You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit tidak menular (PTM) adalah penyakit kronis yang tidak ditularkan dari orang ke
orang dan perkembangan umumnya lambat. PTM menjadi penyebab utama kematian secara
global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun
2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular.
PTM juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-negara dengan tingkat
ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia
kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju,
menyebabkan 13% kematian.
Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM)
diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di negara-
negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal
akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan diabetes. Dalam
jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena
penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini. Di sisi lain, kematian
akibat penyakit menular seperti malaria, TBC atau penyakit infeksi lainnya akan menurun, dari
18 juta jiwa saat ini menjadi 16,5 juta jiwa pada tahun 2030.
Secara global, regional dan nasional pada tahun 2030 transisi epidemiologi dari penyakit
menular menjadi penyakit tidak menular semakin jelas. Diproyeksikan jumlah kesakitan akibat
penyakit tidak menular dan kecelakaan akan meningkat dan penyakit menular akan menurun.
PTM seperti kanker, jantung, DM dan paru obstruktif kronik, serta penyakit kronik lainnya akan
mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2030. Sementara itu penyakit menular
seperti TBC, HIV/AIDS, Malaria, Diare dan penyakit infeksi lainnya diprediksi akan mengalami
penurunan pada tahun 2030. Peningkatan kejadian PTM berhubungan dengan peningkatan
faktor risiko akibat perubahan gaya hidup seiring dengan perkembangan dunia yang makin
modern, pertumbuhan populasi dan peningkatan usia harapan hidup.
Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah triple burden diseases.
Di satu sisi, penyakit menular masih menjadi masalah ditandai dengan masih sering terjadi KLB
beberapa penyakit menular tertentu, munculnya kembali beberapa penyakit menular lama (re-
emerging diseases), serta munculnya penyakit-penyakit menular baru (new-emergyng diseases)
seperti HIV/AIDS, Avian Influenza, Flu Babi dan Penyakit Nipah. Di sisi lain, PTM
menunjukkan adanya kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Fenomena
ini diperkirakan akan terus berlanjut.

1
2.5

1.5

2007
2013
1

0.5

0
Nasional Jateng Boyolali

Gambar 1.1 Grafik prevalensi Diabetes Mellitus tahun 2007 dan 2013 (RISKESDAS 2013)

18

16

14

12

10
2007
8 2013

0
Nasional Jateng Boyolali

Gambar 1.2 Grafik prevalensi Hipertensi tahun 2007 dan 2013 (RISKESDAS 2013)
Dari 2 gambar diatas menunjukkan bahwa prevalensi Penyakit tidak menular semakin lama
menunjukkan peningkatan. Bukan tidak mungkin, beberapa tahun kedepan, penyakit tidak
menular akan mendominasi jumlah penyakit yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan.
B. TUJUAN
Memperoleh gambaran penduduk di wilayah Puskesmas Banyudono 1 kecamatan
Banyudono Boyolali yang mengalami penyakit tidak menular tertentu.

C. SASARAN
Sasaran sampel
a) Masyarakat yang periksa di Puskesmas Banyudono 1
b) Masyarakat di desa wilayah Puskesmas Banyudono 1 lewat kegiatan posyandu

2
D. METODE
Pertanyaan/wawancara dan atau pembagian kuesioner, serta kalau perlu pemeriksaan kesehatan
kepada sasaran sampel.

