You are on page 1of 3

2.

1 Perubahan Yang Dapat Terjadi Pada Lansia


Gangguan gizi yang dapat muncul pada usia lanjut dapat berbentuk gizi kurang maupun
gizi lebih. Gangguan ini dapat menyebabkan munculnya penyakit atau terjadi sebagi akibat
adanya penyakit tertentu. Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menetukan terlebih dahulu ada tidaknya gangguan gizi, mengevaluasi faktor-faktor yang
berhubungan dengan gangguan gizi serta merencakan bagaimana gangguan gizi tersebut dapat
diperbaiki

a. Perubahan anatomi dan fisiologi


Menua (aging) meruakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan berakhir saat
kematian. Selam periode pertumbuhan, proses anabolisma melampaui proses katabolisma. Pada
saat tubuh sudah mencapai tingkat kematangan fisiolo gik, kecepatan katabolisma atau proses
degenerasi lebih besr daripada kecepatan proses regenerasi sel (anabolisma). Akibat yang timbul
adalah hilangnya sel-sel yang berdampak dalam bentuk penurunan efisiensi dan gangguan fungsi
organ(Whitney, Catalgo, Rolfes, 1987; Prodrabky, 1992). Dengan demikian menua ditandai
dengan kehilangan secara progresif lean body mass (jaringan aktif tubuh) dan perubahan-
perubahan di semua system di dalam tubuh manusia. Berikut ini adalah perubahan fisiologik
yang berhubungan dan mempengaruhi status gizi lansia.
b. Alat indera
Indera pengecap, pencium dan penglihatan menurun yang akan secara langsung dan tak
langsung mempengaruhi nafsu makan dan asuapan makanan. Papila pengecap mulai mengalami
atrofi pada usia 50 tahun, dari jumlah 245 pada anak menjadi hanya 88 pada usia 74-85 tahun.
Terjadi penurunan sensitifitas terhadap rasa manis dan asin. Selain itu muncul glossodyna atau
nyeri pada lidah.
c. Saluran cerna/digestif
Terjadi perubahan-perubahan pada kemampuan disgesti dan absorbsi yang terjadi sebagai
akibat hilangnya opioid endogen dan efek berlebihan dari kolesistokin. Akibat yang muncul
adalah anoreksia. Penyakit periodonsia dan gigi palsu yang tidak tepat akan makin memberikan
rasa sakit dan tak nyaman saat mengunyah. Selain itu sekresi ludah juga menurun hingga terjadi
gangguan pengunyahan dan penelanan. Hipoklorhidria yang terjadi oleh karena berkurangnya
sel-sel parietal mukosa lambung akan mengakibatkan penurunan absorpsi kalsium dan non-hem-
iron.
Terjadi pula overgrowth bakteri yang akan menurunkan bioavailability B12, malabsorbsi
lemak, fungsi asam empedu yang menurun dan diare. Selain itu terjadi penurunan motilitas usus,
hiungga terjadi konstipasi.
d. Metabolisma
Pada lansia dapat terjadi penurunan toleransi glukosa yang akan mengakibatkan kenaikan
glukosa di dalam plasma sekitar 1,5 mg/dl untuk tiap dekade umur. Hal ini terjadi mungkin
karena penurunan produksi insulin atau karena respon jaringan terhadp insulin yng menurun.
Metabolisma basal (BM) menurun sekitar 20% antara usia 30-90 tahun. Hal ini terjadi karena
berkurangnya lean body mass pada lansia.
e. Ginjal
Fungsi ginjal menurun sekitar 50 % antara usia 30-80 tahun. Reaksi respon asam basa
terhadap perubahan-perubahan metabolik melambat. Pembuangan sisa-sia metabolisma protein
dan elektolit yang harus dilakukan ginjal akan merupakan beban tersendiri.
f. Fungsi jaringan
Pada usia sekitar 75 tahun, maka prosentsenya fung si jaringan yang tertinggal adalah 82 %
untuk cairan/air tubuh, 56% glomerulus, 63 % serat syaraf, 36 % taste buds dan 56 % berat otak.

