Professional Documents
Culture Documents
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
ABSTRAK
The Ponjong pink limestone is located in the Gunungkidul Regency, approximately 60 km southeast of
Yogyakarta. The rock belongs to member of Wonosari-Punung Formation of Southern Mountains. The
mineralogical and geochemical characteristics of the pink limestone provide an important background
to understanding the origin of the rock. The petrographical observation and X-ray diffraction results
indicate that the pink limestone is characterized by calcite, algae, foraminifera and very small amount
of siderite and titanite. Major element analysis of the rock shows an anomalous high content of Fe2O3
(0.51 wt. %) and TiO2 (0.04 wt. %). In comparison, the white-grey limestone from the same area of the
pink limestone, contains very low Fe2O3 (0.10 wt. %) and TiO2 (0.01 wt. %). The reasonably higher
content of Fe2O3 and TiO2 in the pink limestone may correspond to the enrichment of the compounds
in the rock. The enrichment could be occur syn and/or post deposition of the Wonosari-Punung
limestone. Source of the Fe2O3 and TiO2 may derived from terrigenous particles of Nglanggran
Formation as this formation is typified by relatively high contents of Fe2O3 (5.26-6.92 wt. %), TiO2
(0.67-0.87 wt.%) and SiO2 (56.5-65.3% wt.%). Fe2+ of the Fe2O3 might partially replace Ca2+ of
calcite (CaCO3), formed siderite (FeCO3), as siderite is isomorphs with calcite. Probably, titanite
(CaTiOSiO4) was a result of reaction of the limestone and the terrigenous materials. The siderite and
titanite are typically pinkish red to yellowish brown in color and are therefore interpreted to be
responsible in giving pink color of the limestone.
595
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
foraminifera (22%), alga (20%), fragmen relatif menurun pada SrO (0.05%; 0.02%;
cangkang moluska (14%), bioklas tidak 0.02%). Sedangkan senyawa-senyawa oksida
teridentifikasi (13%), serta sparit (20%) dan mayor yang lain untuk ketiga sampel
mikrit (11%); 2). Batugamping berwarna agak batugamping tersebut memperlihatkan
merah muda (PLP-2B) memperlihatkan ukuran persentase berat yang relatif sama (stabil).
butir <0.5-1.5 mm, kemas tertutup, butiran Data geokimia berturut-turut untuk sampel
penyusun berupa alga (26%), foraminifera fragmen breksi andesit (PFAS-1) dan (PFAM-8)
(20%), bioklas tidak teridentifikasi (18%), serta memperlihatkan variasi persentase berat yang
sparit (19%), mikrit (13%), siderit (3%), kuarsa relatif meningkat pada SiO2 (56.5%; 65.3%),
(1%); 3). Batugamping berwarna merah muda Na2O (2.82%; 3.02%%), K2O (0.95%; 1.27%),
(PLR-2C) memperlihatkan ukuran butir <0.5- dan persentase berat yang relatif menurun
2.5 mm, kemas tertutup, butiran penyusun pada Al2O3 (18.55%; 15.75%), Fe2O3 (6.92%;
berupa foraminifera (24%), alga (16%), 5.26%), CaO (8.26%; 6.78%), MgO (2.86%;
fragmen cangkang moluska (9%), bioklas tidak 0.97%), TiO2 (0.87%; 0.67%), MnO (0.12%;
teridentifikasi (16%), serta sparit (9%), mikrit 0.07%). Berdasarkan klasifikasi IUGS
(18%), siderit (4%), kuarsa (4%). Dengan International Union of Geological Sciences (Le
mengacu pada klasifikasi Embry and Klovan Bas et al. 1986) untuk total alkali versus silika,
(1971), ketiga sampel batugamping tersebut sampel PFAS-1 terplot sebagai batuan andesit
dapat dinamakan sebagai packstone basaltik dan sampel PFAM-8 terplot sebagai
foraminifera-alga. Sedangkan pengamatan batuan dasit (Gambar 6).
