You are on page 1of 12

SURVEILANS INFEKSI DAERAH OPERASI (IDO) MENURUT

KOMPONEN SURVEILANS DI RUMAH SAKIT X SURABAYA TAHUN 2012


Surgical Site Infection (SSI) based on Surveilans Component in Private Hospital Surabaya in 2012

Aisyah Zuhrotul1, Prijono Satyabakti2


1FKM UA, aisyah_zla@yahoo.com
2Departemen Epidemiologi FKM UA, prijono.satyabakti@yahoo.co.id

Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga


Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Penelitian tentang surveilans Infeksi Daerah Operasi (IDO) ini bertujuan untuk melihat gambaran pelaksanaan surveilans
di salah satu rumah sakit di Surabaya kemudian membandingkannya dengan pedoman surveilans infeksi rumah sakit yang
diterbitkan oleh Kemenkes RI (2010). Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan mempelajari dokumen-
dokumen, wawancara dan observasi di lapangan tempat penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah pemegang
program surveilans IDO, Infection Prevention and Control Nurse (IPCN), dan Infection Prevention and Infection Control
Link Nurse (IPCLN) di Rumah Sakit X Surabaya. Hasil penelitian kemudian dibandingkan dengan Pedoman Surveilans
Infeksi Rumah Sakit yang diterbitkan oleh Kemenkes RI Tahun 2010 untuk mengevaluasi pelaksanaan surveilans IDO
tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar komponen surveilans Infeksi Daerah Operasi (IDO) di
Rumah Sakit X Surabaya tahun 2012 berjalan dengan baik sesuai dengan pedoman surveilans yang ada. Hanya saja,
terdapat kekurangan di bagian pengumpulan data, khususnya pada ketepatan laporan dan kelengkapan pengisian formulir.
Hal tersebut dikarenakan kesibukan IPCLN yang juga harus bertugas sebagai perawat sehingga mengakibatkan kelalaian.
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan motivasi para petugas surveilans melalui pelatihan, absensi pengumpulan formulir,
sistem reward and punishment, dan berbagai metode lain yang dapat meningkatkan kesadaran IPCLN untuk melaksanakan
pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit X Surabaya.

Kata kunci: Komponen, Surveilans, Infeksi Daerah Operasi, Rumah Sakit

ABSTRACT
This study aims to look at the surveillance implementation in one of the hospitals in Surabaya then compare it with the
hospital infection surveillance guidelines published by the Indonesian Ministry of Health (2010). This study uses descriptive
method by studying the documents, interviews, and observations in the field where research did. Informants in this research
is the leader of Surgical Site Infection (SSI) surveillance program, Infection Prevention and Control Nurse (IPCN), and
Infection Prevention and Control Link Nurse (IPCLN) at private hospital Surabaya. The research results were compared
with the Hospital Infection Surveillance Guidelines published by the Ministry of Health of Indonesia in 2010 to evaluate
the implementation of the SSI surveillance. The results showed that the most of SSI surveillance component in Surabaya
private hospital in 2012 went well in accordance with the existing surveillance guidelines. However, there is a flaw on
data collection, particularly on the accuracy and completeness of the report form filling. This is due to busy IPCLN who
also work as a nurse. Therefore, surveillance staff workerss motivation needs to be improved through training, collecting
attendance form, reward and punishment system, and other methods that can increase IPCLNs awareness to implement
infection prevention and control program in private hospital Surabaya.

Keywords: Surveilans, Component, Surgical Site Infection, Hospital

PENDAHULUAN menyembuhkan orang sakit, tetapi rumah sakit juga


Rumah sakit merupakan institusi kesehatan dapat menjadi sumber infeksi. Saat ini infeksi yang
yang menyediakan pelayanan kuratif, rehabilitatif, berkaitan dengan pelayanan kesehatan merupakan
dan preventif kepada semua orang. Rumah sakit penyebab utama kematian di beberapa bagian dunia
harus memiliki akomodasi yang adekuat dan (WHO, 2005).
berkualifikasi baik serta tenaga medis/non-medis Health-care Associated Infection (HAIs)
yang berpengalaman untuk menyediakan pelayanan merupakan infeksi yang didapat pasien selama
dengan kualitas baik. Rumah sakit bertujuan untuk menjalani prosedur perawatan dan tindakan
medis di pelayanan kesehatan setelah 48 jam

254
Aisyah, dkk., Surveilans Infeksi Daerah Operasi 255

dan setelah 30 hari setelah keluar dari fasilitas Terdapat 38 pasien menderita IDO di antara
pelayanan kesehatan (WHO, 2011). HAIs dapat 225 pasien yang mengalami HAIs, berarti 16,9%
memperpanjang hari rawat pasien selama 45 hari dari pasien HAIs menderita infeksi daerah operasi.
dan bahkan bisa menjadi penyebab kematian pasien Selain itu, berdasarkan penelitian pendahuluan yang
(IFIC, 2011). Sebuah survei prevalensi dilakukan dilakukan oleh penulis di Rumah Sakit X Surabaya
di bawah naungan WHO di 55 rumah sakit dari menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kejadian
14 negara yang mewakili empat wilayah WHO infeksi daerah operasi dari 2011 hingga 2012. Pada
(Asia Tenggara, Eropa, Mediterania Timur dan tahun 2011 terjadi 3 kasus IDO di antara 970 operasi
Pasifik Barat) mengungkapkan bahwa rata-rata 8,7% bersih dan bersih terkontaminasi, sedangkan pada
pasien rumah sakit menderita infeksi nosokomial 2012 terjadi 6 kasus IDO di antara 1098 operasi
(WHO, 2005). Di negara maju (Amerika dan Eropa), bersih dan bersih terkontaminasi (Aisyah, 2012).
sekitar 510% dari pasien yang menjalani perawatan Departemen Kesehatan (Depkes) RI tahun
karena penyakit akut terkena infeksi yang tidak 2009 mencanangkan bahwa jumlah kasus HAIs
muncul atau inkubasi pada saat masuk rumah sakit, menjadi salah satu tolak ukur akreditasi rumah
angka tersebut bisa menjadi dua kali lipat di negara sakit di Indonesia. Penelitian dilakukan pada
berkembang seperti Indonesia (WHO, 2005). Di salah satu rumah sakit swasta di Surabaya yang
Brasil dan Indonesia >50% dari neonatus yang telah menerapkan beberapa program pencegahan
dirawat di unit neonatal menderita HAIs, dengan dan pengendalian infeksi, salah satunya dengan
tingkat kematian antara 12% hingga 52%. Data melakukan kegiatan surveilans. Surveilans adalah
National Healthcare Safety Network (NHSN) selama suatu proses kegiatan yang dilakukan secara
tahun 20062008 menunjukkan bahwa terjadi sistematis dan terus-menerus meliputi kegiatan
16.147 kasus SSI di antara 849.659 prosedur operatif, pengumpulan data, analisis, interpretasi data,
yang berarti insiden rate dari infeksi daerah operasi implementasi data, dan evaluasi kegiatan kesehatan
sebesar 1,9% (CDC, 2013). Selain itu, di USA terjadi masyarakat serta menyebarluaskan informasi
300.000 kasus SSI tiap tahun dan angka tersebut tersebut tepat waktu pada pihak yang membutuhkan
merupakan 17% dari seluruh kejadian HAI. 75% (WHO, 2011).
pasien di pelayanan kesehatan yang meninggal telah Keberhasilan program surveilans dapat
didiagnosis mengalami infeksi daerah operasi. diketahui jika dilakukan secara rutin. Evaluasi
Di Indonesia, laporan penelitian yang adalah prosedur penilaian pelaksanaan kerja
dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada dan hasil kerja secara menyeluruh dengan cara
2004 menunjukkan bahwa 9,8 persen pasien rawat sistematik dengan membandingkan kriteria atau
inap mendapat infeksi yang baru selama menjalani tujuan yang telah ditetapkan guna pengambilan
perawatan. Selain itu, studi pendahuluan mengenai keputusan (Supriyanto dan Damayanti, 2003). Untuk
infeksi yang dilakukan di RSUD Kota Semarang melihat gambaran dan menilai sistem surveilans
didapatkan angka kejadian infeksi nosokomial dapat dilakukan dengan evaluasi berdasarkan
secara menyeluruh sebanyak 227 pasien dari 825 komponen surveilans. Komponen surveilans
pasien yang berada di pelayanan rawat inap (Daniati, meliputi pengumpulan data, kompilasi data, analisis
2009). Berikut hasil data penelitian tersebut. data, interpretasi data, penyebaran informasi, dan
umpan balik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
pemegang program surveilans rumah sakit tersebut,
Tabel 1. Distribusi HAIs Di RSUD Kota Semarang didapatkan informasi bahwa belum ada alat ukur
Tahun 2009 keberhasilan surveilans di rumah sakit tersebut.
Pada studi pendahuluan yang dilakukan oleh
Jenis HAIs Jumlah Kejadian penulis, berdasarkan hasil observasi ditemukan
Phlebitis 131 bahwa perawat kurang patuh dalam melaksanakan
Infeksi daerah operasi 38 surveilans dan pengisian form bundle prevention,
Infeksi saluran kemih 23 keempat variabel yang diteliti, tidak ada variabel
Sepsis 22 yang memenuhi standar kelengkapan pengisian
Pneumonia 7 yaitu 80%. Untuk itu penulis ingin mempelajari
Dekubitus 6 lebih lanjut mengenai sistem surveilans infeksi
Sumber: Daniati, 2009
daerah operasi pada Rumah Sakit X Surabaya agar
didapat pengetahuan dan informasi nyata.
256 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September 2013: 254265