E. WAKTU DAN TEMPAT


1. Tanggal : bulan november desember 2014
2. Waktu : saat hari kerja 08.00 14.00
3. Tempat : Puskesmas Banyudono I Boyolali dan Wilayah yang mencakupnya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. PUSKESMAS BANYUDONO 1 BOYOLALI


A. Visi dan Misi Puskesmas
1. Visi
Mewujudkan Banyudono sehat menuju MDGs 2015
2. Misi
a. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara profesional
b. Pemerataan pelayanan kesehatan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
c. Meningkatkan dan menumbuh kembangkan potensi masyarakat yang sudah ada
dalam upaya pelayanan kesehatan mandiri.
d. Meningkatkan motivasi dan kinerja segenap karyawan sehingga terwujud suasana
kerja yang nyaman.
B. Letak geografis
Puskesmas Banyudono 1 terletak di kecamatan Banyudono dengan luas wilayah
2.535,65 ha berbatasan dengan :
Batas utara : Kec. Sambi, Kec. Ngemplak
Batas selatan : Kec. Sawit
Batas Timur : Kec. Teras
Jumlah penduduk wilayah UPTD Puskesmas Banyudono 132.321 jiwa. Dengan perincian,
laki-laki 16.135 jiwa dan perempuan 16.136 jiwa.
Desa :
1. Banyudono
2. Ketaon
3. Bendan
4. Tanjungsari
5. Trayu
6. Bangak
7. Denggungan
8. Batan
9. Ngaru-aru

II. HIPERTENSI
Hipertensi adalah suatu keadaan yang diakibatkan dari adanya peningkatan tekanan darah
sistolik 140 mmHg atau tekanan darah diastolik 90 mmHg.

4
Hipertensi memiliki beberapa faktor risiko yang dapat dikendalikan dan tidak dapat
dikendalikan, diantaranya:
1. Kondisi Kesehatan
a. Pre-hipertensi
Pre-hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sedikit lebih tinggi daripada tekanan
darah normal. Prehipertensi dikategorikan apabila tekanan darah berada diantara 120/80
mmHg dan 139/89 mmHg. Prehipertensi meningkatkan risiko seseorang untuk dapat
menderita hipertensi pada masa yang akan datang.
b. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan faktor risiko untuk penyakit pembuluh darah dan
kardiovaskuler. Penderita Diabetes Mellitus 60% juga menderita hipertensi.
2. Perilaku dan Kebiasaan
a. Diet
Diet tinggi natrium dapat meningkatkan kejadian hipertensi. Natrium dikonsumsi oleh
masyarakat karena terdapat pada garam dapur yang menjadi bumbu makanan sehari
hari.
b. Kurang aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang kurang dapat menyebabkan berat badan yang naik, sehingga dapat
meningkatkan kejadian hipertensi.
c. Obesitas
Penderita obesitas memiliki kelebihan lemak di dalam tubuh. Obesitas dihubungkan
dengan tingginya kadar LDL dan trigliserid, serta rendahnya HDL.
d. Merokok
Merokok dapat menyebabkan rusaknya jantung dan pembuluh darah, sehingga
meningkatkan kemungkinan terjadinya hipertensi.
e. Konsumsi alkohol
3. Riwayat Keluarga dan Karakteristik lainnya
a. Riwayat keluarga dengan hipertensi
Hipertensi dapat diturunkan secara herediter. Pasien dengan riwayat keluarga hipertensi
memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk menderita hipertensi.
b. Usia
Tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia. Seseorang akan memiliki risiko
menderita hipertensi yang meningkat apabila usianya bertambah tua.
c. Jenis kelamin
Wanita memiliki risiko yang lebih tinggi untk menderita hipertensi dibandingkan pria.
d. Ras
Ras kulit hitam memiliki risiko menderita hipertensi dibandingkan kulit putih.

5
III. DIABETES MELLITUS
Diabetes Mellitus adalah keadaan dimana kadar gula darah melebihi batas normal di
dalam tubuh yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk melepaskan insulin, atau
ketidakmampuan insulin tubuh untuk bekerja secara optimal.
Diabetes Mellitus dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Usia lebih dari 45 tahun
2. Obesitas
3. Hipertensi
4. Hiperkolesterolemia
5. Kurang aktivitas fisik
6. Memiliki riwayat pemeriksaan HBA1C 5.7-6.4%, atau Toleransi Glukosa Terganggu,
atau Gula Darah Puasa Terganggu
7. Memiliki riwayat keluarga Diabetes Mellitus
8. Memiliki riwayat Diabetes Gestasional
9. Memiliki riwayat PCOS
10. Memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler
11. Memiliki kondisi penyakit yang menyebabkan intoleransi insulin, seperti akantosis
nigrikans

