You are on page 1of 291

One Day Sharing Knowledge Program 2016

INDUSTRIAL HEALTH SAFETY ENVIRONMENT


MANAGEMENT SYSTEM AND INTERNAL AUDIT

1 Day SHE Sharing Knowledge

Yogyakarta, 7 Nov. 2016

Coordinated by:
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
NOTE

Peraturan
perundangan
(overview)

Implementasi K3LL
Dasar Hukum K3LL khususnya di bidang Eksplorasi
& Produksi Minyak dan Gas Bumi:
Teknik UUD 1945 pasal 27 (2)
Medis UU No. 13/ 2003 pasal 86 & 87 (Ketenaga Kerjaan)
UU No. I / 1970 (K3)
Hukum
UU No. 23 / 1997 (Pengel. Linkungan Hidup)
Ekonomi UU No. 27 / 1999 (AMDAL)
Sosial UU No. 44 / 1960 (Pertambangan Migas)
PP No. 19 / 1973 (Pengawasan K3 Pertambangan)
MPR (mijn Polite Reglement) / 1930
Peraturan Menteri dari Departemen terkait
termasuk Peraturan Mentemben No.
17P/123/D.DJM/1998 (Sert. Tenaga Teknik Khusus
Pemboran

INDUSTRIALindo KONSULTRAIN SERVICES 1


NOTE

UUD 1945 pasal 27 ayat 2

Tiap-tiap warga negara berhak


atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan"

UU No.1 / 70 tentang
Keselamatan Kerja
Istilah
Ruang lingkup
Syarat-syarat keselamatan
kerja
Pengawasan
Pembinaan
P2K3
Kecelakaan Meningkatkan
Efisiensi &
Kewajiban dan hak tenaga
kerja Produktivitas
Kewajiban bila memasuki
tempat kerja
Kewajiban pengurus
Ketentuan-ketentuan
penutup

INDUSTRIALindo KONSULTRAIN SERVICES 2


NOTE

Tentang Ketenagakerjaan
PASAL 86 & 87
Ayat 1 & 2:
Setiap pekerja mempunyai hak atas
- Keselamatan dan Kesehatan Kerja
- Moral dan Kesusilaan
- Perlakukan sesuai harkat & martabat manusia serta nilai agama
Diselenggarakannya upaya keselamatan dan kesehatan kerja

Ayat 1:
Perusahaan wajib menerapkan SMK3 terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan

Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan


Kerja di Bidang Pertambangan

PASAL 1
Pengaturan keselamatan kerja di bidang pertambangan dalam UU No.
44 Prp. Tahun 1960 dan UU No. 11 tahun 1967 dan PP No. 32 tahun
1969 dengan ditetapkannya UU N. 1 tahun 1970 dilakukan oleh
Menteri Pertambangan setelah mendengar pertimbangan Menteri
Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi.
PASAL 2
Menteri Pertambangan melakukan pengawasan atas keselamatan
kerja dalam Pertambangan dan berpedoman kepada UU No. 1thaun
1970 serta peraturan-peraturan terkait.

INDUSTRIALindo KONSULTRAIN SERVICES 3


NOTE

Tentang pengelolaan LH, sebagai penyempurna UU


No. 4 tahun 82 tentang Ketentuan Pokok-Pokok
Pengelolaan LH

Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, mencabut PP No.


29 tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

KEBIJAKAN PENGELOLAAN K3LL PADA


LINGKUNGAN KERJA PT. PERTAMINA
(PERSERO)
KEBIJAKAN LK-3
PERTAMINA
KORPORAT, 93 / 98 SM LK-3
PERTAMINA
KORPORAT, 99
KEBIJAKAN K3LL
PERTAMINA
SM LK-3
DIT. HULU, 98
PERTAMINA
DIT. HULU, 99

KEGIATAN GANGGUAN KEGIATAN OPERASI


EKSPLORASI & PROSES, TANPA
PRODUKSI GANGGUAN KECELAKAAN DAN
PEKERJA, RAMAH
MIGAS
DAMPAK LINGKUNGAN
LINGKUNGAN

KEBIJAKAN K3LL
DOH SUMBAGUT

INDUSTRIALindo KONSULTRAIN SERVICES 4


KONSEP DASAR
PENGENDALIAN KERUGIAN

TUJUAN

MENJELASKAN KONSEP HSE KHUSUSNYA


TENTANG PENCEGAHAN & PENGENDALIAN
KERUGIAN,

MENJELASKAN TERMINOLOGI YANG


BERKAITAN DENGAN HSE.

1
MENGAPA SAFETY FIRST?
Dalam pekerjaan sehari-hari kita selalu
berhubungan dengan risiko
Apabila tidak mampu mengelola risiko maka kita
akan mengalami kerugian, baik dalam bentuk
cedera manusia atau bahkan kematian,
kerusakan harta perusahaan termasuk fasilitas
kerja dan juga termasuk kerusakan lingkungan
termasuk lingkungan hidup maupun lingkungan
sosial
Jadi, safety first merupakan harga mati untuk
operasi perusahaan kita

Mengapa SHEQ Diperlukan?

Revenue

Value Cost

Losses

2
SHEQ Melindungi Nilai

Tidak adanya
pengelolaan SHEQ
mengakibatkan
kerugian/loss

Pekerja baru yang Terjadi kecelakaan


direkrut, ditempatkan
dan ditraining tanpa
melibatkan aspek SHE

HEALTH, SAFETY & ENVIRONMENT


(HSE)
Mengendalikan kerugian dari
kecelakaan (control of accidental loss)

Kemampuan untuk mengidentifikasikan


dan meng-hilangkan (mengendalikan)
resiko HSE yang tidak bisa diterima
(the ability to identify and eliminate
unacceptable risks)

3
KESELAMATAN
(SAFETY)
Mengendalikan kerugian dari kecelakaan
(control of accident loss)
Dimana Bahaya dapat dikendalikan ke
tingkat yang memadai /serendah mungkin
layak dilaksanakan. (As Low As Reasonable
Practicable)

HEALTH
(KESEHATAN KERJA)
Mengendalikan bahaya kesehatan (Control of health hazards)
berkenaan dengan kebisingan,bahan bahan kimia, bahan-bahan
kimia lain yang berbahaya bagi kesehatan

Ada empat kategori umum dari gangguan kesehatan kerja:


1. Kimia
Gangguan kimia menyangkut kabut, partikel, gas, asap, debu, cairan dan
bahan adhesive yang komposisi kimianya dapat menimbulkan masalah.
2. Fisik
Gangguan fisik menyangkut kebisingan, radiasi, peningkatan suhu udara,
tekanan dan kelembaban udara, iluminasi, guncangan, gelombang mikro,
sinar laser dan radiasi inframerah dan ultraviolet.
3. Biologi
Gangguan biologis menyangkut serangga, jamur, bakteri, virus, parasit
gastro- intestinal dan binatang pembawa bibit penyakit lainnya.
4. Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu manusia bekerja yang menjelaskan bagaimana
menyelaraskan hubungan antara manusia/ mesin/ lingkungan agar dapat
berfungsi seaman, seefisien dan senyaman mungkin.

4
LINDUNGAN LINGKUNGAN
(ENVIRONMENT MANAGEMENT)

Adalah Suatu upaya terpadu dalam pemanfaatan,


penataan, pemeliharaan, pengawasan, perlindungan,
pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup

Langkah-langkah pengendalian dan perlindungan untuk


mencegah dampak lingkungan yang merugikan bagi tanah, laut
dan udara. Langkah-langkah berikut ini dianggap penting :

1. Memperkecil atau mencegah penggunaan bahan-bahan


kimia yang berbahaya pada lingkungan
2. Memasukkan evaluasi lingkungan pada seluruh tahap-tahap
perencanaan.
3. Menjalankan langkah-langkah yang memungkinkan untuk
mencegah polusi yang tidak disengaja.

LATAR BELAKANG MENGAPA


DIPERLUKAN FUNGSI HSE
Tuntutan komsumen dan pelanggan atas proses
produksi dan hasil akhir produk yang aman;
Kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yg sehat;
Peraturan-Peraturan dan standar HSE yg semakin
ketat;
Biaya akibat accident, pencemaran & tuntutan klaim
masyarakat yg semakin besar, sehingga tindakan
pencegahan semakin penting
Tuntutan usaha yg semakin efisien dlm
persaingan.

5
GUNUNG ES - BIAYA KECELAKAAN

BIAYA KECELAKAAN DAN PENYAKIT

$1
Pengobatan/ Perawatan
Gaji (Biaya Diasuransikan)

Kerusakan gangguan
Kerusakan peralatan dan perkakas
Kerusakan produk dan material
$5 HINGGA $50

Terlambat dan ganguan produksi
Biaya legal hukum
Pengeluaran biaya untuk penyediaan
BIAYA DALAM PEMBUKUAN: fasilitas dan peralatan gawat darurat
KERUSAKAN PROPERTI Sewa peralatan
(BIAYA YANG TAK Waktu untuk penyelidikan
DIASURANSIKAN)
Gaji terus dibayar untuk waktu yang hilang

$1 $3
Biaya pemakaian pekerja pengganti dan/ atau biaya melatih
HINGGA Upah lembur
BIAYA LAIN YANG Ekstra waktu untuk kerja administrasi
TAK DIASURANSIKAN Berkurangnya hasil produksi akibat dari sikorban
Hilangnya bisnis dan nama baik
Bagaimana teori ini dikaitkan dengan si
Korban ???

GUNUNG ES - BIAYA KECELAKAAN


(Bagi Korban)
Biaya Perawatan Rumah sakit:
$1 Ditanggung oleh Perusahaan

Biaya transportasi Keluarga korban dari


rumah ke rumah sakit?

$5 $50
Biaya Makan dan Minum keluarga yang
HINGGA menunggu?

BIAYA DALAM PEMBUKUAN:


Biaya komunikasi (penggunaan pulsa
KERUSAKAN PROPERTI meningkat)
(BIAYA YANG TAK
DIASURANSIKAN) Kondisi kesehatan keluarga yang
menunggu, mungkin ikut terganggu
$1 HINGGA $3 Tidak ada gaji lembur
BIAYA LAIN YANG
TAK DIASURANSIKAN Kegiatan keluarga yang tertunda
Dll.
Coba kita berhitung?

6
MULTIPLE EFFECT OF ACCIDENT/INCIDENT
KELUARGA
MASYARAKAT PRODUKTIVITAS
TURUN

KOMPETITOR

NILAI
SAHAM CEDERA
MANUSIA
BIAYA
KERUSAKAN PRODUKSI NAIK
MATERI
KOMPETITOR
PELUANG ACCIDENT
PASAR INCIDENT
KERUGIAN
PRODUKSI

GANTI
RUGI
CITRA

KEPERCAYAAN
KONSUMEN
ASURANSI
MENINGKAT

PENYEBAB KECELAKAAN KERJA

Penyebab Lain 4%

Prilaku Beresiko 96%

Drilling Services Indonesia

7
PIRAMIDA KECELAKAAN
Frank E. Bird (1969)
Data dilaporkan
Kematian/ Kec.Serius (LTA)
dan tercatat
Suatu studi yang dilakukan oleh Frank E. Kecelakaan Ringan
Bird dan George L.Germain pada tahun Kerusakan Properti
1969 di Amerika Utara, terhadap 297
perusahaan dan 1.756.000 pekerja,
menyimpulkan tentang formula 1-10-30- Nyaris Celaka
600, bahwa setiap adanya satu kejadian
cedera berat, seperti fatality, cidera
kehilangan jam kerja selalu ada lebih
kurang 10 orang yang mengalami cidera
ringan, dan lebih kurang 30 property
damage, serta 600 insiden (nyaris celaka(
dan 10.000 perbuatan beresiko & kondisi Perbuatan Beresiko &
tidak aman yang tidak terlihat adanya Kondisi Tidak Aman
kecederaan atau kerusakan.
Kecelakaan tidak akan datang dengan sendirinya.
Ada serangkaian peristiwa sebelumnya yang
mendahului terjadinya kecelakaan tersebut
*)

DEFINISI INCIDENT

Suatu kejadian yang tidak


diinginkan, bilamana pada
saat itu sedikit saja ada
perubahan maka dapat
mengakibatkan terjadinya
kecelakaan/ kerugian.
(Ref. Total Loss Control)

8
DEFINISI ACCIDENT

Suatu kejadian yang tidak


diinginkan yang dapat
mengakibatkan cedera pada
manusia, kerusakan barang,
gangguan terhadap
pekerjaan
Terhambatnya proses
Dan pencemaran
lingkungan. (Ref. Total Loss
Control)

DEFINISI ACCIDENT

An accident is an incident which


has given rise to injury, ill health,
or fatality. ( Ref. OHSAS
18001:2007)

9
DEFINISI INCIDENT

An incident where no injury, ill


health or fatality occurs may
also be referred to as a near-
miss, near-hit, close call or
dangerous occurrence ( Ref.
OHSAS 18001:2007)

DAPAT DISIMPULKAN BAHWA


(Ref. OHSAS 18001:2007)

INCIDENT

ACCIDENT NEAR MISS

10
YANG TERMASUK ACCIDENT

FIRST AID CASE


MEDICAL TREATMENT CASE
RESTICTED WORK CASE
LOST TIME ACCIDENT CASE
FATALITY

11
PERBANDINGAN
HSE TRADISIONAL DENGAN MODERN
(1)

TRADISIONAL MODERN

Jika terjadi kecelakaan Jika Terjadi Kecelakaan


Hanya berfokus pada Berfokus pada akar
korban yang cedera penyebab kecelakaan
atau sakit
Melihat dari sudut Mengembangkan
pandang yang sempit pencegahaan kecelakaan
terhadap kecelakaan untuk masa datang

PERBANDINGAN
HSE TRADISIONAL DENGAN MODERN
(2)

TRADISIONAL MODERN

Jumlah / besaran Nyaris Jumlah/Besaran nyaris


celaka, perilaku beresiko, celaka, perilaku beresiko,
dan awal kecelakaan yang dan suatu yang mengawali
lain tidak ditelusuri / tidak kecelakaan yang lain
direkam atau tidak ditelusuri, direkam, dan
dipahami melakukan usaha
memperbaiki agar tidak
terjadi kecelakaan

12
PERBANDINGAN
HSE TRADISIONAL DENGAN MODERN
(3)

TRADISIONAL MODERN

Cenderung reaktif, tidak Proaktif dan berusaha


melakukan pencegahan melakukan pencegahan
Menganggap safety Menganggap safety
merupakan fungsi yang menjadikan bagian yang
terpisah melekat dalam semua
fungsi

PERBANDINGAN
HSE TRADISIONAL DENGAN MODERN
(4)

TRADISIONAL MODERN

Cenderung Melakukan investigasi guna


menyalahkan pekerja mendapatkan akar
pada suatu kecelakaan penyebab dari suatu
kecelakaan)
Dalam beberapa
perusahaan mereka
menggunakan Teori
Domino

13
PERBANDINGAN
HSE TRADISIONAL DENGAN MODERN
(5)

TRADISIONAL MODERN

Berdasarkan pada Setiap orang


model pengarahan bertanggung jawab
dari atas kebawah) terhadap
keselamatan)

bersifat Universal

Kejadiannya tiba-tiba;
Tidak diduga dan
Tidak dikehendaki,

14
LOSS CAUSATION MODEL

Kecelakaan tidak akan datang dengan sendirinya. Ada serangkaian


peristiwa sebelumnya yang mendahului terjadinya kecelakaan tersebut,
seperti diilustrasikan pada bagan berikut

LEMAHNYA SEBAB PENYEBAB INSIDEN KERUGIAN


KONTROL DASAR LANGSUNG (Kontak)
PROGRAM
TAK SESUAI FAKTOR <KEJADIAN>
PERBUATAN KECELAKAAN
PERORANGAN TAK AMAN KONTAK
STANDAR DENGAN ATAU
&
TAK SESUAI FAKTOR ENERGI KERUSAKAN
KONDISI
KERJA TAK AMAN ATAU YANG TAK
KEPATUHAN BAHAN/ ZAT
PELAKSANAAN DIHARAPKAN

THE ILCI LOSS CAUSATION MODEL

ILUSTRASI KEJADIAN & KECELAKAAN

RISK BEHAVIOR

15
LEMAHNYA PENYEBAB PENYEBAB INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR LANGSUNG

KERUGIAN

LEMAHNYA PENYEBAB PENYEBAB


INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR LANGSUNG

STRUCK AGAINST (menabrak/bentur benda diam/bergerak)


