You are on page 1of 13

MINGGU KE 3

SUMBER DAN METODE PENGUMPULAN


DATA MTD SECARA FOTOGRAMETRIS,
INTERFEROMETRI SAR (SRTM),
AIRBORNE LASER SCANNING / LIDAR

DISKRIPSI SINGKAT

Sumber dan metode pengumpulan data MTD secara fotogrametris, interferometri SAR (SRTM),
airborne laser scanning/Lidar. Dalam sub pokok bahasan ini dibahas masalah bebagai metode
pengumpulan data dati teknologi fotogrametris (sensor pasif) dan teknologi sensor aktif berupa Ifsar dan
Lidar (ALS). Masing masing ada keuntungan dan kerugiannya tergantung kegunaannya.

MANFAAT
Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa dapat :
1. Memahami berbagai sumber dan metode pengumpulan data MTD secara fotogrametris,
interferometri SAR (SRTM), airborne laser scanning/Lidar
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan membandingkan keunggulan dan kelemahan
pengumpulan data MTD secara fotogrametris, interferometri SAR (SRTM), airborne laser
scanning/Lidar .

RELEVANSI
Sumber dan metode pengumpulan data MTD secara fotogrametris, interferometri SAR (SRTM),
airborne laser scanning/Lidar ini mempunyai maksud memperkenalkan mahasiswa tentang peran ahli
geospasial dalam mengenali sumber data masukan dan metode pengumpulannya

LEARNING OUTCOMES
Mahasiswa mampu menerangkan tentang sumber dan metode pengumpulan data MTD secara
fotogrametris, interferometri SAR (SRTM), airborne laser scanning/Lidar serta mampu menjelaskan dan

Jurusan Teknik Geodes dan Geomatika , FT UGM 1


membandingkan keunggulan dan kelemahan pengumpulan data MTD secara fotogrametris,
interferometri SAR (SRTM), airborne laser scanning/Lidar .

PENYAJIAN

Sumber dan metode pengumpulan data MTD secara fotogrametris, interferometri SAR (SRTM),
airborne laser scanning/Lidar .
1. Sumber data MTD
1.1. Perkembangan fotogrametri
Pada tahap awal, kesemua peralatan berupa alat optik. Kemudian, proyeksi mekanik dan optik
mekanik diadopsi untuk meningkatkan akurasi pengukuran. Pada akhir 1950-an, komputer
diperkenalkan pada fotogrametri untuk mencoba merekam output digital, sehingga diperoleh
fotogrametri numerik, Untuk selanjutnya proyeksi optik mekanik digantikan oleh model komputasi,
sehingga diperoleh potogrammetry analitis. Pada awal 1980-an peralatan digital digunakan, sehingga
terbentuklah digital atau softcopy fotogrametri. Singkatnya, fotogrametri telah mengalami empat tahap
pengembangan , yaitu, analog , numerik , analitis dan digital fotogrametri seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Contoh peralatan fotogrametri

Jurusan Teknik Geodes dan Geomatika , FT UGM 2


1.2. Prinsip dasar fotogrametri
Prinsip dasar dari fotogrametri adalah untuk menggunakan sepasang foto stereo untuk
merekonstruksi bentuk asli objek 3D, yaitu, untuk membentuk model stereo dan kemudian untuk
mengukur koordinat 3D dari objek pada model stereo. Pasangan stereo mengacu pada dua foto dari
area yang sama dan difoto dari dua tempat yang sedikit berbeda sehingga diperoleh cakupan tertentu
yang tumpang tindih. Sebenarnya, hanya di wilayah yang tumpang tindih yang dapat dilakukan
rekonstruksi model 3D. Dalam foto udara, umumnya ada tumpang tindih cakupan sebesar 60 % dalam
arah penerbangan (gambar 2) dan 30 % antara strip penerbangan.

Gambar 2. Sepadang foto stereo overlap 60%

Setiap foto dicirikan oleh enam unsur orientasi , tiga unsur sudut putar pada ketiga sumbu x, y, z
dan tiga translasi sistem koordinat x, y,z. Setiap dua foto yang tumpang tindih dapat digunakan untuk
menghasilkan model stereo seperti pada gambar 3 .

