You are on page 1of 6

Nama : Mutia Auliyah

Nim : 15919060
Jurusan : Maksi

A. FINANCIAL INSTRUMEN
Instrument keuangan (financial instrument): definisi menurut IAS 32 dan 39 Instrumen
keuangan (financial instrument) adalah kontrak yang mengakibatkan timbulnya asset
keuangan bagi satu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas bagi entitas
lainnya.
Asset keuangan (financial asset) adalah asset berupa:
1. Kas
2. instrumen ekuitas entitas lain
3. hak kontraktual:
a) untuk menerima kas atau asset keuangan lainnya dari entitas lain
b) untuk menukarkan asset keuangan atau kewajiban keuangan dengan entitas lain
yang persyaratan/kondisinya mungkin menguntungkan bagi entitas sendiri
4. kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dalam instrumen ekuitas e ntitas
sendiri dan merupakan:
a) instrumen non-derivatif yang mewajibkan atau mungkin mewajibkan entitas itu
untuk menerima instrumen ekuitas entitas sendiri dalam jumlah variabel , atau
b) instrumen derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain melalui
pertukaran kas atau asset keuangan lainnya dalam jumlah tetap dengan instrumen
ekuitas entitas sendiri dalam jumlah tetap. Untuk maksud ini, instrumen ekuitas
entitas sendiri tidak mencakup instrumen yang berupa kontrak untuk menerima
dan menyerahkan instrumen ekuitas entitas sendiri di masa depan; instrumen
ekuitas entitas sendiri juga tidak mencakup instrumen keuangan yang dapat dijual
dengan harga tertentu di masa depan (puttable financial instrument).

Kewajiban keuangan (financial liability) mencakup:

1. kewajiban kontraktual:

2. untuk menyerahkan kas atau asset keuangan lainnya kepada entitas lain; atau

3. untuk menukarkan asset keuangan atau kewajiban keuangan yang persyaratan/kondisinya


mungkin menguntungkan bagi perusahaan; atau

5. kontrak yang akan atau bisa diselesaikan dalam instrumen ekuitas entitas sendiri dan
berupa:

a) instrumen non-derivatif yang mewajibkan atau mungkin mewajibkan entitas untuk


menyerahkan instrumen ekuitas entitas sendiri dalam jumlah variabel atau

b) instrumen derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain melalui pertukaran kas atau
asset keuangan lainnya dalam jumlah tetap dengan instrumen ekuitas entitas sendiri dalam
jumlah tetap. Untuk maksud ini, instrumen ekuitas entitas sendiri tidak mencakup instrumen
keuangan yang dapat dijual dengan harga tertentu di masa depan (puttable financial
instrument).

Contoh instrumen keuangan yang termasuk dalam cakupan IAS 32 dan 39:

1. kas

2. giro dan deposito

3. commercial paper

4. utang dan piutang usaha, wesel, dan pinjaman

5. sekuritas utang dan ekuitas, baik dari perspektif pemegang maupun penerbitnya.
Kategori ini mencakup investasi dalam perusahaan anak, perusahaan assosiasi, dan
usaha patungan.

6. sekuritas yang dijamin dengan asset, seperti kewajiban hipotik dengan jaminan,
kesepakatan pembelian kembali, dan securitised packages of receivables

7. derivatif, yang mencakup opsi, right, waran, kontrak berjangka, kontrak forward, dan
swap

Permasalahan tentang instrumen keuangan (financial instrument) diatur dalam IPSAS 15,
namun IPSAS 15 ini hanya mencakup masalah penyajian dan pengungkapan saja
sementara masalah pengukuran dan pengakuan belum diatur dalam IPSAS sehingga
harus merujuk pada IAS 39 Financial Instrument: Recognition and Measurement.

Berkaitan dengan masalah investasi maka kedua standar ini mengatur masalah aset
keuangan (financial asset) yang didefinisikan sebagai aset yang terdiri dari:

1. Kas.

2. Instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain.

3. Hak kontraktual untuk menerima kas atau aset keuangan lainnya dari entitas lain atau
untuk mempertukarkan aset keuangan atau kewajiban keuangan dengan entitas lain
dengan kondisi yang berpotensi menguntungkan entitas tersebut.

4. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan intrumen


ekuitas yang diterbitkan oleh entitas dan tidak diklasifikasikan sebagai instrumen
ekuitas entitas.
Beberapa contoh dari aset keuangan yang berkaitan dengan investasi antara lain
investasi dalam saham atau instrumen ekuitas lainnya, pinjaman ke entitas lainnya,
investasi dalam obligasi atau instrumen utang lainnya, dll.
Sesuai dengan IAS 39 maka aset keuangan dibagi menjadi 4 kategori sebagai berikut:

1. Aset keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi (Financial assets at fair value
through profit or loss/FVTPL).

