You are on page 1of 10

PENDAHULUAN

A. Pengertian Advokat (Advovaten dan Procureurs)

Advokat dalam bahasa inggris dapat disebut advocate adalah


person who does this professionally in a court of law. 1 Yakni
seorang yang propesi sebagai seorang ahli hukum di Pengadilan.
Meskipun sebenarnya arti kata advocate itu sendiri berakar
apada makna advice yakni nasihat. Seorang penasehat disebut
dengan adviser. Bila ia seorang penasehat hukum sering disebut
dengan legal adviser. Barang kali karena perkerjaannya di
Pengadilan adalah sebagai penasehat hukum maka disebut
sebagai advokat.boleh jadi pengertian kebahasaan tersebut
sebenarnya masih berpengertian umum. Bila disebut dengan
seorang ahlli hukum di Pengadilan ( professionally in a court of
law ) bisa saja berlaku pengertian umum yakni semua penegak
hukum yang ada di Pengadilan seperti para hakim, jaksa,
panitera ,penasihat hukum adalah nota bene para pekerja hukum
di Pengadilan2.

Guru besar Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga,


Peter Mahmud Murzaki mengatakan bahwa dalam bahasa
Belanda, kata advocaat berarti procureur yang artinya Pengacara.
Di dalam bahasa Perancis, avocat berarti berarti barrister atau
counsel, pleader dalam bahasa Inggris yang kesemuanya
merujuk pada aktivitas di Pengadilan.

1 AS Hornby; Oxford University Press,1987 h.14

2 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Prenada Media. Jakarta.Cet I,


2005,h.109

1
Subekti membedakan istilah advokat dengan procureur.
Menurutnya seorang advokat adaah seorang pembela dan
penasihat. Sedangkan procureur adalah seorang ahli hukum
acara yang memberikan jsa-jasanya dalam menajukan perkara-
perkara ke pengadilan dan mewakili orang-orang yang
berperkara dimuka pengadilan3.

Procureur yang kalau diterjemahkan di dalam bahasa


Indonesia adalah pengacara. Selama ini istilah umum yang
dipahami oleh para ahli hukum di Indonesia ketika mereka
menyebut para ahli hukum yang mewakili seseorang di
Pengadilan, maka yang dimaksud tidak lain adalah Pengacara.
Maka pengertian Pengacara sendiri dimaksudkan adalah orang
yang membela kepentingan pihak yang berpekara atas dasar
demi hukum dengan mengikuti hukum acara di Pengadilan. Pada
kenyataannya, pembelaan kepentingan hukum seorang terdakwa
ataupun yang berperkara dimuka pengadilan tidak hanya
memberikan bantuan hukum sebagai wakil atau kuasa hukumnya
namun juga memberikan nasihat dan konsultasi hukum. Maka
wajar jika mereka disebut disebut advokat yakni seorang ahli
hukum yang mampu memberikan jasa hukum berupa nasihat
hukum, bantuan hukum menjalankan kuasa hukum, mewakili,
mendampingi, membela,dan melakukan segala tindakan hukum
untuk kepentingan orang yang meminta jasa hukum kepadanya.

Berangkat dari pemahaman demikian, istilah procureur dalam


bahasa Belanda yang sering disebut oleh para ahli hukum di
Indonesia dengan sebutan ahli hukum yang mewakili di

3 R.Subekti,Hukum Acara Perdata,Binacipta,Jakarta,1982,h.13

2
pengadilan adalah dalam makna yang khusus tidak lain adalah
advokat , dimana mereka bukan seorang hakim atau jaksa.

Inti dari pekerjaan advokat atau procureur adaah memberikan


jasa hukum di pengadilan . hanya dalam pasal 1 Undang-Undang
No.18 Tahun 2003, jasa bantuan hukum yang dilakukan oleh
advokat disebut lebih luas lagi sebagai berikut:

Advokat adalah orang yang berprofesi memberikan jasa


hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang
memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang
ini.

Kata jasa hukum , di dalam maupunn di luar pengadilan


adalah sebuah pengertian baru yang memberikan wilayah
pekerjaan yang lebih luas dari yang selama ini dipahami orang
yang pengacara ataupun advokat.