STRUCK BY (terpukul/tabrak oleh benda bergerak)
FALL TO (jatuh dari tempat yang lebih tinggi)
FALL ON (jatuh di tempat yang datar)
CAUGHT IN (tusuk, jepit, cubit benda runcing)
CAUGHT ON (terjepit,tangkap,jebak diantara obyek besar)
INSIDEN

CAUGHT BETWEEN (terpotong, hancur, remuk)


CONTACT WITH (listrik, kimia, radiasi, panas, dingin)
OVERSTRESS (terlalu berat, cepat, tinggi, besar)
EQUIPMENT FAILURE (kegagalan mesin, peralatan)
EVIRONMENTAL RELEASE (masalah pencemaran)

16
(Loss Control Activity by HW. Heinrich)
LEMAHNYA PENYEBAB PENYEBAB INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR LANGSUNG

OPERASI TANPA OTORISASI PELINDUNG/PEMBATAS TIDAK LAYAK


GAGAL MEMPERINGATKAN APD KURANG, TIDAK LAYAK
GAGAL MENGAMANKAN
PERALATAN RUSAK
KECEPATAN TIDAK LAYAK
MEMBUAT ALAT PENGAMAN RUANG KERJA SEMPIT/TERBATAS
TIDAK BERFUNGSI SISTEM PERINGATAN KURANG

SEBAB LANGSUNG
PAKAI ALAT RUSAK BAHAYA KEBAKARAN
PAKAI APD TIDAK LAYAK KEBERSIHAN KERAPIAN KURANG
PEMUATAN TIDAK LAYAK
KEBISINGAN
PENEMPATAN TIDAK LAYAK
MENGANGKAT TIDAK LAYAK TERPAPAR RADIASI
POSISI TIDAK AMAN TEMPERATUR EXTRIM
SERVIS ALAT BEROPERASI PENERANGAN TIDAK LAYAK
BERCANDA, MAIN-MAIN VENTILASI TIDAK LAYAK
MABOK ALKOHOL, OBAT
LINGKUNGAN TIDAK AMAN
GAGAL MENGIKUTI PROSEDUR

LEMAHNYA PENYEBAB PENYEBAB


INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR LANGSUNG

KEMAMPUAN FISIK ATAU PENGAWASAN / KEPEMIMPINAN


PHYSICOLOGI TIDAK LAYAK ENGINEERING
SEBAB DASAR

KEMAMPUAN MENTAL TIDAK LAYAK PENGADAAN (PURCHASING)


STRESS FISIK ATAU STRESS MENTAL KURANG PERALATAN
KURANG PENGETAHUAN MAINTENANCE
KURANG KEAHLIAN STANDAR KERJA
MOTIVASI TIDAK LAYAK SALAH PAKAI

17
LEMAHNYA PENYEBAB PENYEBAB
INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR LANGSUNG

PROGRAM TIDAK SESUAI


LACK OF CONTROL

STANDARD TIDAK SESUAI


KEPATUHAN TERHADAP
STANDAR TIDAK SESUAI

PENGENDALIAN KERUGIAN

PRE CONTACT POST


CONTACT CONTROL CONTACT
CONTROL CONTROL

18
VIDEO
SHOW

Pre Contact Control

LACK OF BASIC IMMEDIATE


CONTROL CAUSE CAUSE ACTIVITY OF
CONTROL
INADEQUATE: SUB-
PERSONAL STANDARD - Leadership
PROGRAM FACTORS PRACTICES
- Training
PROGRAM & & - Planned Inspection
STANDARD
- Job Safety Analysis
JOB SUB-
COMPLIANCE FACTORS STANDARD - Observation
TO STANDARD CONDITIONS
- Safety Meeting
- Program Evaluation
PRE - CONTACT

19
Contact Control

INCIDENT
ACTIVITY OF CONTROL

CONTACT
WITH
Substitution - equipment and material
Reducing released energy
ENERGY
Supplying Personal Protective
OR Equipment
MATERIAL
Installing a safety device/guarding

CONTACT

Post Contact Control

LOSS
ACTIVITY OF CONTROL

HUMAN
- Emergency response
- First Aid
PROPERTY
- Control of fire and explosion
- Salvage
PROCESS
- Spill containment procedure
(PROFIT) - Repairmnt of equipment & facilities

POST - CONTACT

20
Sistem Manajemen Keselamatan,
Kesehatan Kerja & Lindungan
Lingkungan (HSE-MS)
HSE-MS adalah bagian dari sistem manajemen
secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan HSE dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien, produktif, dan bebas pencemaran.

TERIMAKASIH

Safety is
Everybodys
Responsibility

21
SISTEM MANAJEMEN
HEALTH, SAFETY AND ENVIRONMENT

Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan


Kerja & Lindungan Lingkungan (SM-K3LL)
SM-HSE adalah bagian dari sistem manajemen
secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan HSE dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien, produktif, dan bebas pencemaran.

1
INTERRELATION OF
OHSAS 18001 CLAUSES
Hazards Identification
Risk Assessment

Policy

Objectives

Procedures Programs

Monitoring Audit

Corrective/Preventive Action

Review

ACUAN PENETAPAN SM-K3LL

Persyaratan-persyaratan E&P Forum, Petunjuk untuk


Pembangunan dan Aplikasi Sistem Manajemen Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan
Persyaratan-persyaratan OHSAS 18001:2007, Sistem
Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja
Persyaratan-persyaratan ISO 14001:2004, Sistem Manajemen
Lingkungan
International Safety Rating System (ISRS)
Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Keselamatan &
Kesehatan Kerja, versi: Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
Per-05/MEN/1996.

2
Siklus Sistem Manajemen SM-HSE

Peningkatan
Berkelanjutan

Komitmen
dan Kebijakan
Peninjauan Ulang &
Peningkatan oleh
Management

Perencaan

Pengukuran
Dan
Evaluasi
Penerapan

KOMITMEN DAN KEBIJAKAN


Top Manajemen menunjukkan kepemimpinan dan
komitmen terhadap HSE diwujudkan dalam :
Menetapkan Kebijakan HSE dan ditinjau
secara teratur
Menempatkan Organisasi HSE
Menetapkan Peran dan Tanggung Jawab
HSE
Menyediakan sumber daya yang berkulitas
Menetapkan personil untuk menangani HSE
Merencanakan HSE yang terkoordinasi
Menilai kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan
HSE

3
PERENCANAAN
Keberhasilan implementasi dari Sistem Manajemen
HSE membutuhkan proses perencanaan yang jelas
dan terukur.
Perencanaan mencakup:
Perencanaan Manajemen Resiko
Pemenuhan dan penyebarluasan peraturan
perundangan dan persyaratan lainnya
Menetapkan tujuan dan sasaran dari kebijakan HSE
Menggunakan indikator kinerja sebagai penilaian
kinerja HSE
Menetapkan sistem pertanggungjawaban dan sarana
untuk pencapaian kebijakan HSE.
Penetapan Manual & Prosedur HSE

PENERAPAN
Agar penerapan berjalan secara efektif, maka
organisasi harus mengembangkan kemampuan dan
mekanisme pendukung untuk mencapai kebijakan,
target, dan sasaran HSE
Yang perlu diperhatikan oleh perusahaan
pada tahap ini adalah:
1. Adanya Jaminan Kemampuan
2. Kegiatan Pendukung
3. Identifikasi Sumber Bahaya,
Penilaian, dan Pengendalian
Resiko
4. Pengelolaan Lingkungan

4
PENERAPAN (LANJ.)
Adanya Jaminan Kemampuan
1. Ketersediaan personil terlatih dan memahami SM-HSE,
2. Ketersediaan sarana penunjang,
3. Ketersediaan dana yang mencukupi dari perencanaan yang telah
dibuat,
4. Menjadikan penerapan SM-HSE sebagai bagian yang terintegrasi
dari sistem manajemen perusahaan,
5. Semua pihak berperan serta secara aktif dalam penerapan SM-
HSE,
6. Bersamasama menciptakan budaya kerja yang mendukung
penerapan dan pengembangan SM-HSE,
7. Penunjukkan tanggung jawab dan pertanggung jawaban,
8. Menciptakan jalur komunikasi yang efektif di dalam perusahaan,
9. Mengadakan pembicaraan dengan pekerja mengenai penerapan
SM-HSE,
10. Meningkatkan motivasi dan kesadaran semua pihak tentang SM-
HSE,
11. Mengadakan pelatihan untuk terus menunjang sistem manajemen
yang diterapkan di perusahaan.

PENERAPAN (LANJ.)
Kegiatan Pendukung

1. Komunikasi dua arah yang efektif antara pekerja dan pengurus;


2. Prosedur pelaporan internal dan eksternal untuk menjamin
bahwa SM-HSE dipantau dan kinerjanya ditingkatkan;
3. Proses dan prosedur kegiatan perusahaan harus ditentukan
dan didokumentasikan;
4. Dokumen harus dapat diidentifikasikan, ditinjau ulang, direvisi,
disetujui oleh personil yang bertanggung jawab, berada di
tempat yang diperlukan dan dokumen usang harus segera
disingkirkan kecuali yang digunakan untuk keperluan khusus;
5. Adanya jaminan pencatatan yang merupakan sarana bagi
perusahaan untuk menunjukkan kesesuaian penerapan SM-
HSE.

5
PENERAPAN (LANJ.)
Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian, dan
Pengendalian Resiko

1. Dilakukan manajemen resiko mulai dari sebelum


perancangan dan rekayasa, pada saat perancangan
dan rekayasa, setelah perancangan dan rekayasa;
2. Melakukan tinjauan ulang kontrak;
3. Memperhatikan persyaratan yang dibutuhkan pada
saat pembelian;
4. Untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan
perlu dipersiapkan prosedur untuk menghadapi
keadaan darurat, menghadapi insiden dan
pemulihan keadaan darurat.

PENERAPAN (LANJ.)
Pengelolaan Lingkungan
1. Tersedianya pola manajemen Lindungan
Lingkungan dimulai dari program analisis
pengendalian dampak lingkungan atau
sejenisnya, dan pemantauan melalui Rencana
Kelola Lingkungan, Upaya Pengendalian
Lingkungan atau setara dengan program-
program dimaksud;
2. Kepatuhan terhadap Undang-undang dan
Peraturan berkaitan dengan Lindungan
Lingkungan.

6
PENGUKURAN DAN EVALUASI
Perusahaan perlu mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja
K3LL serta melakukan tindakan preventif dan korektif
Pengukuran dan evaluasi ini merupakan alat yang berguna
untuk
Mengetahui keberhasilan penerapan SM-HSE,
Melakukan identifikasi untuk tindakan perbaikan,
Mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja SM-HSE.

Kegiatan dalam melakukan pengukuran dan evaluasi


adalah:

Inspeksi dan Pengujian


Audit SM-HSE

PENINJAUAN ULANG & PENINGKATAN

Perusahaan perlu secara rutin meninjau ulang dan terus


menerus meningkatkan SM-HSE dengan tujuan untuk
meningkatkan kinerja HSE secara keseluruhan

Tinjauan ulang SM-HSE haruslah mencakup:

1. Evaluasi terhadap penerapan kebijakan HSE


2. Tinjauan ulang terhadap tujuan, sasaran, dan
kinerja HSE;
3. Hasil temuan audit SM-HSE;
4. Evaluasi efektifitas penerapan SM-HSE dan
kebutuhan untuk mengubah SM-HSE sesuai
dengan

7
PENINJAUAN ULANG & PENINGKATAN (LANJ.)
Evaluasi efektifitas penerapan SM-K3LL dan kebutuhan
untuk mengubah SM-K3LL sesuai dengan:
1. Perubahan peraturan Pemerintah
2. Perubahan harapan dan tuntutan dari pihak
yang berkepentingan;
3. Perubahan dalam produk atau kegiatan
perusahaan;
4. Perubahan dalam struktur perusahaan;
5. Kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi,
6. Pengalaman yang didapat dari insiden K3LL;
7. Tuntutan pasar;
8. Pelaporan dan komunikasi;
9. Umpan balik (khususnya karyawan).

HARAPAN
PERUSAHAAN:
Tidak terjadi kecelakaan
Tidak ada cedera
Tidak terjadi pencemaran
lingkungan

8
TUJUAN AKHIR HSE-MS

Tujuan akhir dari HSE-MS:


Terhindarnya kerugian (cedera/
meninggalnya pekerja/ manusia,
rusaknya properti perusahaan/ klien,
rusaknya lingkungan dan terhentinya
proses kegiatan kerja) akibat
kecelakaan ataupun insiden.
Untuk itu diperlukan program pengendalian
terhadap kerugian yang memadai.

CONTOH ELEMEN-ELEMEN
SISTEM MANAJEMEN HSE

Elemen 1 - Kepemimpinan dan Administrasi


Elemen 2 - Pemeriksaan dan Audit
Elemen 3 - Pelatihan & Kompetensi
Elemen 4 - Penerimaan dan Penempatan
Elemen 5 Komunikasi
Elemen 6 - Manajemen Perubahan
Elemen 7 Pengendalian Dokumen
Elemen 8- Identifikasi Sumber Bahaya dan Penilaian
Resiko
Elemen 9-Evaluasi Program K3LL
Elemen 10-Peraturan dan Prosedur Kerja

9
CONTOH ELEMEN-ELEMEN
SISTEM MANAJEMEN HSE

Elemen 11 - Kesehatan Kerja


Elemen 12- Lindungan Lingkungan
Elemen 13 - Pengendalian Pembelian
Elemen 14 - Alat Pelindung Diri
Elemen 15 - Kesiapsiagaan Darurat
Elemen 16 - Laporan dan Penyelidikan Kecelakaan /Insiden
Elemen 17 - Analisa Kecelakaan / Insiden
Elemen 18 - Promosi K3LL Yang Proaktif
Elemen 19 - Pengendalian K3LH Sub-Kontraktor
Elemen 20- Pertemuan / Rapat K3LL

TERIMA KASIH

10
C ONTRACTORS
SAFETY
MANAGEMENT
S YSTEM

QUALITY
HEALTH
S AFETY

E ENVIRONMENT

M ANAGEMENT

S YSTEM

1
LATAR BELAKANG
Meningkatnya angka kecelakaan
khususnya keterlibatan Kontraktor
Tingginya biaya akibat kecelakaan
Hilangnya jam kerja
Tidak terpolanya HSE Partner Kerja
Persyaratan Pemerintah

CSMS V.S. QHSE-MS


Contractor Safety Management mengatur
konsep-konsep, cara-cara dan aplikasi yang
berlaku di industri migas yang memiliki proses
dengan tingkat resiko tinggi.
Program ini menekankan pada integrasi Health,
Safety and Environment dalam Quality
Management (QHSE).
Program ini akan mengarahkan Kontraktor
bagaimana Contractor Safety Management
secara alami akan melengkapi program quality
assurance Perusahaan.

2
TUJUAN PENERAPAN CSMS

MELINDUNGI TERHADAP PEKERJA,


FASILITAS OPERASI DAN LINGKUNGAN
DARI KECELAKAAN
MENJAGA REPUTASI PERUSAHAAN
MELIBATKAN PARTISIPASI MANAJEMEN
KONTRAKTOR

QHSE REQUIREMENTS
1. PRE-QUALIFICATION
1.1 QUESTIONNAIRE
1.2 SITE/ OFFICE ASSESSMENT
2. TENDER
2.1 TECHNICAL (Incl. Q&HSE Plans:
Quality Assurance, Safe Working
Practices, Risk Assessment,
Emergency Response Plan)
2.2 PRESENTATION
3. PROJECT/ WORK EXECUTION
2.1 Q&HSE PLAN (Final)
2.2 Q&HSE PLAN IMPLEMENTATION

3
Harapan Perusahaan:
Tidak terjadi
kecelakaan
Tidak ada cedera
Tidak terjadi
pencemaran
lingkungan
Semua Kontraktor harus mendukung
secara penuh sasaran tersebut melalui
perencanaan, komunikasi dan
pengendalian bisnis kita secara benar

Contracted Work
Administration Phase: Select a Qualified
Contractor

CSMS
Risk Pre Qualification Selection
Assessment

Data Bank
Contract Award

4
Pekerjaan
Contracted / Proyek
Work

Penilaian Resiko

Partner
Dibutuhkan?