IV. PENYAKIT JANTUNG


Penyakit jantung adalah kondisi yang menyebabkan jantung tidak dapat melakukan
fungsinya dengan optimal. Penyakit jantung biasanya disebabkan karena kelainan otot jantung
dan kelainan anatomi jantung.
Penyakit jantung memiliki beberapa faktor risiko, diantaranya:
1. Diabetes Mellitus
Penderita Diabetes Mellitus sebanyak 60% menderita penyakit kardiovaskuler
2. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko mayor dan paling penting dalam meningkatkan
angka kejadian penyakit jantung
3. Hiperkolesterolemia
Angka kolesterol total, LDL, serta trigliserid yang tinggi merupakan faktor risiko
terjadinya penyakit jantung
4. Diet tidak sehat
Konsumsi buat buahan dan sayuran yang kurang dapat meningkatkan angka
kejadian penyakit jantung
5. Merokok
Merokok dapat meningkatkan angka kejadian penyakit jantung, terutama pada
perokok yang memulai sejak usia muda, dan perokok berat.

6
6. Kurang aktivitas fisik
7. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko dari penyakit hiperkolesterolemia
8. Konsumsi alkohol
9. LVH (Left Ventricular Hypertrophy)
10. Usia lanjut
11. Riwayat keluarga
Seseorang memiliki kecenderungan untuk menderita penyakit jantung lebih tinggi
apabila ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung
12. Jenis kelamin
Pria memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit jantung dibandingkan wanita
13. Ras
Ras kulit hitam dan Asia Selatan memiliki risiko lebih besar menderita penyakit
jantung dibandingkan ras kulit putih

V. HIPERKOLESTEROLEMIA
Hiperkolesterolemia adalah keadaan dimana kadar kolesterol darah tubuh melebihi batas
normal. Kadar kolesterol yang berlebihan akan menyebabkan endapan kolesterol di pembuluh
darah, menyebabkan hambatan dan obstruksi pada pembuluh darah, sehingga mengganggu
sistem peredaran darah normal.
1. Pola makan
Konsumsi makanan tinggi kolesterol dan tinggi lemak jenuh dapat meningkatkan
kadar kolesterol darah
2. Pola aktivitas
Kurang aktivitas dan olahraga dapat menyebabkan kelebihan asupan energi ditimbun
dalam jaringan lemak. Kurang aktivitas dapat menyebabkan kadar kolesterol darah
menjadi tinggi
3. Obesitas
Orang obesitas memiliki kecenderungan kadar kolesterol yang lebih tinggi
dibandingkan dengan orang berat badan ideal
4. Jenis kelamin
Kadar kolesterol pada lansia pada umumnya meningkat baik pria maupun wanita.
Peningkata kadar kolesterol wanita berdasarkan usia berjalan lebih lambat
dibandingkan pria. Pada masa reproduksi, wanita memiliki kadar kolesterol lebih
rendah dibandingkan pria. Pada masa menopause, kadar kolesterol wanita akan
meningkat menyamai pria.
5. Riwayat keluarga hiperkolesterolemia

7
Kadar kolesterol darah memiliki keterkaitan genetik, sehingga dapat diturunkan
kepada dari generasi ke generasi

VI. STROKE
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24 jam,
berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma maupun infeksi.
Stroke memiliki beberapa faktor risiko yang dapat dikendalikan maupun tidak dapat
dikendalikan. Beban akibat stroke mencapai 40 miliar dollar setahun, selain untuk pengobatan
dan perawatan, juga akibat hilangnya pekerjaan serta turunnya kualitas hidup. Kerugian ini akan
berkurang jika pengendalian faktor risiko dilaksanakan dengan ketat.
Tabel 3.1. Faktor Risiko Stroke.
Bisa Dikendalikan Tidak Bisa Dikendalikan