B. Perkembangan Muktahir Profesi Beracara (Advokasi)


Beracara sebagai pekerjaan pokok sorang pengacara
(advokat) terlihat seakan-akan hanya persoalan sidang di
pengadilan. Meskipun pada kenyataannya, hal yang bersifat di
luar pengadilan, non litigasi juga merupakan pekerjaan advokat.
Bagian terakhir ini tidak terlalu rumit jika di bandingkan beracara
dimuka sidang pengadilan. Hal ini lantaran beracara dimuka
sidang pengadilan banyak memiliki aturanaturan. Dari hal
eksepsi, pledoi, jawab-berjawab, replik, duplik, tanggapan atas
bukti-bukti , kesimpulan , banding, kasasi,peninjauan kembali
(PK), Pelaksanaan keputusan. Perkara-perkara di lintas
pengadilan dalam lapangan pidana termasuk mulainya terjadi

3
penangkapan , penahanan, pemeriksaan hingga ke pengadilan.
Semuanya memiliki aturan-aturan yang khusus.
Bahkan ada hal yang tidak terakomodasi dalam makna
beracara adaah menyangkut keahlian ilmuu hukum materil.
Dengan kata lain , seorang pengacara di tuntut bukan hanya ahli
menyangkut tata cara pemeriksaan, pembuktian dan persidangan
saja serta pengadilan mana ia beracara, namun juga dituntut
untuk ahli dalam hukum-hukum yang di tangani.
Pembuat undang-undang yakni terhadap Undang-Undang No
18 Tahun 2003 lebih menekankan pada istilah advokat ketimbang
pengacara . sebab dengan menyebut advokat akan lebih
mengakomodasi tuntutan profesi seorang advokat bahwa ia
bukan saja dituntut ahli beracara (mengerti prosedur dan tata
cara prosese hukum dijalankan) tetapi juga dituntut ahli dalam
imu-ilmu hukum secara keseluruhan (konprehenshif). Dalam hal
ini adalah keahlian atas perkembangan hukum itu sendiri secara
materiil. Maka dengan mempropogandakan istilah advokat dalam
Undang-Undang, sesuai dengan namanya adalah sebagai
penasehat hukum yang berarti ahli hukum, mengerti hukum, baik
hukum-hukum formil (acara) maupun hukum materil (murni).
Selanjutnya, pada kenyataaannya hukum-hukum tersebut
berkembang dengan pesatnya seiring dengan transformasi
masyarakat , maka aspek hukum sangat luas. Hukum-hukum
formil dan materil tersebar dalam berbagai peraturan perundang-
undangan. Termasuk yang telah di cabut, sebagian mengalami
perubahan-perubahan maupun pemberlakuan hukum-hukum
baru.Dengan kata lain, aspek hukum karena begitu luasnya
memungkinkan kealpaan pengatahuan dan informasi bagi
seorang advokat. Setidaknya bagi mereka yang kurang

4
memperhatikan perkembangan hukum itu sendiri, lebih khusus
lagi di Negara Republik Indonesia.
Atas kenyataan ini pula, meskipun dalam kode etik advokat
tidak dibenarkan menolak perkara yang atang kepadanya, namun
pada kenyataannya seorang advokat memiliki keterbatasan
kemampuan termasuk dalam hal-hal pengetahuan hukum. Atas
kenyataan demikian , boleh jadi seorang advokat lebih merasa
percaya diri atau merasa ahli dalam bidang tertentu. misalnya
hanya membidangi hukum pidana atau lebih khusus bidang
narkoba, obat- obat terlarang, psikotrofika atau bidang tindak
pidana khusus seperti korupsi. terkadang ia merasa ahli di bidang
perdata ataupun perdata khusus seperti hukum agama.
Kenyataan lain pula , dalam beberapa decade terakhir, fakultas
hukum dan syariah telah membagi jurusan-jurusan di fakultas
masing-masing. misalnya fakultas hukum jurusan perdata ,
fakultas hukum jurusan pidana, fakultas jurusan adminstrasi
begara. Demikian pula di fakultas syariah ada jurusan peradilan
agama, hukum keluarga, dan lain sebagainya. Demikian pula
untuk strata 2 (S2) pada fakultas hukum dan syariah , masing-
masing memiliki jurusan yang berbeda .
Kenyataan segi positifnya, seorang alumni atau sarjana
hukum atas sarjana syariah sesuai jurusan masing-masing di
fakultasnya memiliki keahlian khusus pada ilmu hukum dengan
kata lain, terjadi spesifikasi keilmuan sehingga diharapkan terjadi
kematangan pengetahuan secara maksimal di bidang tertentu.
Namun segi negatifnya, alumni-alumni Perguruan Tinggi tersebut,
termasuk yang telah diangkat menjadi advokat, terlihat minder
dan merasa kurang ahli di bidang lain, meskipun termasuk dalam
rumpun ilmu hukum. Berbeda dengan alumni perguruan tinggi