PROSES
Tidak
Ya
Butuh Partner

PENERAPAN Tidak
Dibutuhkan Seleksi?
Ya

CSMS OLEH Seleksi

Mekanisme

PERUSAHAAN
Penandatangan Kesepakatan
Contract Award
Umpan Balik

Aktivitas Awal
Tidak Dibutuhkan?
Ya
Aktivitas Awal

Pekerjaan Berlangsung
Tidak Dibutuhkan?
Ya
Pekerjaan Berlangsung

Evaluasi Akhir

Database
Data Bankrecord

PROSES PEMILIHAN KONTRAKTOR


1. Lokasi kerja
2. Informasi Keuangan, Jasa layanan & Pekerjaan
yang dikontrakkan
3. Kinerja masa lalu
4. Program & Prosedur
5. Pelatihan
6. Struktur Organisasi & penunjang QHSE
7. Riwayat pekerjaan saat ini dan masa lalu
8. Kemampuan untuk memenuhi Specific Quality
& HSE requirements yang berkaitan dengan
pekerjaan.

5
Pekerjaan/
Proyek

Rapat Aktivitas
Pre-Job AwalMeeting
Activities Pekerjaan di Kantor
- Office:
Rencana
Work PlanKerja
Meneliti potensi
Review all bahaya
Potential & isu
Hazard andQHSESHEP Issues
Memeriksa perlengkapan,
Check all equipment, PPE PPE & Kesiapan
and Tools readinessAlat
Mengembangkan
Develop Emergency Prosedur darurat
Procedures
Meneliti daftar
Review List PenerimaanAcceptance
of Conditional dgn. syarat
AKTIVITAS
AWAL Persiapan Sudah
Tidak
EKSEKUSI Matang ?

PEKERJAAN Ya
Pengerahan

Rapat Aktivitas
Pre-Job AwalMeeting
Activities Pekerjaan- Job
- Lapangan
Site:
Orientasi Lapangan
Site Orientation
Menetapkan persyaratan
Finalized all SHEP QHSE
Requirements
Briefing
SHEP Briefings

Pelaksanaan Kerja

AKTIVITAS AWAL PEKERJAAN


( PRE JOB ACTIVITY )

PRE JOB ACTIVITY MEETING


DAFTAR PERIKSA AKTIVITAS
AWAL PEKERJAAN

6
AKTIVITAS AWAL PEKERJAAN
( PRE JOB ACTIVITY )

1. RENCANA KERJA (WORK PLAN)


2. TINJAUAN ASPEK HSE & POTENSIAL BAHAYA
3. PROSEDUR & RENCANA TANGGAP DARURAT
4. PERTEMUAN AWAL PEKERJAAN
5. ORIENTASI LAPANGAN
6. PEMATANGAN SEMUA PERSYARATAN QHSE
7. PELATIHAN HSE & SKILL

PEKERJAAN BERLANGSUNG
(WORK IN PROGRESS) - HSE

1. INSPEKSI KESELAMATAN KERJA


(Hazard & Industrial Hygiene, House Keeping,
APD, Fire Prevention & Fire Protection, dll)

2. PROGRAM HSE
- Pertemuan Keselamatan Kerja
- Inspeksi HSE
- Promosi HSE
- Komunikasi HSE dengan Supervisor / Karyawan
- Latihan Penyelamatan Keadaan Darurat
- Laporan Investigasi

7
PEKERJAAN BERLANGSUNG
(WORK IN PROGRESS) - QUALITY

1. INSPEKSI QUALITY
Menyesuaikan dengan Quality Plan dan I.T.P.
(Inspection and Test Plan)
2. PROGRAM QUALITY
- Pertemuan Operasi termasuk QA (Quality Assurance)
/QC (Quality Control)
- Inspeksi
- Target/ KPI (Key Performance Indicator)
- Komunikasi Klien/Supervisor/Karyawan
- Kompetensi
- Penanganan NCR (Non Comformance Report)

EVALUASI AKHIR

KINERJA PELAKSANAAN KERJA, Q&HSE


MASALAH MASALAH Q&HSE
LAPORAN NON CONFORMITY,
KECELAKAAN, KERUSAKAN, KEJADIAN-
KEJADIAN & LAPORAN NYARIS CELAKA
PELATIHAN YANG DIADAKAN

8
Mengumpulkan laporan
evaluasi periodik

Menyimpulkan dalam
Laporan Evaluasi Akhir

Mengkomunikasikan Hasil
Ke Manajemen

Ya
EVALUASI AKHIR Hasil Dibawah
Harapan?
Kirim Surat Ketidakpuasan
Ke Manajemen

PEKERJAAN/ PROYEK Tidak


Ya
Hasil sesuai Kirim Surat Penghargaan
Harapan ? Ke Manajemen

Tidak

Kumpulkan data untuk


Dimasukan ke Bank Data
atau utk pekerjaan
selanjutnya

KESIMPULAN
PROGRAM CSMS (TERMASUK QMS)
DAPAT MENDORONG KEDUA BELAH
PIHAK ( PERUSAHAAN DAN
KONTRAKTOR ) UNTUK MENJALANKAN
QHSE-MS DENGAN BAIK.
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS
PEKERJAAN.
MENURUNKAN BIAYA AKIBAT
KECACATAN DAN KECELAKAAN.

9
10
Hazid & Risk Assessment

SASARAN
TUJUAN PELATIHAN
PELATIHAN
Pelatihan ini didesain untuk memberi peserta
pengetahuan dan kemampuan yang
dibutuhkan untuk mampu melakukan
Pengidentifikasian Bahaya, Penilaian Resiko
dan Pengendalian Resiko (Hazard
Identification, Risk Assessment &
Determining Control), serta penyediaan
program pencegahan kecelakaan.

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

1
Hazid & Risk Assessment

HAZID & RISK ASSESSMENT

Adalah proses mengidentifikasi


Sumber-sumber Bahaya, penilaian
Resiko, dan tindakan untuk
menghilangkan serta mengurangi
Resiko secara terus menerus.

MACAM-MACAM
HAZARD IDENTIFICATION &
RISK ASSESSMENT

1. WHAT IF ANALYSIS RESEARCH AND DEVELOPMENT

2. GENERIC HIRADC CONCEPTUAL DESIGN

3. JOB SAFETY ANALYSIS CRITICAL OPERATIO

4. HAZOP ANALYSIS PILOT PLANT OPERATION

5. FAULT TREE AND EVEN TREE ANALYSIS DETAIL ENGINEERING

6. CHECKLIST ANALYSIS AND SAFETY REVIEW CONSTRUCTION/START UP

7. RELATIVE RANGKING & HAZOP ANALYSIS PLANT EXPANSION

8. FAILURE MODES AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) & HUMAN RELIABILITY

ANALYSIS (HRA)

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

2
Hazid & Risk Assessment

APLIKASI DI TEMPAT KERJA


Untuk mengidentifikasi sumber bahaya yang
berhubungan dengan proses pelaksanaan kerja
dan peralatan
Untuk mengidentifikasi pola pengendalian yang
efektif
Untuk mengimplementasikan metoda yang
sesuai yang dapat diketahui dan
dikomunikasikan kepada para pekerja

DEFINISI INCIDENT
suatu kejadian atau
serangkaian kejadian yang
tidak diinginkan yang
berpotensi atau telah
menyebabkan kerugian, baik
cedera, sakit, kerusakan
properti / produk / lingkungan
dan kerugian proses.

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

3
Hazid & Risk Assessment

DEFINISI ACCIDENT

suatu kejadian yang tidak


diinginkan yang telah
menyebabkan kerugian, baik
cedera, sakit, kerusakan
properti / produk / lingkungan
dan kerugian proses .

DEFINISI NEAR MISS (NYARIS CELAKA/


KEJADIAN BERBAHAYA/HAMPIR KENA)

Suatu kejadian yang tidak


diinginkan, bilamana pada saat
itu sedikit saja ada perubahan
maka dapat mengakibatkan
terjadinya kecelakaan/ kerugian.
(Suatu Insiden yang tidak
menyebabkan cidera, sakit
penyakit atau kematian)

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

4
Hazid & Risk Assessment

DAPAT DISIMPULKAN BAHWA


(Ref. OHSAS 18001:2007)

INCIDENT

ACCIDENT NEAR MISS

BAHAYA
Adalah suatu kondisi atau praktik yang
berpotensi menyebabkan kecelakaan

Bahaya dapat berupa bahan-


bahan kimia, bagian-bagian mesin,
bentuk energi, metode kerja,
lingkungan kerja atau situasi kerja.

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

5
Hazid & Risk Assessment

ANCAMAN
Kemungkinan penyebab yang berpotensi melepaskan
bahaya dan menghasilkan sebuah kejadian dengan
konsekuensi negatif (Potensi kejadian).
1. Fall - Jatuh (pada tingkat yang sama atau berbeda
2. Struck by Tertimpa oleh benda jatuh
3. Struck by Terpukup benda bergerak
4. Caught in or between object Terjepit pada atau oleh
5. Exertion force Pengerahan tenaga lebih
6. Contact with Tersenggol suhu panas/ dingin
7. Contact with Tersengat setrum listrik
8. Contact with Terkena bahan kimia

AKIBAT (CONSEQUENCES)
Yaitu tingkat keparahan/kerugian yang
mungkin terjadi dari suatu kecelakaan/loss
akibat bahaya yang ada. Hal ini bisa terkait
dengan manusia, properti, lingkungan, dll
Contoh :
Fatality atau kematian
Cacat
Perawatan medis
P3K

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

6
Hazid & Risk Assessment

PELUANG (PROBABILITY)
Yaitu kemungkinan/kesempatan untuk bisa
terjadinya suatu kecelakaan/kerugian ketika
terpapar dengan suatu bahaya

Peluang orang jatuh karena melewati jalan


licin
Peluang untuk tertusuk jarum
Peluang tersengat listrik
Peluang supir menabrak

RISK
Resiko adalah Seberapa mungkin dan seberapa
serius (kemungkinan kerugian yang akan timbul),
suatu kejadian dapat terjadi yang timbul dari
sumber bahaya tertentu.

Untuk menentukan resiko membutuhkan


perhitungan antara konsekuensi/dampak yang
mungkin timbul dan probabilitas, yang biasanya
disebut sebagai tingkat resiko (level of risk).

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

7
Hazid & Risk Assessment

Resiko terdiri dari 2 dimensi:

Akibat Kesempatan
(Consequence) (Probability)

ANALISA RESIKO
(RISK ANALYSIS)

Proses kualitatif atau kuantitatif untuk menilai

kemungkinan dan keparahan dari suatu kejadian

yang mungkin terjadi. Analisis risiko adalah suatu

komponen dari proses evaluasi risiko.

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

8
Hazid & Risk Assessment

EVALUASI RESIKO
(RISK AEVALUATION)

Suatu proses yang digunakan untuk membandingkan

hasil risk analysis dengan kriteria tingkat risiko sesuai

ALARP, untuk memutuskan apakah risiko yang telah

dianalisa tersebut dapat diterima/ditoleransi atau

tidak.

ALARP- As Low As Reasonably Practicable adalah


Serendah Mungkin Layak Dilaksanakan: Mengurangi
tingkat resiko serendah mungkin, sehingga pekerjaan
layak dilaksanakan

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

9
Hazid & Risk Assessment

PENILAIAN RESIKO
(RISK ASSESSMENT)

Suatu proses yang digunakan untuk mengidentifikasi,

mengukur atau membuat peringkat risiko. Yang

termasuk ke dalam proses penilaian risiko adalah

proses identifikasi bahaya/ancaman yang dilakukan

pada tahap pengenalan risiko (Risk Recognition).

PENGELOLAAN RESIKO
(RISK MANAGEMENT)

Proses untuk memastikan bahwa semua risiko yang

signifikan telah teridentifikasi, ditetapkan prioritasnya

dan dikelola secara efektif.

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

10
Hazid & Risk Assessment

FOUR STEPS TO RISK ASSESSMENT

1 Identify the hazards

Have the
Assess the risks
2 control
measure
eliminated
Control the risk? or reduced
3 the risks?

4 Monitor and review

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

11
Hazid & Risk Assessment

STEPS TO RISK ASSESSMENT

AnalisaRisiko
- High

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

12
Hazid & Risk Assessment

AnalisaRisiko

AnalisaRisiko
- Bottom of ladder
Mharja

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

13
Hazid & Risk Assessment

3.EstimasiRisiko
- Low

Mharja

3.EstimasiRisiko
- Middle of ladder

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

14
Hazid & Risk Assessment

3.EstimasiRisiko
- Medium

3.EstimasiRisiko
- Top of ladder

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

15
Hazid & Risk Assessment

AnalisaRisiko
- High

Mharja

EstimasiRisiko
AKIBAT Sangat Ringan
Ringan (2) Sedang (3) Berat (4)
(Consequence) (1)
Cidera ringan Cedera atau sakit Cidera atau sakit yang Cidera/ sakit dengan cacat
tingkat P3K memerlukan perawatan menyebabkani hilang hari permanen total (PPD =
medis (MTC = Medical kerja (LTI = Lost Time Injury ) Permananet Partial
1- KESELAMATAN Treatment Case ), Kerja atau Cacat Permanen Dissability ), Kematian
DAN KESEHATAN Terbatas (RWC = sebagian (PPD =
KERJA Restricted Workday Permananet Partial
Case) atau ditransfer Dissability )
Consequence / Tingkat Keparahan

sementara ke pekerjaan
yang lebih ringan

Kerugian kurang Kerugian US$10.000 atau Kerugian US$100.000 atau Kerugian US$ 1.000.000 atau
2- FINANSIAL
dari US$10.000 kurang dari US$100.000 kurang dari US$ 1.000.000 lebih

Waktu pendek
kerusakan di lokasi Waktu pendek kerusakan Waktu panjang kerusakan
Berpotensi Berat
terbatas (udara, air, lokal (udara, air, dan/atau lokal (udara, air, dan/ atau
3- LINGKUNGAN Tumpahan HC ke area yang
dan/atau tanah), tanah), tumpahan HC 15 tanah), tumpahan HC 100
luas 500 bbls
Tumpahan HC < 15 bbls atau <100 bbls bbls atau <500 bbls
bbls

Dampak internasional,
perhatian public / media
Dampak nasional, sorotan
internasional.
Dampak cukup besar, publik / media nasional.
Kebijakan nasional /
Dampak terbatas, Sorotan masyarakat /
internasional dengan
sorotan media massa atau politisi Kebijakan- regional /
4- REPUTASI kemungkinan dampak besar
masyarakat / media lokal dengan kemungkinan nasional dengan kemungkinan
pada akses ke daerah-daerah
setempat kritikan atas operasi langkah langkah pembatasan
baru, pemberian izin atau
Perusahaan atau dampak pada pemberian
peraturan pajak.
izin.
Mobilisasi kelompok-
kelompok aksi

Keluhan sedang dari Pelanggan membatalkan


pelanggan (5 - 10 per kontrak kontrak yang bernilai tinggi,
Keluhan ringan dari Keluhan ringan dari
/ tahun) dan tidak dapat dikembalikan
5- MUTU pelanggan (1 per pelanggan (>1 atau <5 per
Cacat produk berakibat
kontrak / tahun kontrak / tahun)
Berakibat cacat dalam penarikan kembali dalam
bentuk denda terkait kontrak jumlah besar

Pelanggaran hukum yang


serius terhadap peraturan Pelanggaran hukum dari
6- LEGAL Isu/Pelanggaran Hukum Ringan
dengan penuntutan yang litigasi utama
bersifat sedang

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

16
Hazid & Risk Assessment

AnalisaRisiko
- Likelihood x Consequence

Mharja

MATRIX PENILAIAN
RESIKO
PT. MEDCO E&P
INDONESIA

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

17
Hazid & Risk Assessment

KRITERIA
TINGKAT
KONSEKUENSI
NEGATIF

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

18
Hazid & Risk Assessment

PENENTUAN BESARAN KEMUNGKINAN KEJADIAN

1. Pilih klasifikasi kemungkinan kejadian dari Tabel 4. Kriteria Tingkat


Kemungkinan
2. Gunakan kolom Probabilitas apabila penilaian dilakukan untuk
pekerjaan yang sudah memiliki data historis mengenai terjadinya
kejadian tersebut. (juga digunakan untuk pengelolaan insiden)
3. Gunakan kolom Persentase apabila penilaian dilakukan untuk suatu
proses atau kehandalan area/fasilitas/peralatan.
4. Gunakan metode yang sesuai untuk mendapatkan tingkat
kemungkinan terjadinya kejadian dan masukkan sesuai kolom
klasifikasi dengan skala persentase 0 - 100%
5. Gunakan kolom Frekuensi pekerjaan apabila penilaian dilakukan
untuk pekerjaan yang belum memiliki data historis dan tidak bisa
didekati dengan pendekatan proses
6. Pilih salah satu deskripsi yang sesuai dengan kondisi pekerjaan yang
dinilai

KRITERIA TINGKAT RESIKO


NILAI RESIKO KEPENTINGAN PENGENDALIAN

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

19
Hazid & Risk Assessment

HAZARD IDENTIFICATION
METHODS
Beberapa metoda yang dapat diaplikasikan untuk
mengidentifikasi bahaya-bahaya di tempat kerja,
antara lain;
Inspection
Survey
Audit
Questionnaire
Etc.