Hipertensi Umur
Merokok Jenis kelamin

Dislipidemia Genetik

Obesitas Ras dan Etnis

Kurang Aktivitas Fisik


Anemia Sel Sabit
Penyakit Jantung
Fibrilasi Atrium
Diabetes Mellitus
Stenosis Karotis Asimptomatik

VII. PENYAKIT SENDI / REMATIK / ASAM URAT


Penyakit sendi / rematik / asam urat merupakan keadaan dimana kadar asam urat di
dalam darah melebihi batas normal. Penyakit asam urat diakibatkan oleh konsumsi zat purin
yang berlebihan. Purin diolah oleh tubuh menjadi asam urat, namun apabila jumlahnya berlebih,
akan menimbulkan penumpukan kristal asam urat di persendian. Penumpukan kristal asam urat
pada persendian menyebabkan sendi terasa nyeri, bengkak, dan mengalami inflamasi

Faktor resiko penyakit sendi:

1. Usia

8
Penyakit sendi / rematik / asam urat dapat menyerang semua usia, namun memiliki
kecenderungan menyerang pria dengan usia diatas 45 tahun, dan wanita yang telah
menopause.
2. Jenis kelamin
Penyakit sendi / rematik / asam urat lebih banyak menyerang pria dibandingkan wanita.
Pada saat menopause, insidensi serangan penyakit sendi / rematik / asam urat pada
wanita meningkat hingga hamper menyamai pria.
3. Obesitas
Orang dengan BMI lebih dari 30 berisiko lebih tinggi untuk menderita penyakit sendi /
rematik / asam urat.
4. Kondisi klinis tertentu
Orang dengan riwayat penyakit kardiovaskuler, ginjal, dan diabetes memiliki risiko
lebih tinggi menderita penyakit sendi / rematik / asam urat.
5. Konsumsi obat
Penggunaan obat golongan diuretik dapat meningkatkan risiko menderita penyakit
sendi / rematik / asam urat.
6. Riwayat keluarga

VIII. ASMA
Asma adalah penyakit saluran pernapasan kronik yang diakibatan oleh inflamasi
saluran pernapasan sehingga mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan yang
bermanifestasi menjadi sesak napas
1. Usia
Asma dapat diderita pada segala usia, namun sebagian besar mulai diderita sejak usia
anak anak.
2. Jenis kelamin
Pada usia anak anak, pria lebih rentan menderita asma dibandingkan wanita. Pada usia
dewasa, wanita lebih banyak yang menderita asma dibandingkan pria.
3. Kontak dengan iritan
Beberapa pasien dapat menderita asma dikarenakan kotak dengan iritan kimia tertentu,
atau debu industri pada lingkungan kerja
4. Riwayat alergi
Pasien dengan riwayat alergi memiliki risiko lebih besar untuk menderita asma.
5. Riwayat keluarga
Pasien dengan riwayat keluarga menderita asma, memiliki risiko lebih tinggi untuk
menderita penyakit serupa.