METODE mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.


Metode penelitian yang digunakan pada Pada tahun 2011 terjadi 3 kasus IDO di antara 970
penelitian ini bersifat deskriptif yaitu suatu metode operasi bersih dan bersih terkontaminasi, jumlah
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2012
untuk membuat gambaran atau deskripsi secara dengan rincian 6 kasus di antara 1098 operasi bersih
jelas dan tepat tentang suatu keadaan dalam dan bersih terkontaminasi. Oleh karena itu, program
suatu kelompok atau subjek yang diteliti secara pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah
objektif berdasarkan kenyataan sosial. Bentuk Sakit X Surabaya harus melibatkan berbagai unsur
pelaksanaannya menggunakan penelitian evaluatif mulai dari pimpinan sampai petugas kesehatan
(evaluation study) yang berarti menilai efisiensi yang berhubungan langsung dengan pasien. Selain
dan efektivitas suatu program yang sudah ada itu, pihak rumah sakit juga dituntut memberikan
atau sedang berjalan dalam kurun waktu tertentu pelayanan yang profesional sesuai dengan undang-
(Wijono, 2008). undang yang dijadikan pedoman.
Subjek dalam penelitian ini adalah sistem Data yang dikumpulkan oleh pet ugas
surveilans Infeksi Daerah Operasi (IDO) atau surveilans Rumah Sakit X Surabaya merupakan
Surgical Site Infection (SSI) di Rumah Sakit X data primer yang diperoleh dari pemeriksaan
Surabaya tahun 2012. Informan dalam penelitian dan tanya-jawab dengan pasien secara langsung
ini adalah Infection Prevention and Control Nurse dan data sekunder yang diperoleh dari catatan
(IPCN) yang berjumlah 2 orang, Infection and rekam medis pasien. Sumber data surveilans IDO
Prevention Control Link Nurse (IPCLN) yang di Rumah Sakit X Surabaya berasal dari pasien,
berjumlah 9 orang, dan head nurse sebanyak 7 orang. rekam medis, dan laboratorium. Pengumpulan
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit X Surabaya data surveilans cukup dilakukan dengan melihat
yang telah menerapkan program surveilans Health- status/rekam medis pasien, namun untuk lebih
care Associated Infection (HAIs). Salah satu program memperjelas dan membuat data adekuat maka
surveilans di rumah sakit tersebut yaitu surveilans pertugas melakukan pengecekan secara langsung
monitoring pasien yang akan, sedang, dan telah kepada pasien. Pengecekan rutin tersebut juga
menjalani prosedur operatif. Penelitian dilakukan dilakukan untuk memantau perkembangan pasien
mulai Bulan FebruariJuli 2013 dan pengumpulan guna mencegah terjadinya infeksi. Sumber data
data dilakukan pada Bulan Mei 2013. yang berasal dari laboratorium berupa hasil-hasil
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini cek laboratorium yang berguna untuk membantu
berupa data primer dan data sekunder. Data primer menegakkan diagnosa. Sarana yang digunakan
diperoleh dengan melakukan wawancara pada dalam pelaksanaan surveilans IDO di Rumah
Infection Prevention and Control Nurse (IPCN), Sakit X Surabaya, antara lain kertas formulir
head nurse, dan Infection Prevention and Control pengumpulan data surveilans yang disediakan oleh
Link Nurse (ICLN). Data sekunder berupa arsip bagian Material Management Department (MMD)
dan data yang ada pada Rumah Sakit X Surabaya. rumah sakit. Menurut informasi yang didapat dari
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan petugas-petugas surveilans, tidak pernah terjadi
wawancara, indepth interview, observasi, dan studi kekurangan formulir pengumpulan data. Selain itu,
dokumentasi. Instrumen yang digunakan berupa untuk menunjang pengumpulan data, disediakan
panduan wawancara, panduan indepth interview, kepustakaan tentang surveilans IDO dan pedoman
dan lembar observasi. Data dan informasi yang pelaksanaan surveilans IDO.
diperoleh melalui hasil observasi, wawancara, Metode pengumpulan data yang dilakukan
dan studi dokumentasi dianalisis secara deskriptif di Rumah Sakit X Surabaya merupakan metode
kemudian dibandingkan dengan standar atau pengumpulan data secara aktif. Pengumpulan secara
teori yang ada dan disajikan secara narasi dengan aktif dilakukan dengan mengunjungi pasien secara
menggunakan tabel, grafik, dan gambar sebagai langsung untuk memeriksa kondisi pasien dan
penjelas. dengan mencari informasi melalui rekam medik
pasien yang dilakukan setiap hari oleh IPCN dan
IPCLN Rumah Sakit X Surabaya. Pengumpulan data
HASIL
surveilans di Rumah Sakit X Surabaya dilakukan
Angka kejadian Infeksi Daerah Operasi (IDO) oleh 2 orang IPCN dan 12 orang IPCLN. Pada
di Rumah Sakit X Surabaya pada tahun 2012 dasarnya, yang memiliki tanggung jawab penuh
Aisyah, dkk., Surveilans Infeksi Daerah Operasi 257