1 Elimination

2 Substitution

3 Engineering

4 Administrative

Personal Protective
5 Equipment

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

20
Hazid & Risk Assessment

Contoh-Contoh Pengendalian Resiko


Menghilangkan (Elimination)
Menghilangkan sumber bahaya kaki tersangkut/terbentur (trip hazard) di
atas lantai
Membuang/ memusnahkan bahan kimia yang tidak diperlukan lagi
Memperbaiki peralatan yang rusak

Penggantian (Subtitution)
Mengganti pemakaian bahan-bahan kimia dengan bahan yang rendah
tingkat bahayanya
Mengganti pasir silika (sand blasting) dengan copper slag (grit blasting)
pada pekerjaan abbrfasive blasting
Mengganti proses kering dengan proses basah
Mengganti cara kerja manual handling dengan mechanical handling

Contoh-Contoh Pengendalian Resiko


Rekayasa (Engineering)
Program desain ulang untuk mengurangi tingkat kebisingan
Memasang/ mengatur ventilasi udara di daerah lingkungan
pengecatatan
Memasang pagar pengaman mesin pada bagian-bagian mesin yang
bergerak
Menggunakan anti-glare screen pada layar monitor komputer
Memasang flashback arrestor pada saluran oksigen dan asetilin pada
pekerjaan oxy-cutting

Administrasi (Administrative)
Pemeliharaan secara reguler
Mendesain ulang cara kerja
Penyediaan SOP
Membatasi paparan pekerja terhadap bahaya
Pelatihan

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

21
Hazid & Risk Assessment

Contoh-Contoh Pengendalian Resiko


Alat Pelindung Diri (PPE)

Helmet
Safety shoes
Ear plug/muff
Safety goggles
Safety gloves

ACCEPTANCE CRITERIA

Semua Resiko harus dikurangi ke arah


tingkat As Low As Reasonably
Practicable (ALARP). Untuk
mengidetifikasi potensi kerugian
gunakan tabel matriks kualitatif.

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

22
Hazid & Risk Assessment

Tinjauan Ulang dan Pemantauan


Resiko
Setelah pengendalian resiko yang sesuai diterapkan, perusahaan
harus melalukan tinjauan ulang dan memantau pengendalian
resiko untuk meyakinkan pengendalian resiko yang dilakukan
benar-benar efektif. Manajemen juga harus siap dengan bayaha-
bahaya baru pada waktu-waktu mendatang.

Bahaya-bahaya tersebut kemungkinan datang dari:


Penggunaan teknologi baru

Peralatan/ bahan material baru

Cara-cara kerja baru

Lingkungan kerja yang berganti

Pekerja baru

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

23
Hazid & Risk Assessment

Risk Assessment
Mengevaluasi dan menentukan tingkat resiko
berdasarkan hasil identifikasi bahaya yang
telah dilakukan

10 Cara Identifikasi bahaya

Gravity/Gravitasi
Motion/Gerakan
Mechanical/Mekanika
Electrical/Listrik
Pressure/Tekanan
Temperature/Suhu
Chemical/Bahan Kimia
Biological/Makluk Biologis
Radiation/Radiasi
Sound/Suara

48

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

24
Hazid & Risk Assessment

1. Contoh Gravity (Gravitasi) - Falling Object

Semua benda, terutama yang bermassa besar


akan ditarik gaya tarik bumi dan berpotensi
jatuh. Hati-hatilah terhadap benda-benda yang
sedang diturunkan, runtuhan, peralatan
terjatuh, dan tubuh kita tersandung. Juga hati-
hatilah terhadap benda yang ditaruh pada
bidang miring

49

2. Contoh Motion (Gerakan)- Moving Objects


or Equipment

Semua benda yang bergerak,


mempunyai energi tersimpan untuk
terus bergerak, atau kelembaman.
Seperti kendaraan bergerak, peralatan
yang digantung, ayunan tong, arus air
dan angin, dan juga posisi tubuh kita
sewaktu mengangkat, menjakau, atau
membungkuk.
50

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

25
Hazid & Risk Assessment

3. Contoh Mechanical Energy (Mekanika)

Yaitu potensi bahaya dari


komponen mekanis. Misalnya
gigi berputar, spiral tertekan
dan bergerak, sabuk putar,
ban berjalan, bagian-bagian
mesin dan lainnya.

4. Contoh Electrical/Listrik
Selain arus listrik yang
dapat menyetrum, juga
keberadaan muatan
listrik statis dapat
membahayakan tubuh
kita atau peralatan kerja.
Misal powerline, trafo,
listrik, statis, petir,
instalasi listrik, baterai
aki dan lainnya

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

26
Hazid & Risk Assessment

5. Contoh Pressure (Tekanan)

Cairan atau gas yang


dimampatkan dapat
mengeluarkan energi
spontan yang
berbahaya. Misalnya
pipa bertekanan,
botol gas, tangki,
selang, peralatan
pneumatik atau
hidrolik, tabung

53

6. Contoh Temperature (Suhu)

Potensi bahaya suhu, bukan


hanya panas tetapi juga dingin,
Misalnya api nyala terbuka dan
percikannya, permukaan panas,
cairan atau gas, uap, gesekan
dan lainnya. Juga, berjaga-
jagalah terhadap cuaca

54

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

27
Hazid & Risk Assessment

7. Contoh Chemical (Bahan kimia)

Bahan kimia juga mempunyai


potensi bahaya, baik secara
sendirian maupun sewaktu terjadi
reaksi kimia. Misalnya uap yang
mudah menyala, bahan-bahan
beracun, zat yang menyengat kulit
seperti asam kuat. Juga bahan
explosif seperti petasan dan
kembang api. Juga asap las dan
debu yang terhirup

55

8. Contoh Biological (Makluk Biologis)

Seperti hewan buas,


hewan perpenyakit,
sampah dan bakteri,
serangga, makanan
tidak higienes dan air
yang terkontaminasi

56

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

28
Hazid & Risk Assessment

9. Contoh Radiation (Radiasi)

Radiasi biasanya
Non-Ionizing Radiation

terpancar dari zat dan


bahan radioaktif, seperti
sinar las listrik,
gelombang mikro, sinar
laser, Sinar X, dan
lainnya
Ionizing Radiation

57

10. Contoh Sound (Suara)

Baik bunyi dari getaran


peralatan kerja maupun
ledakan. Misalnya mesin
berputar, mesin pembangkit
daya, tumbukan, ledakan ,
kebisingan dalam skala
desibel menengah, walau
tidak menyakiti secara
seketika, jika dirasakan
berulang juga berdampak
terhadap kesehatan.

58

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

29
Hazid & Risk Assessment

KATEGORI BAHAYA

KATEGORI BAHAYA

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

30
Hazid & Risk Assessment

JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

TUJUAN

Memberikan peserta pelatihan tentang


pengetahuan dan ketrampilan yang
diperlukan dalam penyiapan dan
penerapan JSA
Peserta mampu mendemontrasikan
ketrampilan penerapannya

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

31
Hazid & Risk Assessment

Manfaat JSA

JSA harus disiapkan untuk pekerjaan-


pekerjan tertentu, seperti sifatnya yang
kritikal, baru, jarang dikerjakan
Dimana dengan diaplikasikannya akan
didapat pekerjaan yang handal, memenuhi
standar mutu, dengan tetap memperhatikan
keselamatan kerja.

Ketentuan JSA
Pendekatan struktural untuk mengidentifikasi
potensi bahaya dalam suatu pekerjaan dan
memberikan langkah-langkah perbaikan.
Identifikasi bahaya harus mencakup:
kecederaan, kebakaran/ peledakan, kerusakan
properti, gangguan proses, pencemaran
lingkungan.
Formulir JSA harus mencakup sekurang-
kurangnya informasi pekerjaan, pihak-pihak
yang terlibat, langkah-langkah dasar pekerjaan,
potensi bahaya, dan rekomendasi tentang
prosedur kerja aman.

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

32
Hazid & Risk Assessment

LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN
JSA
1. Pilih pekerjaan yang akan dianalisa
2. Pecahkan pekerjaan menjadi langkah-langkah
yang logis
3. Identifikasi bahaya-bahaya dari setiap
langkah kerja
4. Rekomendasi menghilangkan/ mengurangi
bahaya/ resiko
5. Catat JSA dalam formulir standar
6. Laksanakan pekerjaan sesuai dengan JSA tsb.

LANGKAH PELAKSANAAN
Langkah 1
PILIH PEKERJAAN YANG AKAN DIANALISA

PEKERJAAN YANG MANA YANG MEMERLUKAN JSA?

Pekerjaan dimana pengalaman lewat berpotensi


terhadap kecederaan, kebakaran/peledakan,
terganggu proses, pencemaran lingkungan
Pekerjaan yang kritikal
Pekerjaan baru
Pekerjaan yang berubah
Pekerjaan dimana terlibatnya personil baru
melaksanakan pekerjaan tersebut

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

33
Hazid & Risk Assessment

LANGKAH PELAKSANAAN (Lanj.)

Langkah 2
PECAHKAN PEKERJAAN MENJADI
LANGKAH-LANGKAH YANG LOGIS
Identifikasi langkah-langkah simple yang
akan dilakukan.
Secara umum sebaiknya kurang dari 10
langkah.

PENGISIAN LANGKAH KEDUA DALAM FORMULIR JSA

Sequence of basic job steps Potential accidents or hazards Recommended to eliminate


or reduce potential hazards
Memecah suatu pekerjaan
menjadi langkah-langkah,
seperti: apa yang pertama
anda lakukan, selanjutnya dan
seterusnya. Anda dapat
melakukannya dengan jalan:
(1). Menganalisa pekerjaan
tsb.

(2.) Diskusi dengan operator/


pekerja

(3). Menggambarkan
pekerjaan tsb, sesuai dengan
pengetahuan anda,
(4) Kombinasi ketiga-tiganya.

Catat langkah-langkahnya
sesuai dengan
pelaksanaannya. Terangkan
apa yang dikerjakan, tidak
perlu terlalu detail.

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

34
Hazid & Risk Assessment

CONTOH

LANGKAH KERJA PEKERJAAN


LAS & PEMOTONGAN DGN
API

1. Penyiapan silinder gas, cutting


torch (suluh), selang-selang dan
peralatan lain dan objek yang
akan dilas/ dipotong.

2. Mengidupkan torch (suluh).

3. Memotong objek dengan toch.

4. Mengelas objek dengan torch.

5. Melepas peralatan dan


membersihkan tempat kerja.

LANGKAH PELAKSANAAN (Lanj.)


Langkah 3
IDENTIFIKASI BAHAYA-BAHAYA DARI SETIAP
LANGKAH KERJA

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

35
Hazid & Risk Assessment

LANGKAH PELAKSANAAN (Lanj.)


Langkah 3
IDENTIFIKASI BAHAYA-BAHAYA DARI SETIAP
LANGKAH KERJA

LANGKAH PELAKSANAAN (Lanj.)

Langkah 3 (Lanjutan)
Pertimbangan terhadap Ancaman:
Tertumbur
Terperangkap dalam atau apada
Regangan otot
Objek terjatuh
Saling menumbur
Terpeleset/jatuh
Terhirup
Kebakaran/ledakan
Paparan gas/panas/asap/debu/kimia

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

36
Hazid & Risk Assessment

SUMBER-SUMBER BAHAYA

Dari langkah kerja ke 3:


Memotong objek dengan torch.

1. Gas oksigen dan asetilen bercampur dalam torch dan selang


menyebabkan ledakan dan kebakaran pada selang, torch dan
silinder

2. Decomposition (pecah molekul) asetilen karena tekanan tidak


seimbang menyebabkan peledakan dan kebakaran pada selang dan
torch

3. .

PENGISIAN LANGKAH KEDUA DALAM FORMULIR JSA

Sequence of basic job Potential accidents or Recommended to eliminate


steps hazards or reduce potential hazards
Untuk setiap langkah, Tanya
pada diri sendiri: kecelakaan
apa yang dapat terjadi ketika
mengerjakannya. Anda dapat
menjawabnya dengan (1)
menganalisa pekerjaan tsb.
(2) diskusi dengan operator/
pekerja (3) melihat
kecelakaan-kecelakaan yang
lalu (4) kombinasi ketiganya.
Tanya pada diri sendiri
dapatkah ia tertimpa, terjepit,
tersenggol, terbentur,
terkurung, terjatuh, tersengat
panas, terkena radiasi,
terhirup gas beracun, dll.

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

37
Hazid & Risk Assessment

LANGKAH PELAKSANAAN (Lanj.)


Langkah 4
REKOMENDASI MENGHILANGKAN/ MENGURANGI
BAHAYA/ RESIKO
Menerapakan prinsip hirarki pengendalian.

1 Elimination

2 Substitution

3 Engineering

4 Administrative

Personal Protective
5 Equipment

REKOMENDASI MENGHILANGKAN/ MENRUANGI BAHAYA/


RESIKO (LANGKAH 4)

Dari langkah kerja ke 3:


Memotong objek dengan torch.

Sumber bahaya:
1. Gas oksigen dan asetilen bercampur dalam torch dan selang
menyebabkan ledakan dan kebakaran pada selang, torch dan
silinder

Pengendalian resiko:
- Melakukan pembersihan torch sebelum dan ketika sedang
digunakan
- Menempatkan flashback arrestors
- Melakukan purging sebelum torch dinyalakan
- .

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

38
Hazid & Risk Assessment

PENGISIAN LANGKAH KEDUA DALAM FORMULIR JSA

Sequence of basic job steps Potential accidents or hazards Recommended to eliminate


or reduce potential hazards

Untuk setiap kecelakaan atau bahaya yang


mempunyai potensi tinggi, Tanya pada diri
sendiri bagaimana pekerja melakukan
langkah kerja tsb. Dengan aman. Anda
akan menemukan jawabannya dengan
cara (1) menganalisa cara mengatasi
pekerjaan tsb., (2) diskusi untuk soal
pencegahannya dengan operator/ pekerja
yang berpengalaman, (3) menggambarkan
pekerjaan tsb. Sesuai dengan pengetahuan
and (4) kombinasi ketiganya. Yakinkan
bahwa uraian langkah-langkah tsb. Harus
diikuti oleh pekerja. Jangan adanya hal-hal
yang penting sampai tertinggal. Jumlah
masing-masing rekomendasi harus sama
dengan jumlah potensi kecelakaan/
bahaya. Gunakan statement lakukan atau
jangan lakukan, untuk menerangkan
rekomendasi pencegahan. Seperti anda
lakukan ketika sedang berbicara dengan
orang tsb.
Misalnya: Angkat dengan posisi kekuatan
pada kakimu, jangan dengan posisi
pinggangmu. Hindari kata-kata yang
sifatnya umum seperti Hati-hati, Bahaya
dll.

LANGKAH PELAKSANAAN (Lanj.)

Langkah 5
CATAT dalam formulir standar JSA
Gunakan formulir dengan format standar:
Jumlah Langkah
Jelaskan Langkah-langkah Kerja
Selesaikan setiap bagian dari langkah: identifikasi bahaya,
penilaian resiko hingga pengendalian resiko
Lanjutkan dengan langkah berikutnya

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

39
Hazid & Risk Assessment

LANGKAH PELAKSANAAN (Lanj.)