petrografi pada 2 sampel fragmen dari breksi
Hasil analisis XRD pada sampel batugamping
andesit, yaitu: 1). Fragmen andesit basaltik
berwarna putih (PLW-2A) memperlihatkan
(PFAS-1) memperlihatkan ukuran kristal halus
hadirnya difraksi-difraksi yang dipunyai oleh
sampai sedang (<1-3 mm), tekstur porfiro
mineral kalsit sebagai penyusun yang
afanitik, dengan fenokris plagioklas (39%),
mendominasi batugamping putih (Gambar 7a),
hornblenda (12%), dan piroksen (7%) serta
sedangkan pada sampel batugamping merah
masa dasar mineral mafik berukuran halus
muda (PLR-2C) terlihat kehadiran difraksi-
(42%); 2). Fragmen dasit (PFAM-8)
difraksi yang dipunyai oleh mineral-mineral
memperlihatkan ukuran kristal halus sampai
kalsit, siderit dan titanit (Gambar 7b).
sedang (<1-2 mm), tekstur porfiro afanitik,
dengan fenokris plagioklas (43%), hornblenda
V. DISKUSI
(20%), dan kuarsa (5%) serta masa dasar
mineral mafik berukuran halus (32%). Dengan menggunakan normalisasi PAAS (Post-
Fotomikrograf terpilih untuk sampel Archean Australian Shales) yang dirujuk dari
batugamping putih, batugamping merah muda Guimares et al. (2013), kandungan major
serta sampel fragmen andesit basaltik dapat elemen pada sampel batugamping berturut-
dilihat pada Gambar 5. turut dari batugamping putih (PLW-2A),
batugamping agak merah (PLP-2B) dan
Hasil analisis geokimia oksida mayor untuk 5 batugamping merah muda (PLR-2C)
sampel (PLW-2A, PLP-2B, PLR-2C, PFAS-1, dan menunjukkan tren pengkayaan pada SiO2,
PFAM-8) dapat dilihat pada Tabel 1. Data Al2O3, Fe2O3, TiO2, dan tren depletion pada
geokimia tersebut berturut-turut dari sampel unsur Sr (Gambar 8). Pada sampel PLR-2C,
batugamping putih, batugamping agak merah pengkayaan SiO2 yang diperlihatkan oleh hasil
muda dan batugamping merah muda analisis geokimia mencapai 1.7 wt.%
memperlihatkan persentase berat yang relatif (dibanding SiO2 pada batugamping putih yang
meningkat pada SiO2 (0.61%; 0.81%; 1.7%), hanya 0.61 wt.%), selaras dengan hasil
Al2O3 (0.19%; 0.31; 0.89%), Fe2O3 (0.1%; pengamatan petrografi yang menunjukkan
0.16 %; 0.51%), TiO2 (0.01%; 0.01; 0.04%), dan hadirnya mineral kuarsa (Gambar 5c-d).
596
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Pengkayaan senyawa Fe2O3 yang ditunjukkan diagenesis (Pingitore 2008), iv) pengaruh
dari hasil analisis geokimia mencapai 0.51 fluida hidrotermal (Escobar-Sanchez and
wt.% (dibanding Fe2O3 pada batugamping Urrutia-Fucugauchi 2010).
putih yang hanya mencapai 0.1 wt.%),
Inklusi material terigenus pada batugamping
dikonfirmasi dengan hasil pengamatan
bisa dilihat dari hadirnya kandungan Al2O3
petrografi dan hasil analisis XRD yang
yang relatif melimpah (Madhavaraju and Lee
menunjukkan hadirnya mineral siderit
2009) atau dicirikan oleh korelasi negatif
(Gambar 5c-d dan 7b). Kehadiran mineral
antara senyawa-senyawa SiO2, Fe2O3, dan TiO2
siderit yang mempunyai rumus kimia FeCO3
dengan CaCO3 (Nagarajan et al. 2011). Korelasi
pada batugamping merah muda merupakan
negatif tersebut memberikan arti bahwa
hal yang dapat terjadi karena mineral siderit
ketika ada penambahan material terigenus
merupakan mineral yang sering berasosiasi
pada lingkungan pengendapan batugamping
dengan mineral kalsit sebagai penyusun utama
yang menjadi sumber pengkayaan senyawa-
batugamping (Scoffin 1987). Mineral siderit
senyawa tertentu maka pengendapan mineral
dikenal sebagai isomorf dari mineral kalsit
kalsit menjadi berkurang. Batugamping di
yang berarti merupakan mineral yang
daerah penelitian mengkonfirmasi fenomena
mempunyai srtuktur atom yang sama dengan
geokimia tersebut yaitu adanya tren
kalsit tetapi berbeda rumus kimianya (Dickson
pengkayaan senyawa Al2O3, dan korelasi
1990).
