Professional Documents
Culture Documents
l
suatau batuan. dimana pada pengujian ini di gunakan perbandingan 2 < D <
l
2,5. Semakin besar nilai D maka kuat tekannya akan semakain kecil. Dari uji
nini akan dihasilkan kurva antara tegangan dengan regangan. Dari kurva ini
kemudian dapat ditentukan beberapa sifat mekanik batuan berhubungan dengan
kuat tekan yaitu :
1. Kuat tekan , yaitu tegagan puncak saat contoh batuan pecah
2. Batas elastik, yaitu batas batuan mencapai elastisitas tertinggi sebelum
batuan tersebut pecah dengan pembebanan tertentu
3. Modulus young, di dapatkan ari perbandingan antara perbedaan
tegangan aksial yang di dapatkan dari kurva tegangan regangan.
4. Poissons ratio, yaitu perbandinga antara tegangan lateral dengan
regangan aksial yang dihitung pada 50% tegangan maksimum
Regangan dari pecontoh batu baik aksial maupun lateral, selama
pengujian berlangsung dapat diukur dengan menggunakan dial gauge atau
electic strain gauge.
Dalam menentukan modulus young, dapat ditentukan dari kurva
tegangan-regangan dengan berbagai cara, antara lain :
Tangent youngs modulus, Et
Tangent young modulus ini diukur dari tingkat tegangan = 0,5 c kemudian
ditentukan dengan cara tangen.
Et = a
2. Sepasang plat baja berbentuk silinder yang diletakkan pada kedua ujung
spesimen dengan diameter yang sama.
3. Dial gague untuk mengukur deformasi axial dan diametral
2. spesimen diletakkan diantara plat baja dan diatur agar tepat dengan plat
form penekanan alat, kemudian mesin dinyalakan sehingga spesimen
berada di tengah-tengah apitan plat bajadan pastikan bahwa kedua
permukaan spesimen telah menyentuh plat baja tersebut.
Sumber : hasil kegiatan Pratikum Geomekanika
Foto 3.3
Pemasangan Sampel Pada Alat
L
2. menghitung tegangan axial : x= L
0
D
3. menghitung regangan diamtral : d= D
0
Tabel 3.1
Hasil Pengamatan Sampel (A1:3)
Waktu Beban Pembacaan 'Dial Gauge'
(Detik) (Kg) Axial Kiri Kanan
10 50 1 0 0
20 100 1 -1,5 0
30 150 0 -1,2 0
40 200 -1 -1,5 0
50 250 1,5 -3 5
60 300 6,5 -3 1,5
70 350 8 -2 3
80 400 9,5 -0,5 3
90 450 11 0,5 3
100 500 12 1,5 3,5
110 550 14 2,3 4
120 600 15 3,5 5
130 650 16 5 6
140 700 17,5 5,5 8
150 750 19 6,26 8,5
160 800 20,5 7,5 7
170 850 22,5 8,5 5
180 900 23,5 9 3,5
190 950 25 10 2
200 1000 26,5 11 0
210 1050 28,8 12 -3
220 1100 30,5 12,75 -6
230 1150 32,5 13,5 -8
240 1200 34 14 -9,5
250 1250 36,5 15 -9,5
260 1300 39 15,5 -10
270 1350 41 16 -10
280 1400 43 16 -11
290 1450 45,5 17 -11
300 1500 48,5 17 -10
310 1550 51 17 -9
320 1600 53,5 17,5 -9
330 1650 55,5 17,5 -9
340 1700 58 17,5 -9
350 1750 61 17,5 -9
360 1800 63 17 -8
370 1850 66 17,5 -8
380 1900 69,5 17,5 -7
390 1950 74,5 20 -7
400 2000 78 22 -6
410 2050 85 22 -5
420 2100 93 31 15
430 2150 99 38 24
440 2200 107 45,5 40
450 2250 110 57 50
460 2300 117 57 65
Sumber : hasil kegiatan pratikum geomekanika, 2015
Sampel B
1 = 50 kg / 39,57 Cm2 = 122, kg/Cm2 = 12,2 MPa
2 = 100 kg / 39,57 Cm2 = 245 kg/Cm2 = 2,45MPa
3 = 150 kg 39,57 Cm2 = 36,8 kg/Cm2 = 3,68 MPa
4 = 200 kg / 39,57 Cm2 = 49,14 kg/Cm2 = 4,91 MPa
5 = 250 kg / 39,57 Cm2 = 61,43 kg/Cm2 = 6,43 Mpa
Sampel B
X1 = 0 /144mm = 0
X2 = 0mm /142mm = 0 X10-4
X3 = 0,05 mm/142mm = 0,347 X10-4
X4 = 0,06mm /142mm = 0.964 X10-4
X5 = 0,07 mm/142mm = 4,86 X10-4