Langkah 6
TINJAU ULANG JSA
Tinjau ulang JSA, harus dilakukan saat:
Pekerjaan selesai dilaksanakan

Sumber bahaya lain teridentifikasi

Metode pelaksanaan perubahan

Pekerjaan dilakukan kembali

LANGKAH PELAKSANAAN (Lanj.)

TINDAK LANJUT DAN TINJAU ULANG


Action plan jelas melibatkan personil yang terkait
Bahaya lain teridentifikasi
Metoda pelaksanaan perubahan
Pekerjaan dilakukan kembali

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

40
Hazid & Risk Assessment

FAG, 09.09.2003.

MAPALA
STTNASYOGYAKARTA

41
SAFETY TRAINING
OBSERVATION
PROGRAM (STOP)

SASARAN

...for Safety
Peserta dapat memahami:
Maksud dan tujuan STOP
Bagaimana melakukan pengamatan/observasi
dengan metode STOP secara benar
STOP tidak memberikan suatu sanksi tertentu
kepada pekerja yang diamati

1
APAKAH STOP?
(Safety Training Observation
Program):
Adalah Melakukan suatu pengamatan
terhadap perilaku pekerja untuk
mencapai tingkat keselamatan kerja
yang maksimum

APA YANG DIAMATI

Posisi Pekerja yang Menyebabkan Cedera


Peralatan dan Perlengkapan
Standar Prosedur dan Tahapan
Alat Pelindung Diri
...for Safety

2
MENGAPA DIAMATI
Menunjukkan kepedulian pimpinan unit
setempat pada aspek keselamatan kerja
Membiasakan semua tingkatan pekerja untuk
bekerja sesuai dengan prosedur kerja yang
baku
Merubah perilaku pekerja yang tidak aman
menjadi aman (selamat)
Menghargai orang yang melakukan praktek-
praktek kerja aman.
Mencegah terjadinya kecelakaan

NILAI TAMBAH STOP

STOP akan melatih kita


merubah perilaku yang
membahayakan karyawan ...for Safety
menjadi aman (selamat)

STOP akan mengembangkan


pengamatan dan kemampuan
berkomunikasi

Drilling Services Indonesia

3
PENYEBAB KECELAKAAN KERJA

Penyebab Lain 4%

Prilaku Beresiko 96%

PIRAMIDA KECELAKAAN
Frank E. Bird (1969)
Data dilaporkan
Kematian/ Kec.Serius (LTA)
dan tercatat
Suatu studi yang dilakukan oleh Frank E. Kecelakaan Ringan
Bird dan George L.Germain pada tahun Kerusakan Properti
1969 di Amerika Utara, terhadap 297
perusahaan dan 1.756.000 pekerja,
menyimpulkan tentang formula 1-10-30- Nyaris Celaka
600, bahwa setiap adanya satu kejadian
cedera berat, seperti fatality, cidera
kehilangan jam kerja selalu ada lebih
kurang 10 orang yang mengalami cidera
ringan, dan lebih kurang 30 property
damage, serta 600 insiden (nyaris celaka(
dan 10.000 perbuatan beresiko & kondisi Perbuatan Beresiko &
tidak aman yang tidak terlihat adanya Kondisi Tidak Aman
kecederaan atau kerusakan.
Kecelakaan tidak akan datang dengan sendirinya.
Ada serangkaian peristiwa sebelumnya yang
mendahului terjadinya kecelakaan tersebut
*)

4
Fatalities
Lost Time Injuries
Restricted Work Cases
Medical Treatment
First Aid Cases

Risk Behavior &

Unsafe Conditions

PRINSIP-PRINSIP PENERAPAN
STOP
Hampir semua kecederaan, penyakit akibat kerja,
kerusakan properti dan pencemaran lingkungan dapat
dicegah.
Manajemen bertanggung jawab langsung terhadap
pencegahan kerugian.
HSE sebagai persyaratan kerja.
Pelatihan adalah elemen penting dalam HSE di
tempat kerja.
Semua penyimpangan harus diperbaiki segera.
Semua kecelakaan, kejadian yang berpotensi cedera,
dan perbuatan tidak aman harus diselidiki.
Pencegahan kerugian menjadi tuntutan dalam bisnis.
Manusia adalah sebagian elemen yang kritikal dalam
keberhasilan pencapaian program HSE.

5
TANGGUNG JAWAB
PENGAWAS TERHADAP HSE
Setiap orang di perusahaan ini bertanggung jawab
untuk bekerja aman, tetapi sebagai manajemen lini,
tanggung jawab Pengawas terhadap K3LL lebih
besar dari mereka yang melapor kepada
Pengawas. MENGAPA? Sebab
1. Pengawas berada dekat dengan pekerjaan dan
karyawan & kontraktor.
2. Pengawas tahu apa yang harus dilakukan,
3. Pengawas tahu orang-orangnya,
4. Pengawas tahu daerah kerja dan peralatan-
peralatan di sana.
5. Pengawas tahu prosedur-prosedurnya di sana, dan
oleh sebab itu Pengawas dibutuhkan.
6. Mengelola HSE di daerah kerja merupakan bagian
dari pekerjaan Pengawas, sama pentingnya dengan
mutu, produksi, biaya, dan moral.

TINGKATAN KEJADIAN YANG MEMERLUKAN


PELAPORAN
PRILAKU
BERESIKO
- RENDAH
LEMBAR - SEDANG
LAPORAN PRILAKU
STOP BERESIKO
POTENSI
LAPORAN TINGGI
NYARIS
NYARIS
CELAKA
CELAKA

KERUSAKA
N
PROPERTI
KECEDERAA
LAPORAN N MANUSIA
KECELA-
KAAN PENCEMAR
AN
LINGKUNGA
GANGGUAN
N
USAHA

6
CARA MELAKUKAN OBSERVASI

Melalui Suatu Siklus

MEMUTUSKAN LAPORAN

STOP
BERHENTI BERTINDAK

MENGAMATI

LANGKAH 1 : PUTUSKAN
PUTUSKAN
STOP LAPORAN

BERHENTI BERTINDAK

MENGAMATI

Pada tahap ini, kita memutuskan


untuk melakukan Pengamatan
(Observasi).
Hal ini penting, karena hampir
setiap orang perlu membuat
keputusan dalam memikirkan HSE.

7
LANGKAH 2 : BERHENTI

STOP
PUTUSKAN LAPORAN

`
BERHENTI BERTINDAK

MENGAMATI

Kemudian kita berhenti untuk


mengamati/mengobservasi pekerjaan
yang sedang berlangsung, apakah
pekerja menerapkan praktek kerja
yang aman.
Hal ini (berhenti) harus dilakukan
agar pengamatan kita seksama.

LANGKAH 3 :
PENGAMATAN/OBSERVASI

PUTUSKAN
STOP LAPORAN

BERHENTI BERTINDAK

MENGAMATI

Langkah berikutnya adalah


melakukan mengamati/observasi
pada pekerja dengan teliti dan
sistematis, serta pusatkan pada
perilaku mereka dalam bekerja
secara aman maupun beresiko.

8
LANGKAH 3 :
PENGAMATAN/OBSERVASI (lanjutan)
YANG PERLU DIAMATI ANTARA LAIN:
I. PROSEDUR KERJA
Permit To Work
Lock Out / Tag Out
Confined Space Entry
Fall Protection
Pengakatan
Prosedur lain yang diperlukan sesuai dengan jenis pekerjaannya
Apakah prosedur-prosedur tersebut:
Tidak ada atau tersedia
Tidak Memadai
Tidak Diketahui
Tidak Dipahami
Tidak diikuti

LANGKAH 3 :
PENGAMATAN/OBSERVASI (lanjutan)
II. POSISI PEKERJA
(Mungkin terjadi nyaris kena, Cidera)
Memukul suatu benda
Terpukul suatu benda
Terkurung/terjepit suatu benda
Terjatuh
Terkena suhu yang ekstrim
Terkena sengatan listrik
Menghisap zat berbahaya
Menelan zat berbahaya
Keletihan atau capek
Posisi yang salah

9
LANGKAH 3 :
PENGAMATAN/OBSERVASI (lanjutan)

III. ALAT PELINDUNG DIRI


Safety Shoes
Penggunaan Harness
Pelindung Alat Pernapasan (Respiratory
Protection)
Pelindung Muka dan Mata
Pelindung Telinga
Safety Gloves
Dan lain-lain alat yang diperlukan sesuai
dengan jenis pekerjaannya

LANGKAH 3 :
PENGAMATAN/OBSERVASI (Lanjutan)
IV. PERALATAN + PEMASANGANNYA
Pelindung Mesin (Machine Guarding),
Pelindung Alat Yang Berputar
Peralatan Angkat dan Pendukungnya
Peralatan Pelindung Tekanan
Fire Extinguisher (type dan penggunaannya)
Lain-lain peralatan pemboran yang diperlukan perhatian khusus untuk itu

Apakah Peralatan-Peralatan tersebut:


Tidak Sesuai Dengan Pekerjaan
Penggunaan Yang Salah
Dalam Kondisi Tidak Aman

10
LANGKAH 3 :
PENGAMATAN/OBSERVASI (Lanjutan)
V. HOUSE KEEPING
Kebersihan Dapur dan Ruang Makan
Kebersihan Cabin / Ruang Tidur
Kebersihan Ruang Rekreasi
Kebersihan Kantor
Kebersihan Tempat Kerja
Pengelolaan dan Pembuangan Sampah sesuai
Dan kebersihan tempat-tempat lainnya

Apakah Kerapian tempat-tempat tersebut


memadai?

LANGKAH 4 : BERTINDAK

STOP
PUTUSKAN LAPORAN

BERHENTI BERTINDAK

MENGAMATI

Saat telah mengamati pekerja, kita


bertindak untuk berbicara dengan
mereka. Hal ini untuk menekankan
mereka dalam penerapan kerja yang
aman dan membahas resiko bila
bekerja tidak aman.

11
PEDOMAN DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
PENCEGAHAN AGAR TIDAK TERULANG

Bicara dengan orang (talk with) yang bersangkutan


hingga dia mengerti dengan perbuatannya yang tidak
aman. Berbahaya berpotensi menyebabkan kecelakaan
Gunakan Sikap Bertanya, tanyakan Apa (What) yang
dapat terjadi jika (if) tidak diharapkan terjadi? Dan
Bagaimana (How) dapat melakukannya dengan lebih
aman.
Gunakan pertimbangan; tindakan pencegahan agar tidak
terjadi kembali harus sesuai dengan situasi dan
peraturan perusahaan.
Usahakan untuk mencarinya, bilamana pekerja
menciptakan kondisi tidak aman, cari siapa yang
menciptakan kondisi tersebut dan bicarakan dengan
orang tersebut.

LANGKAH 5 : LAPORAN

STOP
PUTUSKAN LAPORAN

BERHENTI BERTINDAK

MENGAMATI

Sesaat setelah kita bertindak


dengan berbicara dengan pekerja,
kita melaporkan hasil
pengamatan dan tindakan yang
diambil serta mengisi Lembar
Laporan.

12
OBSERVATION CARD

PENGAMATAN
ORANG YG
SEDANG
BEKERJA

DIAGRAM ALIR
PERBUATAN PERBUATAN PENERAPAN SMS
AMAN BERESIKO

TINDAKAN
PENCEGAHAN
SEGERA
DENGAN
MENGHEN-
TIKAN ORANG
TINDAKAN GUNA TSB.
MENDORONG ORANG
UNTUK TINDAKAN UNTUK
MENERUSKAN MENCEGAH TIDAK
PEKERJAAN TERULANG UNTUK
SECARA AMAN BERBICARA
UNTUK BERBICARA DENGAN ORANG
DENGAN ORANG TERSEBUT
TERSEBUT

MEMILIKI POTENSI
ISI LEMBAR SMS MASALAH MELANGGAR KECELAKAAN,
MASUKKAN DENGAN PROSEDUR/ KERUSAKAN
DALAM KOTAK PRILAKU SOP/ ATURAN BARANG, DAN/
PENGUMPUL DAN ATAU
KIRIM KE PENCEMARAN
KANTOR HSE DENGAN RESIKO
TINGGI

DATA ANALISA ORANG KONSELING


YANG MELANJUTKAN DAN/ ATAU
TERPELIHARA PEKERJAAN TINDAKAN
DENGAN CARA DISIPLIN
AMAN

ISI
EVALUASI FORMULIR
SECARA UMUM MONITOR LAPORAN
OLEH FUNGSI PERUBAHAN KECELAKAAN/
HSE NYARIS

REVIEW & CATAT &


UMPAN BALIK TINDAK LANJUT
OLEH FUNGSI
HSE

13
HASIL YANG DIHARAPKAN DARI STOP

Menurunnya angka frekuensi kecelakaan kerja


dan insiden.
Menurunnya biaya kompensasi pada karyawan
akibat kecelakaan kerja.
Meningkatkan kepedulian HSE pada semua
lapisan.
Perubahan prilaku baik dari pekerja.
Meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Peningkatan kemampuan kepengawasan dan
managerial (leadership).
Meningkatkan image dan budaya perusahaan.

TARGET PEMELIHARAAN
CONTINUOUS SAFETY IMPROVEMENT

8
Incident Rate (per 1.000.000 jam)
7
Jumlah laporan prilalu aman & tidak aman
6

5 X 100

1
X1

KWUARTAL 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2004 2005 2006

14
ESKALASI WAKTU DENGAN
PEMANFAATAN METODA YANG EFEKTIF

6
Motivation
5

2
Education
1

KWUARTAL 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011

SEKIAN
TERIMA KASIH

Drilling Services Indonesia

15
PERMIT TO WORK
SYSTEM

Permit To Work

TUJUAN PELATIHAN

Peserta dapat memahami :


Kapan ijin kerja diperlukan ?
Mengapa ijin kerja diperlukan ?
Mengetahui prosedur kerja yang benar dan aman

1
Permit To Work

CAKUPAN TOPIK BAHASAN

Kerja Panas (Hot Work)


Masuk Ruang Tertutup (Confined Space
Entry)
Penguncian dan Pelabelan (Lockout &
Tagout/ LOTO)

Permit To Work

IJIN KERJA
Guna menjamin bahwa semua pekerja yang terlibat sudah
mengikuti prosedur baku, diperlukan suatu ijin kerja. Ijin
kerja ini harus dipenuhi sebelum pekerjaan dimulai.
Beberapa contoh pekerjaan yang memerlukan adanya ijin
kerja :
Kerja panas (hot work) di lokasi berbahaya (pengelasan,
memotong dengan cutting torch, menggerinda, hot tapping dll).
Masuk dan / atau bekerja di dalam bejana, tanki ataupun ruang
terbatas lainnya.
Pekerjaan radioactive (X-Ray, pipa, pemeriksaan pengelasan, dll).
bersambung...

2
Permit To Work

IJIN KERJA
Bekerja dengan tekanan atau sistem yang mempunyai
sumber tenaga (Hidrolik, tekanan udara, listrik,
mekanikal, kimia atau panas).
Pengerjaan sumur dengan bahan peledak atau bahan-
bahan radioactive.
Beberapa kegiatan operasi yang dilakukan secara
bersamaan.
Pekerjaan sipil (Penggalian, pemasangan pipa atau
pembetangan kabel, konstruksi dll) di sekitar instalasi
atau daerah pengeboran.
Operasi pekerjaan penyelaman.

Permit To Work

IJIN KERJA

Ijin-ijin kerja tersebut harus ditandatangani atau


disahkan oleh pihak yang berwenang. Di dalam Ijin
kerja tercakup:
Tanggal dan jam pelaksanaan
Lokasi pekerjaan
Uraian dan jenis pekerjaan
Tindakan pencegahan yang perlu dilakukan
Tanggal dan jam habisnya masa ijin kerja
Tanda tangan pengesahan ijin kerja

3
Permit To Work

PROSEDUR KERJA
Prosedur kerja berisi deskripsi "bagaimana urutan
bekerja", langkah demi langkah, mulai dari awal
hingga selesainya suatu tugas.
Prosedur sebaiknya disusun oleh orang yang paling
menguasai tugas tersebut agar segala potensi bahaya
yang ada bisa dikenali dan diantisipasi dengan tepat.
Agar prosedur tadi diikuti oleh semua pekerja,
diperlukan pengesahan oleh atasan yang
bersangkutan dengan prosedur tersebut.

