You are on page 1of 8

Lex Administratum, Vol. IV/No.

3/Mar/2016

BEDAH MAYAT DALAM MENGUNGKAP TINDAK fenomena-fenomena pembunuhan, baik yang


PIDANA PEMBUNUHAN MENURUT PASAL 134 beritakan melalui media elektronik maupun
KUHAP1 melalui media cetak.
Oleh: Vijay F. M. I. Gobel2 Pembunuhan adalah suatu kejahatan yang
tidak manusiawi, karena pembunuhan
ABSTRAK merupakan suatu perbuatan yang
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain,
mengetahui bagaimana urgensi bedah yang dilakukan secara sengaja maupun tidak
mayat/otopsi dalam mengungkap tindak pidana sengaja.4Tindak pidana pembunuhan dengan
pembunuhan dan kendala apa saja yang direncanakan lebih dahulu yang oleh
dihadapi dalam melakukan bedah mayat pembentuk undang-undang telah disebut
padatindak pidana pembunuhan. Dengan dengan kata moord5 atau disingkat dengan
menggunakan metode penelitian yuridis pembunuhan berencana adalah pembunuhan
normatif, maka dapat disimpulkan: 1. Urgensi yang paling berat ancaman pidananya dari
bedah mayat (otopsi) merupakan suatu seluruh bentuk kejahatan terhadap jiwa
tindakan medis yang dilakukan atas dasar manusia.
undang-undang dalam rangka pembuktian Proses hukum acara pidana, aparat penegak
suatu tindakan pidana pembunuhan dan hukum kepolisian yang terlebih dahulu turun
berdasarkan izin dari keluarga korban. Adapun tangan untuk menyelesaikan perkara itu
dasar undang-undang yang dipakai untuk dengan tugas polisi melakukan penyelidikan,
melakukan eksumasi ini adalah : KUHAP pasal penyidikan dan untuk mengumpulkan alat bukti
134 ayat (1), (2), (3), KUHAP pasal 135, KUHAP yang ada, setelah diproses di kepolisian, maka
pasal 136, dan KUHP pasal 222. 2. Kendala berkas dilimpahkan ke Kejaksaan, dari proses
untuk melaksanakan bedah mayat (Autopsi) inilah penuntutan dilakukan dan alat bukti
untuk membuktikan tindak pidana dianalisis lebih mendalam agar Jaksa dapat
pembunuhan, yaitu: Kurangnya alat-alat bukti, menentukan dakwaan dan tuntutan pidana
Keluarga korban keberatan untuk dilakukan bagi terdakwa. Dalam ilmu kedokteran autopsi
otopsi, Keterbatasan fasilitas rumah sakit dan atau bedah mayat berarti suatu penyelidikan
tenaga ahli (misal: ahli forensik, ahli atau pemeriksaan tubuh mayat, termasuk alat-
toksikologi,ahli bedah, ahli kimia, ahli patologi) alat atau organ tubuh dan susunannya pada
dapat menghambat dalam mengungkap bagian dalam setelah dilakukan pembedahan
danmembuktikan tindak pidana pembunuhan, dengan tujuan menentukan sebab kematian
Perlawanan dari pihak keluarga. seseorang, baik untuk kepentingan ilmu
Kata kunci: Bedah mayat, pembunuhan. kedokteran maupun menjawab misteri suatu
tindak kriminal.
PENDAHULUAN Menurut sistem yang dipakai dalam KUHAP,
A. Latar Belakang Masalah pemeriksaan pendahuluan merupakan
Kejahatan merupakan perilaku menyimpang pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik Polri
yang selalu melekat pada masyarakat. termasuk di dalamnya pemeriksaan tambahan
Kejahatan, seperti pemerkosaan, pembunuhan, atas dasar petunjuk-petunjuk dari Jaksa
penganiayaan, perampokan dan lain-lain sangat Penuntut Umum dalam rangka penyempurnaan
meresahkan dan merugikan masyarakat. Tindak hasil penyidikannya. Alat bukti yang sah dalam
pidana pembunuhan merupakan salah satu hukum pembuktian suatu perkara pidana
bentuk kejahatan yang cukup mendapat sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 184
perhatian di kalangan masyarakat.3 Dalam KUHAP adalah keterangan saksi, keterangan
kehidupan sehari-hari sering disaksikan ahli, surat-surat, petunjuk, dan keterangan
terdakwa.
1
Artikel Skripsi.
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
4
110711078 Ibid, hal. 27.
3 5
SoerdjonoSoekanto dan PurnadiPurwacaraka, Sendi- P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang,. Delik-Delik
Sendi dan Hukum Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, Khusus Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh dan
1992, hal 25 Kesehatan, Sinar Grafika, 2010, hal 51