dalam pengumpulan data adalah IPCLN, peran kesadaran dan motivasi perawat untuk melengkapi
IPCN di sini hanyalah membantu dan melengkapi isian formulir surveilans tersebut.
kekurangan agar data yang dikumpulkan lebih Kompilasi data surveilans IDO di Rumah Sakit
berkualitas. IPCN di Rumah Sakit X Surabaya telah X Surabaya dilakukan oleh IPCN yang berjumlah 2
mengikuti pelatihan surveilans IDO dari tingkat orang. Petugas yang melakukan kompilasi data telah
basic hingga advance. Sedangkan, IPCLN telah menjalani pelatihan surveilans IDO sehingga para
mengikuti pelatihan surveilans IDO tingkat basic petugas tersebut berkompeten dalam hal kompilasi
sebanyak 14 kali yang diadakan oleh tim infection data. Sarana yang digunakan dalam melakukan
control Rumah Sakit X Surabaya. Pendidikan kompilasi data yaitu komputer dan software epi
terakhir dari IPCN di Rumah Sakit X Surabaya info. Kompilasi data dilakukan setiap hari jika
adalah D3 dan S1, sedangkan para IPCLN memiliki tidak ada kendala pada hari tersebut. Pelaksanaan
pendidikan terakhir sebagai diploma. Pengumpulan kompilasi data di Rumah Sakit X Surabaya berupa
data surveilans di Rumah Sakit X Surabaya koreksi data yang dilaporkan oleh IPCLN. Variabel
dilakukan setiap hari. Data-data tersebut berikutnya yang sering kosong atau tidak diisi pada bagian:
diinput ke dalam epi info setiap hari pula. Data yang (a) Register kohort, yaitu variabel prosedur operasi,
dikumpulkan setiap hari oleh IPCLN nantinya akan multiprosedur insisi yang sama, ASA score, dan
diserahkan kepada IPCN tiap akhir bulan untuk klasifikasi luka. (b) Pre-operasi, yaitu variabel
direkap dan diolah. Rekapitulasi data dilakukan suhu pasien, status merokok, screening MRSA,
setiap bulan untuk memastikan kelengkapan dan pencukuran, penggunaan steroid, radioterapi
kualitas data. sebelumnya, mandi sebelum operasi, dan profilaksis.
Ketepatan pengisian formulir surveilans IDO di (c) Durante operasi, yaitu variabel sirkulasi
Rumah Sakit X Surabaya tahun 2012 yaitu sebesar udara, tekanan udara, suhu, air count, jamur AC,
41% (<80%). Kekosongan dalam pengisian dan kelembaban ruang operasi, antibiotik tambahan, dan
formulir ganda pada satu pasien disebabkan karena jumlah staf.
memang banyak pasien operasi yang tidak dibuatkan Kompilasi data surveilans di Rumah Sakit X
formulir surveilans saat perawatan di rumah sakit. Surabaya sudah sesuai dengan Petunjuk Praktis
Hal tersebut dikarenakan kelalaian dan kesibukan Surveilans Infeksi Rumah Sakit yang diterbitkan
perawat. Pengisian formulir bagian register kohort oleh Kemenkes RI, yaitu dilakukan penghitungan
Surveilans IDO di Rumah Sakit X Surabaya Tahun 1 bulan sekali dan sudah menggunakan sistem
2012 hanya sebesar 20%. Seluruh variabel dalam komputerisasi serta software yang sesuai standar.
formulir surveilans IDO bagian pencegahan IDO Analisis data dilakukan setiap bulan oleh 2
pra operasi di Rumah Sakit X Surabaya tahun 2012 IPCN tanpa tambahan petugas khusus. Data
belum memenuhi standar (80%). Keseluruhan dianalisis menggunakan sarana komputer dengan
pengisian variabel formulir surveilans IDO bagian software epi info serta disajikan dalam bentuk tabel
pencegahan IDO durante operasi di Rumah Sakit dan grafik. Indikator yang digunakan dalam analisis
X Surabaya tahun 2012 belum memenuhi standar data adalah benchmark IDO di Rumah Sakit X
(80%). Sedangkan, seluruh variabel dalam formulir Surabaya. Variabel yang digunakan dalam analisis
surveilans IDO bagian pencegahan post operasi dan data ada dua macam, analisis data dengan satu
identifikasi IDO di Rumah Sakit X Surabaya tahun variabel yaitu prosedur operasi dan klasifikasi luka
2012 memenuhi kriteria yang telah ditentukan yaitu operasi, sedangkan analisis menurut dua variabel
> 80%. yaitu klasifikasi luka operasi yang dihubungkan
Berdasarkan perhitungan di atas dapat dengan kejadian Infeksi Daerah Operasi (IDO).
disimpulkan kelengkapan pengisian formulir Analisis data surveilans yang dilakukan di Rumah
surveilans IDO di Rumah Sakit X Surabaya tahun Sakit X Surabaya merupakan analisis perbandingan.
2012 adalah sebesar 35,5%, jumlah tersebut belum A nal isis perba nd i nga n d ila k u k a n u nt u k
memenuhi standar kelengkapan pengisian yaitu mendapatkan perbandingan antara kejadian IDO
80%. Kelengkapan isi formulir dilihat dari seberapa setiap bulan dan setiap tahunnya. Data surveilans
banyak poin yang terisi pada formulir surveilans. juga dianalisis berdasarkan variabel orang yaitu
Menurut informasi yang didapatkan dari wawancara umur dan jenis kelamin, variabel waktu bulanan dan
dengan IPCN, penyebab ketidaklengkapan pengisian tahunan, serta variabel tempat yaitu berdasarkan
formulir tersebut adalah karena kurangnya unit/ruang perawatan pasien.
258 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September 2013: 254265

Proses interpretasi data surveilans di Rumah memenuhi standar yang ditetapkan. Berdasarkan
Sakit X Surabaya dilakukan oleh 2 orang IPCN hasil pengamatan dan wawancara dengan pemegang
yang pernah mendapatkan pelatihan mengenai cara program surveilans, didapatkan informasi bahwa
interpretasi data. Hasil analisis data surveilans IDO ketidaklengkapan pengisian formulir surveilans
dinilai selalu bermakna dan disajikan dalam bentuk dan ketidaktepatan pelaporan disebabkan oleh
tabel dan grafik. Proses interpretasi yang dilakukan pengawasan tim PPI yang kurang terhadap para
yaitu perhitungan jumlah operasi dan kasus IDO petugas surveilans di lapangan.
terbanyak berdasarkan jenis prosedur operasi. Sedangkan, hambatan lain yang ditemukan
Informasi epidemiologi yang dihasilkan kemudian dalam pelaksanaan surveilans IDO di Rumah
disimpan dalam bentuk softfile dan hardfile. Proses Sakit X Surabaya tahun 2012 adalah: (a) IPCN
interpretasi ini hanya membutuhkan waktu lebih yang bertugas banyak merangkap pekerjaan lain,
kurang 30 menit. sehingga tidak bisa full time/penuh waktu sehingga
Berdasarkan hasil interpretasi data, informasi kurang maksimal dalam melaksanakan surveilans.
epidemiologi yang berhubungan dengan IDO Waktu merupakan salah satu faktor yang sangat
di Rumah Sakit X Surabaya tahun 2012 adalah penting karena surveilans merupakan kegiatan yang
sebagai berikut: (1) Jumlah prosedur operasi adalah sangat membutuhkan waktu dan menyita hampir
1281 operasi. (2) Terjadi 7 kasus IDO atau 0,55%. separuh waktu kerja seorang IPCN. (b) Para IPCLN
(3) Kasus IDO terbanyak terjadi pada klasifikasi merangkap jabatan sebagai perawat yang beban
luka operasi bersih terkontaminasi sebesar 6 kasus kerjanya sudah banyak, sehingga kurang sempurna
atau 0,99%. (4) Kasus IDO terbanyak berdasarkan dalam melakukan pengumpulan data. Akibatnya
prosedur operasi yaitu pada prosedur LSCS sebanyak banyak pasien operasi yang tidak terdata formulir
4 kasus (1,98%). (5) Prosedur operasi terbanyak surveilansnya.
yang dilakukan adalah LSCS.(6) Bakteri yang paling Berikut adalah beberapa keunggulan atau
banyak ditemukan pada kasus IDO adalah Klebsiella kelebihan sistem surveilans IDO di Rumah Sakit
ozaenae sebesar 29%. X Surabaya yang belum dimiliki oleh pedoman
Berdasarkan hasil wawancara dan studi surveilans infeksi rumah sakit dari Kemenkes RI
dokumen yang dilakukan di Rumah Sakit (2010): (a) Rumah Sakit X Surabaya telah memiliki
X Surabaya, didapatkan kesimpulan bahwa bentuk formulir surveilans bundle prevention
pelaksanaan surveilans mulai dari pengumpulan (b) Analisis data surveilans di Rumah Sakit X
data, kompilasi data, analisis data, interpretasi data, Surabaya sudah menggunakan analisis dua variabel
diseminasi data, dan umpan balik sudah sesuai yaitu menghubungkan klasifikasi luka operasi
dengan buku Petunjuk Praktis Surveilans Infeksi dengan kasus IDO dan menghubungkan pencegahan-
Rumah Sakit yang diterbitkan oleh Kementerian pencegahan IDO dengan kasus IDO. Sementara pada
Republik Indonesia tahun 2010. Hanya saja, pada pedoman infeksi rumah sakit dari Kemenkes RI
variabel kelengkapan pengisian formulir dan hanya mencantumkan analisis perbandingan dengan
ketepatan pelaporan belum sesuai karena belum satu variabel yaitu tahun.