2.2 Keadaan Gizi Lansia


a. definisi lansia
Manusia lanjut usia mereka yang telah berumur 65 tahun ke atas. Durmin (1992) membagi
lansia menjadi young elderly (65 74 tahun) dan older elderly (75 tahun)
Munro dkk.,(1987) mengelompokkan older elderly ke dalam 2 bagian, yaitu usia 75 84 tahun
dan 85 tahun
Di Indonesia, M. Alwi Dahlan menyatakan bahwa orang dikatakan lansia jika telah berumur di
atas 60 tahun

b. kekurangan dan kelebihan gizi pada lansia


Terjadi kekurangan gizi pada lansia oleh karena sebab-sebab yang bersifat primer maupaun
sekunder. Sebab-sebab primer meliputi ketidaktahuan isolasi sosial, hidup seorang diri, baru
kehilangan pasangan hidup, gangguan fisik, gangguan indrera, gangguan mental, kemiskinan dan
iatrogenik. Sebab-sebab sekunder meliputi gangguan nafsu makan/selera, gangguan mengunyah,
malabsorpsi, obat-obatan, peningkatan kebutuhan zat gizi serta alkoholisme. Ketidaktahuan
dapat dibawa sejak kecil atau disebabkan olah pendidikan yang sangat terbatas. Isolasi sosial
terjadi pada lansia yang hidup sendirian, yang kehilangan gairah hidup dan tidak ada keinginan
untuk masak. Gangguan fisik terjai pada lansia yang mengalami hemiparese/hemiplegia, artritis
dan ganggun mata. Gangguan mental terjadi pada lansia yang dement dan mengalami depresi.
Kondisi iatrogenik dapat terjadi pada lansia yang mendapat diet lambung untuk jangka waktu
lama, hingga terjadi kekurangan vitamin C. selanjutnya gangguan selera, megunyah dan
malabsorbsi terjadi sebagi akibat penurunan fungsi alat pencernaan dan pancaindera, sebagai
akibat penyakit berat tertentu, pasca operasi, ikemik dinding perut dan sensitifitas yang
meningkat terhadap bahan makanan tertentu seperti lombok, santan, lemak dan tepung ber
gluten(misalnya ketan). Kebutuhan yang meningkat terjadi pada lansia yang mengalami
keseimbangan nitrogen negatif dan katabolisme protien yang terjadi pada mereka yang harus
berbaring di tempat tidur untuk jangka waktu lma dan yang mengalami panas yang tinggi.
Kondisi kekurangan gizi pada lansia dapat terbentuk KKP(kurang kalori protein) kronik,
baik ringan sedang maupun berat. Keadaan ini dapat dilihat dengan mudah melalui
penampilanumum, yakni adanya kekurusan dan rendahnya BB seorang lansia dibanding dengan
baku yang ada. Kekurangan zat gizi laing yang banyak muncul adalah defisiensi besi dalam
bentuk anemia gizi, defisiensi B1 dan B12.

Kelebihan gizi pada lansia biasanya berhubungan dengan afluency denga ngaya hidup pada
usia sekitar 50 tahun. Dengan kondisi ekonomi yang membaik dan tersedianya berbagai
makanan siap sji yang enak dan kaya energi. Utamany sumber lemak, terjadi asupan makan dan
zat-zat gizi melebihi kebutuhan tubuh. Keadaan kelbihan gizi yang dimulai pada awal usia 50
tahun-an ini akan membawa lansia pada keadaan obesitas dan dapat pula disertai dengan
munculnya berbagai penyakit metabolisme seperti diabetes mellitus dan dislipidemia. Penyakit-
penyakit tersebut akan memerlukan pengelolaan dietetik khusus yang mungkin harus dijalani
sepanjang usia yang masih tersisa

You might also like