221
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

Secara konkret, Adami Chazawi menyatakan maka diperlukan bukti yang konkrit untuk
bahwa dari pemahaman tentang arti membuktikan terjadinyatindak pidana tersebut.
pembuktian sesungguhnya disidang pengadilan Apabila semua bukti-bukti sudah lengkap dan
adalah kegiatan pembuktian yang meliputi dianggap cukup untukmembuktikan bahwa
kegiatan pengungkapan fakta, dan pekerjaan telah terjadi suatu tindak pidana yang
penganalisian fakta yang sekaligus menyebabkan matinya seseorang,maka proses
penganalisisan hukum.6Contoh kasus hukum acara pidana dapat dilakukan sesuai
7
pembunuhan yaitu kasus Munir. Munir kaidahnya.
meninggal karena diracun olehdasar atau motif
pembunuhan yang belum jelas. Tersangka B. Perumusan Masalah
utama dalam kasus tersebut hinggakini belum 1. Bagaimana urgensi bedah mayat/otopsi
terungkap. Dalam kasus tersebut Jaksa dalam mengungkap tindak pidana
Penuntut Umum mendakwa terdakwa pembunuhan?
telahmelanggar Pasal 340 KHUP karena 2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam
pembunuhan Munirdirencanakan terlebih melakukan bedah mayat padatindak pidana
dahulu.Pembuktian yang sudah ada ditemukan pembunuhan?
beberapa orang yang sudah dijadikan tersangka
dansudah dijatuhi hukuman salah satu C. Metode Penelitian
orangnya bernama Metode pendekatan yang digunakan dalam
PollycarpusBudihariPriyanto. Pollycarpusdiduga penelitian ini adalah menggunakan metode
sebagai orang yang mencampurkan racun jenis penelitian hukum Normatif, yaitu mengkaji
arsenic jenis 3 dan 5 ke dalam minumanyang hukum yang dikonsepkan sebagai Norma atau
diberikan kepada Munir saat dibandara Changi kaidah yang berlaku dalam masyarakat, dan
Singapura, sehingga mengakibatkan menjadi acuan perilaku setiap orang. Jadi dalam
Munirmeninggal saat pesawat ada di wilayah penelitian ini menggunakan metode penelitian
udara Rumania, sekitar 2 jam sebelum hukum normative dan tipe penelitian
mendarat diBandara Schiphol, Amsterdam. menggunakan penelitian hukum deskriptif.
JenazahMunir kemudian diotopsi oleh tim
dokter forensik diBelanda, namun tim dokter PEMBAHASAN
forensik tidak dapat menemukan penyebab A. Urgensi Bedah Mayat (Auptosi)Dalam
kematian Munir. JasadMunir lalu di bawa Mengungkap Tindak PidanaPembunuhan
pulang ke Indonesia dan diotopsi oleh tim Pemeriksaan forensik terhadap korban mati
dokter forensik dirumah sakitdokter Soetomo bertujuan untuk mengidentifikasi korban,
Surabaya. Hasil otopsi ditubuh Munir terdapat menyimpulkan sebab kematian korban,
kandungan racun arsenic 460 mgdalam memperkirakan saat kematian, membuat
lambung dan 3,1 mg/liter dalam darah, dan ada laporan tertulis dalam bentuk visum et
kandungan paracetamol,metroclopromide, repertum, dan melindungi orang tidak bersalah
diazepam dan metafanic acid. dan membantu dalam penentuan identitas
Pollycarpusdijatuhi hukuman penjara selama 2 serta penuntutan terhadap orang yang
tahun oleh MA karena hanya terbukti bersalah bersalah. Pada pemeriksaan luar ditemukan
telah memalsukan surat tugas. lebam mayat di bagian belakang tubuh,
Berdasarkan kasus tersebut di atas dapat berwarna merah ungu dan hilang pada
diketahui bahwa untuk mengungkap penekanan. Lebam mayat biasanya mulai
terjadinyasuatu tindak pidana yang tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama
menyebabkan matinya seseorang, serta apakah intensitasnya bertambah dan menjadi lengkap
sesungguhnya yangmenyebabkan kematiannya, dan menetap setelah 8-12 jam. Menetapnya
lebam mayat disebabkan bertimbunnya sel-sel
darah dalam jumlah cukup banyak sehingga
6
AdamiChazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, sulit berpindah lagi, di samping kekakuan otot-
Jakarta: Raja Grafindo Persada, Jakarta,2001, hal 33. otot dinding pembuluh darah yang mempersulit
7
http://www.referensimakalah.com//Teori-Pembuktian-
dalam-hukum-pidana. Diakses 11 Maret 2015. perpindahan tersebut. Kaku mayat terdapat