Gambar 3. Model stereo yang dibentuk oleh proyeksi titik foto dari sepasang stereo

Jurusan Teknik Geodes dan Geomatika , FT UGM 3


Dengan gambar ruang, prosentase tumpang tindih tidak yang standar, tetapi selama tumpang
tindih ada, foto dapat digunakan untuk merekonstruksi model stereo. Namun, untuk foto yang discan,
setiap strip harus memiliki enam unsur orientasi yang akan ditentukan. Di sini , foto udara digunakan
sebagai gambaran untuk akuisisi data DTM. Hubungan antara titik di foto, titik di tanah yang sesuai dan
pusat proyeksi digambarkan secara analitis, yang disebut kondisi kolinearitas. Artinya, ada tiga titik
pada garis lurus. Ekspresi matematika adalah sebagai berikut :

Dimana x, y, z adalah sistem koordinat geodesi, S-xy adalah foto sistem koordinat. x, y adalah sepasang
koordinat foto. Sebuah titik di tanah. S adalah perspektif pusat kamera. Xs, Ys, Zs adalah set koordinat
tanah proyeksi pusat S dalam sistem koordinat geodetik. Xa, Ya, Za adalah set koordinat tanah titik A
dalam sistem koordinat geodesi. f adalah jarak dari S ke foto, yaitu, panjang fokus kamera. Dan ai, bi, ci
adalah fungsi dari tiga unsur orientasi sudut putar ke tiga sumbu sebagai berikut :

Jika enam unsur-unsur orientasi untuk setiap foto yang diketahui, maka ketika koordinat foto titik a ' , a "
diukur, koordinat tanah A (X,Y,Z) , dapat dihitung dari persamaan di atas.

Jurusan Teknik Geodes dan Geomatika , FT UGM 4


1.2. Interferometri SAR (SRTM)
Dalam prakteknya, sintetik aperture radar (SAR) banyak digunakan untuk mendapatkan citra.
Citra yang diperoleh dari SAR sangat sensitif terhadap variasi medan. Ini adalah dasar untuk 3 jenis
cara yaitu, radargrametri, interferometri, dan radarclinometry. Radargrametri mengakuisisi data DTM
melalui pengukuran paralaks, sementara SAR interferometri mengakuisisi data DTM melalui penentuan
fase pergeseran antara dua pantulan. Radarclinometri mengakuisisi data DTM melalui bentuk dari
bayangan. Radarclinometri memanfaatkan citra tunggal dan informasi ketinggian tidak cukup akurat
untuk DTM.

1.2.1. Shuttle Radar Topography Mission (SRTM)


Dalam pembentukan model elevasi mendekati global menggunakan SRTM, pesawat ulang alik
Endeavour telah berhasil mengorbit dan menyiam seluruh permukaan bumi selama 12 hari dalam bulan
Februari 2000 menggunakan single-pass IFSAR. Hasil MED dari SRTM meliput seluruh bumi dari
lintang 60U sampai 58S. Keuntungan dari data SRTM bahwa IFSAR dapat mencatat elevasi yang
tidak tergantung waktu dan musim seperti halnya ketidaktentuan adanya sinar dan cuaca. Data IFSAR
dikumpulkan oleh sepasang antena, 12 m pancaran antena yang dapat diubah-ubah dan dapat
menerima gelombang mikro C-Band (panjang gelombang 5,6 m) dan baseline 60 m yang digunakan X-
band (panjang gelombang 3,1 m). Endeavour terbang pada 233 km dengan sudut inklinasi 57
memperoleh pengamatan C-band untuk seluruh permukaan bumi bila dioperasikan pada mode
ScanSAR, menghasilkan lebar sapuan 225 km secara keseluruhan. Antena menerima pulsa X-band
panjang gelombang yang lebih pendek yang jika dibandingkan dengan C-band, mempunyai ketelitian
relatif lebih tinggi tetapi lebar sapuan lebih sempit (50 km) dan tidak secara terus menerus pada
cakupan MED secara keseluruhan. Data model medan C-band dapat secara bebas tersedia di internet
pada resolusi 90 m seluruh dunia dan untuk data C-band dan X-band tersedia dengan jarak spasi 30 m
dengan izin pemerintah Amerika jika diperlukan di luar Amerika. Pengolahan data X-band telah
digabung dengan DLR German. Tersedia dalam koordinat geografis WGS 84, ketelitian MED 16 m
(vertikal absolute) dan 6 m ketelitian vertikal relatif
1.2.2. Prinsip pencitraan SAR
SAR adalah citra radar dengan microwave yang dikembangkan pada 1960-an untuk
meningkatkan resolusi radar konvensional yang didasarkan pada prinsip pergeseran frekuensi doppler.
Citra radar sensor aktif, memancarkan sendiri dalam bentuk gelombang mikro. Sensor menerima dan
mencatat pantulan target dan kemudian memetakan intensitas pantulan dengan skala keabuan untuk
membentuk sebuah citra. Tidak seperti sensor citra optik dan inframerah, citra radar mampu mengambil
gambar sepanjang hari, siang dan malam di bawah semua kondisi cuaca .
Radar onboard platform dibawa terbang dengan pesawat terbang atau satelit. Sensor mentransmisikan
sorotan sinar microwave berbentuk kerucut ke tanah secara terus menerus dengan mengarah ke sisi
sudut tertentu dalam arah tegak lurus jalur terbang. Setiap kali energi yang dikirim oleh citra radar
membentuk jejak radar di tanah. Pantulan backscattered dari setiap sel permukaan tanah pada jejak
yang diterima dan dicatat sebagai piksel pada citra sesuai dengan jarak miring berkisar antara antena
dan sel tanah. Selama misi terbang, daerah yang tersapu oleh jejak radar membentuk cakupan
permukaan tanah, sehingga cakupan citra radar diperoleh seperti pada gambar 4, 5 dan 6, 7, 8.