Tabel 2. Bentuk Diseminasi Informasi Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit X
Surabaya Tahun 2012

Bentuk
Diseminasi Informasi
Diseminasi Tujuan/Sasaran Frekuensi Bentuk Diseminasi
yang Disampaikan
Informasi
Laporan Atasan (CEO, Tiap bulan, Angka kejadian IDO, Laporan, rekapitulasi
DKV, dan triwulan, permasalahan, dan laporan PPI, dan
komite Dalin semester, dan action plan. presentasi dalam
tahunan pertemuan
Umpan balik Unit Triwulan Angka kejadian IDO dan Pertemuan rutin
keperawatan action plan
Aisyah, dkk., Surveilans Infeksi Daerah Operasi 259

PEMBAHASAN operasi dengan pemasangan implant. (b) Selama


Tujuan sistem surveilans IDO di Rumah dirawat di rumah sakit dilakukan pengamatan setelah
Sakit X Surabaya tahun 2012 yang ditetapkan oleh operasi hingga pasien keluar dari rumah sakit.
komite PPI secara umum adalah untuk mencegah (c) Pengamatan dilakukan oleh IPCLN dan tim
terjadinya HAIs, khususnya IDO pada pasien yang rawat luka. (d) Pengamatan setelah pasien keluar
menjalani operasi di Rumah Sakit X Surabaya. dari rumah sakit dilakukan saat pasien control
Sedangkan tujuan khusus dari sistem surveilans luka operasi ke Out Patient Department (OPD).
IDO tersebut antara lain: (a) Memperoleh data (e) Pengamatan di OPD dilakukan oleh IPCLN
dasar yaitu angka kejadian Infeksi Daerah Operasi dan perawat klinik rawat luka. (f) Audit dan
(IDO) pada pasien yang operasi di Rumah Sakit pengolahan data dilakukan oleh IPCN. Data dan
X Surabaya. (b) Sebagai sistem kewaspadaan dini hasil ditampilkan dalam bentuk grafik, diagram yang
dalam mengidentifikasi Kejadian Luar Biasa (KLB). disertai analisis, rekomendasi, dan tindak lanjut.
(c) Memenuhi standar mutu asuhan keperawatan Dilihat dari sumber daya yang ada, sistem
dan pelayanan medis. (d) Mengukur dan menilai surveilans IDO di Rumah Sakit X Surabaya tahun
keberhasilan program pengendalian infeksi daerah 2012 telah memenuhi standar yang ditentukan.
operasi. Berikut rincian sumber daya di Rumah Sakit X
Berdasarkan petunjuk pelaksanaan surveilans Surabaya yang berhubungan dengan surveilans
HAIs Rumah Sakit X Surabaya yang diterbitkan IDO: (a) Sumber daya manusia (petugas) 1. IPCN
tahun 2009 dan dijadikan acuan hingga saat ini, yang bekerja full time atau purna waktu dan sudah
aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan surveilans, mengikuti pelatihan Pencegahan dan Pengendalian
sebagai berikut: (a) Mengidentifikasi infeksi Infeksi (PPI) tingkat dasar dan pelatihan khusus
nosokomial yang akan diamati. (b) Merencanakan surveilans. 2. IPCLN yang sudah mengikuti
pengumpulan data untuk menentukan jenis pelatihan PPI. (b) Dana. Dukungan dana operasional
surveilans yang akan dilaksanakan. (c) Menetapkan dari pimpinan rumah sakit. (c) Sarana, prasarana,
definisi IDO yang akan digunakan, numerator dan dan pendukung.1. Tersedia kantor dan ruang rapat
denominator sesuai CDC. (d) Menetapkan metode komite dan tim PPI. 2. Terdapat computer, fax,
surveilans yang akan dilakukan apakah akan telepon, dan internet. 3. Ada petugas sekretariat dan
komprehensif atau selektif. (e) Menentukan kapan Teknologi Informasi (TI).
dan bagaimana data dikumpulkan yaitu selama Data yang dikumpulkan dalam surveilans
pasien dirawat, setelah pasien pulang, memakai IDO di Rumah Sakit X Surabaya tahun 2012
formulir, dan setiap bulan. (f) Menetapkan staf adalah data epidemiologi yang jelas, tepat, dan
pelaksana pengumpul data baik selama pasien berhubungan dengan infeksi yang bersangkutan
dirawat dan saat pasien kontrol kembali (post dengan tujuan menentukan kelompok berisiko,
discharge surveillans). (g) Melakukan penghitungan reservoir dari infeksi, dan memastikan keadaan
(tabulasi) untuk memperoleh angka kejadian yang menyebabkan terjadinya transmisi infeksi
infeksi.(h) Menyajikan data dalam bentuk grafik (Achmadi, 2009). Jenis data yang dikumpulkan
(batang maupun pie) untuk memperlihatkan pola dalam surveilans IDO di Rumah Sakit X Surabaya
IDO dan perubahan (trend). (i) Melakukan analisa tahun 2012 telah mampu menyediakan data sesuai
dan interpretasi data IDO untuk digunakan dalam kebutuhan dalam menjelaskan distribusi infeksi
memberikan saran dan rekomendasi perbaikan atau berdasarkan faktor-faktor determinannya.
pencegahan. (j) Membuat laporan hasil surveilans Data mengenai register kohort menjadi penting
secara tertulis sebagai informasi kepada para klinisi, karena berisi identitas diri penderita. Identitas
keperawatan, dan manajemen untuk mendapatkan ini bermanfaat untuk proses investigasi atau
umpan balik. penyelidikan kasus IDO. Nama dan alamat menjadi
Rincian kegiatan yang dilakukan oleh petugas pembeda antara pasien satu dengan pasien yang lain.
surveilans IDO adalah pengumpulan data, Umur diperlukan untuk mengetahui seberapa besar
pengolahan data, dan pembuatan laporan. Cara risiko terkena infeksi dan keadaan biologis pasien,
melaksanakan kegiatan surveilans tersebut adalah begitu pula dengan jenis kelamin dapat digunakan
sebagai berikut: (a) Pasien yang menjalani operasi di untuk menjelaskan distribusi kondisi patologis dari
Rumah Sakit X Surabaya harus diberi pengawasan populasi manusia meskipun hingga saat ini belum
selama 30 hari untuk kasus operasi tanpa ditemukan hubungan yang pasti antara jenis kelamin
pemasangan implant, selama 1 tahun untuk kasus dengan kejadian IDO. Menurut Syahrul dan Atik
260 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September 2013: 254265