222
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

pada rahang, jari, persendian anggota gerak nadi dan pembuluh balik lengan atas, berakhir
bawah, dan mudah dilawan. Kaku mayat mulai di tulang lengan atas.9Ditemukannya kedua
tampak kira-kira 2 jam pasca mati klinis, dimulai luka tersebut, luka-luka terbuka lain dalam
dari bagian luar tubuh ke dalam. Setelah mati jumlah banyak, disertai warna yang memucat
klinis 12 jam, kaku mayat menjadi lengkap, pada permukaan maupun penampang organ
dipertahankan selama 12 jam dan kemudian dalam menunjukkan bahwa sebab matinya
menghilang dalam urutan yang sama. korban adalah adanya perdarahan dalam
Berdasarkan lebam mayat yang masih hilang jumlah banyak.
pada penekanan dan kaku mayat pada Praktek pemeriksaan oleh bidang
persendian bagian luar tubuh yang mudah kedokteran forensik tidak dapat dipisahkan
dilawan pada mayat ini, diperkirakan kematian dengan bidang ilmu yang lainnya, seperti
terjadi antara 2 sampai 8 jam sebelum toksikologiforensik,
pemeriksaan luar dilakukan. serologi/biologimolekuralforensik,
Pada mayat ditemukan luka terbuka odontologiforensik, psikiatriforensik, dan lain
multipel pada daerah kepala, leher, tubuh sebagainya. Waktu pelaksanaan otopsiforensik
bagian atas, dan kedua lengan. Luka-luka harus dilakukan sedini mungkin, terutama pada
tersebut bertepi rata, dasar tulang atau otot, daerah yang bersuhu tropis, karena dengan
berbentuk garis, tidak terdapat jembatan hawapanasnya mayat bisa cepat membusuk
jaringan, dengan kedua sudut tajam, sesuai dan mengaburkan bukti-bukti penyidikan.
dengan luka akibat kekerasan tajam. Pada ruas-
ruas jari tangan kanan, punggung tangan kiri, B. Kendala Melakukan bedah Mayat (Autopsi)
punggung lengan kanan dan kiri terdapat luka- Dalam Tindak Pidana Pembunuhan
luka serupa yang menunjukkan adanya usaha Jika pada pemeriksaan luar dokter
perlawanan atau tangkisan korban. menemukan adanya luka, adanya bau yang
Terdapatnya jumlah luka yang banyak dengan mencurigakan dari mulut atau hidung, adanya
lokasi sembarang, mengenai pakaian, disertai tanda bekas suntikan tanpa riwayat berobat ke
adanya luka tangkis dan tidak adanya luka dokter, serta adanya tanda keracunan lainnya,
percobaan merupakan ciri-ciri kekerasan benda maka kasusnya kemungkinan merupakan
tajam pada kasus pembunuhan yang disertai kematian yang tidak wajar. Kematian yang tidak
perkelahian.8 wajar dapat terjadi pada kematian akibat
Pada pemeriksaan daerah kepala, kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan.10
ditemukan adanya beberapa patah tulang Pada kasus-kasus ini dokter sebaiknya hanya
tengkorak disertai robekan selaput keras otak berpegang pada hasil pemeriksaan fisik dan
dan perdarahan di bawah selaput lunak otak analisisnya sendiri dan bisa mengabaikan
sisi kanan. Pada jaringan otak terdapat anamnesis yang bertentangan dengan
beberapa daerah memar dan kerusakan kesimpulannya. Biasanya pada kasus kematian
jaringan, yang disertai pelebaran pembuluh tidak wajar, ada kecenderungan keluarga
darah di berbagai tempat. Luka-luka di daerah korban untuk membohongi dokter dengan
kepala ini diduga dapat mempercepat mengatakan korban meninggal akibat sakit,
kematian. Luka terbuka yang paling karena malu (misalnya pada kasus bunuh diri,
berpengaruh adalah yang terdapat pada leher narkoba) atau karena mereka sendiri pelakunya
dan lengan atas kanan sisi depan. Luka pada (pada kasus penganiayaan anak, pembunuhan
leher tepat garis pertengahan depan setinggi dalam keluarga) atau takut berurusan dengan
jakun menembus kulit, jaringan bawah kulit, polisi (pada kasus kecelakaan karena ceroboh).
otot leher, tulang rawan gondok, dan berakhir Dokter Puskesmas yang menemukan kasus
di kerongkongan. Sedangkan luka pada lengan dengan dugaan kematian yang tidak wajar,
atas kanan sisi depan menembus kulit, jaringan berdasarkan Pasal 108 KUHAP, sebagai pegawai
bawah kulit, otot-otot, memotong pembuluh negeri (dokter PTT dianggap sebagai pegawai
negeri) wajib melaporkan kasus tersebut ke
8
A. Gumilang,. Kriminalistik Pengetahuan Tentang Teknik
9
dan Taktik Penyidikan, Bina Angkasa, Bandung, 1993, hal Ibid, hal 61
10
60 A Gumilang., Op Cit, hal 31

