You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas,

berdasarkan Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

Lanjut Usia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses

yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif,

merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi

rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir kematian. 1


Data lansia di Pulau Jawa dari ketiga propinsi yang tertinggi di

Jawa Timur yaitu sebesar 4.483.396 lansia yang terdiri dari laki laki

2.052.695 dan perempuan 2.430.701. Jawa Tengah mempunyai jumlah

lansia 3.983.203 lansia yang terdiri dari laki laki 1.850.841 dan

perempuan 2.132.362. Jawa Barat mempunyai jumlah lansia 3.032.936

lansia yang terdiri dari laki laki 1.437.539 dan perempuan 1.595.397.2

Kabupaten Madiun Jawa Timur mempunyai jumlah lansia 105.171 lansia.

Jumlah lansia yang paling banyak di Kabupaten Madiun yaitu di

Kecamatan Geger sebanyak 4.870.3 Desa Sumberejo memiliki jumlah

lansia yang paling banyak yaitu 414 lansia di wilayah Kecamatan Geger.

Desa Sumberejo memiliki 4 dusun dan jumlah lansia di Dusun Sumberejo

(158 lansia), Dusun Tawangrejo (117 lansia), Dusun Tawangsari (83

lansia), dan Dusun Karanganyar (56 lansia).4


Angka kesakitan merupakan salah satu indikator yang digunakan

untuk mengukur derajat kesehatan penduduk. Angka kesakitan tergolong


sebagai indikator kesehatan negatif. Semakin rendah angka kesakitan,

menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik. Angka

kesakitan penduduk lansia tahun 2014 sebesar 25,05% artinya bahwa dari

setiap 100 orang lansia terdapat 25 orang di antaranya mengalami sakit.

Bila dilihat perkembangannya dari tahun 2005- 2014, derajat kesehatan

penduduk lansia mengalami peningkatan yang ditandai dengan

menurunnya angka kesakitan pada lansia. Keluhan kesehatan tidak selalu

mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari, namun terjadinya

keluhan kesehatan dan jenis keluhan yang dialami oleh penduduk dapat

menggambarkan tingkat/derajat kesehatan secara kasar.5


Proses menua merupakan proses yang berkelanjutan secara

alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Misalnya

dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf dan

menurunnya kondisi fisik yang mengakibatkan gangguan aktifitas fisik

setiap hari. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian

tanpa bantuan orang lain, seiring dengan proses menua lansia akan

membutuhkan bantuan dan dukungan orang lain. 1 Dukungan sosial

merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik

dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut

dicintai, diperhatikan, dihargai orang lain. Dukungan sosial bagi lansia

sangat diperlukan selama lansia sendiri masih mampu memahami makna

dukungan social tersebut sebagai penyokong atau penopang

kehidupannya.6
Sumber dukungan sosial lansia didapatkan dari keluarga, teman

dekat, pasangan hidup, rekan sekerja, saudara, dan tetangga, dan teman

teman lansia. Lansia yang mempunyai sumber dukungan sosial yang baik

akan memperoleh fungsi dukungan sosial. Fungsi dukungan sosial bagi

lansia adalah membantu lansia untuk merasa lebih baik terhadap diri

sendiri maupun dengan orang lain, membantu lansia menyelesaikan

masalah, dan meningkatkan perasaan yang positif pada lansia.7


Perawat sangat berperan penting dalam membantu lansia yang

mengalami masalah dukungan sosial. Peran perawat salah satunya yaitu

melakukan pengkajian dukungan sosial pada lansia. Pengkajian dukungan

sosial pada lansia bertujuan untuk mengetahui permasalahan bentuk,

sumber dan fungsi dukungan sosial. Hasil pengkajian dukungan sosial juga

bisa bermanfaat untuk mengetahui orang orang yang terdekat dengan

lansia.8
Pengkajian dukungan sosial perlu dilakukan kepada lansia untuk

mengetahui penilaian dalam dukungan sosial. Kuesioner yang dapat

digunakan untuk mengkaji bentuk, sumber, dan fungsi dukungan sosial

lansia yaitu menggunakan Social Support Questionaire (SSQ).Social

Support Questionaire (SSQ) adalah kuesioner dukungan sosial yang telah

baku dan terdiri dari 6 pertanyaan. Pertanyaan dari SSQ dapat mengetahui

tingkat kepuasan lansia dengan keadekuatan sumber dukungan sosial.

Interaksi antara lansia dengan keluarga, teman, tetangga dan masyarakat

juga dapat dikaji melalui SSQ.9


Penelitian tentang dukungan sosial menjelaskan bahwa dukungan

sosial mempunyai hubungan dengan fungsi kognitif. Hasil penelitian


menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara fungsi

kognitif dengan dukungan sosial pada lansia di Kelurahan Ganting

Andalas (p value = 0,000) dengan kekuatan hubungan sedang (0,564).