Permit To Work

PROSEDUR KERJA

Dalam setiap prosedur perlu dicantumkan :


Kondisi awal yang dibutuhkan
Persiapan yang harus dilakukan sebelum memulai
suatu tugas
Dokumen acuan
Sumber bahaya yang mungkin menyebabkan kerugian
Urutan bekerja dari awal hingga akhir
Segala sesuatu yang perlu dilakukan setelah tugas
diselesaikan
Pengesahan

4
Permit To Work

PROSEDUR KERJA - PENGELASAN


Setiap juru las yang bekerja harus memiliki surat ijin /
sertifikat dari instansi yang berwenang.
Pada pekerjaan las di tempat-tempat tertentu, harus
mendapatkan ijin terlebih dahulu dari bagian keselamatan
kerja dan pimpinan pekerja setempat.
Setiap pekerjaan las agar dilengkapi dengan prosedur
kerja yang lengkap dengan memperhatikan lagi segi
keselamatan.
Periksa terlebih dahulu semua peralatan pengelasan
sebelum digunakan. Segala kerusakan harus diperbaiki
terlebih dahulu atau diganti dengan yang tidak
mengalami kerusakan. bersambung...

Permit To Work

PROSEDUR KERJA - PENGELASAN


Semua pekerja las agar selalu menggunakan kacamata
las (goggle) pada saat bekerja, pelindung dada (apron)
dan sepatu safety. Jangan menggunakan sepatu basah.
Pakaian yang berminyak tidak diijinkan untuk
dipergunakan dalam pekerjaan las.
Sebelum pekerjaan dimulai, pemeriksaan kandungan
gas yang mudah terbakar / meledak harus dilakukan di
sekitar lokasi pengelasan. Pemerikasaan harus dilakukan
secara berkala.
Alat pemadam api ringan jenis CO2 atau tepung kimia
kering harus dipersiapkan.
bersambung...

5
Permit To Work

PROSEDUR KERJA - PENGELASAN

Semua tabung-tabung gas yang digunakan agar


ditempatkan terlindung dari panas matahari.
Tabung-tabung gas yang telah kosong agar diberi tanda
khusus untuk membedakan dengan yang masih berisi.
Tabung-tabung gas agar diletakkan terhindar dari
kemungkinan menjadi penghantar listrik.
Bagian kerangan dari tabung-tabung gas yang tidak
digunakan harus dipasang pelindung (safety cap).

bersambung...

Permit To Work

PROSEDUR KERJA - PENGELASAN

Perhitungkan bunga api yang berjatuhan agar terhindar


dari bahan-bahan yang mudah terbakar.
Bila mengelas pada ruangan tertutup agar diperhatikan
arah angin dan dilarang menggunakan oksigen untuk
menghembus / peranginan.
Setelah selesai pekerjaan las, harus diperiksa bahwa tidak
ada bara api yang masih menyala.

6
Confined Space Entry

Confined Space Entry

TUJUAN PELATIHAN

Peserta dapat memahami :


Pengertian Confined Space / Ruang
Terbatas
Mengerti bahaya dan resiko saat
memasuki ruang terbatas
Prosedur memasuki ruang terbatas

7
Confined Space Entry

BATASAN CONFINED SPACE

Berdasarkan HSE Standard Serie 2003,


confined space adalah :
Cukup besar untuk dimasuki orang
Mempunyai jalan masuk / keluar untuk pekerja
yang terbatas
Ruangan yang tidak dirancang sebagai tempat
kerja secara terus menerus.

Confined Space Entry

CONTOH CONFINED SPACE

Beberapa ruangan / tempat yang


dikatagorikan sebagai confined space :
Tanki penampung
Process vessel dan separator
Pipa pembuangan
Lokasi penggalian (dalam > 4 feet)
Silo
Kontainer bekas tempat bahan kimia

8
Confined Space Entry

BAHAYA DI CONFINED SPACE

Bahaya di ruangan terbatas :


Terdapat zat / udara / gas beracun di atas
ambang batas yang diperkenankan
Terdapat gas yang mudah terbakar /
meledak (di atas 10% dari LEL)
Kadar oksigen yang tidak mencukupi (di
bawah 19.5%)
Udara yang panas

Confined Space Entry

BAHAYA DI CONFINED SPACE

Bahaya di ruangan terbatas :


Terdapat sisi-sisi benda yang tajam yang
bisa melukai atau merusak pipa udara dari
alat bantu pernapasan
Resiko terjatuh, membentur benda
Bahaya sengatan arus listrik
Jalan keluar sangat sempit (sukar
menyelamatkan diri)

9
Confined Space Entry

IJIN UNTUK CONFINED SPACE


Mengingat bahaya dan resiko yang
terdapat dalam ruangan terbatas / confined
space, maka jika akan dilakukan pekerjaan
di dalam ruangan terbatas atau akan
memasukinya, harus dengan ijin tertulis
dari pihak keselamatan. Sebelum ijin ini
dikeluarkan, wajib dilakukan langkah-
langkah pengamanan terlebih dahulu

Confined Space Entry

KESELAMATAN DI CONFINED
SPACE
Persiapan awal yang harus dilakukan :
Melakukan pengarahan / briefing keselamatan
dan prosedur kerja
Sistem sumber energi dan sumber fluida ke
ruangan terbatas harus dilepaskan / release.
Begitu pula yang berada di dalam ruangan
terbatas.
Sistem sumber energi menuju ruangan terbatas
harus diisolasi, kemudian dilakukan prosedur
lock-out dan tag-out

10
Confined Space Entry

KESELAMATAN DI CONFINED
SPACE
Persiapan awal yang harus dilakukan :
Dilakukan blowing dan exhausting terhadap
udara di dalam ruang terbatas
Pengujian kadar oksigen dan gas berbahaya /
beracun lainnya
Mengeluarkan ijin kerja tertulis

Confined Space Entry

BAHAYA KEKURANGAN OKSIGEN


Jika saat pengujian ternyata kadar oksigen di
bawah 19.5% diwajibkan untuk memakai
respirator dengan suplai udara (air supplied
respirator)
Pengaruh kadar Oksigen bagi tubuh :
12-14 % Napas meningkat, sukar berpikir
10-12 % Bibir membiru, merasa bingung
8-10 % Mual & pingsan
6-8 % Menyebabkan kematian

11
Confined Space Entry

BAHAYA OKSIGEN BERLEBIHAN


Kadar Oksigen di atas 21 % :
Menybabkan ruangan menjadi lebih mudah
terbakar dan menyebabkan reaksi yang hebat
bila terjadi kebakaran
Oleh sebab itu :
Jangan mensuplai oksigen murni ke dalam
confined space
Jangan pernah menyimpan atau meletakkan gas
bertekanan di dalam confined space

Confined Space Entry

KESELAMATAN DI CONFINED
SPACE
Dalam ijin masuk ruangan terbatas
harus memuat informasi :
Nama dan lokasi ruangan terbatas yang akan
dimasuki
Jenis pekerjaan yang akan dilakukan
Tanggal dan jam memasuki ruangan terbatas
Nama pekerja yang masuk / bekerja di ruangan
terbatas

12
Confined Space Entry

KESELAMATAN DI CONFINED
SPACE
Dalam ijin masuk ruangan terbatas
harus memuat informasi :
Persiapan awal yang telah dilakukan
Daftar peralatan keselamatan yang harus
dipersiapkan
Tanda tangan supervisor yang bersangkutan
dan petugas keselamatan
Jam selesainya seluruh pekerjaan

Confined Space Entry

KESELAMATAN DI CONFINED
SPACE
Peralatan keselamatan yang perlu
dipersiapkan :
Respirator berupa : Air supplied breathing
apparatus atau self contained breathing
apparatus
Harness dan safety line
Baju kerja khusus, sepatu safety dan topi
safety
Pelindung telinga
Stretcher atau usungan

13
Confined Space Entry

KESELAMATAN DI CONFINED
SPACE
Semua peralatan kerja yang akan dipakai
di dalam confined space harus telah
direkomendasikan sebagai peralatan kerja
yang aman digunakan di dalam confined
space (spark-proof tools, dll.)

Confined Space Entry

KESELAMATAN DI CONFINED
SPACE
Selama pekerjaan di dalam confined space:
Harus selalu siap petugas penyelamat di pintu
masuk confined space. Dia juga harus
mencatat pekerja yang masuk dan waktu yang
diperbolehkan untuk bekerja di dalam
Supervisor harus senantiasa siap menghadapi
keadaan yang mungkin membahayakan pekerja
di dalam confined space. Dalam keadaan
yang bisa membahyakan ini, ijin kerja harus
dibatalkan.

14
Confined Space Entry

KESELAMATAN DI CONFINED
SPACE
Ingat, bekerja atau masuk ke dalam
ruangan terbatas / confined space
mempunyai resiko dan bahaya yang cukup
besar. Prosedur kerja secara aman harus
diikuti agar tidak terjadi kecelakaan.
Setelah pekerjaan selesai, pastikan tidak
ada peralatan / barang yang tertinggal di
dalam confined space.

Confined Space Entry

KESELAMATAN DI CONFINED
SPACE

15
Permit To Work

PROSEDUR KESIAGAAN &


TANGGAP DARURAT
Pada prinsipnya, kesiagaan terhadap kondisi darurat
dibagi dua, yaitu:
Mengatasi keadaan kondisi darurat tersebut atau melakukan
tindakan penangggulangan, seperti : Memadamkan kebakaran,
Mengatasi semburan liar, Mengatasi loss circulation, Mengatasi gas
kick, Mengatasi kebocoran gas H2S ataupun hidrokarbon
Mengambil tindakan penyelamatan dan evakuasi, bila ternyata
kondisi darurat sudah tidak dapat diatasi. Tindakan penyelamatan
dan evakuasi ini harus melalui komando dari satu orang saja
(umumnya orang dengan jabatan tertinggi di suatu fasilitas). Hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi komando yang simpang siur.

Permit To Work

PROSEDUR KESIAGAAN &


TANGGAP DARURAT
Beberapa hal yang perlu diingat agar semua pekerja setiap
saat siap melakukan evakuasi dengan cepat dan tepat :
Semua pekerja harus mengenal dan mengetahui secara
tepat denah dari lingkungan kerjanya termasuk jalan-jalan
keluar dan tangga-tangga.
Lantai dan jalan agar senantiasa bersih dari barang-barang
dan peralatan yang dapat mengganggu / menghalangi
jalan.
Hindari kepanikan, perhatikan komando yang diberikan
oleh pimpinan kerja. Bertindak harus cepat dan aman.

16
Lock - Out
Tag - Out

Lock Out - Tag Out

TUJUAN PELATIHAN

Peserta dapat memahami :


Pengertian Lock-out dan Tag-out
(LOTO) dan kegunaannya
Mengerti bahaya bila tidak menggu-
nakan lock-out dan tag-out
Prosedur pemasangan Lock-out dan
Tag-out

17
Lock Out - Tag Out

MENGAPA DIBUTUHKAN LOTO

Pengendalian terhadap bahaya-bahaya


energi adalah sebuah langkah penting
dalam perawatan equipment.
Lock-out dan Tag-out (LOTO) melindungi
kita dari sumber energi :
Listrik - Mekanis - Kimia -
Panas - Hidrolis - Pneumatis
Dan energi-energi di atas dapat mencederai
bahkan mematikan.

Lock Out - Tag Out

PEMASANGAN LOCK-OUT

18
Lock Out - Tag Out

KEGUNAAN LOCK-OUT & TAG-OUT

Lock-out dan Tag-out berguna untuk :


Mengisolasi energi
Melindungi pekerja dari kecelakaan
Mencegah terjadinya mis-komunikasi
Menginformasikan bahwa suatu
pekerjaan berbahaya sedang dilakukan

Lock Out - Tag Out

RESIKO MENGABAIKAN LOTO

Bahaya yang dapat timbul jika tidak mema-


sang LOTO :
Tersengat arus listrik
Jari (atau bagian tubuh lainnya) terpotong /
terjepit / tertindih dsb
Terkena bahan kimia
Terkena air panas (tiba-tiba valve terbuka)
Kebakaran dsb

19
Lock Out - Tag Out

MACAM-MACAM LOG-OUT & TAG-


OUT
Peralatan lock-out dapat berupa :
Kunci (gembok) untuk breaker
Pengait dilengkapi dengan gembok
Penutup valve
Rantai

Tag-out biasanya berupa tanda-tanda


tertentu yang menyatakan suatu peringatan

Lock Out - Tag Out

MACAM-MACAM LOG-OUT & TAG-


OUT

20
Lock Out - Tag Out

KAPAN KITA HARUS MEMASANG


LOTO
LOTO harus dipasang saat :
Pekerjaan anda mengharuskan untuk melepas
guard ataupun safety device lainnya
Memperbaiki sirkuit ataupun peralatan listrik
Jika anda harus memegang ataupun
menempatkan bagian tubuh anda di mesin
yang memungkinkan bagian tubuh anda anda
bisa terjepit / tertindih / terpotong dsb.
Perbaikan atau perawatan dalam suatu sistem /
proses yang kompleks

Lock Out - Tag Out

MEMASANG LOCK-OUT & TAGOUT

Sebelum memasang Lock-out ataupun Tag-


out, sedapat mungkin pastikan terlebih
dahulu bahwa sumber energi telah terputus
(tidak berhubungan dengan peralatan).

21
Lock Out - Tag Out

MELEPAS ENERGI SISA

Kadangkala energi masih tersisa di dalam sistem /


peralatan. Untuk itu energi sisa ini harus di-
release (dilepas), sehingga tidak terdapat energi
sisa pada sistem peralatan tersebut.
Me-release (melepas) energi dengan cara :
discharge kapasitor
drain
purge
bleed off
mencabut aliran listrik dsb

Lock Out - Tag Out

MELEPAS LOCK-OUT DAN TAG-


OUT
Hal yang harus diingat saat melepas LOTO :
Pastikan semua pekerja telah menyelesaikan pekerjaan
dan telah dalam posisi yang aman
Pastikan tidak ada peralatan yang tertinggal
Pastikan semua sistem telah siap
Pastikan guard / safety device telah dipasang
LOTO hanya boleh dilepas oleh orang yang
memasangnya
Sedapat mungkin melepas LOTO dengan pola
pencabutan yang berlawanan arah dari pada saat
pemasangannya.

22
Lock Out - Tag Out

WASPADA !

Hindari hal ini dengan memanfaatkan


Lock-ot dan Tag-out

23
RAPAT KESELAMATAN
KERJA

TUJUAN
Membantu pelaksanaan rapat yang efektif
bagi perusahaan dengan adanya teknik-
teknik yang dipergunakan untuk
menyelenggarakan rapat Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan
(HSE) serta memberikan informasi dalam
pelaksanaan rapat Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Perusahaan

1
Prinsip-Prinsip Penuntun
Komunikasi yang efektif meningkatkan
motivasi
Komunikasi yang menyentuh perasaan dan
sikap seseorang cenderung lebih
memotivasikan dibandingkan dengan yang
hanya menggunakan alasan berkomunikasi
Semakin cepat dan seringnya suatu
pemikiran atau hal yang diutarakan itu
dilaksanakan, maka semakin mudah hal itu
disimak dan diingat.

4 Macam Rapat HSE


Rapat HSE Umum
Rapat HSE Awalan Kerja
(Safety Talk)
Rapat HSE untuk para
anggota komite HSE
Rapat HSE untuk
Manajemen

2
3
PENYELIDIKAN
KECELAKAAN

Bilamana investigasi
kecelakaan dilakukan, ingat
bahwa:
Kita mencoba untuk menentukan
semua penyebab dari kecelakaan
tersebut, bukan SIAPA untuk
menghukum SIAPA yang
melakukannya

1
Tujuan Sesi Investigasi
kecelakaan agar peserta
memahami tentang:
Which. Kecelakaan manakah yang harus
diinvestigasi dan dilaporkan?
Why. Mengapa kecelakaan perlu diinvestigasi
dan dilaporkan?
Who. Siapa yang harus menginvestigasi dan
melaporkan kecelakaan?
How. Bagaimana proses investigasi dilakukan?
Tanggung Jawab Terhadap Keselamatan.
Bagaimana mengisi dan menyelesaikan formulir
investigasi?

Which
Kecelakaan manakah yang harus
diinvestigasi dan dilaporkan?