223
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

polisi resort (polres) setempat. Pada kasus ini pemeriksaan dalam (otopsi) setelah keluarga
dokter Puskesmas TIDAK BOLEH memberikan korban datang dan menyatakan kesediaannya
surat Formulir A kepada keluarga korban dan untuk dilakukannya otopsi terhadap korban.12
mayat tersebut harus ditahan sampai proses Penyidik dalam hal ini berkewajiban untuk
polisi selesai dilaksanakan. Dokter Puskesmas menghadirkan keluarga korban dalam 2 x 24
sebaiknya tidak memberikan pernyataan jam sejak mayat dibawa ke dokter Selewat
mengenai penyebab kematian korban ini tenggang waktu tersebut, jika keluarga tidak
sebelum dilakukan pemeriksaan otopsi ditemukan, maka dokter dapat langsung
terhadap jenazah.11 melaksanakan otopsi tanpa izin dari keluarga
Berdasarkan adanya laporan tersebut, korban.
penyidik berdasarkan pasal 133 (1) KUHAP Pemeriksaan luar jenazah dalam rangka SPV
dapat meminta bantuan dokter untuk dari penyidik harus dilakukan secara seksama,
melakukan pemeriksaan luar jenazah selengkap dan seteliti mungkin, dan bila
(pemeriksaan jenazah) atau pemeriksaan luar dianggap perlu dilengkapi dengan sketsa atau
dan dalam jenazah (pemeriksaan bedah foto luka-luka yang ditemukan pada tubuh
jenazah atau otopsi), dengan mengirimkan korban. Untuk mencegah kemungkinan adanya
suatu Surat Permintaan Visum et Repertum data yang terlewatkan, maka dokter yang
(SPV) jenazah kepada dokter tertentu. Untuk melakukan pemeriksaan luar hendaknya
daerah DKI Jakarta, pemeriksaan bedah jenazah berpedoman pada formulir laporan obduksi.
umumnya dimintakan ke Bagian Ilmu Lihat formulir laporan obduksi dari Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik FKUI/RSCM, akan tetapi Kedokteran Forensik FKUI pada lampiran. Jika
pemeriksaan luar jenazah dapat dimintakan pemeriksaan yang diminta oleh penyidik hanya
kepada Puskesmas dan Rumah Sakit manapun. pemeriksaan luar jenazah (pemeriksaan
Dokter yang diminta untuk melakukan jenazah) saja, maka setelah pemeriksaan luar
pemeriksaan jenazah bisa dokter yang selesai dilakukan, mayat dan Formulir A dapat
melaporkan kematian tersebut, bisa juga langsung diserahkan kepada keluarga korban.
dokter lainnya. Setiap dokter yang diminta Pada Formulir A tersebut, dokter harus
untuk melakukan pemeriksaan jenazah oleh menyatakan bahwa penyebab kematian korban
penyidik WAJIB melakukan pemeriksaan sesuai tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan
dengan permintaan penyidik dalam SPV. Dokter bedah jenazah sesuai dengan permintaan
yang secara sengaja tidak melakukan penyidik. Kesimpulannya harus demikian
pemeriksaan jenazah yang diminta oleh karena pada kematian yang tidak wajar berlaku
penyidik, dapat dikenakan sanksi pidana ketentuan bahwa penyebab kematian hanya
penjara selama-lamanya 9 bulan (pada kasus dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan
pidana) dan 6 bulan (pada kasus lainnya) dalam (autopsi atau bedah jenazah).13
berdasarkan Pasal 224 KUHP. Dengan demikian, Jika penyidik meminta dokter untuk
seorang dokter Puskesmas yang mendapatkan melakukan pemeriksaan luar dan dalam
SPV dari penyidik untuk melakukan (pemeriksaan bedah jenazah atau otopsi), dan
pemeriksaan jenazah WAJIB melaksanakan keluarga korban tidak menyetujuinya, maka
kewajibannya tersebut. Segera setelah dokter Puskesmas wajib menjelaskan tujuan
menerima SPV dari penyidik, dokter harus otopsi kepada keluarga korban (Pasal 134 Ayat
segera melakukan pemeriksaan luar terhadap (2). Dokter pada kesempatan tersebut
jenazah tersebut. Jika pada SPV yang diminta hendaknya memberikan beberapa keterangan
adalah pemeriksaan bedah jenazah, maka sebagai berikut: Bahwa kewenangan meminta
dokter pada kesempatan pertama cuma perlu pemeriksaan dalam atau otopsi ada di tangan
melakukan pemeriksaan luar jenazah saja. penyidik POLRI, berdasarkan Pasal 133(1)
Selanjutnya dokter baru boleh melakukan KUHAP.