(2007) variasi jenis penyakit menurut jenis kelamin merupakan data yang berisi perkembangan kondisi
dapat disebabkan karena perbedaan kebiasaan hidup, pasien dan intervensi yang dilakukan dokter yang
tingkat kesadaran berobat, perbedaan kemampuan menangani setiap harinya. Dari catatan perawataan
diagnosis pada beberapa penyakit, dan perbedaan tersebut, dapat diketahui riwayat pengobatan yang
berat dari jenis pekerjaan. diterima serta dapat pula dijadikan bahan investigasi
Pengumpulan data mengenai pelaksanaan saat terjadi kasus IDO untuk menentukan penyebab
(checklist) bundle prevention penting untuk yang sebenarnya. Catatan obat atau farmasi
mengetahui apakah perawat dan petugas kesehatan merupakan suatu daftar yang berisi berbagai
di lapangan telah melaksanakan pencegahan dan macam obat yang dikonsumsi oleh pasien termasuk
pengendalian infeksi dengan benar. Pelaksanaan di dalamnya antibiotik yang digunakan. Dengan
bundle prevention yang benar dapat mencegah adanya catatan obat tersebut maka dapat diketahui
terjadinya KLB IDO. Selain itu, adanya checklist seberapa jauh tingkat resistensi antibiotik dan
bundle prevention dapat menjadi pengingat bagi kebenaran resep obat untuk pengobatan. Sementara
perawat untuk selalu menerapkan pencegahan data yang tak kalah penting yaitu hasil laboratorium
infeksi dan merawat pasien sesuai dengan pedoman yang berfungsi dalam membantu penegakan
pencegahan. diagnosis IDO agar tidak terjadi mal praktik akibat
Data mengenai tindakan yang dilakukan selama kesalahan diagnosis dari dokter.
perawatan pasien setelah munculnya gejala IDO dan Sumber data yang digunakan pada surveilans
data mengenai ahli yang mendiagnosis IDO pertama IDO di Rumah Sakit X Surabaya tahun 2012
kali juga harus dikumpulkan untuk kepentingan sesuai dengan sumber data yang tercantum dalam
penanganan lebih lanjut menur ut riwayat Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit yang
pertolongan sebelumnya. Data diagnosis IDO diterbitkan oleh Depkes RI (2010), antara lain:
berfungsi dalam mengetahui distribusi patologis (a) Rekam medis (b) Catatan perawatan (c) Catatan
infeksi. Secara klinis IDO dibedakan menjadi IDO hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium dan
superficial, IDO profunda, dan IDO organ/rongga. radiologi) (d) Farmasi (e) Pasien dan/atau keluarga
Perbedaan klasifikasi IDO ini juga menunjukkan pasien.
perbedaan organ yang diserang sehingga dapat Sarana dan prasarana yang digunakan dalam
dilakukan proses pengobatan atau intervensi yang pelaksanaan surveilans IDO di Rumah Sakit
lebih tepat dan mudah. X Surabaya tahun 2012 yaitu kertas formulir
Pemeriksaan laboratorium dapat menunjang pengumpulan data surveilans. Pengumpulan data
diagnosis IDO secara pasti dan spesifik. Data dilakukan secara manual dengan kertas dan alat
laboratorium digunakan untuk menentukan hasil tulis tanpa bantuan sistem komputerisasi. Formulir
pemeriksaan IDO pada pasien yang menunjukkan surveilans tersebut disediakan oleh bagian Material
gejala sehingga dapat diketahui secara dini apakah Management Department (MMD) rumah sakit.
pasien tersebut terkena IDO. Selain itu, fungsi data Formulir yang digunakan disebut sebagai formulir
laboratorium juga untuk menentukan kesembuhan bundle prevention surveillance. Formulir-formulir
pasien melalui hasil pemeriksaan ulang atau surveilans tersebut dicetak dengan dana yang
follow up. disediakan khusus oleh pihak rumah sakit. Menurut
Menurut Depkes RI (2003) sumber data adalah informasi yang didapat dari petugas-petugas
tempat atau sesuatu dari mana data didapat. Sumber surveilans, tidak pernah terjadi kekurangan formulir
data surveilans IDO di Rumah Sakit X Surabaya pengumpulan data. Proses pengumpulan data selalu
tahun 2012 berupa data primer dan sekunder. Data berjalan lancar.
primer diperoleh dari wawancara dan pengamatan Sarana lain yang digunakan dalam menunjang
langsung pada kondisi pasien dan keluarga pasien. pengumpulan data yait u berbagai sumber
Hal tersebut dilakukan untuk mengkonfirmasi kepustakaan tentang surveilans IDO dan pedoman
beberapa informasi yang masih belum valid dan pelaksanaan surveilans IDO. Acuan yang digunakan
benar kejelasannya. Observasi langsung berfungsi antara lain berbagai textbook yang berhubungan
untuk melengkapi data sekunder yang kurang. dengan diagnosis IDO, pelaksanaan surveilans
Sedangkan, data sekunder surveilans IDO di Rumah infeksi rumah sakit, dan pencegahan-pencegahan
Sakit X Surabaya tahun 2012 diperoleh dari catatan yang harus dilakukan untuk mengurangi angka
status pasien, catatan obat, hasil laboratorium, kejadian IDO, serta deteksi dini IDO. Berikut
dan rekam medis. Catatan status perawatan pasien merupakan acuan atau pedoman surveilans
Aisyah, dkk., Surveilans Infeksi Daerah Operasi 261

yang tercantum secara otentik dalam petunjuk Pengumpulan data surveilans IDO di Rumah
pelaksanaan surveilans IDO di Rumah Sakit X Sakit X Surabaya tahun 2012 sudah sesuai jika
Surabaya: (a) Hospital Acquired Infection, Principle dibandingkan dengan Pedoman Surveilans Infeksi
and Prevention Third Edition oleh GAJ Ayliffe, Rumah Sakit yang dibuat oleh Depkes RI (2010)
JR Babb, dan Lynda J Tailor. (b) Infection Control yang menyebutkan bahwa tim PPI merupakan
for the Asian Healthcare Worker 2nd edition oleh penanggung jawab utama dalam pengumpulan
Ling Moi Lin, Ching Tai Yin, dan Seto wing Hong. data surveilans. Hal tersebut dikarenakan tim PPI
(c) Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial memiliki keterampilan dalam mengidentifikasi
di rumah sakit oleh Departemen Kesehatan RI IDO sesuai dengan criteria yang ada. Sedangkan,
tahun 2007. yang menjadi pelaksana dalam pengumpulan data
Pengumpulan data dalam surveilans IDO di surveilans adalah IPCN yang dibantu oleh para
Rumah Sakit X Surabaya dilakukan secara aktif. IPCLN.
Pengumpulan secara aktif dilakukan dengan Kegiatan pengumpulan data surveilans IDO
mengunjungi pasien operasi di tiap unit secara di Rumah Sakit X Surabaya tahun 2010 dilakukan
langsung untuk memeriksa perkembangan kondisi setiap hari. IPCLN mengisi dan mengumpulkan
pasien dari hari ke hari. Selain itu, pencarian data formulir surveilans IDO setiap hari kemudian
secara aktif dilakukan dengan mencari informasi menyerahkan formulir tersebut setiap bulannya
melalui rekam medik atau segala macam catatan kepada tim PPI. Pelaksanaan pengumpulan data
yang berhubungan dengan proses perawatan serta dan jangka waktu pengumpulan yang ditentukan
pengobatan pasien. Pengumpulan data surveilans oleh tim PPI Rumah Sakit X Surabaya telah sesuai
dilakukan setiap hari oleh IPCN dan IPCLN Rumah dengan Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Sakit X Surabaya. Kegiatan pengumpulan data dari Depkes RI (2010). Deadline penyerahan
surveilans IDO di Rumah Sakit X Surabaya tahun data surveilans kepada tim PPI DI Rumah Sakit
2012 sudah sesuai dengan Pedoman Infeksi Rumah X Surabaya yaitu paling lambat tanggal 5 bulan
Sakit oleh Depkes RI (2010). berikutnya.
Mekanisme pelaksanaan surveilans infeksi Berdasarkan studi dokumentasi, diketahui
rumah sakit menurut Depkes RI (2010) diawali bahwa ketepatan pelaporan surveilans IDO di
dengan pengisian dan pengumpulan formulir Rumah Sakit X Surabaya pada tahun 2012 adalah
surveilans setiap pasien berisiko di unit rawat inap 41%, angka tersebut masih jauh di bawah standar
masing-masing setiap hari. Kemudian pada awal yang ditentukan oleh Depkes RI (2003) yaitu sebesar
bulan berikutnya paling lambat tanggal 5, formulir 80%. Maksud dari ketepatan pelaporan sebesar 41%
surveilans diserahkan kepada tim PPI dengan adalah di antara semua pasien operasi di Rumah
diketahui dan ditandatangani kepala ruangan. Sakit X Surabaya tahun 2012, hanya 41% dari
Tim PPI rumah Sakit X Surabaya tidak mereka yang terdaftar dalam formulir surveilans
menambahkan tenaga khusus dalam pelaksanaan saat dilakukannya proses pengumpulan data.
pengumpulan data surveilans tahun 2012. Petugas Berdasarkan standar tersebut, ketepatan pelaporan
yang melakukan pengumpulan data surveilans IDO surveilans IDO di Rumah Sakit X Surabaya belum
di Rumah Sakit X Surabaya tahun 2012 yaitu 2 orang memenuhi standar. Rendahnya angka tersebut
IPCN dan 12 orang IPCLN. Berikut merupakan 23, dikarenakan memang ada beberapa pasien yang
peran dari IPCN dalam pengumpulan data di sini tidak terdata saat proses pengumpulan data
hanyalah membantu dan melengkapi kekurangan surveilans. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan
agar data yang dikumpulkan lebih berkualitas. para IPCLN di lapangan merangkap tugas sebagai
IPCN di Rumah Sakit X Surabaya telah mengikuti perawat yang notabene sangat sibuk sehingga tidak
pelatihan surveilans IDO dari tingkat basic hingga banyak waktu untuk mendata pasien ke dalam
advance. Sedangkan, IPCLN telah mengikuti formulir surveilans. Ketidaktepatan pelaporan
pelatihan surveilans IDO tingkat basic sebanyak tersebut juga disebabkan karena kelalaian dari
14 kali yang diadakan oleh tim infection control petugas kesehatan yang ada di lapangan. Hal ini
Rumah Sakit X Surabaya. Pendidikan terakhir dari perlu mendapatkan intervensi agar ketepatan laporan
IPCN di Rumah Sakit X Surabaya adalah D3 dan surveilans IDO di Rumah Sakit X Surabaya dapat
S1, sedangkan para IPCLN memiliki pendidikan membaik bahkan melebihi standar yang ditentukan
terakhir sebagai diploma. dan mencapai 100%. Intervensi yang mungkin
262 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September 2013: 254265