Arah korelasi positif, artinya semakin tinggi dukungan sosial yang

dirasakan lansia, maka semakin tinggi pula fungsi kognitifnya, dan

sebaliknya semakin rendah dukungan sosial yang dirasakan lansia,

semakin rendah pula fungsi kognitifnya.10


Fungsi kognitif adalah suatu proses dimana semua masukan

sensoris (taktil, visual, auditorik) akan diubah, diolah, disimpan dan

selanjutnya digunakan untuk hubungan interneuron secara sempurna

sehingga individu mampu melakukan penalaran terhadap masukan

sensoris. Fungsi kognitif mencakup 5 domain yaitu atensi (pemusatan

perhatian), language (bahasa), memori (daya ingat), visuospasial

(pengenalan ruang), dan executive function (fungsi eksekutif, perencanaan,

pengorganisasian dan pelaksanaan). Lansia dengan gangguan atau

kemunduran kognitif yang progresif akan mengalami perubahan dalam

hidupnya. Perubahan tersebut antara lain adalah perubahan dalam

memenuhi kebutuhan dan aktivitasnya sehari-hari yang mulai bergantung

dengan orang lain atau alat bantu, perubahan psiko- logis dan mental

lansia seperti kehilangan motivasi dan inisiatif serta depresi. Selain itu

terjadi perubahan perilaku serta perubahan dalam kehidupan sosial

mereka. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi kesehatan para

lansia.11 Penurunan fungsi kognitif pada lansia merupakan bagian dari

proses menua. Penurunan ini dapat mengakibatkan masalah antara lain


memori panjang dan proses informasi, dalam memori panjang lansia akan

kesulitan dalam mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak

begitu menarik perhatiannya dan informasi baru atau informasi tentang

orang.12
Manifestasi gangguan fungsi kognitif dapat meliputi gangguan

pada aspek bahasa, memori, emosi, visuospasial dan kognisi.Gangguan

bahasa yang terjadi terutama tampak pada kemiskinan kosa kata. Lansia

tidak dapat menyebutkan nama benda atau gambar yang ditunjukkan

padanya (confrontation naming). Lansia lebih sulit lagi untuk

menyebutkan nama benda dalam satu kategori (categorical naming),

misalnya disuruh menyebut nama buah atau hewan dalam satu kategori.

Diskrepansi sering terjadi antara penamaan konfrontasi dan penamaan

kategori dipakai untuk mencurigai adanya demensia dini. Lansia dengan

cepat dapatmenyebutkan nama benda yang ditunjukkan tetapi mengalami

kesulitan bila diminta menyebutkan nama benda dalam satu kategori.

Lansia mengalami kesulitan tersebut, dikarenakan daya abstraksinya mulai

menurun.13
Kemunduran fungsi kognitif pada aspek memori dapat berupa

mudah lupa (forgetfulness) yang merupakan bentuk gangguan kognitif

yang paling ringan. Gejala mudah lupa diperkirakan dikeluhkan oleh 39%

lanjut usia yang berusia 50 59 tahun, meningkat menjadi lebih dari 85%

pada usia lebih dari 80 tahun. WHO mencatat penurunan fungsi kognitif

lansia diperkirakan pada 121 juta manusia yang terdiri dari 5,8 % laki

laki dan 9,5 % perempuan. Gangguan aspek bahasa pada lansia masih bisa
berfungsi normal walaupun mulai sulit mengingat kembali informasi yang

telah dipelajari.Dampak gangguan aspek emosi yang paling umum dari

penurunan fungsi kognitif adalah emosi yang tumpul, kecemasan yang

berkurang atau euphoria ringan, dan menurunnya sensitifitas

sosial.Kecemasan yang berlebihan, depresi dan hipersensitif dapat

kemungkinan bisa terjadi.14


Gangguan visuospasial yang sering timbul dini pada penurunan

fungsi kognitif biasanya pasien lupa waktu, tidak tahu kapan siang dan

malam, lupa wajah teman dan sering tidak tahu tempat sehingga sering

tersesat (disorientasi waktu, tempat dan orang). Gangguan kognisi yang

sering terganggu terutama daya abstraksi. Lansia selalu berpikir konkrit

sehingga sukar sekali memberi makna peribahasa dan daya persamaan

(similarities) mengalami penurunan. Fungsi kognitif dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti: merokok, konsumsi alkohol, kurangnya aktivitas

fisik, depresi, gangguan fungsi fisik dan kurangnya dukungan sosial.15


Proses keperawatan sangat berperan penting dalam membantu

lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif. Perawat dapat

menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya, saling

bersosialisasi dan selalu mengadakan kegiatan yang bersifat kelompok.