11 12
HendroSoewono,. Batas Pertanggungjawaban Hukum DjokoPrakoso,. Op cit, hal 24
13
Malpraktek Dokter Dalam Transaksi Terapeutik, Skrikandi, H.A.F. Dudley, dkk., Pedoman Tindakan Praktis Medik
Surabaya, 2005, hal 29 dan Bedah, Buku Kedokteran EGC, 2000, hal. 76.

224
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

Dokter yang diminta melakukan menerangkan terlebih dahulu konsekuensi


pemeriksaan jenazah hanya melaksanakan pulang paksa kepada keluarga korban, sebagai
kewajiban hukum, sehingga setiap keberatan berikut: Dokter tidak akan memberikan surat
dari pihak keluarga hendaknya disampaikan kematian (formulir A). Tanpa adanya surat
sendiri ke penyidik yang mengirim SPV. formulir A, maka keluarga korban akan
Keputusan boleh tidaknya dilakukan mengalami kesulitan saat akan mengangkut
pemeriksaan luar saja pada kasus ini, ada di jenazah keluar kota/negeri, menyimpan
tangan penyidik. Jika penyidik mengabulkan jenazah di rumah duka atau saat akan
permohonan keluarga korban, kepada keluarga mengubur atau melakukan kremasi di tempat
korban akan dititipkan surat pencabutan visum kremasi/kuburan umum. Karena tidak diberikan
et repertum, untuk diserahkan kepada dokter Formulir A, maka keluarga korban tak dapat
yang akan melakukan pemeriksaan jenazah. mengurus Akte Kematian korban di kantor
Dalam hal ini, dokter hanya perlu melakukan Catatan Sipil. Akte Kematian merupakan surat
pemeriksaan luar jenazah saja. yang diperlukan untuk pengurusan berbagai
Jika penyidik tidak menyetujui keberatan masalah administrasi sipil, seperti pencoretan
keluarga korban, maka keluarga korban masih nama dari Kartu Keluarga, dasar pembagian
mempunyai dua pilihan, yaitu menyetujui warisan, pengurusan izin kawin lagi bagi
otopsi atau membawa pulang jenazah secara pasangan yang ditinggalkan, pengajuan klaim
paksa (disebut Pulang Paksa) dengan segala asuransi dsb. Dokter tak akan melayani
konsekuensinya. Jika keluarga menyetujui permintaan keterangan medis dalam rangka
otopsi, maka untuk kasus di DKI Jakarta, mayat pengajuan klaim asuransi sehubungan dengan
akan dibawa ke RSCM untuk diotopsi. Jika kematian korban.15 Dokter tidak akan membuat
keluarga memilih pulang paksa, maka mereka Visum et Repertum, sehingga kasus tersebut
baru boleh membawa pulang jenazah setelah tidak mungkin bisa dituntut di pengadilan. Di
menandatangani Surat Pulang Paksa. Surat kemudian hari mayat dapat digali kembali jika
Pulang Paksa merupakan surat yang penyidik menganggap perlu dan jika hal itu
menyatakan bahwa mayat dibawa pulang dilakukan, maka biaya penggalian menjadi
secara paksa oleh keluarga, sehingga tidak tanggungan pihak keluarga korban. Keluarga
terlaksananya pemeriksaan jenazah merupakan yang membawa pulang mayat secara paksa
tanggung jawab keluarga korban dan bukan dapat dikenakan sanksi pidana menghalang-
tanggung jawab dokter. halangi pemeriksaan jenazah berdasarkan Pasal
Berdasarkan surat ini, maka keluarga korban 222 KUHP dengan ancaman hukuman penjara
yang menandatangani surat tersebut dapat selama-lamanya sembilan bulan.
dikenakan sanksi pidana penjara selama- Pada kasus kematian tidak wajar yang
lamanya sembilan bulan karena menghalang- diotopsi, setelah dokter selesai melakukan
halangi pemeriksaan jenazah, berdasarkan pemeriksaan dalam, mayat dan formulir A
Pasal 222 KUHP. Bagi dokter surat ini penting, dapat segera diserahkan kepada keluarga
karena merupakan surat yang mengalihkan korban. Dalam Formulir A, dokter hendaknya
beban tanggung jawab atas tidak terlaksananya menuliskan penyebab kematian sesuai dengan
pemeriksaan jenazah dari dokter ke keluarga kesimpulannya berdasarkan temuanotopsi.
korban. Atas dasar itulah, maka surat ini harus Dalam hal masih perlu dilakukan pemeriksaan
disimpan baik-baik oleh dokter sebagai bukti lanjutan sedangkan penyebab kematian belum
pulang paksa, jika di kemudian hari penyidik dapat ditentukan, dokter hendaknya menulis
menanyakan Visum et Repertum kasus ini ke penyebab kematian belum dapat ditentukan.
dokter.14 Untuk amannya, pada kasus semacam Jika terhadap mayat yang meninggal tidak
ini dokter sebaiknya memberitahukan adanya wajar perlu dilakukan pengawetan jenazah,
pulang paksa ini ke penyidik yang mengirim SPV maka pengawetan baru boleh dilakukan setelah
sesegera mungkin. mayat selesai diperiksa sesuai dengan
Dalam hal keluarga korban cenderung untuk
memilih pulang paksa, maka dokter hendaknya