dilakukan bisa dengan meningkatkan motivasi pencukuran, mechanical bowel, dan mandi sebelum
petugas di lapangan agar kesadaran mengenai operasi. (c) Durante operasi, yaitu variabel sirkulasi
pentingnya pengumpulan data bertambah sehingga udara, tekanan udara, air count, jamur AC, dan
mereka akan sebisa mungkin menyempatkan untuk kelembapan ruang operasi. (d) Pada bagian pos-
mengisi form surveilans IDO di tengah kesibukan operasi (juga mencakup identifikasi ILO) hampir
sebagai perawat. semua variabel sama. Jika dalam satu hari dilakukan
Sedangkan, untuk Kelengkapan isi formulir pemeriksaan maka checklist akan penuh, sebaliknya
dilihat dari seberapa banyak poin yang terisi pada jika ada satu hari yang kosong maka checklist
formulir surveilans. Menurut informasi yang tersebut akan kosong sepenuhnya.
didapatkan dari wawancara dengan IPCN, penyebab Untuk memastikan kebenaran data, maka
ketidaklengkapan pengisian formulir tersebut adalah perlu dilakukan validasi data. Validasi data
karena ada kurangnya kesadaran dan motivasi dilakukan dengan melakukan pengecekan pada
perawat untuk melengkapi isian formulir surveilans beberapa sampel data. Proses validasi data sangat
tersebut. penting dilakukan agar data yang diperoleh
Kompilasi data surveilans IDO di Rumah Sakit valid dan reliable, sehingga bisa menunjukkan
X Surabaya dilakukan oleh IPCN yang berjumlah permasalahan yang sebenarnya. Kompilasi data
2 orang tanpa ada petugas tambahan. Para IPCN surveilans di Rumah Sakit X Surabaya sudah
tersebut telah menjalani pelatihan surveilans IDO sesuai dengan Petunjuk Praktis Surveilans Infeksi
sehingga para petugas tersebut pasti telah memiliki Rumah Sakit yang diterbitkan oleh Depkes RI, yaitu
kompetensi dalam hal kompilasi data. Sarana yang dilakukan penghitungan 1 bulan sekali dan sudah
digunakan dalam melakukan kompilasi data yaitu menggunakan sistem komputerisasi serta software
komputer dan software epi info. Dalam hal ini, yang sesuai standar.
bantuan komputer akan sangat membantu, terutama Data yang telah terkumpul secara sistematis
meningkatkan efisiensi pada saat penghitungan. kemudian dianalisis agar dapat menjadi informasi
Besarnya data yang dikumpulkan dan kompleksitas yang bermanfaat. Analisis data idealnya dilakukan
data merupakan alasan mutlak untuk menggunakan secara sistematik, periodik, terencana, dan
jasa komputer. berkesinambungan. Hal ini merupakan bagian
Kompilasi data dilakukan setiap hari jika yang tidak terpisahkan dari sebuah manajemen
tidak ada kendala pada hari tersebut. Pelaksanaan kesehatan pada suatu wilayah (Achmadi, 2009).
kompilasi data di Rumah Sakit X Surabaya berupa Data-data surveilans Rumah Sakit X Surabaya yang
koreksi data yang dilaporkan oleh IPCLN. Data terkumpul selalu diolah dan dianalisis. Analisis
yang dikumpulkan perlu dikompilasi terlebih data surveilans IDO di Rumah Sakit X Surabaya
dahulu sebelum diolah dan dianalisis. Di dalam tahun 2012 dilakukan setiap bulan oleh 2 orang
kegiatan kompilasi data terdapat juga pengkoreksian IPCN tanpa tambahan petugas khusus. Data tersebut
untuk menambah ke-valid-an dari data. Koreksi dianalisis menggunakan sarana komputer dengan
yang dilakukan meliputi pengecekan kelengkapan software epi info. Hasil analisis data tersebut
pengisian formulir dan kebenaran data. Berdasarkan kemudian disajikan dalam bentuk tabel, diagram,
hasil wawancara, petugas menyatakan bahwa IPCN dan grafik. Indikator yang digunakan dalam analisis
yang ada saat ini belum mampu melaksanakan data adalah benchmark IDO di Rumah Sakit X
kompilasi data dengan baik karena masih sering Surabaya. Variabel yang digunakan dalam analisis
terjadi keterlambatan. Hal tersebut tidaklah data ada dua macam, analisis data dengan satu
mengherankan mengingat seorang petugas IPCN variabel yaitu prosedur operasi dan klasifikasi luka
harus bekerja purna waktu karena pekerjaan ini operasi, sedangkan analisis menurut dua variabel
sangat menyita waktu. yaitu klasifikasi luka operasi yang dihubungkan
Pengecekan kelengkapan laporan dilakukan dengan kejadian Infeksi Daerah Operasi (IDO).
dengan melihat variabel-variabel yang harus diisi Analisis data surveilans yang dilakukan di
dalam formulir. Jika ditemukan variabel yang belum Rumah Sakit X Surabaya merupakan analisis
terisi jawabannya atau kosong, maka IPCN akan perbandingan. Analisis perbandingan dilakukan
berusaha melengkapi dengan melihat rekam medik untuk mendapatkan perbandingan antara kejadian
pasien. Variabel yang sering kosong atau tidak diisi IDO setiap bulan dan setiap tahunnya. Data
pada bagian: (a) Register kohort, yaitu variabel surveilans juga dianalisis berdasarkan variabel
klasifikasi luka. (b) Pre-operasi, yaitu variabel orang yaitu umur dan jenis kelamin, variabel waktu
Aisyah, dkk., Surveilans Infeksi Daerah Operasi 263