5
masa lalu yang hanya membuka program untuk fakultas hukum
adalah ilmu-ilmu hukum demikian pula di fakultas syariah.
Mereka lebih merasa percaya diri untuk menangani segala
perkara.
Dibukanya jurusan-jurusan di fakultas hukum dan fakultas
syariah pada awalnya dimaksudkan pula untuk menjawab
kemampuan profesi khusus disamping kenyataan semakin
luasnya aspek hukum itu sendiri. Pembuat undang-undang di
Negara ini menyadari benar bahwa dikarenakan semakin
kompleksnya hukum maka seorang advokat dibenarkan untuk
hanya menggeluti aspek bidang tertentu saja. Hal ini
dikemukakan dalam pasal 3 ayat (2)Undang-Undang No 18 Tahun
2003 tentang advokat, disebutkan :
advokat yang telah diangkat berdasarkan persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjalankan
praktiknya dengan mengkhususkan diri pada bidang tertentu
sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh perundang-
undangan
Dalam pasal diatas, seorang advokat dapat mengkhususkan
dirinya hanya menangani perkara tertentu yang menurut
kenyakinannya ia sangat ahli dibidang tersebut. Pasal tersebut
mengisyaratkan dua hal yang penting di dunia advokat.
Pertama, adanya tuntutan bahwa seorang advokat secara
idealisme benar-benar mengerti terhadap persoalan hukum yang
ditangani. Tujuannya agar perkara yang ditangani benar-benar
dibelanya secara maksimal sesuai dengan kehendak ketentuan
undang-undang. Maka keahlian khusus sangat di perlukan agar
tercapai yang dimaksud undang-undang.
Kedua, isyarat bahwa perkembangan hukum itu sendiri
semakin luas dan kompleks, memerlukan upaya keras untuk

6
memahaminya. Di katakan luas karena adanya peraturan
perundang-undangan yang terus bertambah dialektika hukum
yang terus berkembang. Dan disebut semakin kompleks karena
hukum itu sendiri mengalami transformasi mengalami
perkembangan masyarakat hukum itu sendiri4.
kenyataan konkrit semakin luasnya perkembangan hukum,
dapat diambil contoh dengan berlakunya Undang-Undang No.3
Tahun 2006 mengenai peradilan agama sebagai perubahan atas
undang-undang No. 7 Tahun 1989. bidang garapan Peradilan
Agama yang baru ini bukan lagi hanya memberi kewenangannya
menyangkut masalah perkawinan, warisan, hibah, wasiat dan
perwakafan. tetapi juga menyangkut perkara ekonomi syariah.
Luasnya pengertian ekonomi syariah memerlukan keahlian
khusus seperti halnya bidang perkawinan, kewarisan dan
perwakafan. sedangkan dalam pengertian kompleksnya dapat di
lihat bahwa satu bidang saja dalam hukum perdata tersebut
sangatlah rumit. sebut saja hukum perkawinan dengan subjek
hukumnya adalah orang islam. bagian hukum materilnya
diperlukan telaah khusus terhadapnya. banyaknya aturan-aturan
di dalamnya secara khusus membedakannya dengan hukum lain.
Sebut lagi tentang hukum kewarisan islam yang begitu
kompleksnya sehingga sistem dan tata cara pembagiannya jauh
berbeda dengan hukum adat maupun hukum perdata barat 5.
Demikian halnya dengan hukum hibah,wasiat,dan perwakafan.