14 15
HendroSoewono,. Op Cit, hal 29 H.A.F. Dudley, dkk,. Op Cit, hal 67

225
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

permintaan penyidik.16 Untuk kasus yang dilakukan, sebab biasanya pihak keluarga
pulang paksa, pengawetan jenazahtidak boleh akan melarang dan tidak menginginkan
dilakukan, karena tindakan pengawetan dilakukan bedah mayat (otopsi) pada korban
jenazah dapat menyebabkan hilangnya banyak yang sudah meninggal. Sedangkan korban
barang bukti biologis sehingga dapat yang sudah dikuburkan pihak keluarga
menyulitkan penentuan penyebab kematian biasanya keberatan dan tidak mengizinkan
jika kemudian mayatnya digali lagi. Dokter yang jika dilakukan pembongkaran makam guna
nekad melakukan pengawetan pada kasus otopsi.
kematian tidak wajar sebelum proses polisi 4. Tidak Semua Jaksa Penuntut Umum memiliki
selesai, dapat dituntut oleh penyidik karena kemampuan dan keahlian khusus dalam
secara sengaja menghilangkan barang bukti mengungkap kasus pembunuhan berencana
dari suatu tindak pidana. yang menggunakan racun Guna
Kendala melakukan bedah mayat/otopsi pengungkapan kasus pembunuhan
dalam membuktikan perkara tindak Pidana berencana yang ada indikasi korbannya
pembunuhan, yaitu:17 meninggal karena diracun diperlukan aparat
1. Berkas perkara masih kurang sempurna atau penegak hukum yang mempunyai
kurang lengkap Untuk mengungkap dan pengetahuan yang memadai baik teori
membuktikan tindak pembunuhan tidaklah maupun teknik dalam melakukan penyidikan
mudah, sehingga diperlukan suatu secara cepat dan tepat. Namun dalam
komitmen dan kerja keras dari aparat kenyataannya masih banyak aparat penegak
penegak hukum. Namun pada hukum yang pengetahuannya masih
kenyataannya, materi berkas perkara yang terbatas, khususnya yang berkaitan dengan
dilimpahkan oleh pihak penyidik ke masalah kejahatan yang menggunakan
Kejaksaan masih kurang lengkap. Penuntut racun, misalnya ilmu kimia, ilmu forensik,
Umum segera mengembalikan berkas ilmu toksikologi dan sebagainya
perkara itu kepada penyidik disertai 5. Saksi berhalangan hadir
petunjuk untuk dilengkapi. Berdasarkan ketentuan pasal 179 KUHAP,
2. Kurangnya alat-alat bukti setiap saksi atau ahli yang telah dipanggil
Keberadaan alat bukti mutlak harus ada secara sah untuk menghadap
guna mengungkap kasus pembunuhan kepersidangan, maka ia wajib datang.18
berencana yang menggunakan racun. Tetapi faktanya ketika dalam proses
Penuntut Umum harus mampu pembuktian saksi yang telah dipanggil
membuktikan dengan menyertakan alat-alat berhalangan hadir. Keadaan ini sangat
bukti yang mendukung isi gugatannya. menghambat jalannya persidangan dan
Tetapi faktanya untuk mengumpulkan alat menghambat proses pembuktian kasus
bukti dalam kasus pembunuhan berencana pembunuhan berencana yang menggunakan
yang menggunakan racun tidak mudah. racun.
Kurangnya alat bukti untuk membuktikan 6. Keterbatasan fasilitas rumah sakit yang
kesalahan pelaku tindak pidana menyebabkan dokter mengalami kesulitan
menyebabkan kasus menjadi berlarut-larut. untuk melakukan pemeriksaan terhadap
3. Keluarga korban keberatan untuk dilakukan korban Sarana dan prasarana merupakan
otopsi salah satu faktor pendukung kelancaran
Guna mengungkap suatu kasus dalam mengungkap dan membuktikan kasus
pembunuhan berencana yang menggunakan pembunuhan berencana yang menggunakan
racun perlu dilakukan beberapa racun. Aparat penegak hukum dapat bekerja
pemeriksaan penting yaitu salah satunya dengan baik jika adanya fasilitas yang
otopsi. Namun hal ini tidak mudah memadai. Guna mengungkap kasus
pembunuhan berencana yang menggunakan
16
racun tidak terlepas dari peran dokter dan
M. Karjadi, Tindakan dan Penyidikan Pertama di Tempat
Kejadian Perkara,. Politeia, Bogor, 1981, hal. 26
17 18
Ibid, hal. 28-29 Pasal 179 KUHAP