bulanan dan tahunan, serta variabel tempat yaitu memilih software yang cocok untuk digunakan dalam
berdasarkan unit/ruang perawatan pasien. analisis data sehari. Pemilihan software haruslah
Kegiatan analisis data surveilans IDO di hati-hati dengan mempertimbangkan maksud dan
Rumah Sakit X Surabaya tahun 2012 telah sesuai tujuan dari surveilans yang akan dilaksanakan di
dengan Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit rumah sakit.
yang diterbitkan oleh Depkes RI (2010). Kegiatan Setelah data dianalisis, maka data akan
analisis data menurut pedoman tersebut yaitu angka diinter pretasikan agar data tersebut dapat
kejadian IDO kemudian dianalisis, apakah terjadi memberikan makna dan informasi epidemiologi
perubahan yang signifikan baik itu penurunan tentang kejadian IDO. Pemberian makna terhadap
maupun peningkatan IDO yang cukup tajam, suatu data penting karena data yang diperoleh dari
kemudian dibandingkan dengan jumlah kasus dalam kegiatan surveilans masih dalam bentuk mentah
kurun waktu bulan yang sama pada tahun yang lalu. sehingga perlu disusun sedemikian rupa agar data
Jika terjadi perubahan yang signifikan maka harus mudah dianalisis dan mudah diinterpretasikan.
dicari factor-faktor penyebab kenapa hal tersebut Untuk itu, data harus diinterpretasikan dalam
data terjadi. Bila penyebab sudah diketahui, maka bentuk tabel, grafik, diagram, bahkan peta. Proses
langkah berikutnya adalah menemukan alternatif interpretasi data surveilans di Rumah Sakit X
pemecahannya. Setelah ditemukan beberapa Surabaya dilakukan oleh 2 orang IPCN tanpa
alternatif, kemudian dipilih pemecahan yang paling bantuan petugas khusus. Kedua IPCN tersebut
baik dan sesuai untuk diterapkan di rumah sakit merupakan petugas surveilans yang pernah
tersebut. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk mendapatkan pelatihan mengenai cara interpretasi
tabel, diagram, dan grafik. data. Hasil analisis data surveilans IDO dinilai
Di dalam pengolahan dan analisis data selalu bermakna dan disajikan dalam bentuk tabel
terdapat perhitungan yang dilakukan selama satu dan grafik. Proses interpretasi yang dilakukan
bulan sekali. Kurun waktu yang dihitung harus yaitu perhitungan jumlah operasi dan kasus IDO
jelas dan sama antara numerator dan denominator terbanyak berdasarkan jenis prosedur operasi.
sehingga laju tersebut memiliki arti. Perhitungan Informasi epidemiologi yang dihasilkan kemudian
ini melibatkan data yang sangat kompleks disimpan dalam bentuk softfile dan hardfile. Proses
sehingga membutuhkan bantuan komputer untuk interpretasi ini hanya membutuhkan waktu lebih
mengolahnya demi efektivitas dan efisiensi. kurang 30 menit.
Terlebih sistem surveilans tidak hanya berhadapan Menurut Depkes RI (2003) pada masing-
dengan masalah sekarang saja, namun juga harus masing tingkat organisasi kesehatan setelah
mengantisipasi tantangan di masa depan. Berikut dilakukannya analisis dan interpretasi data, maka
merupakan hal yang harus dipertimbangkan hasil pengolahan data atau informasi tersebut
dalam penggunaan komputer untuk pengolahan perlu disebarluaskan kepada orang atau organisasi
data surveilans (Depkes RI, 2010): (a) Memilih yang dianggap berkepentingan, dan sekaligus
sistem komputer yang akan dipakai dari dua pilihan menggunakan informasi itu untuk kepentingan
yang biasa dipakai yaitu komputer mainframe dan manajemen pelayanan/program kesehatan. Berikut
komputer mikro. Komputer mainframe bekerja jauh merupakan prinsip-prinsip yang harus dipenuhi
lebih cepat, memuat data jauh lebih besar, dan dapat dalam pelaporan surveilans infeksi rumah sakit
diakses di seluruh area rumah sakit. Semua data (Depkes RI, 2010): (a) Laporan dibuat sistematik,
pasien seperti sensus pasien, hasil laboratorium, singkat, tepat waktu, dan informatif. (b) Laporan
dan sebagainya dapat dikirim secara elektronik. dibuat dalam bentuk grafik atau tabel. (c) Laporan
Namun harus diingat bahwa komputer mainframe dibuat bulanan, triwulan, semester, dan tahunan.
cukup mahal baik harga beli maupun perawatannya (d) Laporan disertai analisis masalah dan
serta tidak semua orang dapat mengoperasikannya. rekomendasi penyelesaian masalah. (e) Laporan
Perlu pelatihan khusus untuk dapat menggunakan dipresentasikan dalam rapat koordinasi dengan
komputer mainframe tersebut. Namun, software pimpinan rumah sakit.
untuk program pencegahan dan pengendalian Diseminasi informasi ini penting dilakukan
infeksi bagi komputer mainframe masih terbatas. agar pihak-pihak terkait dapat memanfaatkan
Mikrokomputer masih lebih murah dan lebih informasi tersebut untuk menemukan strategi
mudah pengoperasiannya oleh setiap petugas. pengendalian infeksi rumah sakit. Laporan
(b) Mencari software yang sudah tersedia dan surveilans IDO disampaikan kepada seluruh anggota
264 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September 2013: 254265