negatif antara senyawa-senyawa SiO2, Fe2O3,
Demikian pula untuk pengkayaan TiO2 pada dan TiO2 dengan CaCO3 berturut-turut dari
sampel batugamping merah muda, batugamping putih ke batugamping merah
ditunjukkan oleh hasil analisis geokimia yang muda. Dengan demikian dapat
mencapai 0.04 wt.% (dibanding TiO2 pada diinterpretasikan bahwa penambahan
batugamping putih yang hanya sebesar 0.01 material terigenus mempengaruhi kelimpahan
wt.%), dikonfirmasi oleh hasil analisis XRD dan pengkayaan senyawa-senyawa SiO2, Fe2O3,
yang menunjukkan hadirnya mineral titanit dan TiO2 dalam batugamping merah muda
(Gambar 7b). Kehadiran mineral titanit ketika terdeposisi.
(CaTiOSiO4) pada batugamping merah muda,
Mengacu pada penelitian yang telah dilakukan
diperkirakan merupakan hasil reaksi antara
oleh Pingitore (2008), data unsur Sr yang
mineral kalsit sebagai penyusun dominan
menunjukkan depletion pada batugamping
batugamping dengan elemen-elemen dari SiO2
merah muda (Tabel 1 dan Gambar 8)
dan TiO2 yang mengalami pengkayaan pada
mengindikasikan bahwa tidak ada input dari
batuan tersebut.
sumber luar yang mempengaruhi
Siderit dan titanit merupakan mineral yang batugamping secara signifikan. Hal tersebut
mempunyai ciri warna merah muda sampai dapat diartikan bahwa setelah batugamping
coklat kekuningan, sehingga dapat selesai terdeposisi kemudian mengalami
disimpulkan bahwa kehadiran mineral-mineral diagenesis.
tersebut dalam batugamping
Pengaruh input material volkaniklastik pada
bertanggungjawab dalam memberi warna
pengendapan batugamping Wonosari pernah
batugamping menjadi merah muda.
diteliti oleh Lokier (1999). Dikatakan bahwa
Pengkayaan dan depletion senyawa-senyawa selama periode input material volkaniklastik
oksida mayor pada batugamping bisa berupa sub-aerial ash-falls ke dalam
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: i) lingkungan sedimentasi batugamping
penambahan partikel terigenus dari kontinen Wonosari menyebabkan penurunan sejumlah
(Nagarajan et al. 2011), ii) input material spesies tetapi menaikkan jumlah individu.
volkaniklastik (Lokier 1999), iii) proses Mengacu pada penelitian tersebut,
597
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
dicirikan oleh kehadiran mineral siderite, serta merah muda perlu ditindaklanjuti dengan
pengkayaan SiO2 dan TiO2 dikarakteristikkan penelitian geologi lebih lanjut.
dengan kehadiran mineral titanit. Mineral
siderit dan titanit merupakan mineral yang VII. ACKNOWLEDGEMENT
dicirikan oleh warna merah muda sampai Penulis mengucapkan terimakasih kepada
coklat kekuningan. Oleh karenanya kehadiran institusi Jurusan Teknik Geologi, FT-UGM yang
mineral-mineral tersebut dalam batugamping telah memberikan hibah dana untuk
bertanggungjawab memberi warna pelaksanaan penelitian ini dan dukungan
batugamping menjadi merah muda. Indikasi dalam penulisan artikel ini.
adanya pengaruh fluida hidrotermal dan input
material volkanik terhadap batugamping
DAFTAR PUSTAKA
Dickson, T. (1990) 'Carbonate Mineralogy and Chemistry' in Tucker, M. E., Wright, V. P. and Dickson, J. A. D.,
eds., Carbonate Sedimentology, Oxford: Blackwell Science Ltd., 284-313.
