Shihab, M., Tafsir Al-Misbah; Pesan dan Keserasian al-Qurn, volume 8,
(Jakarta: Lentera Hati, 2011), cet IV.
Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008).
[3] Sumiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Pra Sekolah (Jakarat: PT. Rineka
Cipta, 2003), cet II, h. 97.
[6] http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus.
[7] Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 1563.
[9] http://meilanikasim.wordpress.com/2009/05/27/anak-berkebutuhan-ksusus.
diakses pada tanggal 10 mei 2013
[21] http://fadhil45.blogspot.com/2012/07/jenis-jenis-anak-berkebutuhan-
khusus.html. diakses pada tanggal 10 Mei 2013.
[38] http://healt.kompas.com/read/2011/01/11/Lima.Faktor.Penyebab.Autism.
diaskes pada tanggal 25 Mei 2013.
[41] http://ipunkara.blogspot.com/2009/01/10-macam-macam-terapi-anak-
autism.html. diakses pada tanggal 25 Mei 2013.
[46] http://www.slbn-sragen.sch.id/2011/05/30/pandangan-islam-terhadap-
peserta-didik-berkebutuhan-khusus/. Diakses pada tanggal 24 Mei 2013.
[51] M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan dan Keserasian al-Qurn, volume
8, (Jakarta: Lentera Hati, 2011), cet IV, h. 615.
[52] Q.S. Al-Hujurat ayat 13.
[53] M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan dan Keserasian al-Qurn, volume
8, (Jakarta: Lentera Hati, 2011), cet 12, h. 617.
[56] Abu Al-Husin Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairy , Al-Jami al-Shalih
al-Musamma Shahih Muslim, (Beyrut: Dar al Jil wa Dar al Afa al Jadidah, tt), juz 8,
h. 11.