komite PPI, direktur rumah sakit, dan ruangan atau yang jelas. Dengan lebih memperjelas tindakan
unit terkait. Diseminasi informasi dapat diberikan pengawas yang ada di lapangan akan membantu
dalam bentuk laporan kepada atasan dan umpan tindakan pengawasan terhadap pencegahan
balik kepada sumber data bahkan keluarga pasien infeksi luka operasi yang dilakukan oleh perawat.
serta pengunjung rumah sakit. Proses pelaporan (e) Meningkatkan kompetensi perawat. Hal ini dapat
hasil surveilans IDO di Rumah Sakit X Surabaya dilakukan dengan cara rutin memberikan sosialisasi
sudah sesuai dengan cara pelaporan yang ditentukan yang berkelanjutan kepada para perawat khususnya
oleh Depkes RI dalam Petunjuk Praktis Surveilans perawat baru mengenai pentingnya pencegahan
Infeksi Rumah Sakit 2010. Menurut Depkes RI, infeksi luka operasi. Selain itu, bisa juga dilakukan
laporan harus dibuat sistematik, singkat, tepat training dan edukasi yang berkesinambungan
waktu, dan informatif. untuk mengingatkan pentingnya pencegahan SSI
Infeksi Daerah Operasi (IDO) menjadi masalah pada perawat. (f) Penerapan sistem reward and
yang tidak dapat dihindari sehingga dibutuhkan data punishment. Upaya untuk memperjelas fungsi
dasar infeksi untuk menurunkan angka kejadian pengawasan di lapangan dapat dilakukan dengan
yang terjadi. Untuk itu, perlunya melakukan membuat aturan yang jelas dan tegas mengenai
surveilans dengan metode yang aktif, terus-menerus, pengawasan terhadap tindakan pencegahan dan
dan tepat sasaran. Dilihat dari hasil identifikasi tindakan pengisian formulir bundle prevention.
masalah surveilans infeksi nosokomial terutama IDO Selain itu, dapat dilakukan dengan sistem sanksi
yang terdapat pada Rumah Sakit X Surabaya selama bagi perawat ataupun pengawas/penanggung jawab
tahun 2012, maka dapat dibuat beberapa alternatif di lapangan yang tidak melaksanakan fungsinya
pemecahan masalah, antara lain: (a) Memberlakukan dengan baik dan sistem reward untuk pengawas/
sistem daftar kehadiran online.Untuk meningkatkan penanggung jawab di lapangan yang telah
kedisiplinan maka perlu dilakukan hal baru dalam melaksanakan fungsinya dengan baik.
sistem absensi. Jika absensi dilakukan secara Pada hasil dan pembahasan penelitian di atas
manual dengan tanda tangan, motivasi staf atau telah dijelaskan mengenai hambatan atau kelemahan
karyawan untuk datang tepat waktu akan kurang dalam surveilans IDO di Rumah Sakit X Surabaya
karena pasti akan ada kelonggaran atau mudah tahun 2012. Sementara jika dibandingkan dengan
di manipulasi. Jika menggunakan sistem online pedoman surveilans infeksi rumah sakit yang
dan sidik jari atau screening kartu karyawan, diterbitkan oleh Depkes RI tahun 2010, sistem
rekapitulasi dan pemantauan absensi akan lebih surveilans IDO di Rumah Sakit X Surabaya masih
mudah. Karyawan yang datang terlambat dan tepat memiliki beberapa keunggulan atau kelebihan yang
waktu bisa terdeteksi dan tidak mudah di manipulasi. belum dimiliki oleh pedoman tersebut. Berikut
Sehingga, hal tersebut dapat meningkatkan adalah keunggulan-keunggulan tersebut: (a) Rumah
kedisiplinan karyawan. (b) Menyempurnakan Sakit X Surabaya telah memiliki bentuk formulir
sistem surveilans online. Dengan fokus membangun surveilans resmi yang disebut dengan formulir
sistem surveilans online maka kegiatan surveilans surveilans bundle prevention dan diadopsi dari
di Rumah Sakit X Surabaya akan lebih efektif dan pedoman pencegahan IDO oleh CDC. (b) Analisis
efisien. Tenaga dan biaya yang dikeluarkan akan data surveilans di Rumah Sakit X Surabaya
lebih kecil, meskipun sulit dan butuh biaya besar di sudah menggunakan analisis dua variabel yaitu
awal. Namun, jika sistem surveilans online tersebut menghubungkan klasifikasi luka operasi dengan
dapat diterapkan dengan baik maka akan banyak kasus IDO dan menghubungkan pencegahan-
manfaat yang diraih untuk dampak jangka panjang. pencegahan IDO dengan kasus IDO. Dengan
(c) Membuat alat ukur keberhasilan surveilans. mencari hubungan kedua variabel tersebut maka
Untuk menilai keberhasilan suatu program maka dapat ditemukan seberapa besar keterkaitan dan
dapat dilakukan dengan kegiatan evaluasi. Evaluasi pencegahan mana yang memerlukan tindak lanjut
untuk surveilans dapat dilihat menggunakan sesuai prioritas. Sementara pada pedoman infeksi
atribut-atribut surveilans. (d) Meningkatkan fungsi rumah sakit dari Depkes RI hanya mencantumkan
pengawas di tiap unit. Hal ini dapat dilakukan analisis perbandingan dengan satu variabel yaitu
dengan cara menegakkan tugas pengawas lapangan tahun, kasus IDO tahun sebelumnya dibandingkan
yang berhubungan dengan infection control yang dengan kasus IDO tahun ini untuk melihat naik-
diwujudkan dalam bentuk penambahan personil turunnya kasus dan kedaruratannya saja.
pengawas atau pembagian tugas observasi
Aisyah, dkk., Surveilans Infeksi Daerah Operasi 265

KESIMPULAN DAN SARAN pelatihan surveilans IDO juga perlu untuk dilakukan.
Kemudian meningkatkan fungsi pengawasan
Kesimpulan
surveilans di tiap unit untuk meningkatkan
Evaluasi komponen surveilans Infeksi Daerah kepatuhan dan kedisiplinan para petugas surveilans
Operasi pada Rumah Sakit X Surabaya tahun 2012 di lapangan khususnya dalam hal pengumpulan data.
menunjukkan bahwa sistem surveilans tersebut Serta membuat alat ukur keberhasilan pelaksanaan
sudah sesuai dengan standar atau pedoman surveilans untuk mempermudah proses evaluasi dari
surveilans infeksi rumah sakit dari Depkes pelaksanaan kegiatan surveilans IDO di Rumah
RI (2010). Pelaksanaan pengumpulan data, Sakit X Surabaya.
kompilasi data, analisis data, interpretasi data,
dan diseminasi informasi sudah tepat. Hanya saja
terdapat kekurangan pada ketepatan laporan dan REFERENSI
kelengkapan pengisian formulir. Ketepatan jumlah Achmadi, U.F., 2009. Manajemen Penyakit Berbasis
pelaporan hanya mencapai 41% dan kelengkapan Wilayah. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 3,
pengisian formulir hanya mencapai 36%. Kedua No. 4; 147152.
angka tersebut masih di bawah standar yaitu 80% CDC., 2013. The Burden. http://www.cdc.gov/ HAI/
sehingga data kurang menggambarkan keadaan burden.html. (sitasi tanggal 11 April 2013 pukul
yang sebenarnya. 19.35 WIB.)
Per masalahan yang ditemu kan dalam Daniati, M., 2009. Hubungan Pola Hidup Dengan
pelaksanaan komponen surveilans IDO di Rumah Pengendalian Tekanan Darah pada Lansia
Sakit X Surabaya tahun 2012 adalah kurang Hipertensi di Kecamatan Pedurungan Kota
representatifnya data karena ketidaktepatan Semarang. Skripsi. Semarang, Universitas
pelaporan dan ketidaklengkapan pengisian formulir Muhammadiyah Semarang: 4.
surveilans. Hal tersebut dikarenakan pengawasan Depkes RI., 2003. Pedoman Penyelenggaraan Sistem
komite PPI yang kurang sehingga kelalaian IPCLN Surveilans Epidemiologi Jakarta: Kesehatan.
di lapangan tidak dapat diintervensi dengan baik. Kemenkes RI.
Alternatif penyelesaian yang dapat dilakukan Depkes RI., 2009. Undang-Undang RI Nomor
adalah dengan membuat pedoman pengisian 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta:
for mulir su r veilans, mengadakan absensi Kemenkes RI.
pengumpulan formulir dan laporan, meningkatkan Depkes RI., 2010. Petunjuk Praktis Surveilans Infeksi
kompetensi petugas surveilans, meningkatkan Rumah Sakit. Jakarta: Kemenkes RI.
fungsi pengawasan di tiap unit, dan membuat alat IFIC., Edisi revisi 2011. Basic Concept of Infection
ukur keberhasilan pelaksanaan surveilans. Control, Second Edition.
Supriyanto & Damayanti, 2007, Perencanaan dan
Saran Evaluasi, Airlangga University Press, Surabaya.
Saran yang dapat diajukan untuk penelitian Syahrul, F., Atik. C.H., 2007. Dasar Epidemiologi,
ini adalah pembuatan pedoman pengisian Bahan Ajar. Surabaya: Bag. Epid FKM Unair:
formulir surveilans IDO agar ketepatan pelaporan 1922.
dan kelengkapan pengisian formulir mencapai WHO., 2005. Healthcare Associated Infection
100% sehingga data dapat menggambarkan (HAI). http://whqlibdoc.who.int/hq/2005/WHO_
keadaan yang sebenarnya. Kemudian melakukan EIP_SPO_QPS_05.2.pdf (sitasi tanggal 11 April
pengadaan pencatatan pengumpulan formulir yang 2013 pukul 23.00 WIB.)
diberlakukan secara resmi oleh pimpinan rumah WHO., 2011. HAIs Surveilance. http://www.who.
sakit untuk meningkatkan kedisiplinan/ketepatan int/ bulletin/volumes/89/ 10/11-088179/en/ (sitasi
waktu dalam pengumpulan data surveilans. tanggal 11 April 2013 pukul 19.00 WIB.)
Peningkatan kesadaran dan motivasi petugas Wijono, D., 2008. Paradigma dan Metodologi
surveilans dengan mengadakan sosialisasi dan Penelitian Kesehatan. Surabaya: Duta Prima
Airlangga

You might also like