4 Lasdin wilas, cakrawala advokat Indonesia, liberty Yogyakarta,cet I,


1989,h.15

5 Vide, Soerjono Soekanto,Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Pers


Jakata ,cet II ,1983,h.19-20

7
Dalam lapangan hukum pidana , hukum materilnya tidak lagi
hanya ditemui dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) , tetapi juga terserak-serak ditemukan dalam berbagai
peraturan perundang-undangannya. ketentuan-ketentuan hukum
pidana hampir ditemukan di sebagian besar undang-undang yang
diberlakukan . Hal ini dikarenakan, seperti yang ditulis Wirjono
Prodjodikoro bahwa suatu tindak pidana adalah pelanggaran
norma-norma dalam tiga bidang hukum lain, yaitu hukum
perdata, hukum ketatanegaraan, dan hukum tata usaha
pemerintah , yang oleh pembentuk undang-undang ditanggapi
dengan suatu hukum pidana. Maka sifat-sifat yang ada dalam
setiap tindak pidana adalah sifat melanggar hukum (
wederrechtelijkheid,onrechtmatigheid). tidak ada satu tindak
pidana tanpa sifat melanggar hukum6.
Memperhatikan realitas hukum seperti demikian khusus di
indonesia, maka profesi advokat sangatlah luas di samping
menjanjikan. Seorang advokat dapat memilih sekehendak bidang-
bidang garapannya. boleh jadi satu bagian atau beberapa bagian
khusus dari suatu bagian. Secara ekonomis sangat
menguntungkan profesinya karena ia dapat memilih sesuai
keahliannya,dan sekarang ini banyak advokat menggunakan
istilah rekan seprofesi dalam menangani perkara yang
diterimanya. Dalam hal ia kurang ahli, ia dapat mengajak rekan
sprofesinya yang lain tetapi memiiki keahikan khusus dibidang
yang ia tangani untuk ikut serta dalam perkara tersebut.
Demikian pula dikarenakan dirinya dikenal ahli dibidang hukum

6 Vide, ASukris sarmadi, Transendensi Keahlian Hukum Wari


Islamtransformatif,Rajawali Pers, Jakarta,1997,h.25

8
tertentu maka rekan sesama profesinya suatu saat akan
mengajaknya untuk ikut serta menyelesaikan perkara yang
mereka hadapi.
C. Moralitas sebagai Etika Profesi Hukum
Penyalahgunaan profesi hukum; advokasi dapat terjadi karena
persaingan yang melanda individual personal hukum ataupun
karena tidak adanya disiplin diri 7. Sekarang ini kecendrungan
tersebut sering terjadi dan melanda kehidupan seorang advokat.
Untuk demikian upaya pembentukan kode etik advokat telah
dilakukan agar terjadi persaingan yang sehat antarsesama
advokat, antarpenegak hukum maupun dengan klien dan hukum
itu sendiri.

diberikan undang-undang terhadapnya sangatlah


memungkinkan seorang advokat melakukan tindakan-tindakan
yang justru melecehkan profesinya sendiri.oleh karena kenyataan
demikian , moralitas bagi profesi advokat suatu yang mutlak
diperlukan. Moralitas tidak akan mengagnggu hasil ekonomi yang
dikejar oleh seorang advokat dalam memberikan bantuan jasa
hukumnya. Moralitas seorang advokat dapat dinilai dengan
penilaian umum yakni standar normatif evaluasi (normative
standards of evaluation) dan aturan normatif perilaku (normative
rules of conduct)8. Diri seorang advokat dan masyarakatlah yang
dapat menilainya tentang perilaku seorang advokat. Dan pada
gilirannya apa yang dipandang baik oleh masyarakat atas suatu

7 E.Sumaryono, Etika Profesi Hukum,Norma-Norma Bagi Penegak Hukum


Penerbit Kanisius, Yogyakarta,1995,h,73

8 Vide,Sidharta, Moralitas Hukum,Tawan Kerangka Berpikir, Penerbit


Refika Aditama, Bandung, 2006,h.77

9
tindakan seorang advokat akan berpengaruh terhadap
kelangsungan profesi advokat. Dan terlebih patut jika ia sebagai
advokat bukan hanya taat hukum tetapi juga taat akan
agamanya.

Pada gilirannya, moralitas harus dijaga oleh seorang advokat


atas apapun alasannya. Sebab profesinya sebagai officium nobile
merupakan profesi yang mulia yang seharusnya dibuktikan dalam
sikap dan kerjanya dalam mengemban amanat
hukum,ketertiban ,dan supremi hukum.

10

You might also like