Jurusan Teknik Geodes dan Geomatika , FT UGM 5


Gambar 4. Geometri citra radar

Gambar 5. Proyeksi citra radar

Gambar 6. Resolusi citra radar

Jurusan Teknik Geodes dan Geomatika , FT UGM 6


Gambar 7. Geometri pencitraan SAR

Gambar 8. contoh citra SAR

1.2.2. Dasar-dasar interferometri SAR


Citra SAR telah banyak digunakan untuk aplikasi dan pemantauan lingkungan dalam bidang
penginderaan jauh. Dalam berbagai hal, komponen fase yang direkam secara bersamaan oleh SAR
telah diabaikan. Pada waktu 1974 , Graham, pertama kali melaporkan bahwa sepasang citra SAR dari
daerah yang sama yang diambil pada posisi yang sedikit berbeda dapat digunakan untuk membentuk
interferogram dan fase yang berbeda dicatat dalam interferogram dapat digunakan untuk memperoleh
peta topografi permukaan bumi . Teknologi ini disebut InSAR atau SAR interferometri seperti pada
gambar 9, 10, 11 dan 12.

Jurusan Teknik Geodes dan Geomatika , FT UGM 7


Gambar 9. Geometri Citra SAR untuk tinggi

Gambar 10. Proses akuisisi data DTM dengan InSAR

Gambar 11. Contoh interferogram InSAR

Jurusan Teknik Geodes dan Geomatika , FT UGM 8


Gambar 12. Peta kontur untuk daerah yang sama gambar 11

1.3. Radargrametri
Mirip dengan fotogrametri, radargrammetry membentuk model stereo untuk pengukuran 3D.
Perbedaannya adalah bahwa dalam radargrammetry, dua citra SAR diperoleh dari geometri
pandang samping yang unik digunakan untuk membentuk model stereo seperti pada gambar 4.
Hanya saja informasi intensitas citra SAR yang digunakan untuk pengukuran radargrammetric
seperti pada gambar 13, tidak seperti InSAR yang secara prinsip menggunakan informasi fase
interferometrik.