Semua kecelakaan, tidak peduli kecilnya


kemungkinan terlihat, harus dilaporkan kepada
Supervisor secepatnya.
Keparahan kecelakaan akan menentukan investigasi
yang diperlukan

2
Why
Mengapa kecelakaan perlu
diinvestigasi dan dilaporkan

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan serupa pada


masa yang akan datang.
Untuk menentukan penyebab kejadian tersebut, dimana
kemungkinan biasa terjadi dalam proses kerja atau biasa
terjadi di tempat lain.
Menyediakan informasi kejadian tersebut untuk
keperluan analisis

Who
Siapa yang harus menginvestigasi
dan melporkan kecelakaan?
Pekerja atau Pekarya harus melaporkan semua
kecelakaan kepada Pengawas/ Groul Leader-nya.
Pengawas harus menginvestigasi kecelakaan dan
menyampaikan hasilnya kepada atasannya, Manajer
Fungsi dan Funsgi Umum - HSE.
Fungsi HSE akan meninjau ulang dan membantu
proses investigasi.

3
How
Bagaimana Proses Investigasi dilakukan ?
Urutan Proses:

1. Tanggapi secepatnya secara positif. (Pengawas/ Group


Leader)
2. Kumpulan semua informasi yang berkaitan. (Pengawas &
dibantu petugas dari Fungsi HSE, bila diperlukan)
3. Analisa semua penyebab penting. (Pengawas & dibantu
petugas dari Fungsi HSE, bila diperlukan)
4. Laporkan penemuan-penemuan dan rekomendasikan yang
diperlukan. (Pengawas)
5. Kembangkan dan tuangkan saran-saran perbaikan dan
lakukan tindakan. (Manajer Fungsi, Kepala Pengawas, Kepala
HSE)
6. Teruskan untuk proses lebih lanjut. (Manajer Fungsi, Kepala
Pengawas, Kepala HSE)

Investigasi kecelakaan perlu


melibatkan anda sebagai
Supervisor, karena:

Anda mengetahui orang-orang anda dan proses


kerjanya.
Secara tidak langsung anda juga terlibat dalam
kejadian tersebut atau terlibat pada proses
pengambilan tindakan perbaikan.
Anda dapat mengambil keuntungan dari
investigasi ini.
Anda tahu dimana mendapatkan informasi yang
dibutuhkan.

4
Perolehan Informasi

Dapatkan gambaran global


Wawancara para saksi
Peragaan ulang
Sketsa dan Peta
Pemeriksaan peralatan
Pemeriksaan catatan pribadi
Photo dan gambar
Analisa material dan peralatan yang rusak

Analisa Penyebab Kecelakaan


Langkah-langkah dalam menganalisa penyebab
kecelakaan:
Tuliskan setiap kerugian
Tentukan hal-hal yang berhubungan dengan
kontak energi
Tuliskan Tindakan dan Kondisi Tidak Aman
Sebab dasarnya berupa tindakan dan kondisi
tidak aman
Analisa tahap akhir oleh Manajer

5
Membuat Laporan Kecelakaan
Supervisor segera menyelesaikan laporan:

1. Gunakan Formulir Standar


Menjawab apa yang terjadi, dimana dan bagaimana kecelakaan terjadi
Mengumpulkan data yang konsisten
Memuat langkah tindak lanjut dan rencana tindakan perbaikan
Dapat digunakan untuk berbagai jenis kecelakaan

2. Tulis Laporan yang Baik


Dapat memberi informasi secara rinci
Dapat mengevaluasi potensi bahaya
Dapat menguraikan kejadian
Dapat menganalisa penyebab
Dapat menyampaikan rencana-rencana tindakan

Tinjauan Ulang Oleh Manajemen


Melihat apakah rekomendasi ditunjang oleh
fakta yang ditemukan
Melihat kelengkapan dan ketetapan
Melihat apakah informasi diperoleh dari
berbagai pihak secara seimbang
Mengenal apakah ada program, standar, dan
pelaksanaan yang tidak sesuai
Menambah pengalaman para manajer dalam
meyelesaikan masalah kecelakaan
Meningkatkan mutu penyelidikan bagi
Pengawas yang bersangkutan

6
TERIMAKASIH

7
TOPIK:

FENOMENA KEBAKARAN
KLASIFIKASI KEBAKARAN
PENCEGAHAN KEBAKARAN
PEMADAMAN KEBAKARAN

Tujuan

Memberikan pengetahuan atau bahasan


tentang fenomena kebakaran melalui
penjelasan konsep dasar api dan
kebakaran.

Revisi 00 - 08/08/98 1
Sasaran

Mampu menjelaskan serta dapat memahami


pengertian tentang fenomena kebakaran.
Mengetahui dan mampu melakukan antisipasi
pencegahan kebakaran dengan menggunakan
prinsip konsep dasar api.

FENOMENA API
Nyala api adalah suatu fenomena yang dapat
diamati gejalanya yaitu adanya cahaya dan
panas dari suatu bahan yang sedang
terbakar. Gejala lainnya yang dapat diamati
adalah, bila suatu bahan telah terbakar maka
akan mengalami perubahan baik bentuk
fisiknya mupun sifat kimianya. Keadaan fisik
bahan yang telah terbakar dapat berubah
menjadi arang, abu atau hilang menjadi gas
dan sifat kimianya akan berubah pula
menjadi zat baru

Revisi 00 - 08/08/98 2
TEORI SEGITIGA API
(TRIANGLE OF FIRE)
PANAS
(OUTPUT)

F
E Nyala api adalah
E masa zat yang
D
sedang berpijar
B
UNSUR PANAS OKSIGEN A dalam proses
C pembakaran
K
Pembakaran
P adalah proses
BAHAN BAKAR BAKAR
A kimia oksidasi
N eksotermal
A
S

SUMBER PANAS

TETRA HEDRON OF FIRE

Oksigen Panas

O2 Heat Reaksi
beranta
i
Fuel
Bahan
bakar
Reaction Free radicals

Revisi 00 - 08/08/98 3
API?

Suatureaksikimiaberupaprosesoksidasiyangdiikutiolehproses
pengeluarancahayadanpanas

TITIK NYALA(flash point)


Adalah suhu minimal yang diperlukan
untuk menghasilkan sejumlah uap minimal
dari bahan bakar dan apabila uap tersebut
diberi sumber nyala akan terbakar sesaat,
karena jumlah uap yang terbentuk belum
cukup untuk terus menyala.

(Ingat: makin rendah titik nyala suatu bahan bakar, semakin


mudah ia terbakar)

Revisi 00 - 08/08/98 4
Titik nyala sebagian bahan

Bensin -43oC Kerosin 40 - 70oC


Parafin 38oC Jet Fuel 38oC
ADO 38oC Propan -104oC
Butan -60oC Asetelin -18oC
Spiritus 13oC Belerang 307oC

BATAS BISA TERBAKAR


(flammable/combustible range)
Batas konsentrasi campuran antara uap
bahan bakar dengan udara yang dapat
terbakar (menyala) bila dikenai sumber
panas

Dibatasi oleh:
Batas Bisa Terbakar Atas (UEL/UFL)
Batas Bisa Terbakar Bawah (LEL/LFL)

Revisi 00 - 08/08/98 5
BENSIN

Batas bisa terbakar atas


7,4% Daerah jenuh/ gemuk

Konsentrasi uap minyak mentah

Daerah bisa terbakar Daerah kurang


zat asam

Batas bisa terbakar


bawah 1,4%
Daerah kurus

21% 10% Kadar Oksigen Di udara

Daerah bisa terbakar sebagian bahan


(% vol. Uap di udara)
LEL UEL
Bensin 1,4 - 7,4
Kerosin 0,7 - 5,0
Jet Fuel 0,6 - 3,7
Propan 2,3 - 9,5
Butan 1,9 - 8,5
Asetelin 2,5 - 8,2
Spiritus 4,3 - 19,0

Revisi 00 - 08/08/98 6
SUHU PENYALAAN
SENDIRI
(auto ignition temperature)

Suhu dimana suhu terendah dari suatu zat


dapat menyala dengan sendirinya tanpa ada
perlakuan (treatment) dari luar.

Suhu penyalaan sendiri untuk beberapa jenis


bahan bakar

Bensin 257,2oC Arang 125oC


Kerosin 228oC Kertas Koran 185oC
Parafin 316oC Kapas 225oC
Asetelin 335oC Jerami 170oC
Propan 467oC Serbuk Gergaji 195oC
Butan 405oC

Revisi 00 - 08/08/98 7
TITIK BAKAR
(Fire Point)
Hubungan segitiga api dan siklus panas
yang membuat nyala api dapat
berlangsung terus menerus sepanjang
masih dalam keseimbangan yang tepat.
Keseimbangan siklus panas yang sanggup
membangkitkan generasi uap secara terus
menerus disebut fire point.

Klasifikasi Kebakaran
Menurut NFPA
Kelas A kebakaran yang terjadi pada bahan padat
seperti; kayu, kertas, plastik, kain
Kelas B kebakaran yang terjadi pada cairan mudah
terbakar seperti; bensin, cat, solvent
Kelas C kebakaran yang terjadi pada peralatan
listrik yang hidup
Kelas D kebakaran yang terjadi pada logam mudah
terbakar seperti; magnesium, titanium,
Na,dll

Klasifikasi ini diakui oleh banyak negara, termasuk Amerika Serikat.


Indonesia melalui Permenaker & Transmigrasi No. PE-04/MEN/1980
mengakui klasifikasi ini

Revisi 00 - 08/08/98 8
A. : BAHAN PADAT KECUALI LOGAM
Membara, meninggalkan arang
dan abu
B. : BAHAN CAIR DAN GAS
Cairan terbakar pada permukaan
Gas terbakar pada mulut pancar
C. : APARAT LISTRIK BERTEGANGAN
Beresiko induksi
D. : LOGAM
Suhu sangat tinggi

Revisi 00 - 08/08/98 9
PENCEGAHAN KEBAKARAN
HEAT
OUT PUT
SETIAP PERWUJUDAN ENERGI
HARUS DIKENDALIKAN

LISTRIK
MEKANIK
VAPOR
FIRE KIMIA
? ?
FUEL ALAM

SECARA TEKNIS DAN ADMINISTRATIF

PENGENDALIAN
SOURCE ENERGY
ENERGI

Pencegahan Kebakaran

Prinsip pencegahan kebakaran adalah mengontrol faktor-faktor


terjadinya api yaitu oksigen, bahan dan sumber penyalaan
Faktor bahan perlu diatur pelaksanaannya meliputi;
penyimpanan
pengangkutan
pemakaian

Revisi 00 - 08/08/98 10
Pencegahan Kebakaran -
Umum

Ruang penyimpanan memiliki ventilasi udara yang baik


Bahan disimpan sesuai dengan sifat & jenisnya
Jauhkan dari sumber penyalaan
Lakukan pencampuran sesuai ketentuan yang ada
Pastikan label dalam kondisi baik dan jelas
Bila menuang/memindahkan gunakan fasilitas grounding dan
bonding
Periksa terhadap kebocoran wadah
Pastikan fasilitas listrik sesuai dengan persyaratan teknis yang
ada (misal; PUIL)

Pencegahan Kebakaran Pada


Kegiatan Pemboran (1)
Larangan merokok di lokasi pemboran
Kegiatan pengelasan dilakukan pada area yang diijinkan
Pengelasan pada daerah berbahaya (yang ditentukan oleh
Manajemen) dilakukan dengan ijin (Permit To Work Hot Work)
Terpasangnya Flashback Arrestor pada saluran fuel gas dan
oksigen
Tabung gas ditempatkan pada lokasi yang teduh/ tidak kena
matahari langsung
Pada saat pemboran pada kedalaman tertentu dimana
diperkirakan adanya gas, lakukan pengujian gas mudah
terbakar kemungkinan muncul di permukaan

Revisi 00 - 08/08/98 11
Pencegahan Kebakaran Pada
Kegiatan Pemboran (2)
Semua peralatan listrik dan kabel-kabel dipasang menurut
standarnya. Peralatan kedap gas, harus dipasang pada daerah
berbahaya
Perkakas anti percikan (terbuat dari kuningan/ tembaga)
digunakan saat diidentifikasi adanya gas mudah terbakar
Yakinkan pipa knalpot dari setiap mesin terpasang anti percikan
dan Flame Arrestor
Inspeksi Alat-alat Pemdamam Kebakaran dan Pompa
Pemadam, yakinkan berfungsi baik
Lakukan latihan pemadam kebakaran dan evakuasi, minimal
setiap 2 minggu

PemadamanKebakaran

Revisi 00 - 08/08/98 12
Tujuan
Menjelaskan persiapan dan pelaksanaan pemadaman kebakaran,
antara lain :
Penggunaan APAR
Pembagian tugas dan kelompok pemadam kebakaran
Pengenalan peralatan yang digunakan dalam
pemadaman
Sistem komunikasi antar petugas/regu pemadaman
Mengetahui cara menggelar dan meringkas selang

PRINSIP TEKNIK
MEMADAMKAN API
Pemahaman pertama
Bahan bakar
Oksigen
Panas / Sumber penyala
Pemahaman kedua (sisi-sisi segitiga api)
Flash point
Flammable range
Fire point
Ignition temperature
Pemahaman ketiga (Tetrahedron of Fire)
Prinsip mendinginkan, misalnya dengan menyemprotkan air
Prinsip menutup bahan yang terbakar, misalnya menutup dengan
busa,
Prinsip mengurangi oksigen, misalnya menyemprotkan gas CO2
Prinsip memutus rantai reaksi api dengan media kimia

Revisi 00 - 08/08/98 13
Prinsip Pemadaman Api

Oxygen

Smothering

Heat Fuel

Cooling

Memadamkan api dengan prinsip menurunkan panas


pada proses pembakaran
Media pemadam yang paling sering digunakan yaitu air.
Air bisa disemprotkan dalam bentuk jet atau spray/tabir.
Jangan semprot air pada bahan cair yang terbakar
karena akan memperluas daerah terbakar.

Revisi 00 - 08/08/98 14
Smothering

Memadamkan api dengan memisahkan Oksigen dari


reaksi pembakaran
Prinsip ini digunakan saat memadamkan api dengan
karung basah.
Pemadaman dengan media pasir menggunakan prinsip
smothering ini.
APAR dengan bahan tepung atau bubuk kimia/chemical
powder.

Starvation

Memadamkan api dengan memisahkan bahan dari


reaksi pembakaran
Prinsip ini digunakan antara lain;

Pemompaan cairan menuju tanki yang aman


Penggunaan katup/ valve pada pipa-pipa gas
atau cairan mudah terbakar
Penebangan pohon atau semak saat kebakaran
hutan

Revisi 00 - 08/08/98 15
JENIS MEDIA PEMADAM KEBAKARAN
DAN APLIKASINYA
Klasifikasi Jenis kebakaran Jenis media pemadam kebakaran
Tipe basah Tipe kering
Air Busa Powder Clean
Agent
Klas A Bahan padat seperti kayu VVV V VV VVV*)
Bahan berharga atau penting XX XX VV**) VVV
Klas B Bahan cair XXX VVV VV VVV
Bahan gas X X VV VVV
Klas C Panel listrik, XXX XXX VV VVV
Klas D Kalium, litium, magnesium XXX XXX Khusus XXX

Keterangan:
VVV : Sangat efektif XXX : Berbahaya
VV : Dapat digunakan *) : Tidak efisien
V : Kurang tepat / tidak dianjurkan **) : Kotor / korosif
X : Tidak tepat
XX : Merusak

Media pemadam jenis halocarbon


(Halon)
Halon 1211 (CF2 Cl Br), mengandung unsur halogen
F, Cl dan Br
Bekerja secara kimia memotong rantai reaksi
pembakaran yaitu mengikat unsur-unsur carbon dan
hydrogen yang berdiri bebas, dan sifat ikatannya
sangat kuat sehingga akan menghentikan rantai
reaksi pembakaran secara kimia. Sifat lain yang
dimiliki pada bahan halogen adalah bersifat radikal
sehingga akan bereaksi secara berantai

Revisi 00 - 08/08/98 16
Media pemadam kebakaran jenis
Clean Agent
Bersih tidak meninggalkan berkas/ noda
Tidak konduktif
Tidak korosif

MEDIA PEMADAM CLEAN AGENT


(Pengganti Halon 1211 & 1301)
Dikutip dari NFPA 2001

FC-3-1-10 Perfluorobutane C4F10


HBFC-22B-1 Bromodifluoromethane CHF2Br
HCFC Blend A Dichlorotrifluoroethane HCFC-123 (4. 75 %) CHCl2CF2
Chlorodifluoromethane HCFC-22 (82%) CHClF2
Chlorotetrafluoroethane HCFC-124 ( 9. 5%) CHClFCF3
Isopropenyl-1-methylcyclohexene 3. 75 %)
HCFC-124 Chlorotetrafluoroethane CHClFCF3
HFC-125 Pentafluoroethane CHF2CF3
HFC-227 ea Heptafluoropropane CF3CHFCF3
HFC-23 Triflouromethane CHF3
IG-541 Nitrogen (52%) N2
Argon (40%) Ar
Carbondioxide (8%) CO2

Revisi 00 - 08/08/98 17
ALAT PEMADAM API RINGAN

DAPAT DIOPERASIKAN SATU ORANG


UNTUK PEMADAMAN MULA KEBAKARAN
SEBATAS VOLUME API KECIL

HARUS SIAP PAKAI PADA WAKTUNYA


MUDAH DILIHAT DAN MUDAH DIAMBIL
KONDISI BAIK
SETIAP ORANG DAPAT
MENGOPERASIKAN DENGAN BENAR,
TIDAK MEMBAHAYAKAN DIRINYA.