IX. TUMOR

9
Tumor merupakan sebutan untuk neoplasma, yaitu lesi padat yang diakibatkan oleh
proliferasi sel tubuh yang melebihi batas normal dan tidak terkendali.
Segala sesuatu yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya tumor merupakan
faktor risiko. Faktor risiko tersebut diantaranya:
1. Merokok
Merokok merupakan faktor risiko dari munculnya berbagai macam tumor dan kanker.
Peneliti meyakini bahwa berhenti merokok dapat menurunkan 30% angka kematian akibat
tumor dan kanker di Amerika Serikat.
2. Penyakit infeksi
Virus dan bakteri tertentu memiliki kemampuan untuk mencetuskan tumor dan kanker.
Bakteri dan virus tersebut diantarnya: HPV (kanker serviks, penis, vagina, anus, orofaring),
Hepatitis B dan C (kanker hepar), EBV (burrkit limfoma), dan helicobacter pylori (kanker
gaster).
3. Radiasi
Paparan radiasi juga dapat menjadi pencetus kanker. Paparan radiasi baik radiasi ultraviolet
maupun ionizing radiasi dapat mencetuskan kanker.
4. Obat obatan immunosupresif
Obat obatan imunosupresif dapat mencetuskan kanker, karena obat obatan jenis ini
mencegah tubuh untuk menghentikan perkembangan sel kanker.
5. Diet
Peran konsumsi makanan dalam menyebabkan tumor dan kanker masih kontroversial,
namun ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa konsumsi lemak, protein, kalori,
dan daging merah dalam jumlah besar dapat menyebabkan kanker.
6. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol dapat meningkatkan terjadinya kanker.
7. Aktifitas fisik
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang aktif beraktivitas fisik memiliki risiko
lebih rendah untuk menderita beberapa jenis kanker.
8. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko untuk menderita beberapa kanker, seperti:
a. Kanker payudara postmenopause
b. Kanker kolorektal
c. Kanker endometrium
d. Kanker esophagus
e. Kanker ginjal
f. Kanker pancreas

9. Faktor lingkungan

10
Paparan terhadap zat kimia juga diduga dapat menyebabkan tumor dan kanker. Polusi udara
(perokok sekunder, asbes) dapat menyababkan kanker. Mengkonsumsi air yang tinggi
kandungan arsenic juga dapat menyebabkan kanker.

X. CEDERA
Cedera atu luka adalah suatu kerusakan ata hilangnya kontinuitas pada stuktur atau
fungsi tubuh yang diakibatkan oleh paksaan, tekanan fisik, maupun zat kimiawi.
1. Usia
Anak anak dan orang lanjut usia memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami cedera
2. Jenis kelamin
Pria memiliki prevalensi menderita cedera lebih tinggi dibandingkan wanita.
3. Penggunaan alkohol
4. Kebiasaan olahraga dan aktivitas berat
Orang dengan kebiasaan olahraga dan aktivitas berat memiliki risiko hingga dua kali
lipat untuk menderita cedera
5. Penggunaan alat pengaman saat berkendara dan bekerja

XI. KATARAK
Katarak adalah proses kekeruhan yang terjadi pada sebagian atau seluruh bagian lensa
mata.
Kejadian katarak dapat ditingkatkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Usia
2. Hipertensi
3. Diabetes Mellitus
4. Obesitas
5. Paparan berlebihan terhadap sinar matahari
6. Konsumsi alkohol
7. Merokok
8. Penggunaan steroid jangka panjang
9. Riwayat keluarga menderita katarak
10. Riwayat cedera pada mata
11. Riwayat operasi mata

BAB III

11
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari jumlah sampel yang didapat sekitar 100 responden, yang diambil dari pasien
yang datang dan periksa di Puskesmas Banyudono 1.

A. Deskripsi Daerah Berdasarkan Jenis Penyakit Tidak Menular


Deskripsi daerah berdasarkan jenis-jenis penyakit yang tidak menular di wilayah
Puskesmas Banyudono 1 kecamatan Banyudono Boyolali dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel 3.1 Deskripsi daerah berdasarkan jenis penyakit tidak menular