Gambar 13. DTM dibuat dari ERS-1 sepasang stereo SAR Hongkong,
(a) 2 maret1996, (b) 18 maret 1996, (c) hasil DTM

Jurusan Teknik Geodes dan Geomatika , FT UGM 9


Rekonstruksi 3D dilakukan dengan cara yang mirip proses fotogrametri, sebagai berikut :
a . Menentukan sensor-objek model stereo
b. Mencari korespondensi piksel dari dua tumpang tindih citra SAR menggunakan teknik
pencocokan citra
c . Menentukan koordinat 3D dengan memecahkan masalah interseksi1.4. Airborne laser
scanning / Lidar
Penggunaan Laser sebagai instrumen penginderaan jauh telah dilakukan 30 tahun silam.
Medio 1960-an dan 1970-an berbagai percobaan menunjukkan kecanggihan menggunakan laser dalam
penginderaan jauh termasuk laser yang digunakan mengukur jarak ke bulan , satelit pengukur jarak
laser, pemantauan atmoshperic dan studi oseanografi. Karena kemajuan teknologi selama dekade
terakhir, Airborne laser scanning ( ALS ) menjadi alat operasional yang terpenting pada penginderaan
jauh, fotogrametri , survei dan pemetaan. Sistem ALS biasa disebut LIDAR udara di sektor komersial,
yang merupakan sensor sistem aktif. Kegunaan sistem ALS telah dibuktikan dalam sejumlah aplikasi di
mana metode fotogrametri konvensional gagal atau menjadi terlalu mahal, misalnya untuk akuisisi data
ketinggian permukaan tanah di daerah dengan vegetasi lebat, akuisisi data kota 3D atau survei dan
pemodelan jaringan listrik tegangan tinggi . Sebuah gambaran hasil pada sistem ALS yang ada telah
diproduksi seperti pada gambar 14 .

Gambar 14. Model kota 3D (a) foto udara, (b) ALS

1.4.1. Dasar Prinsip Airborne Laser Scanning


ALS adalah sistem terintegrasi yang kompleks, yang terdiri dari berbagai laser range finder
(LRF),sistem komputer untuk mengontrol akuisisi on-line data, media penyimpanan, scanner dan GPS /
INS sistem untuk menentukan posisi dan orientasi sistem. Prinsip dasar pemindaian ini diilustrasikan
pada gambar 15. Sebagai LIDAR adalah sistem yang aktif, sensor akan mengirimkan energi

Jurusan Teknik Geodes dan Geomatika , FT UGM 10


elektromagnetik dan mencatat pantulan balik energi yang tersebar kembali dari permukaan bumi .
Berbagai jenis bahan material terkena pancaran pulsa yang menentukan intensitas dari sinyal pantulan
balik. Panjang gelombang laser terletak pada, atau tepat di atas gelombang tampak dari spektrum
gelombang elektromagnetik, yaitu di kisaran 1040-1060 nm.

1.4.2. Dari Laser point cloud ke DTM


Sistem ALS menghasilkan data yang dapat dicirikan sebagai subdistribus sebagai point cloud
3-D. Pengolahan Data ALS sering bertujuan baik penghapusan pengukuran yang tidak diinginkan (
dalam bentuk pengukuran yang keliru atau objek yang tidak diinginkan) atau pemodelan data untuk
model tertentu yang diinginkan ( misalnya, DTM ) sebagai bagian dari model permukaan digital ( DSM ).
Dalam proses untuk memperoleh data ALS, langkah-langkah berikut yaitu, penyaringan , klasifikasi,
dan pemodelan. Penyaringan mengacu pada penghapusan pengukuran yang tidak diinginkan untuk
menemukan permukaan tanah dari campuran data permukaan tanah dan pengukuran vegetasi.
Pengukuran yang tidak diinginkan dapat disaring, tergantung pada aplikasinya, seperti halnya , outlier,
atau bangunan maupun vegetasi. Gambar 16 menunjukkan DTM diperoleh dari DSM menggunakan
proses penyaringan data. Pemisahan objek dari permukaan tanah merupakan proses penyaringan untuk
berbagai aplikasi. Setelah objek dipisahkan dari permukaan tanah , variasi ketinggian dari permukaan
terin diperoleh .
Ketinggian terbang survei pada sistem ALS yang ada di kisaran 20-6000 m ( biasanya 200 sampai 300
m) dan akurasi tinggi dalam kisaran 10 sampai 60 cm ( biasanya 14 sampai 20 cm ) , sementara
ketepatan planimetris adalah 0,1 sampai 3 m ( biasanya 0,3-1 m) .