Fungsi kognitif dapat dipertahankan dengan cara menggunakan otak

secara terus menerus dan diistirahatkan dengan tidur. Kegiatan pada

lansia perlu dibiasakan seperti membaca koran, mendengarkan berita dan

cerita melalui media supaya otak tidak beristirahat secara terus menerus.
Pengkajian untuk fungsi kognitif perlu dilakukan, selain perawat

memberikan sosialisasi upaya meningkatkan fungsi kognitif.16


Fungsi kognitif pada lansia perlu dikaji untuk mengetahui nilai

kognitif pada lansia. Pengkajian fungsi kognitif lansia harus mencakup

atensi, bahasa, memori, visuospasial, dan fungsi eksekutif.Lansia biasanya

mengalami gangguan pada aspek bahasa, memori, emosi, visuospasial dan

kognisi.Gangguan pada lansia bisa terkaji menggunakan kuesioner Mini

Mental State Examination (MMSE). MMSE merupakan salah satu cara

pengkajian untuk memberikan gambaran adanya gangguan kognitif secara

dini.Komponen pengkajian kuesionerMMSE adalah orientasi, registrasi,

atensi dan kalkulasi, mengingat kembali (recall), dan bahasa.17


Secara umum, lansia mengalami perubahan atau kemunduran

fungsi psikologis baik dari segi perasaan maupun sikap (afektif). Kondisi

psikologis ini dapat mempengaruhi kehidupan seseorang, khususnya

menyangkut kepribadian yang bisa direfleksikan melalui perilaku, sikap,

perasaan, dan nilai-nilai yang dianut. Afektif adalah ekpresi atau emosi

yang dapat diobservasi, misalnya marah, sedih, bahagia, cemas, dan

sebagainya. Aspek emosi atau perasaan adalah fenomena yang dihayati

secara subjektif sebagai sesuatu yang menimbulkan rasa senang atau sedih

yang pada dasarnya terdiri dari biologis dan psikologis.18


Pada lansia umumnya perasaan tetap berfungsi dengan baik dan

jika ada yang mengalami penurunan seringkali merupakan aspek biologis

sebagai akibat penurunan fungsi organ. Sedangkan psikologis relatif tetap

berperan dengan baik bahkan makin mantap, kecuali bagi lansia yang

memiliki masalah fisik ataupun mental. Lansia kadang-kadang


menunjukkan emosi yang kurang stabil. Hal ini dapat ditangkap sebagai

tanda bahwa terdapat masalah atau terdapat hal-hal yang tidak mudah

diamati. Penurunan fungsi afektif tampak jelas pada lansia yang sangat

tua, yaitu diatas usia 90 tahun. Penurunan tersebut sering diikuti oleh

tingkah laku regresi, misalnya mengumpulkan segala macam barang untuk

dibawa ke tempat tidur.19 Pada lansia fungsi afektif mengalami perubahan

mood, emosi, ansietas, depresi. Gangguan patologis yang sering terjadi

pada fungsi afektif lansia adalah ansietas dan depresi.20 Adapun pengkajian

keperawatan yang spesifik digunakan dalam mengkaji fungsi afektif lansia

adalah dengan Geriatric Depression Scale (GDS). Geriatric Depression

Scale (GDS) merupakan salah satu instrumen yang paling sering

digunakan untuk mendiagnosis depresi pada usia lanjut.21


Studi pendahuluan untuk mengkaji dukungan sosial dilakukan pada

10 lansia yang dilakukan di wilayah Dusun Sumberejo, Kecamatan Geger,

Kabupaten Madiun pada tanggal 21 Oktober 2016. Hasil pengkajian

dukungan sosial pada 10 lansia menunjukkan bahwa terdiri dari 8 lansia

memiliki skor 6 dan 2 lansia memiliki skor 13. Dukungan sosial yang

memiliki skor 6 mendeskripsikan bahwa lansia tidak mempunyai

dukungan jika meminta bantuan, tidak ada seseorang yang peduli, tidak

ada seseorang yang membantu menyelesaikan masalah dan menghibur

ketika marah. Dukungan sosial yang mempunyai skor 13 bahwa lansia

dapat meminta bantuan, ada seseorang yang peduli, ada seseorang yang

membantu menyelesaikan masalah dan menghibur ketika marah.