2. Investasi yang ditahan sampai jatuh tempo (Held-to-maturity investments/HTM).

3. Pinjaman dan Piutang (Loans and receivables/L&R).

4. Aset keuangan yang tersedia untuk dijual (Available-for-sale financial assets /AFS).

FVTPL dapat termasuk aset keuangan yang dipegang untuk tujuan diperdagangkan
(trading) atau memang memilih untuk dimasukkan pada kategori ini. Aset keuangan
dimasukkan dalam kategori dengan tujuan untuk diperdagangkan jika entitas memiliki
tujuan untuk menjual atau membeli kembali dalam jangka waktu dekat. Apabila entitas
memang memilik untuk dimasukkan dalam kategori ini maka disebut dengan fair value
option.

Kategori kedua, HTM, mencakup aset keuangan dengan pembayaran yang tetap dan
tertentu serta ada jangka waktu jatuh tempo dimana entitas memiliki keinginan positif
dan kemampuan untuk memegangnya sampai dengan jatuh tempo. Aset keuangan ini
mencakup investasi dalam obligasi dan instrumen utang lainnya dimana entitas tidak
akan menjualnya sebelum masa jatuh tempo.

Kategori ketiga, L&R, termasuk aset keuangan dengan pembayaran yang telah
ditentukan waktunya serta tetap yang tidak memiliki nilai pada pasar aktif. Termasuk di
dalam kategori ini adalah piutang, wesel tagih, pinjaman dll.

Kategori keempat, AFS, termasuk aset keuangan yang tidak termasuk dalam ketiga
kategori tersebut di atas atau entitas yang memilih untuk mengklasifikasikan asetnya ke
dalam golongan ini.

Pengakuan

Entitas harus mengakui aset keuangan ketika entitas tersebut menjadi bagian dalam
provisi kontrak dari instrumen keuangan tersebut. Hal ini berarti bahwa entitas mengakui
semua hak kontraktual yang menimbulkan aset keuangan dalam neracanya. Transaksi
yang direncanakan terjadi di masa datang meskipun dalam kemungkinan yang sangat
besar tidak dapat dicatat sebagai aset keuangan karena entitas tersebut belum diakui
sebagai bagian dari kontrak.

Penghapusan

Sesuai IAS 39 penghapusan aset keuangan dilakukan jika salah satu dari kriteria berikut
terpenuhi:

1. Hak kontraktual atas arus kas dari aset keuangan telah kadaluarsa, atau
2. Aset keuangan telah dialihkan (dijual) dan pengalihannya pengalihan tersebut
memenuhi kriteria penghapusan yang didasarkan pada evaluasi pengalihan resiko
pengalihan dan imbalan dari kepemilikan atas aset keuangan.

Kriteria pertama di atas mudah untuk dilihat misalnya karena konsumen telah membayar
atau menggunakan opsinya, dll. Namun kriteria kedua lebih rumit karena harus
dilakukan penilaian atas pengalihan resiko dan imbalan (risk and reward) atas
kepemilikan aset. Apabila entitas secara substansial telah mengalihkan semua resiko dan
imbalan kepemilikan maka entitas akan melakukan penghapusan atas aset keuangan
perusahaan.

Pengukuran

Pengukuran awal (initial measurement) Ketika aset keuangan diakui dalam neraca maka
harus dicatat pertama kali dengan nilai wajarnya. Nilai wajar merupakan harga transaksi
actual atau yang diestimasi pada saat berlangsungnya transaksi antara pihak-pihak yang
tidak memiliki hubungan istimewa yang memiliki pengetahuan yang cukup atas aset
keuangan yang diukur.

Pengukuran selanjutnya (subsequent measurement)

Pengukuran selanjutnya dari aset keuangan menggunakan salah satu di antara tiga
metode yaitu metode biaya (cost), biaya teramortisasi (amortized cost) dan nilai wajar
(fair value).

Subsequent measurement menggunakan metode cost ketika suatu instrumen tidak dapat
diukur pada nilai wajarnya sehingga laba rugi yang belum terealisasi tidak akan
dicatat/diakui namun laba/rugi akan diakui ketika investasi dalam kategori ini dijual atau
dihapus.

