You are on page 1of 8

ANALGETIK NON NARKOTIK

PENDAHULUAN

Analgetik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf secara selektif.
Digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgetik bekerja
dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit. Berdasarkan mekanisme kerja pada
tingkat molekul, analgetik dibagi menjadi dua golongan yaitu analgetik narkotik dan
analgetik non-narkotik. Namun yang akan dibahas pada makalah ini hanya analgetik non
narkotik saja.

KEGUNAAN ANALGETIK NON NARKOTIK

Analgetik non-narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai
moderat, sehingga sering disebut analgetik ringan. Analgetik non-narkotik bekerja
menghambat enzim siklooksigenase dalam rangka menekan sintesis prostaglandin yang
berperan dalam stimulus nyeri dan demam. Karena itu kebanyakan analgetik non-narkotik
juga bekerja antipiretik serta untuk menurunkan suhu badan pada keadaan panas badan yang
tinggi dan sebagai antiradang untuk pengobatan rematik.

Analgetik non narkotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah
Analgetik Perifer.Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini
cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada
sistem susunan saraf pusatatau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat
Analgetik Non-Narkotik ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna.
MEKANISME AKSI

1. Analgesik

Analgetika non narkotika menimbulkan efek analgesik dengan menghambat secara


langsung dan selektif enzim-enzim pada sistem saraf pusat yang mengkatalis biosintesis
prostaglandin, seperti siklooksigenase sehingga mencegah sensitasi reseptor rasa sakit oleh
mediator-mediator rasa sakit, seperti bradikinin, histamin serotonin, protasiklin,
prostaglandin, ion-ion hidrogen dan kalium, yang dapat merangsang rasa sakit secara
mekanis atau kimiawi.

2. Antipiretik

Analgetika non narkotika menimbulkan efek antipiretik dengan meningkat


eliminasi panas, pada penderita dengan suhu badan tinggi, dengan cara menimbulkan dilatasi
buluh darah perifer dan mobilisasi air sehingga terjadi pengenceran darah dan pengeluaran
keringat. Pengaruh obat pada suhu badan normal relatif kecil. Penurunan suhu tersebut adalah
hasil kerja obat pada sistem saraf pusat yang melibatkan pusat kontrol suhu di hipotalamus.

3. Antiradang

Keradangan timbul karena pengaktifan fosfolipase A2, enzim yang menyebabkan


pelepasan asam arakidonat,yang kemudian diubah menjadi prostaglandin oleh prostaglandin
sintetase. Analgetik non narkotik menimbulkan efek antiradang melalui beberapa
kemungkinan, antara lain adalah menghambat biosinteis dan pengluaran prostaglandin
dengan cara memblok secara terpulihkan enzim siklooksigenase sehingga menurunkan gejala
keradangan. Mekanisme yang lain adalah menghambat enzim-enzim yang terlibat pada
biosintesis mukopolisakarida dan glikoprotein, meningkatkan pergantian jaringan kolagen
dengan memperbaiki jaringan penghubung dan mencegah pengeluaran enzim-enzim lisosom
melalui stabilisasi membran yang terkena radang. Analgetika non narkotik efektif untu
mengurangi keradangan tetapi tidak dapat mencegah kerusakan jaringan pada penderita
artritis.

Penggolongan beberapa golongan analgetik non-narkotik antara lain sebagai berikut.


1. Analgetik golongan Anilin
Turunan anilin dan p-aminofenol memiliki aktivitas sebagai analgesik antipiretik
namun tidak memiliki aktivitas sebagai antiradang dan antirematik. Efek samping yang sering
terjadi adalah methaemoglobin dan hepatotoksik. Contoh : asetaminofen, asetanilid, dan
fenasetin.

Contoh obat : -asetaminofen (analgetik dan antipiretik)

-asetanilid

-fenasetin

-Asetaminofen adalah obat pereda demam dan nyeri yang paling banyak
dipergunakan. Senyawa ini dikenal dengan nama lain parasetamol, merupakan senyawa
metabolit aktif fenasetin, namun tidak memiliki sifat karsinogenik seperti halnya fenasetin.

Mekanisme kerjanya adalah asetaminofen menghambat enzim siklo-oksigenase


seperti halnya aspirin, namun hal tersebut terjadi pada kondisi inflamasi, dimana terdapat
konsentrasi peroksida yang tinggi. Pada kondisi ini oksidasi asetaminofen juga tinggi,
sehingga menghambat aksi anti inflamasi. Hal ini menyebabkan asetaminofen tidak memiliki
khasiat langsung pada tempat inflamasi, namun malah bekerja di sistem syaraf pusat untuk
menurunkan temperatur tubuh, dimana kondisinya tidak oksidatif.

Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang populer
dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, serta demam.
Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik selesma dan flu. Ia aman dalam dosis
standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering
terjadi.
Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol
tak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID.
Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau mengganggu
gumpalan darah, ginjal, atau duktus arteriosus pada janin.
Struktur kimia asetaminofen :
-Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan
sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus
asetil. Asetinilida berbentuk butiran berwarna putih tidak larut dalam minyak parafin dan
larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat.