Fungsi kognitif lansia ketika dilakukan pengkajian menggunakan

kuesioner Mini Mental State Exam (MMSE) pada 10 orang lansia

didapatkan 4 lansia memiliki skor 11, 3 lansia memiliki skor 18, 3 lansia

memiliki skor 30. Lansia yang memiliki skor 11 mengindikasikan bahwa

lansia tidak mampu menjawab dan mengerjakan dengan nilai sempurna

pada semua komponen seperti orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi,

mengingat kembali (recall), dan bahasa.Lansia yang mempunyai skor 18

masih mampu menjawab dan mengerjakan dengan nilai yang hampir

sempurna pada semua komponen seperti orientasi, registrasi, atensi dan

kalkulasi, mengingat kembali (recall), dan bahasa.Fungsi kognitif pada

skor 30 adalah lansia mampu menjawab dan mengerjakan dengan nilai

sempurna pada semua komponen seperti orientasi, registrasi, atensi dan

kalkulasi, mengingat kembali (recall), dan bahasa.


Berdasarkan fenomena mengenai dukungan sosial dan fungsi

kognitif maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

hubungan antara dukungan sosial dengan fungsi kognitif dan fungsi afektif

lansia di dusun Sumberejo, kecamatan Geger, kabupaten Madiun.

B. Rumusan Masalah
Lansia mengalami berbagai permasalahan dalam dirinya baik

masalah fisik maupun psikologis. Masalah fisik yang terjadi pada lansia

yaitu penurunan fungsi kognitif dan fungsi afektif. Masalah psikologis

yang dialami oleh lansia adalah kurangnya dukungan sosial. Hasil studi

pendahuluan menunjukkan adanya masalah dukungan social, fungsi


kognitif dan fungsi afektif lansia di dusun Sumberejo, kecamatan Geger,

kabupaten Madiun.
Berdasarkan fenomena hasil studi pendahuluan dapat dirumuskan

Bagaimana Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Fungsi Kognitif

dan Fungsi Afektif Lansia Di Dusun Sumberejo, Kecamatan Geger,

Kabupaten Madiun?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan fungsi kognitif

dan fungsi afektif di dusun Sumberejo, kecamatan Geger, kabupaten

Madiun.
2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi dukungan sosial lansia di dusun Sumberejo,

kecamatan Geger, kabupaten Madiun.


b) Mengidentifikasi fungsi kognitif lansia di dusun Sumberejo,

kecamatan Geger, kabupaten Madiun.


c) Mengidentifikasi fungsi afektif lansia di dusun Sumberejo,

kecamatan Geger, kabupaten Madiun.

D. Manfaat Penelitian
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini akan memberikan pemahaman, pengetahuan, dan

informasi untuk peneliti untuk memberikan bentuk bentuk dukungan

social, fungsi kognitif dan fungsi afektif kepada lansia. Peneliti dapat

mengaplikasikan ketika memberikan asuhan keperawatan pada lansia

untuk melakukan pengkajian dukungan sosial dan penurunan fungsi

kognitif lansia.
2. Bagi Lansia
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

bentuk bentuk dan sumber dukungan sosial bagi sesama lansia untuk

mengatasi lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif dan

fungsi afektif. Lansia yang menerima dukungan sosial baik dukungan

emosional, penghargaan, informasi, instrumental, dan jaringan sosial

akan meminimalisir terjadinya penurunan fungsi kognitif dan fungsi

afektif.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan acuan

kepada masyarakat mengenai pentingnya dukungan sosial kepada

lansia. Masyarakat akan memberikan dukungan sosial kepada lansia

dalam kehidupan sehari hari maupun melalui kegiatan di masyarakat.

Dukungan sosial lansia yang berfungsi dengan baik akan memberikan

manfaat yaitu mencegah penurunan fungsi kognitif dan fungsi afektif

lansia.
4. BagiInstitusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan supaya menjadi referensidan acuan dalam

pembuatan asuhan keperawatan gerontik. Penelitian ini dapat

memberikan sumber untuk melakukan asuhan keperawatan baik dari

pengkajian, intervensi, dan implementasi mengenai masalah dukungan

sosia, fungsi kognitif dan fungsi afektif pada lansia.

5. Bagi Peneliti Lain


Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan sumber informasi.

Penelitian ini mempelajari mengenai bentuk, sumber, faktor, manfaat,

dampak dari dukungan sosial dan aspek aspek fungsi kognitif dan
fungsi afektif lansia. Peneliti menggunakan kuesioner SSQ yang berisi

tingkat kepuasan dalam dukungan social, MMSE berisi tentang aspek

aspek fungsi kognitif lansia dan Geriatric Depression Scale (GDS)

untuk menguji fungsi afektif. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat

meneliti mengenai hubungan kepuasan dukungan sosial terhadap

fungsi kognitif dan fungsi afektif lansia.

You might also like