DESA HT DM Mskltl Jantung Cedera Katarak

Banyudono 18 6 2 - - -

Ketaon 4 2 10 - - -

Bendan 8 2 2 - - 2

Tanjungsari 6 6 4 1 - -

Ngaru-Aru 2 4 4 - 1 -

Bangak 6 2 - - - -

Batan 2 2 4 - - -

Denggunga
4 2 2 - - -
n

Trayu 2 4 2 - 1 1

Berdasarkan tabel 3.1 diketahui bahwa mayoritas responden berasal dari daerah desa
Banyudono. Hal ini bisa dikarenakan lokasi puskesmas dekat dengan desa banyudono.
Karena lokasi tempat pengobatan yang dekat dengan masyarakat, akan mempengaruhi
tingkat kedatangan jumlah masyarakat yang akan berobat. Ditunjang lagi dengan adanya
sistem Jaminan Kesehatan Nasional, yang mengharuskan masyarakat untuk pertama kali
berobat di layanan kesehatan tingkat pertama, maka memudahkan kami untuk mengambil
data dari pasien.
Dari jumlah pasien yang kami ambil sebagai responden, sebagian besar penyakit yang
diderita adalah penyakit Hipertensi. Hal ini sesuai atau hampir sama dengan data Riskesdas
2013, bahwa kota boyolali mengalami kenaikan cukup tinggi sejak tahun 2007 sampai 2013
untuk masalah penyakit hipertensi. Dari data prevalensi tahun 2007 sekitar 7,8 sampai
prevalensi di tahun 2013 menjadi 16. Sehingga terjadi peningkatan yang sangat signifikan.

12
B. Deskripsi Daerah Berdasarkan Faktor Resiko
Deskripsi daerah berdasarkan faktor resiko yang terjadi di wilayah Puskesmas
Banyudono 1 kecamatan Banyudono Boyolali dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.2 Deskripsi daerah berdasarkan faktor resiko

DESA Chol Tembakau Alkohol RPK

Banyudono 2 4 - DM:2 HT:8

Ketaon 2 - - DM:1 HT:1

Bendan - - - HT : 2

Tanjungsari - 2 - DM:1 HT:2

Ngaru-Aru 2 3 - DM : 3

Bangak 2 - DM:1 HT: 2

Batan 4 2 - DM :1

Denggunga -
- - HT :1
n

Trayu - 4 - HT : 1

Berdasarkan tabel 3.2 diketahui bahwa mayoritas tiap daerah rata-rata ada faktor
resiko dari penyalah gunaan tembakau dan terdapat faktor resiko Riwayat Penyakit
Keluarga yang mendasari terjadinya penyakit.
Dari data tersebut, hipercholestrol hanya diderita pasien yang hanya tinggal di desa
banyudono, ketaon, ngaru-aru, dan batan. Kadar cholestrol hanya bisa diketahui dengan
pemeriksaan laboratorium, dan untuk melakukannya dibutuhkan biaya. Sehingga data yang
kami peroleh untuk hipercholestrol tergantung dari riwayat pasien yang pernah diperiksa
kadar cholestrol sebelumnya dan dari kemauan pasien untuk dilakukan cek kolestrol.
Kolesterol merupakan salah satu kata yang sering diucapkan oleh masyarakat umum.
Kolesterol yang ada di dalam zat makanan akan meningkatkan kadar kolesterol dalam
darah. Sejauh pemasukan itu masih sesuai dengan kebutuhan tubuh, maka akan tetap sehat,
tetapi jika lebih maka akan mengendap di dalam pembuluh darah yang menyebabkan
penyempitan dan pengerasan yang dikenal sebagai atherisclerosis.
Penyalahgunaan tembakau (merokok) menjadi faktor resiko terbanyak dari data yang
kami peroleh. Data mengenai riwayat merokok kami peroleh dari riwayat merokok
responden.
Tidak ada yang meragukan bahwa penyakit jantung dan sistem peredaran cenderung
terjadi dalam keluarga yang sama. Beberapa faktor risiko seperti tekanan darah tinggi dan
13
diabetes mellitus sebagian besar bersifat keturunan. Dari data yang kami peroleh, semua
daerah pada respondennya terdapat faktor resiko Riwayat penyakit keturunan. Sehingga
tidak dipungkiri lagi bahwa faktor keturunan berpengaruh terhadap timbulnya penyakit
tidak menular.
Alkohol merupakan zat yang bersifat psikoaktif yang dapat mempengaruhi kesehatan
khususnya susunan saraf pusat. Alkohol dapat menimbulkan penumpukan lemak di hati,
kerusakan otak, sirosis hati. Pada orang tertentu alkohol dapat mengakibatkan kematian.
Dari data yang kami peroleh, responden tiap daerah tidak ada yang pernah mengkonsumsi
alkohol dalam 12 bulan terakhir
Penyakit tidak menular terutama Penyakit Jantung Koroner, sangat berhubungan erat
dengan faktor resiko. Beberapa faktor resiko seperti merokok, hipercholestrol, hipertensi,
dan diabetes mellitus menurut beberapa penelitian sangat mempengaruhi terjadinya
atherosklerosis pada pembuluh darah jantung.

