Professional Documents
Culture Documents
RIWAYAT HIDUP
Positivisme berasal dari kata positif. Kata positif disini sama artinya
dengan faktual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurut positivisme,
pengetahuan tidak boleh melebihi fakta-fakta. Dengan demikian ilmu pengetahuan
empiris menjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan. Kemudian filsafat
pun harus meneladani contoh itu. Oleh karena itu pulalah , positivisme menolak
cabang filsafat metafisika. Menanyakan hakikat benda-benda atau penyebab yang
sebenarnya bagi positivisme, tidaklah mempunyai arti apa-apa. Positivisme
mengutamakan pengalaman, positivisme tidak menerima sumber pengetahuan
melalui pengalaman batiniah, ia hanya mengandalkan fakta-fakta belaka.
Statika sosial digambarkan oleh analogi dengan studi tentang struktur anatomi
dalam biologi. Statika sosial mengkaji koeksistensi dan integrasi dari unsur-unsur
yang saling bergantung dalam sistem sosial yang dicirikan oleh beragam derajat
solidaritas, harmoni, dan konsesus. Awalnya integrasi sistem ini terjadi melalui
hubungan kerja dan properti yang menghubungkan orang-orang dengan dunia luar
dan ketika mereka memenuhi kebutuhan fisik mereka. Akan tetapi, saling
ketergantungan material sendiri tidak dapat membangkitkan solidaritas, dan
Comte melihatnya sebagai hasil dari sentimen terhadap altruisme dan solidaritas
yang dibangkitkan di dalam keluarga. Hubungan kerja dan keluarga, pada
gilirannya diatur melalui bentuk-bentuk agama yang memberikan masyarakat
pada sebuah kesatuan moral dan rasa bermasyarakat. Mengkoordinasikan organ-
organ sosial dari kerja, keluarga, dan agama adalah tugas politik dari negara, yang
menyangga keyakinan, sehingga secara tidak langsung mengatur seluruh aktivitas
sosial.
1. Tahap Teologis
Merupakan periode paling lama dalam sejarah manusia. Pada tahap ini
manusia dan semua fenomena diciptakan oleh zat adikodrati, ditandai dengan
kepercayaan manusia pada kekuatan jimat. Periode ini dibagi dalam tiga
subperiode, yaitu fesitisme, yaitu bentuk pikiran yang dominan dalam masyarakat
primitif, meliputi kepercayaan bahwa semua benda memiliki kelengkapan
kekuatan hidupnya sendiri. Manusia pada tahap ini mulai mempercayai kekuatan
jimat. Politeisme, pada periode ini muncul anggapan bahwa ada kekuatan-
kekuatan yang mengatur kehidupan atau gejala alam. Pada tahap ini sudah muncul
kota, pemilikan tanah menjadi institusi sosial, muncul sistem kasta, dan perang
dianggap sebagai satu-satunya cara untuk menciptakan kehidupan politik yang
kekal. Monotheisme yaitu kepercayaan dewa mulai digantikan dengan yang
tunggal, dan puncaknya ditunjukkan dengan adanya Katolisisme. Pada periode ini
mulai ada modifikasi sifat teologi dan sifat kemiliteran teologis, gereja Khatolik
dinilai gagal memberikan dasar yang kuat bagi kehidupan manusia, mulai muncul
emansipasi wanita dan tenaga kerja, ada pemisahan antara gereja dan negara.
2. Tahap Metafisika
3. Tahap Positivistik
Pada tahap ini pikiran manusia tidak lagi mencari ide-ide absolut, yang asli
menakdirkan alam semesta dan yang menjadi penyebab manusia, akan tetapi
pikiran manusia mulai mencari hukum-hukum yang menentukan fenomena, yaitu
menemukan rangkaian hubungan yang tidak berubah dan memiliki kesamaan.
Tahap ini ditandai adanya kepercayaan akan data empiris sebagai sumber
pengetahuan terakhir, tetapi sekali lagi pengetahuan itu sifatnya smentara dan
tidak mutlak. Analisis rasional mengenai data empiris akhirnya akan
memungkinkan manusia untuk memperoleh hukum-hukum yang bersifat
uniformitas.
Ciri lain dari ketiga tahapan itu adalah pada tahap teologis, keluarga merupakan
satuan sosial yang dominan, dalam tahap metafisiska kekuatan negara-negara
yang memunculkan rasa nasionalisme atau kebangsaan menjadi suatu organisasi
yang dominan. Dalam tahap positivistik muncul keteraturan sosial yang ditandai
dengan munculnya masyrakat industri yang mementingkan sisi kemnusiaan.
Comte juga menjelaskan bahwa tahap positivistik, akan muncul agama humanitas
(Agama Kemanusiaan), sosiolog akan menjadi agama pendeta agama baru dan
akan membimbing manusia dalam kehidupan yang harmonis. Sosiolog akan
mengajari manusia untuk berpikir positif dan akan menghubungkan doktrin cinta,
keteraturan, dan kemajuan dengan kehidupan manusia. Agama humanitas ini
diharapkan dapat menjamin terwujudnya suatu keteraturan sosial dalam
masyarakat positif ini.
Menurut Comte, ada tiga faktor yang dapat menybabkan perubahan dalam
kehidupan manusia, yaitu pertama rasa bosan. Comte melihat hierarki kebutuhan
manusia, sekali kecakapan yang lebih rendah telah digunakan, manusia tetap saja
akan terdorong menggunakan kecakapannya yang lebih tinggi. Semakin besar
penggunaan kemampuan yang lebih tinggi semakin tinggi tingkat kemajuannya.
Kedua, usia, Comte melihat bahwa usia meningkatkan conservatisme, sedangkan
kemudaan ditandai oleh naluri mencipta. Jika usia manusia meningkat, maka
kekuatan konservatifnya akan meningkat, semakin berpengaruh serta
memperlambatlaju perubahan. Ketiga, demografi, atau peningkatan jumlah
penduduk secara alamiah, termasuk didalamnya adalah peningkatan kepadatan
penduduk. Menurut Comte, semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk, semakin
tinggi pula keinginan dan masalah baru, dan untuk itu akan menimbulakn cara-
cara baru untuk mencapai kemajuan dengan menetralisasi ketimpangan fisik dan
akan menghasilkan pertumbuhan kekuatan intelektual dan moral diantara
segelintir orang yang tertindas.3
Teori klasik yang berasal dari comte merupakan teori yang perlu
dikemukakan karena teori itu dipandang sebagai teori sosiologi yang awal,
sebagaimana sudah dikemukakan sebelumnya. Yang terutama menonjol dari teori
tersebut adalah teori hukm tiga tahap perkembangan masyarakat yaitu teologis,
metafisik, dan positif. Pada mulanya masyarakat berada pada tahp teologis
kemudian berkembang menjadi tahap positifsetelah melalui suatu tahap yang
disebut tahap transisi yang berupa tahap metafisis.
Dari teori diatas jelas bahwa Comte mendekati dan memahami masyarakat
dengan pendekatan kultural. Organisasi sosial suatu masyraka, menurutnya
berkembang sesuai dengan perkembangan intelektual manusia-manusia
pendukungnya. Ketiga tahap diatas merupakan tiga tahap perkembangan
3 Nanang,Op. Cit., 37
intelektual atau sistem epistimologis atau pandangan dunia manusia yang
kemudian menyatakan diri dalam bentu organisasi sosial yang berbeda beda.
Oleh:
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015