226
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

rumah sakit.19 Keterbatasan fasilitas rumah rumah sakit dan tenaga ahli (misal: ahli
sakit dan tenaga ahli (misal: ahli forensik, forensik, ahli toksikologi,ahli bedah, ahli
ahli toksikologi, ahli bedah, ahli kimia, ahli kimia, ahli patologi) dapat menghambat
patologi) di daerah yang lokasinya terpencil dalam mengungkap danmembuktikan tindak
seringkali menghambat aparat penegak pidana pembunuhan, Perlawanan dari pihak
hukum dalam mengungkap dan keluarga.
membuktikan kasus pembunuhan
berencana yang menggunakan racun. B. Saran
7. Perlawanan dari Pengacara/Penasehat 1. Hendaknya kata-kata dalam hal sangat
Hukum diperlukan mengenai bedah mayat
Salah satu hak terdakwa dalam kasus (otopsi)Pasal 134 KUHAP diubah menjadi
pembunuhan berencana yang menggunakan mutlak diperlukan dalam penyidikan suatu
racun yaitu untuk didampingi dan tindak pidana untuk menentukan sebab
mendapatkan bantuan hukum dari kematian.
penasehat hukum seperti yang tercantum Diharapkan para ahli Forensik dalam
pada Pasal 56 ayat (1) dan (2) KUHAP.20 membuat visum et repertum dan
Setiap penasehat hukum yang ditunjuk keterangan hasil penelitian terhadap bukti-
harus bertindak memberikan bantuannya bukti, memberikan informasi yang lengkap
guna kepentingan pembelaan terdakwa dan sejelas-jelasnya untuk memastikan
pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut penyebab kematian korban, maka proses
tata cara yang ditentukan dalam Undang- hukum acara pidana dapat dilakukan sesuai
Undang. Terdakwa yang belum dinyatakan kaidahnya.
bersalah oleh hakim berhak mendapatkan 2. Dalam Pasal 134 khususnya pada ayat yang
pembelaan dari penasehat hukum dari ke-2, mengenai keluarga menolak
tuntutan yang dilakukan oleh Jaksa diadakan bedah mayat, sebaiknya dibuat
Penuntut Umum. Dalam prakteknya upaya suatu peraturan yang mengatur tentang
penasehat hukum dalam rangka melakukan konsekuensi yang jelas terhadap keluarga
pembelaan terhadap terdakwa, yaitu yang menolak diadakan bedah mayat untuk
tentunya juga akan berusaha untuk kepentingan peradilan. Penyidik wajib
mengajukan bukti-bukti lain yang dapat menerangkan dengan sejelas-jelasnya
mendukung pembelaannya. tentang maksud dan tujuan perlu
dilakukannya pembedahan tersebut.
PENUTUP
A. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
1. Urgensi bedah mayat (otopsi) merupakan AdamiChazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh dan
suatu tindakan medis yang dilakukan atas Nyawa, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
dasar undang-undang dalam rangka Jakarta,2001.
pembuktian suatu tindakan pidana Amirudin, Aam,. Bedah Masalah Kontemporer
pembunuhan dan berdasarkan izin dari II, Tanya Jawab Ibadah dan Muamalat,
keluarga korban. Adapun dasar undang- cet. II, Jakarta: Firdaus, 1996.
undang yang dipakai untuk melakukan Alexandra Ide,. Etika dan Hukum Dalam
eksumasi ini adalah : KUHAP pasal 134 ayat Pelayanan Kesehatan., Grasya
(1), (2), (3), KUHAP pasal 135, KUHAP pasal Publisher, Yogyakarta, 2012.
136, dan KUHP pasal 222. Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia,
2. Kendala untuk melaksanakan bedah mayat Edisi revisi, CV. SaptaArtha Jaya,
(Autopsi) untuk membuktikan tindak pidana Jakarta, 1996.
pembunuhan, yaitu: Kurangnya alat-alat Ari Yunanto dan Helmi,. Hukum Pidana
bukti, Keluarga korban keberatan untuk Malpraktik Medik (Tinjauan dan
dilakukan otopsi, Keterbatasan fasilitas Perspektif Medikolegal)., Penerbit Andi,
Yogyakarta, 2010.
19
Ari Yunanto dan Helmi,. Op Cit, hal 27
20
Pasal 56 ayat (1 dan 2) KUHAP.