C. Deskripsi Daerah Berdasarkan Faktor Resiko Makanan dan Aktivitas


Deskripsi daerah berdasarkan faktor resiko makanan yang dikonsumsi dan aktifitas
yang dilakukan sehari-hari responden di wilayah Puskesmas Banyudono 1 kecamatan
Banyudono Boyolali dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.3 Deskripsi berdasarkan faktor resiko makanan dan aktifitas

Makanan Aktifitas
DESA
Buah Sayur Tambahan Ringan Sedang Berat

Banyudono 1 2,18 Ya Ya -

Ketaon 1,57 2,14 Ya Ya Ya

Bendan 1,6 2 Ya Ya

Tanjungsari 1 2,4 1. Asin Ya Ya Ya

Ngaru-Aru 1,8 2,6 2. Manis Ya Ya

Bangak 1 2,5 3. Vetsin Ya Ya -

Batan 1,25 2,25 Ya Ya Ya

Denggungan 1 3 Ya Ya

Trayu 1 2,2 Ya Ya

Grafik 3.1 Gambaran rata-rata faktor resiko Makanan

14
3.5

2.5

1.5 Buah
Sayur
1

0.5

Berdasarkan tabel 3.3 diketahui bahwa mayoritas konsumsi makanan terutama buah
masih sedikit. Responden tiap daerah rata-rata mengkonsumsi buah sekitar 2 kali dalam
seminggu. Namun, untuk konsumsi sayur, masih cukup baik. Yang menjadi perhatian
adalah pola memasak atau konsumsi yang sering memakai garam, gula, dan terutama vetsin.
Hal ini dapat menjadi penyebab meningkatnya penyakit tidak menular di daerah tersebut.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa aktifitas fisik menyehatkan badan,
sebaliknya kurang aktifitas fisik (physical inactivity) menimbulkan berbagai macam
penyakit. Aktifitas fisik/olahraga (exercise) dapat meningkatkan kadar High Density Lipid
(HDL) kolesterol, memperbaiki kolateral koroner sehingga faktor risiko PJK dapat
dikurangi, memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miocard, menurunkan kolesterol,
trigliserid, dan Kadar Gula Darah (KGD) pada penderita DM, menurunkan tekanan darah.
Pada tabel 3.3 menunjukkan, rata-rata tiap daerah, tiap responden selalu melkukan aktifitas
fisik ringan dan sedang setiap hari, seperti berjalan kaki >30 menit, menyapu, menimba air,
mencuci. Namun aktifitas yang berat dapat mengakibatkan penyakit atau memperparah
suatu penyakit, seperti penyakit muskuloskeletal (artritis, sendi, LBP). Beberapa daerah
yang memiliki penyakit muskuloskeletal tertinggi seperti Ketaon, Tanjungsari, Ngaru-aru,
dan Batan, sebagian besar responden melakukan aktifitas fisik yang berat (bertani, buruh
pabrik, kuli angkut, supir).
Faktor resiko makanan dan aktifitas fisik yang kurang dapat mencetuskan dan atau
memperburuk suatu penyakit, terutama penyakit tidak menular.