Subsequent measurement menggunakan metode amortized cost untuk mendapatkan


tingkat bunga yang konstan selama masa manfaat aset. Aset keuangan yang diukur
dengan cara ini adalah HTM dan L&R. Apabila HTM dan L&R dijual maka keuntungan
dan kerugian yang terealisasi akan dicatat dalam laporan laba rugi. Metode amortisasi
yang digunakan dalam metode ini adalah effective interest rate method.
Subsequent measurement menggunakan metode fair value untuk aset keuangan kategori
FVTPL dan AFS. Investasi yang termasuk dalam kategori ini termasuk investasi dalam
instrumen utang dan ekuitas. Pengukuran dengan fair value tidak dapat dilakukan ketika
instrumen ekuitas tidak memiliki nilai pada pasar aktif dan tidak dapat diukur secara
andal pada nilai wajarnya. Untuk kategori FVTPL semua perubahan dalam nilai
wajarnya dilaporkan dalam laporan laba rugi namun untuk kategori AFS semua
perubahannya dilaporkan sebagai komponen yang terpisah dari ekuitas sampai terealisasi
dimana ketika realisasi itu terjadi (melalui penjualan) maka akan dicatat dalam laporan
laba rugi.

Pengungkapan
IPSAS 15 mensyaratkan pengungkapan hal-hal berikut berkaitan denga instrumen
keuangan:

1. Pengungkapan kebijakan manajemen resiko.

2. Syarat, kondisi dan kebijakan akuntansi yang meliputi informasi tentang luas dan
sifat dari aset keuangan termasuk syarat dan kondisi yang mungkin memengaruhi
jumlah, waktu dan arus kas di masa datang serta kebijakan akuntansi dan metode
yang diadopsi yang mencakup kriteria pengakuan dan pengukuran.

3. Resiko tingkat bunga yang meliputi informasi tentang tanggal jatuh tempo dan
tingkat suku bunga efektif.

4. Resiko kredit yang mencakup pengungkapan eksposure resiko kredit yang meliputi
jumlah yang mencerminkan eksposure resiko kredit maksimum pada tanggal
pelaporan tanpa memperhitungkan nilai wajar dari jaminan dalam hal pihak lain
gagal dalam memenuhi kewajibannya berkaitan dengan instrumen keuangan.
Informasi tentang nilai wajar termasuk fakta-fakta atau kondisi yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk menentukan nilai wajar secara tepat waktu.
ketentuan pencatatan akuntansi atas setoran modal saham diatur dalam PSAK No. 21
mengenai Akuntansi Ekuitas.

Dalam bagian definisi dijelaskan bahwa ekuitas merupakan bagian hak pemilikan dalam
perusahaan, yaitu selisih antara aset dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak
merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut. Ekuitas terdiri atas setoran pemilik
yang sering kali disebut modal atau simpanan pokok anggota untuk badan hukum
koperasi, saldo laba, dan unsur lain.

Jadi, dalam hal ini modal saham adalah merupakan bagian dari Ekuitas di Neraca
Perusahaan.

Modal saham meliputi saham preferen, saham biasa, dan akun Tambahan Modal Disetor.
Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan sebagai
bagian dari tambahan modal disetor (Par. 11).

Dalam Par. 13 (b) diatur mengenai pencatatan penambahan modal disetor Perseroan
Terbatas (PT) yaitu untuk setoran saham dalam bentuk uang harus dibukukan sesuai
transaksi nyata. Untuk jenis saham yang diatur dalam bentuk rupiah dalam akta
pendirian, setoran saham tunai dalam bentuk mata uang asing dinilai dengan kurs berlaku
tanggal setoran.

Untuk jenis saham yang diatur dalam mata uang asing dalam akta pendiriannya, setoran
tunai baik rupiah atau mata uang asing lain harus dikonversi ke mata uang asing dalam
akta pendirian sesuai kurs resmi yang berlaku pada tanggal setoran, kecuali akta
pendirian atau keputusan Pemerintah menentukan kurs tetap.

Selisih kurs mata uang asing yang timbul sehubungan dengan transaksi modal, harus
dibukukan sebagai bagian dari modal dalam akun Selisih Kurs atas Modal Disetor dan
bukan merupakan unsur laba rugi.
Dalam bagian Penyajian dan Pengungkapan diatur antara lain bahwa Modal dasar, modal
yang ditempatkan, dan modal yang disetor, nilai nominal, dan banyaknya saham untuk
setiap jenis saham harus dinyatakan dalam neraca (Par. 26)

DAFTARPUSTAKA

https://michaelorstedsatahi.wordpress.com/2011/05/07/instrumen-keuangan/. Diakses, 10
Januari, 2017.

You might also like