Professional Documents
Culture Documents
DEFINISI
Sindrom kompartemen dapat berupa kondisi akut maupun kronis yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan jaringan dalam ruang fascia. Bab ini fokus pada
sindrom kompartemen di kaki, meskipun dapat juga mempengaruhi paha atau
ekstremitas atas
Penyebab non trauma sindrom kompartemen akut lebih jarang ditemukan. Hal ini
termasuk perdarahan ke dalam kompartemen, seperti dapat terjadi pada pasien
antikoagulasi dan sindrom kompartemen setelah infark otot pada diabetes. 5
Ini dikenal juga sebagai sindrom kompartemen exertional kronis (CEES) dan
merupakan cedera berlebihan yang paling sering terlihat pada pelari7, pengendara
sepeda, dan atlet lainnya dalam olahraga yang butuh berlari, seperti basket dan
sepak bola. Pada CEES, fasia di kaki bagian bawah tidak mengakomodasi
1
peningkatan aliran darah dan perpindahan cairan yang mungkin terjadi dengan
latihan berat.2 Peningkatan tekanan kompartemen kemudian mengganggu aliran
darah, yang menyebabkan iskemia dan nyeri. 8
GEJALA
Daerah dimana gejala terjadi dan jenis keluhan tergantung pada kompartemen
yang terlibat.
Pasien merasakan nyeri yang tidak sesuai dengan cedera dan pembengkakan atau
nyeri di daerah tersebut. Gejala lain termasuk nyeri hebat dengan gerakan pasif
otot dalam kompartemen, hilangnya gerakan sadar pada otot yang terlibat, dan
perubahan sensorik serta parestesia di daerah yang dipersarafi oleh saraf yang
terlibat. 2,3
Sindrom Kompartemen kronik
Pada gejala yang berlanjut, sakit nyeri tumpul dapat menetap. Nyeri dapat
terlokalisir pada kompartemen tertentu, meskipun beberapa kompartemen sering
dapat terlibat. Rasa baal dan kesemutan dapat terjadi pada saraf yang terdapat di
dalam kompartemen yang terlibat. Sindrom kompartemen kronik dapat dilihat
pada sindrom berlebihan lainnya (misalnya, bersamaan dengan stres pada fraktur
tibia)
PEMERIKSAAN FISIK
2
Gambar 58-1 Fokus pemeriksaan fisik pada sindrom kompartemen yakni
kompartemen anterior, lateral, posterior superfisial, posterior dalam/profunda
Kompartemen lateral terdiri dari peroneus longus dan brevis, eversi kaki, dan
safar peroneal superfisial, yang memberikan sensasi ke dorsum kaki.
Pada sindrom kompartemen akut, pasien mengalami kaki bengkak dan tegang.
Mereka juga mengalami kelemahan atau paralisis pada otot yang terlibat di
kompartemen yang terkena dan rasa baal di daerah yang dipersarafi oleh saraf
yang terlibat di kompartemen yang terkena. Denyut dan pengisian kapiler
umumnya normal, karena ini hanya melibatkan tekanan yang sangat tinggi. 2,3,12,13
3
Sindrom Kompartemen Kronik
Nyeri timbul akibat gerakan yang berulang, seperti mengangkat kaki, atau berlari
di tempat. Sindrom kompartemen lebih umum terjadi pada pasien yang pronasi
selama berlari; sehingga pronasi merupakan temuan umum pada pemeriksaan
fisik. 1,2,15
KETERBATASAN FUNGSIONAL
Gejala sisa dari sindrom kompartemen baru yakni mungkin cedera saraf dan otot
dengan akibat kaki jatuh, kelemahan otot yang parah, dan kontraktur. Hal ini
dapat menyebabkan gaya berjalan abnormal dan segala keterbatasan yang dapat
menyebabkan kesulitan dengan naik tangga, partisipasi dalam olahraga dan
aktivitas hidup sehari-hari.
STUDI DIAGNOSIS
Standar baku untuk diagnosis penilaian tekanan jaringan kompartemen. Alat yang
umumnya biasa digunakan untuk mengukur tekanan intrakompartemen adalah
4
kateter wick and slit secara tradisional.2 (gambar 58-2) Alat terbaru seperti probe
(gambar 58-3) transducer-tipped sekarang meningkat kepopularitasannya.16
5
adalah kurang dari 10 mmHg. Bagaimanapun hal ini terlihat seperti banyak
fasiotomi yang dilakukan dengan penilaian ini tanpa arti. Sekrang tekanan
kompartemen yang diukur sercara berlanjut digunakan untuk kasus-kasus berisiko
tinggi seperti trauma kaki dengan fraktur tibia. Tekanan yang berbeda
dikalkulasikan sebagai tekanan intramuskular yang tersubstraksi dari tekanan
diastolik darah, hal ini menunjukkan bahwa fasiotomi meruakan sebuah indikasi.