15
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Penyakit tidak menular adalah penyakit yang tidak dapat disebarkan dari seseorang
terhadap orang lain secara langsung, sebagian muncul ketika lahir, sedangkan lainnya
disebabkan oleh gaya hidup dan lingkungan.
Desa Banyudono di kecamatan Banyudono kabupaten Boyolali, menjadi desa yang
respondennya terbanyak menderita penyakit tidak menular terutama penyakit Hipertensi. Faktor
resiko seperti hipercholestrol, merokok, riwayat penyakit keluarga, jumlah asupan makanan dan
aktifitas sehari-hari dan pola makan dapat mempengaruhi kejadian penyakit tidak menular.
Beberapa faktor resiko seperti merokok, hipercholestrol, hipertensi, diabetes mellitus,
kebiasaan pola makan dan aktifitas yang berkurang dapat meningkatkan kejadian Penyakit
Jantung Koroner di kemudian hari.
B. SARAN
1. Dinas Kesehatan kabupaten Boyolali diharapkan dapat lebih memfokuskan terhadap
kejadian meningkatnya penyakit tidak menular. Dengan meningkatkan skreening
kesehatan masyarakat di tiap wilayah melalui puskesmas.
2. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Banyudono 1 agar dapat terus meningkatkan waktu dan
layanan di wilayah kerja puskesmas. Karena faktor jarak dan waktu dapat mempengaruhi
niat responden untuk memeriksakan kesehatannya.
3. Dinas Kesehatan terutama melalui Puskesmas diharapkan dapat membentuk suatu wadah
dimana nanti diisi oleh para perwakilan (kader) di desa yang beresiko tinggi penyakit
tidak menular. Di mana nantinya perwakilan desa tersebut dilatih untuk bisa mandiri
mendeteksi, mencegah, mengedukasi, dan menangani (penanganan pertama) mengenai
penyakit tidak menular di wilayahnya.
4. Mendorong Masyarakat agar berperilaku CERDIK
Cek faktor risiko PTM (obesitas, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol) secara
rutin dan teratur
Enyahkan asap rokok dan polusi udara lainnya
Rangsang aktifitas dengan gerak olah raga dan seni
Diet yang sehat dengan kalori seimbang (cukup sayur-buah, batasi gula-garam-
lemak)
Istirahat yang cukup
Kuatkan iman dalam menghadapi stres

16
DAFTAR PUSTAKA

CDC. High Blood Pressure Risk Factors. [Online].; 2014 [diakses 2015 1 15. Available from:
http://www.cdc.gov/bloodpressure/risk_factors.htm.
CDC. High Blood Pressure Risk Factors. [Online].; 2014 [diakses 2015 1 15. Available from:
http://www.cdc.gov/bloodpressure/risk_factors.htm.
Gambaran Penyakit Tidak Menular Di Indonesia Tahun 2009 Dan 2010. Pusat Data Dan
Informasi Kemenkes RI
Ismail S. Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan. Cermin Dunia Kedokteran. 2011; 38: Hal 247-
250.
NIH. 2012. Am I at Risk for Type 2 Diabetes? Taking Steps to Lower Your Risk of Getting
Diabetes. USA: National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease.
Notoatmodjo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.
Notoatmodjo S. Prinsip-prinsip dasar ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.
Notoatmodjo S. Teori dan aplikasi promosi kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005.
Riset Kesehatan Dasar 2013 Jawa Tengah. Tim Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan DinKes Jateng. Semarang 2013.
Riset Kesehatan Dasar 2013 Nasional. Tim Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Depkes RI. Jakarta 2013.
Riset Kesehatan Dasar. Pedoman Pengisian Kuesioner. Tim Riset Kesehatan Dasar Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. Jakarta 2007.
WHO. Cardiovascular Disease Atlas: Risk Factors. [Online].; 2014 [diakses 2015 1 15. )

17

You might also like