227
Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

Bambang Waluyo,. Viktimologi(Perlindungan Internet


korban dan Saksi), Penerbit Sinar Aries Yoga Susilo, AutopsiForensik Sebagai
Grafika, , Jakarta, 2011. Metode Bantu Pengungkapan Kematian
Dudley, H.A.F dkk., Pedoman Tindakan Praktis Yang Diduga Karena Tindak Pidana,
Medik dan Bedah, Buku Kedokteran dalam http://digilib.ums.ac.id.Diakses
EGC, 2000. 15 juni 2014.
Gumilang. A ,. Kriminalistik Pengetahuan DediAfandi, Visum et Repertum Pada Korban
Tentang Teknik dan Taktik Penyidikan, Hidup,
Bina Angkasa, Bandung, 1993. http://dediafandi.staff.unri.ac.id/files/2
Hamid, A. T., Praktek Peradilan Perkara Pidana, 010/05/Visum et Repertum pada
CV. Al-Ihsan, Surabaya, 1982. korban hidup.pdf, diakses, 17 April
HendroSoewono,. Batas Pertanggungjawaban 2014.
Hukum Mapraktek Dokter Dalam http://id.wikipedia.org/wiki,Yogyakarta 1Maret
Transaksi Terapeutik, Skrikandi, 2014.
Surabaya, 2005. http://Teguhalexander.blogspot.com/archive.ht
HilmanHadikusuma, Bahasa Hukum,. Sinar ml,Yogyakarta 1 Maret 2014.
Grafika, Jakarta, 2007. http://www.referensimakalah.com//Teori-
Joko P. Subagyo., Metode Penelitian Dalam Pembuktian-dalam-hukum-pidana.
Teori dan Praktik., Penerbit Rineka Diakses 11 Maret 2015.
Cipta., Jakarta, 2011. http://eco-
Nugraha, AswinPembuktian Tindak Pidana valentinorossi.blogspot.com/Yogyakarta
Pembunuhan Di Persidangan, Fakultas 1 Maret 2014.
Hukum Universitas Pembangunan Michael Barama, Kedudukan Visum et
Nasional Veteran Jawa Timur, Repertum dalam Hukum
Surabaya, 2012. Pembuktian,http://repo.unsrat.ac.id/K
SoerdjonoSoekanto dan PurnadiPurwacaraka, EDUDUKAN VISUM ET
Sendi-Sendi dan Hukum Indonesia, REPERTUMDALAM HUKUM
Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992 PEMBUKTIAN.pdf diakses 17 April 2014
R. Soesilo, KUHP Serta Komentar-Komentar
Lengkap Pasal Demi Pasal,. PT.Karya
Nusantara, Bandung, 1989.
SudrajatBassar, M,. Tindak-Tindak Pidana
Tertentu di dalam KUHP,. Remaja karya,
Bandung, 1986.
Suma, HMA. Himpunan Undang-undang
Perdata Islam & Peraturan Pelaksanaan
Lainnya di Negara Hukum Indonesia. PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
WirjonoProjodikoro, Asas-asas Hukum di
Indonesia,. PT.Eresco, Bandung, 2000
Zainuddin Ali,. Metode Penelitian Hukum,.
Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2011

Peraturan Perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan

228

You might also like