Beberapa penelitian menunjukkan nilai yang mencapai angka 30 bahkan dengan
tanda-tanda peningkatan tekanan jaringan, pasien-pasien memiliki luaran klinis
yang sangat baik dan fasiotomi tidak begitu penting. 17,18
Untuk CECS, penilaian tekanan absolut diwajibkan pada saat istirahat dan selama
juga setelah latihan yang digunakan untuk membuat diagnosis. Menariknya, tidak
ada yang terlihat seperti treshold tekanan kompartemen yangmana gejala-
gejalanya muncul, dan pasien dengan tekanan tertinggi tidak begitu penting
memiliki gejala-gejala paling buruk daripada pasien dengan tekanan yang sedikit
abnormal.8 Berikut ini satu set penilaian secara umum2,13 digunakan untuk
diagnosis sindrom kompartemen akut.
Hal ini penting mengingat bahwa pasien memiliki gejala yang berhubungan
dengan kompartemen yang mana ada peningkatan tekanan. Tekanan seharusnya
meningkat pada gejala kompartemen dengan latihan dan peningkatan remain
untuk waktu yang tidak abnormal. 5,10
6
Melihat kembali untuk menilai tekanan memiliki prosedur sebagai berikut.
Karena hal ini perlu dilihatulang, uji alternatif membenarkan diagnosa yang sering
digunakan. Gambaran resonansi magnetic dilakukan sebelumnya dan setelah
latihan dapat menunjukkan peningkatan intensitas sinyal melalui kompartemen
yang terlibat yakni setinggi T2 setelah pasien dengan gejala kompartemen
berlatih. Spectroskopi dekat infrared digunakan untuk menilai saturasi
hemoglobin dan telah menunjukkan bukti iskemik pada pasien dengan CECS.
Diagnostik ini muncul bersamaan dengan penilaian tekanan kompartemen melalui
sensitivitas dan spesifisitas.22
DIAGNOSIS BANDING
Arterial oclussion
Severe muscle trauma
Neuraphraxia of the common deep of superficial peroneal or tibial nerve
Deep venous thrombosis
Cellulitis
7
Muscle hyperdevelopment causing compression of the popliteal artery
Cystic adventitial disease
PENGOBATAN
Inisial
REHABILITASI
8
gangguan aktivitas fisik sehari-hari seperti berbaju atau berjalan, terapi
okupasional mungkin dapat menolong.
PROSEDUR
PEMBEDAHAN
9
Jika pengobatan tertunda lebih dari 12 jam, hal ini diasumsikan bahwa kerusakan
permanen telah terjadi hingga ke otot dan saraf yang terlibat dalam kompartemen.
Terkadang, pasien diatasi dengan perawatan pendukung (supportive care) seperti
managemen nyeri, observasi status ginjal, dan monitoring cairan. Hal ini
dikarenakan peningkatan morbiditas khususnya infeksi dan kehilangan anggota
tubuh dan peningkatan mortalitas ditunjukkan dengan fasiotomi yang tertunda.
Prosedur rekonstruksi yang terlambat dilakukan, jika penting untuk membenarkan
kontraktur otot atau melakukan pemindahan tendon untuk footdrop.24
Hasil yang didapat dari pembedahan pada umumnya adalah baik dengan rating
yang cukup sukses yakni sekitar 80% sampai 90% seperti yang dijelaskan pada
pengurangan gejala dan kembalinya aktifitas olahraga. 25
Pada sindrom kompartemen Akut, iskemik yang berlangsung lebih dari 4 jam
biasanya tidak menyebabkan kerusakan permanen. Jika iskemik berlangsung
menetap selama lebih dari 12 jam, kerusakan yang berat juga diperhitungkan.
Iskemik yang berlangsung selama 4-12 jam dapat juga menyebabkan kerusakan
yang signifikan termasuk nekrosis otot, kontraktur otot, kehilangan fungsi saraf,
infeksi, gangren, myoglobinuria, dan kegagalan ginjal. Amputasi bagian yang
terinfeksi terkadang juga penting, dan bahkan kematian dapat terjadi dari efek
sistemik akibat infeksi kronik. Kekambuhan juga dapat terjadi. Calcific
Myonekrosis dapat juga menjadi efek samping yang lambat.27
10
Sindrom Kompartemen Kronik
Satu komplikasi jangka panjang yang potensial dari fasiotomi adalah peningkatan
risiko untuk perkembangan insufisien vena yang kronik disebabkan oleh
hilangnya pompa muskulovena.30
11
pain in the athlete. Am I Sports Med pressure do not influence outcome after
2005; 33: 1241-1249 tibial fracture. J Trauma 2003; 55:
8. Mannarino E, Sexson S. The 1133-1138
significance of intracompartmental 18. McQueen MM, Court-Brown CM.