1. Analgetik golongan Asam Salisilat


Asam salisilat mempunyai aktivitas analgesik antipiretik dan antirematik. Obat ini
bisa digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada nyeri kepala, nyeri otot dan nyeri yang
berhubungan dengan rematik. Penggunaan asam salisilat tidak pernah dilakukan secara per
oral karena terlalu toksik. Efek samping nya adalah iritasi lambung karena gugus karboksilat
bersifat asam. Senyawa-senyawa turunan asam salisilat seperti aspirin, salisilamid, diflunisal
lebih banyak digunakan.

Contoh Obat : -asetosal (analgetik, antipiretik, antiradang)

-aspirin

-salisilamid

-diflunisal

-Asam Asetil Salisilat(asetosal) menghambat pengaruh dan biosintesa dari zat-zat


yang menimbulkan rasa nyeri dan demam (Prostaglandin). Daya kerja antipiretik dan
analgetik dari Aspirin diperkuat oleh pengaruh langsung terhadap susunan saraf pusat.
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat
yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor),
antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek
antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah
serangan jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada tahun 1918
ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia.
Awal mula penggunaan aspirin sebagai obat diprakarsai oleh Hippocrates yang
menggunakan ekstrak tumbuhan willow untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Kemudian
senyawa ini dikembangkan oleh perusahaan Bayer menjadi senyawa asam asetilsalisilat yang
dikenal saat ini.
Struktur kimia aspirin :

2. Analgetik golongan 5-pirazolon dan 5-pirazolidindion


Mengurangi rasa skt nyeri kepala, nyeri spasma usus, ginjal, sal empedu&urin,
neuralgia, migrain,dismenerhu, nyeri gigi, nyeri rematik. Efek samping : agranulositosis pada
bbrp kasus dpt berakibat fatal. Contoh : antipirin, amidopirin, dan metampiron.

Contoh obat : -antipirin

-amidopirin

-metampiron

a. Antipirin (fenazon)
Mempunyai aktivitas analegsik antipiretik setara dengan asetanilid. Efek samping
agranulositosis lebih besar dan memiliki efek paralisis pada saraf sensorik dan motorik
sehingga digunakan untuk anestesi lokal dan vasokontriksi pada pengobatan laringitis
dan rinitis. Dosis larutan 5-15
Struktur kimia antipirin:

b. Amidopirin
Memiliki aktivitas analgesik setara antipirin. Absorbsi obat dalam saluran cerna
lebih cepat dengan waktu paro 2-3 jam dan 25-30% terikat dengan protein plasma.

Struktur kimia amidopirin:

c. Metampiron
Metampiron merupakan analgesik yang cukup populer di Indonesia. Metapiron
terabsorbsi cepat dalam saluran cerna dan cepat termetabolisme di hati. Dosis yang
digunakan adalah 50mg 4 kali sehari.
Pada turunan pirazolidindion memiliki gugus keto pada C3 sehingga dapat
membentuk enol aktif yang mudah terionisasi.

Struktur kimia metampiron :


Metamizol Na adalah derivat metansulfonat dari aminopirin yang mempunyai
khasiat analgesik. Mekanisme kerjanya adalah menghambat transmisi rasa sakit ke susunan
saraf pusat dan perifer. Metamizole Na bekerja sebagai analgesik, diabsorpsi dari saluran
pencernaan mempunyai waktu paruh 1 -4 jam.

Derivat pirazolon ini memiliki khasiat antiflogistik yang lebih kuat daripada kerja
analgetiknya. Karena itu golongnan ini khususnya digunakan sebagai obat rematik seperti
halnya juga dengan oksifenilbutazon. Fenilbutazon ada kalanya dimasukan dengan diam-
diam (tidak tertera pada etiket) dalam sediaan-sediaan dari pabrik-pabrik kecil asing, dengan
maksud untuk mengobati keadaan-keadaan lesu dan letih, otot-otot lemah dan nyeri.
Penyalahgunaannya dalam obat-obat penguat dan tonikum (dengan ginseng) adalah sangat
berbahaya berhubung efek merusaknya terhadap sel-sel darah.

3. Analgetik golongan Asam N-arilantranilat


Turunan asam N-antranilat merupakan analog nitrogen dari asam salisilat. Turunan
ini memiliki antiradang pada pengobatan rematik, mengurangi rasa nyeri pada nyeri ringan
dan moderat. Efek samping iritasi saluran cerna, diare, mual, nyeri abdominal, anemia,
agranulositosis, dan trombositopenia. Contoh : Asam mefenamat, asam flufenamat, asam
meklofenamat.
Contoh obat : -asam mefenamat (analgetik dan antiradang)

-asam flufenamat

-asam meklonamat

Struktur kimia asam mefenamat :

Hubungan struktur aktivitas turunan asam antranilat


1. Aktivitas lebih tinggi jika pada inti benzen yang memunyai atom N dengan posisi 2,3,6.
2. Senyawa yang aktif adalah turunan senyawa 2,3 disubstitusi.
3. Memilikiaktivitas lebih tinggi jika gugus pada N-aril di luar koplanaritas asam antranilat.
4. Struktur tidak planar tersebut sesuai dengan reseptor hipotetik antiradang.
5. Adanya substitusi pada o-metil pada asam mefenamat dan o-klor pada asam meklofenamat
meningkatkan aktivitas analgesik.
6. Penggantian atom N pada asam mefenamat dengan senyawa isosterik.

You might also like