Embry, A. F. and Klovan, J. E. (1971) 'A Late Devonian Reef Tract on Northeastern Banks Island, NWT', Canadian
Petroleum Geology Bulletin, 19, 730-781.
Guimaraes, J. T. F., Cohen, M. C. L., Franca, M. C., Silva, A. K. T. d. and Rodrigues, S. F. S. (2013) 'Mineralogical
and geochemical influences on sediment color of Amazon wetlands analyzed by visible spectrophotometry',
Acta Amazonica, 43(3), 331-342.
Jauhari, U. and Toha, B. (2005) 'High Resolution Sequence Stratigraphy and Diagenesis in Carbonate Rocks,
Wonosari Formation, Yogyakarta: An Outcrop Analog for Modeling Chalky Limestone Reservoir Distribution', in
Proceedings of Indonesian Petroleum Association, 30th Annual Convention & Exhibition, August 2005, 297-315.
Le Bas, M. J., Le Maitre, R. W., Streckeisen, A. and Zanettin, B. (1986) 'A Chemical classification of volcanic rocks
based on the total alkali-silica diagram', Journal of Petrology, 27, 745-750.
Lokier, S. W. (1999) 'The Development of the Miocene Wonosari Formation, South Central Java', in Proceedings
of Indonesian Petroleum Association, 27th Annual Convention & Exhibition, October 1999, 6 p.
Madhavaraju, J. and Lee, Y. I. (2009) 'Geochemistry of the Dalmiapuram Formation of the Uttatur Group (Early
Cretaceous), Cauvery basin, southeastern India: Implications on provenance and paleo-redox conditions',
Revista Mexicana Ciencias Geologicas, 26(2), 380-394.
Mukti, M. M., Siregar, M. S., Praptisih and Supriatna, N. (2005) 'Carbonate Depositional Environment and
Platform Morphology of the Wonosari Formation in the Area East of Pacitan', RISET - Geologi dan
Pertambangan, 15(2), 29-38.
Qiu, Z., Wang, Q. and Yan, D. (2013) 'Geochemistry of the Middle to Late Permian limestones from the marginal
zone of an isolated platform (Laibin, South China)', Science China Earth Sciences, 56(10), 1688-1700.
599
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Scoffin, T. P. (1987) An Introduction to Carbonate Sediments and Rocks, New York: Chapman and Hall.
Siregar, M. S., Kamtono, Praptisih and Mukti, M. M. (2004) 'Reef Facies of the Wonosari Formation, South of
Central Java', RISET - Geologi dan Pertambangan, 14(1), 1-17.
Surono (2009) 'Litostratigrafi Pegunungan Selatan Bagian Timur Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah',
Jurnal Sumber Daya Geologi, 19, 209-221.
Surono, Toha, B. and Sudarno, I. (1992) Geological Map of the Surakarta - Giritontro Quadrangles, Jawa, sheet
1:100,000, Bandung: Geological Research and Development Centre, Bandung,
Toha, B., Purtyasti, R. D., Srijono, Soetoto, Rahardjo, W. and Pramumijoyo, S. (1994) 'Geologi Daerah
Pegunungan Selatan: Suatu Kontribusi', in Srijono, Hendrayana, H., Rahardjo, W. and Wijono, S., eds., Geologi
dan Geotektonik P. Jawa, Sejak Akhir Mesozoik Hingga Kuarter, Yogyakarta, Jurusan Teknik Geologi FT UGM,
19-36.
Van Bemmelen, R. W. (1949) The Geology of Indonesia, Martinus Nijhoff, the Haque.
TABEL
Tabel 1. Hasil analisis geokimia oksida mayor untuk batugamping dan fragmen breksi andesit daerah
Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul.