pressures in the diagnosis of chronic Compartment monitoring in tibial
exertional compartment syndrome. fractures. The pressure threshold for
Orthopedics 1989; 12: 1415-1418 decompression. J Bone Join Surg
9. Blackman PG. A review of chronic Br1996; 78: 99-104
exertional compartment syndrome in 19. Rominger MB, Lukosh CI, Bachmann
the lower leg. Med Sci Sports Exerc GF. MR imaging of compartment
2000; 32 (Suppl): S4-S10 syndrome of the lower leg: a case
10. Styf Jr, Korner LM. Diagnosis of control study. Eur Radiol 2004; 14:
chronic anterior compartment syndrome 1432-1439
in the lower leg. Acta Orthop Scand 20. Takebayashi S, Takazawa H, Sasaki R,
1987; 58: 139-144 et al. Chronic exertional compartment
11. Cheney RA, Melaragno PG, Prayson syndrome in lower les: localization and
MJ. Et al. Anatomic investigation of follow up with thallium-201 SPECT
deep posterior compartment of the leg. imaging. J Nucl Med 1997; 38: 972-976
Foot ankle Int 1998; 19: 98: 101 21. Lauder TD, Stuart MJ, Amrami KK,
12. Mars M, Hadley GP. Failure of pulse Felmlee JP. Exertional compartment
oximetry in the assessment of raised syndrome and the role of magnetic
limb intracompartmental pressure. resonance imaging. Am J Phys Med
Injury 1994; 25: 379-381 Rehabil 2002; 81: 315-319
13. Mubarak SI, Hargens AR, Owen CA, et 22. van den Brand JG, Nelson T,
al. The wick catheter technique for Verleisdon EJ, van der Werken C. The
measurement of intramuscular pressure. diagnostic value of intracompartmental
A new research and clinical tool. J pressure measurement, magnetic
Bone Joint Surg Am 1976; 58: 101 6- resonance imaging, and near-infrared
1020 spectroscopy in chronic exertional
14. Detmer DE, Sharpe K, Sufit RL, compartment syndrome: a prospective
Girdley FM. Chronic compartment study in 50 patients. Am J Sports Med
syndrome: diagnosis, management, and 2005; 33: 699-704
outcomes. Am I Sports Med 1985; 13: 23. Ni Mhuircheartaigh N, Kavanagh E,
162-170 oDonohoe M, Eustace S. Pseudo
15. Hayes AA, Bower GD, Pitstock KL. compartment syndrome of the calf in an
Chronic (exertional) compartment athlete secondary to cystic adventitial
syndrome of the legs diagnosed with disease of the popliteal artery. J
thallous chloride scintigraphy. J Nucl SportsMed 2005; 39: e36
Med 1995; 36: 1618-1624 24. Blackman PG, Simmons LR, Crossley
16. Elliott KG, Johnstone AJ. Diagnosing KM. Treatment of chronic exertional
acute compartment syndrome. J Bone anterior compartment syndrome with
Joint Surg Br 2003; 85: 625-632 massage: a pilot study. Clin J Sports
17. White TO, Howell GE, Will EM, et al. Med 1998; 8: 14-17
Elevated intramuscular compartment
12
25. Schepsis AA, Gill SS, Foster TA. 28. Heemskerk J, Kitslaar P. Acute
Fasciotomy for exertional anterior compartment syndrome of the lower
compartment syndrome: is lateral leg: retrospective study on prevalence,
compartment release necessary? Am J technique and outcome of fasciotomies.
Sports Med 1999; 27: 430-435 World J Surg 2003; 27: 744-747
26. Finkelstein JA, Hunter GA, Hu RW. 29. Schepsis AA, Fitzgerald M, Nicoletta
Lower limb compartment syndrome: R. Revision surgery for exertional
course after delayed fasciotomy. J anterior compartment syndrome of the
Trauma 1996; 40-342-344 lower leg: technique findings, and
27. Synder BJ, Oliva A, Buncke HJ. results. Am J Sports Med 2005; 33:
Calcific myonecrosis following 1040-1047
compartment syndrome: report of two 30. Singh N, Sidawy AN, Bottoni CR, et al:
cases, review of the literature and Physiological changes in venous
recommendations for treatment. J hemodynamics associated with elective
Trauma 1995; 39: 792-795 fasciotomy. Ann Vasc Surg 2006; 20:
301-305
13