Gambar 15. Prinsip ALS

Jurusan Teknik Geodes dan Geomatika , FT UGM 11


Gambar 16. DTM yang diperoleh dari DSM (atas:foto udara, tengah:DSM, bawah:DTM)

PENUTUP
Dalam hal keakuratan pengukuran, fraksi milimeter dapat dicapai dengan survei konvensional
dan fraksi sentimeter dengan fotogrametri dan fraksi meter dengan digitasi dari peta. Keakuratan proses
fotogrametri menggunakan citra satelit, akurasinya sangat rendah, tergantung pada resolusinya.
Misalnya, jika citra SPOT dengan resolusi 10 m yang digunakan, maka akurasinya adalah 5 sampai 10
m. Teknologi InSAR untuk akuisisi data DTM (ketinggian mutlak di permukaan terin), akurasi hanya
sekitar 5 m. keakuratan data radargrammetric bahkan lebih rendah. Dalam hal efisiensi , survei
konvensional lebih padat karya dan karena itu hanya cocok untuk pemetaan area kecil, jika akurasi yang
tinggi diperlukan. Teknik fotogrametri cocok dari daerah menengah dan ukuran besar.

TEST FORMATIF
Latihan :
1) Sumber dan metode pengumpulan data MTD secara fotogrametris? Jelaskan !!
2) Sumber dan metode pengumpulan data MTD secara interferometri SAR (SRTM)?
Jelaskan !!
3) Sumber dan metode pengumpulan data MTD secara airborne laser scanning/Lidar?
Jelaskan !!

Jawaban
Jawaban soal latihan tersebut akan diberikan pada saat umpan balik /
diskusi pada kuliah minggu berikutnya

Jurusan Teknik Geodes dan Geomatika , FT UGM 12


PETUNJUK PENILAIAN

NO KRITERIA 1 2 3
1 Sumber dan Mampu menjelaskan Mampu menjelaskan Tidak mampu menjelaskan
metode secara lengkap sebagian dari Sumber Sumber dan metode
pengumpulan Sumber dan metode dan metode pengumpulan data MTD
data MTD pengumpulan data pengumpulan data MTD secara fotogrametris
secara MTD secara secara fotogrametris
fotogrametris fotogrametris
2 Sumber dan Mampu menjelaskan Mampu menjelaskan Tidak mampu menjelaskan
metode secara lengkap sebagian Sumber dan Sumber dan metode
pengumpulan Sumber dan metode metode pengumpulan pengumpulan data MTD
data MTD pengumpulan data data MTD secara secara interferometri
secara MTD secara interferometri SAR SAR (SRTM)
interferometri interferometri SAR (SRTM)
SAR (SRTM) (SRTM)
3 Sumber dan Mampu menjelaskan Mampu menjelaskan Tidak mampu menjelaskan
metode secara lengkap sebagian Sumber dan Sumber dan metode
pengumpulan Sumber dan metode metode pengumpulan pengumpulan data MTD
data MTD pengumpulan data data MTD secara secara airborne laser
secara MTD secara airborne airborne laser scanning/Lidar
airborne laser laser scanning/Lidar scanning/Lidar
scanning/Lidar
**(1 : skor 70 s/d 100, 2 : skor 40 s/d 70, 3 : skor 0 s/d 40)

TINDAK LANJUT
1) Untuk mahasiswa yang kurang mampu menjelaskan dan merangkum perkuliahan minggu ke 3
diharapkan untuk membaca buku pustaka /acuan yang berkaitan dengan materi minggu ke 3.
2) Mahasiswa mempelajari materi kuliah minggu berikutnya.

Daftar Pustaka :

1. Djurdjani, 1999, Model Permukaan Digital, Diktat Jurusan Teknik Geodesi FT-UGM.
2. ITC, 2001, ILWIS 3.0 Academic Users Guide, ITC, Enschede.
3. Li, Z., Zhu, Q., dan Gold, C., 2005, Digital Terrain Modeling, Principles and Methodology,
CRC Press, 20000 N.W. Corporate Blvd, Boca Raton, Florida.
4. Meijerink, A.M.J., Brouwer, H.A.M, Mannaerts, C.M., dan Valenzuela, C.R., 1994,
Introduction to the Use of GIS for Practical Hydrology, ITC, Enschede.
5. Sheimy, Nasher., 1999, Digital Terrain Modeling, Lecture Notes, University of Calgary,
Calgary.

Jurusan Teknik Geodes dan Geomatika , FT UGM 13

You might also like