Batugamping
Batugamping Batugamping Fragmen Breksi
Senyawa/ agak merah
Satuan putih merah muda Andesit
Unsur muda
PLW-2A PLP-2B PLR-2C PFAS-1 PFAM-8
SiO2 % 0.61 0.81 1.7 56.5 65.3
Al2O3 % 0.19 0.31 0.89 18.55 15.75
Fe2O3 (T) % 0.1 0.16 0.51 6.92 5.26
CaO % 54 54 53.1 8.26 6.78
MgO % 0.29 0.31 0.31 2.86 0.97
Na2O % 0.04 0.04 0.04 2.82 3.02
K2O % 0.01 0.01 0.02 0.95 1.27
Cr2O3 % <0.01 <0.01 <0.01 0.01 <0.01
TiO2 % 0.01 0.01 0.04 0.87 0.67
MnO % <0.01 0.01 0.01 0.12 0.07
P2O5 % <0.01 0.01 0.01 0.28 0.13
SrO % 0.05 0.02 0.02 0.03 0.03
BaO % <0.01 <0.01 <0.01 0.02 0.02
HD % 43.2 43.1 42.7 0.87 1.13
Total % 98.5 98.79 99.35 99.06 100.4
600
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
GAMBAR
Gambar 1. Peta geologi regional Pegunungan Selatan yang diambil sebagian dari peta geologi lembar
Surakarta-Giritontro Jawa, dan lokasi daerah penelitian (sumber peta: Surono et al., 1992).
601
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 2. Stratigrafi regional Pegunungan Selatan dan posisi stratigrafi daerah penelitian (digambar
ulang dari Toha, et al., 1994).
Gambar 3. Peta geologi daerah Sawahan dan sekitarnya, Kecamatan Ponjong, Kabupaten
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Gambar 4. a) Singkapan satuan breksi andesit di daerah Sawahan yang memperlihatkan fragmen
andesit basaltik. b) Singkapan batugamping merah muda yang dijumpai di desa
Sumbergiri daerah Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
602
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 5. Fotomikrograf batugamping putih (PLW-2A) dengan kedudukan nikol sejajar (a) dan nikol
bersilang (b) memperlihatkan butiran penyusun berupa foraminifera, alga, dan fragmen
cangkang moluska. Fotomikrograf batugamping merah muda (PLR-2C) dengan kedudukan
nikol sejajar (c) dan nikol bersilang (d) memperlihatkan butiran penyusun berupa
foraminifera, alga, fragmen cangkang moluska, kuarsa dan mikrograin siderit.
Fotomikrograf fragmen andesit basaltik (PFAS-1) dengan kedudukan nikol sejajar (e) dan
nikol bersilang (f) memperlihatkan tekstur porfiro afanitik, dengan fenokris plagioklas,
hornblenda, dan piroksen serta masa dasar mineral-mineral mafik berukuran halus.
Keterangan: Foram=foraminifera; Alg=alga; Qz=kuarsa; Sd=siderite; Pl=plagioklas;
Hbl=hornblende; Px=piroksen.
603
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 6. Total alkali versus silika diagram untuk sampel fragmen breksi andesit berdasarkan
klasifikasi IUGS (International Union of Geological Sciences) memperlihatkan sampel
PFAS-1 merupakan basaltik andesit dan sampel PFAM-8 merupakan dasit.
a)
b)
Gambar 7. a) Hasil analisis XRD (X-Ray Diffraction) untuk sampel batugamping putih (PLW-2A) yang
memperlihatkan dominasi difraksi mineral kalsit. b) Hasil analisis XRD untuk sampel
batugamping merah muda (PLR-2C) yang memperlihatkan difraksi-difraksi dari mineral
kalsit, siderit dan titanit.
604
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 8. Normalisasi PAAS (Post Archaean Australian Shale) senyawa-senyawa oksida mayor untuk
batugamping Ponjong. Senyawa-senyawa SiO2, Al2O3, Fe2O3, TiO2 menunjukkan tren
pengkayaan berturut-turut dari batugamping putih (PLW-2A), batugamping agak merah
muda (PLP-2B) dan batugamping merah muda (PLR-2C), sedangkan unsur Sr menunjukkan
tren pemiskinan (depletion).
605