ALAT PEMADAM API RINGAN


WATER

POWDER
HALON

FOAM

Revisi 00 - 08/08/98 18
JENIS MEDIA PEMADAM

JENIS BASAH JENIS KERING


- AIR - DRY PORDER
- CO2
- BUSA
- CLEANT AGENT
WATER

POWDER
FOAM

HALON

KEGAGALAN APAR
WATER

POWDER
HALON

2
FOAM

Jenis tidak sesuai

Ukuran tidak sesuai Tidak bertekanan


- bocor
Macet/tidak berfungsi
Menggumpal
Salah penempatan - tunda refill
belum ditunjuk
Petugas
tidak trampil

Revisi 00 - 08/08/98 19
KEGAGALAN APAR
WATER
HALON

POWDER Jenis media tidak sesuai


Klasifikasi api/kebakaran
FOAM

Setiap jenis media pemadam masing-


masing memiliki keunggulan dan
kekurangan, bahkan dapat membahayakan
bagi petugas atau justru memperbesar api

BAGAIMANA MENGGUNAKAN APAR?

P Pull - Tarik pin.

A Aim Arahkan nozzle pada


permukaan api.

S Squeeze Tekan pelatuk


sambil memegang APAR posisi
tegak.

S Sweep Sapukan dari samping


ke samping menutup daerah
terbakar dengan media.

Revisi 00 - 08/08/98 20
ALAT PEMADAM KEBAKARAN
BERODA

Pemadaman Api Besar

Dilakukan;
Saat api sudah membesar/tidak dapat
ditangani secara individu
Oleh tim pemadam yang terlatih
Menggunakan peralatan yang lebih lengkap
Memerlukan bantuan pihak berwenang
setempat (Unit Pemadam Kebakaran
Pertamina)

Revisi 00 - 08/08/98 21
Penyediaan Pompa Kebakaran,
Selang-selang, Nozzle dan Koneksi
Pompa yang ditempatkan dengan sumber air
terdekat akan disediakan di lokasi
Saluran pipa dengan dibuat katup/ hidran
akan di posisikan untuk dapat memproteksi,
bila terjadi kebakaran
Selang-selang pemadam kebakaran dengan
ukuran dan panjang tertentu akan disediakan,
berikut dengan koneksi dan nozzle yang
diperlukan

Peralatan Penyalur Air

Selangkebakaran(firehose)
selang isap (suction hose)
selang tekan (discharge hose)
Alatalatpenyambungselang(hosefitting)
kopling (coupling)
penyemprot (nozzle)
cabang (breeching)
turunan (adaptor)

Revisi 00 - 08/08/98 22
Regu Pemadam
Jumlah anggota regu disesuaikan dengan kondisi yang
ada di lokasi pemboran dan ruang akomodasi. Untuk
latihan selang fire hydrant satu regu terdiri dari;

Kepala regu
Mekanik
Nozzle-man
Pembantu/helper

Teknik Pemadaman
Lakukan penekanan gas masuk kembali ke
dalam formasi melalui cara engineering
Bila terjadi kebakaran awal, tutup gas/ cairan
mudah terbakar dari sumbernya
Bila terjadi kebakaran besar di luar sumur
gunakan teknik pemadaman seperti cara
yang digambar dalam slide ini
Bila terjadi kebakaran pada sumur migas,
maka Bagian Engineering dan Fire Safety
Pertamina, akan berusaha memadamkannya

Revisi 00 - 08/08/98 23
Peralatan Penyalur Air

Kuncikunciselang(spanner)
untuk pin lug
untuk rocker lug
untuk hole-type lug
kombinasi dari ketiganya

Peralatan Penyalur Air

Penyemprot (nozzle)
penyemprot monitor (monitor nozzle)
portable
fixed
penyemprot tangan (handline nozzle)
penyemprot pancaran utuh (solid stream/jet
nozzle)
penyemprot pancaran tirai (spray nozzle)
tak dapat diatur (non-adjustable spray
nozzle)
dapat diatur (adjustable spray nozzle)
kombinasi (combination spray nozzle)
penyemprot khusus (special type nozzle)

Revisi 00 - 08/08/98 24
Peralatan Penyalur Air

Cabang (breeching)
cabang pembagi (deviding breeching/devider)
WYES
Water thief
cabang pengumpul (collecting breeching /
siamese / collector)
Turunan (adaptor)
antar macam kopling
antar jenis kelamin
antar diameter

Jenis Gulungan Selang


Gulungan (roll)
gulungan tunggal (single roll)
gulungan ganda (double roll, dutch roll, donut roll)
Lipatan (flaking/folding)
accordion
flat
bentuk U / tapal kuda (horse-shoe type)
Bentuk angka 8 (Figure on Eight)

Revisi 00 - 08/08/98 25
Gulungan Tunggal Gulungan Ganda

Cara Menggelar Selang


Gulungan
- Dengan dilemparkan arah mendatar ke bawah
- Arah lemparan ke arah sumber api
- Gelaran selang tidak boleh terpuntir
Lipatan
- Ujungnya langsung dibawa ke arah api

Revisi 00 - 08/08/98 26
Cara Meringkas Selang

Luruskan selang sehingga tidak ada tekukan


Kemudian buang air dalam selang dari arah
sumber air menuju arah sumber api
Gulunglah selang dari arah sumber api
menuju sumber air

Penggelaran/Lay Out

Gelaran selang jangan sampai ada yang terpuntir


Ikatan kopling pada selang harus kencang dan baik
dalam menahan tekanan air

Revisi 00 - 08/08/98 27
Pemadaman

Posisi memegang nozzle bertekanan dan kuda-kuda


harus mantap
Membuka dan menutup nozzle, arah harus ke atas
dengan kuda-kuda baik
Sebelum mengubah spray ke jet, kuda-kuda harus
mantap
Jika tidak kuat menahan tarikan selang, jangan nozzle
dilepaskan tapi jongkok untuk mengurangi tarikannya

Menggulung

Sebelum membuka kopling, turunkan tekanan


pompa dan hilangkan tekanan dalam selang
dengan membuka nozzle
Melepas kopling jika selang masih bertekanan
dapat menyebabkan selang lepas dan melukai kita
Gulung kembali selang dengan prosedur yang
benar dan pastikan sisa-sisa air dalam selang telah
dikeluarkan

Revisi 00 - 08/08/98 28
TERIMA KASIH

Revisi 00 - 08/08/98 29
HSEANDDRUG&ALCOHOLPOLICY
Kebijakan ini,perusahaan harus dipunyai oleh suatu perusahaan yang
ditanda tangani oleh TopManajemen
Ada beberap kebijakan lainsesuai kebutuhan seperti:Kebijakan
berkendaraan,Kebijakan MedicalCheckup,Kebijakan Larangan
Merokok dll.)
Kebijakan ini harus direvisi sesuai bisnis perusahan,minimal2tahun
harus direvisi,tuliskan tingkat revisinya.
Harus disosialisasikan kepada karyawan dengan cara sbb:
1. Dalam SafetyMeetingyangdijelaskan oleh Direktur/HSE
Coordinator/Manager/Supervisor
2. Ditempatkan ditempat dimana semua karyawan mudah
membacanya
3. Dimasukkan dalan buku saku
4. Dijelaskan dalam orientasi karyawan sewaktu baru bergabung
diperusahaan.
HSEManual,HSEAdministration
andSafeWorkingProcedures
Dokumen ini sebagai pedoman perusahaan dalam
pelaksanaan sistem manajemen HSE
Harus direvisi minimal2tahun sekali.
Harus ditanda tangani oleh Manajemen sebagai dokumen
yangsah oleh perusahaan
Dokumen ini harus terkontrol jika diberikan kepada
orangorang yangditunjuk dalam perusahaan,tetapi jika
diberikan pihak ketiga harus ditulis uncontrolled.

IMPLEMENTASIHSEMANAGEMENTSYSTEM
PELATIHANDANKOMPETENSI

Adanya Matrik Kebutuhan Pelatihan untuk karyawan


perusahaan setiap tahunnya.
Dibuatkan jadual rencana pelaksanaannya
Dicatat implementasi pelaksanaannnya
Dicatat bukti pelaksanaannya :Daftar Hadir,Sertifikat,
Handout.
Dibuatkan daftar cacatan personil,tentang pelatihan yang
pernah diikuti.
Pelatihan ini dapat diberikan secara InHouseTrainingatau
mengikuti di Perusahaanpenyelengara pelatihan secara
umum (publictraining)
IMPLEMENTASIHSEMANAGEMENTSYSTEM
PELATIHANDANKOMPETENSI
(Lanjutan)

ContohPelatihanHSE
SafetyInduction:SemuaPersonilyangbaru
bergabungdanpersonilyangdipromosikanharus
diberikanSafetyInduction,danPersonildiminta
untukmenandatanganisuratpernyataanbahwa
personiltelahmengertidanakanmematuhiisidari
SafetyInductiontersebut.
HSEManagementSystem
HazardIdentificationandRiskAssessment
DDC,Fire,Survivaldll

IMPLEMENTASIHSEMANAGEMENTSYSTEM
KOMUNIKASIDANINFORMASIHSE

Buletin/BeritaK3L
PapanPengumumanK3LL
Memo
PosterK3LL
IMPLEMENTASIHSEMANAGEMENTSYSTEM
RAPATKESELAMATANKERJA
BuatkanSchedule
Dilakukanuntuksetiappergantianshift
DilakukandalamHSEsupervisorMeeting
DilakukandalamRiskAssessmentMeeting
DilakukandalamrapatHSETingkatManagement
setiapsebulansekali
BuatDaftarHadirdanRisalahRapatnya

IMPLEMENTASIHSEMANAGEMENTSYSTEM
IDENTIFIKASIBAHAYADANPENILAIANRESIKO
Buat matrik penilaian Resiko,Resiko Didapat dari perkalian
antara konsekuensi xprobability,matrixini disesuaikan
dengan perusahaan masingmasing
Buatkan daftar bahaya,
Lakukan GeneralRiskAssessment
Identifikasi setiap bahaya dari kegiatan,analisa
konsekuaesinya,buat tingkat resikonya,lakukan
pengendalian bahayanya dan kemudian kita berikan
rekomendasi setiap kegiatan tersebut
Lakukan JobSafetyAnalysis,pekerjaan dengan resiko Tinggi
Tuliskan langkahlangkahnya,identifikasi potensial setial
langkah dan berikan rekomendasi setiap langkah tersebut.
IMPLEMENTASIHSEMANAGEMENTSYSTEM
HSEINSPECTION
Lakukan Inspeksi terhadap fasilitas perusahaan
1. Kendaraan
2. Peralatan Pemadam
3. HousekeepingKantor
4. Inspeksi fasilitas pengurusan Dokumen Dll.Jika
sudah dilakukan Inspeksi,pastikan ada hasil dari
tindak lanjutnnya,pastikan sudah closeout

IMPLEMENTASIHSEMANAGEMENTSYSTEM
PREVENTIVEMAINTENANEOFEQUIPMENT
Adanya jadual pemeliharaan peralatan semua fasilitas
perusahaan terutama peralatan dari bisnis yang
menjadi coreperusahaan

Buat jadual,apakah harian,mingguan,tahunan dan


apakah harus adanya sertifikasi dll.
IMPLEMENTASIHSEMANAGEMENTSYSTEM
HSERECORDKEEPING
Melakukan pencatatan Kinerja HSEdengan membuat
statistik yangterdiri dari
1. Jumlah Karyawan,Jumlah JamKerja,Jumlah
Kecelakaan yangfalality,LTA,RWC,MTC,FAC,
NearMiss,Properti Damage,Recordable
Frekwensi Rate,LTAFrekuensi Rate.

Jika Mengacu OSHAdengan dikalikan 200.000


Jika Mengacu ANSIdengan dikalikan 1000.000
Buat Statistik setiap bulannya dan tahunan

IMPLEMENTASIHSEMANAGEMENTSYSTEM
HSERECORDKEEPING
Melakukan pencatatan Kinerja HSEdengan membuat
statistik yangterdiri dari
1. Jumlah Karyawan,Jumlah JamKerja,Jumlah
Kecelakaan yangfalality,LTA,RWC,MTC,FAC,
NearMiss,Properti Damage,Recordable
Frekwensi Rate,LTAFrekuensi Rate.

Jika Mengacu OSHAdengan dikalikan 200.000


Jika Mengacu ANSIdengan dikalikan 1000.000
Buat Statistik setiap bulannya dan tahunan
IMPLEMENTASIHSEMANAGEMENTSYSTEM
ACCIDENT/INCIDENTREPORTING
ANDINVESTIGATION
GunakanFormulirstandard
Pastikanadapembahasanterjadinyakecelakaan
ditingkatmanajemen.

IMPLEMENTASIHSEMANAGEMENTSYSTEM
PERSONALPROTECTIVEEQUIPMENT

Buat catatan penerima Alat Pelindung Diri (Sepatu,Topi,


Kacamata)
Buat Surat Penyataan dari masingmasing penerima yang
menyatakan akan memakai dan memeliharanya
Adanya Pelatihan Penggunaan PPE(Bisa dalam Safety
Meeting)
Buat Daftar StockAlat Pelindung Diri
IMPLEMENTASIHSEMANAGEMENTSYSTEM
CONTRACTORANDSUPPLIERHSECONTROL

JikaKitamempunyaiSubKontraktorharuskita
lakukanseleksiterhadapperusahaanperusahaan
tersebutdenganmengacupadaaspekHSE.

IMPLEMENTASIHSEMANAGEMENTSYSTEM
PERMITTOWORKSYSTEM

LakukanIjinKerja,jikaakanmelakukanpekerjaan
ditempatyangmengharuskanmenggunakanijinkerja
IMPLEMENTASIHSEMANAGEMENTSYSTEM
OCCUPATIONALHEALTH

AdanyaKebijakanMengenaiMedicalCheckupdan
implementasinya
AdanyaKebijakandalamperaturanperusahaanyang
menyatakanadanyatanggungjawabperusahaan
terhadapkecelakaandanKesehatanKaryawan
Jamsostek

IMPLEMENTASIHSEMANAGEMENTSYSTEM
PENANGANANBAHANBAHANBERBAHAYA

PeliharaMSDS(LembarDataInformasiKeselamatan
Bahan)
IMPLEMENTASIHSEMANAGEMENTSYSTEM
EMERGENCYRESPONSEPLAN(ERP)

Adanya Prosedur
Adanya TeamERPtermasuk peran dan tanggung jawab
Adanya Flowchart,jika terjadi kecelakaan dilokasi
Untuk di kantor buat denah kantor,buat routeevakuasinya
Tentukan tempat berkumpul yangaman serta letak alatalat
keadaan darurat
Adanya Gladi Keadaan Darurat (Kebakaran,Ancaman Bom,
Gempa Bumi)

IMPLEMENTASIHSEMANAGEMENTSYSTEM
ENVIRONMENTPROTECTION

PengelolaanOliBekas
PengelolaanSampah(BuatBakSampahuntuk
SampahBasahdanSampahkering)
IMPLEMENTASIHSEMANAGEMENTSYSTEM
HSEAUDIT

Lakukan Auditminimalsetahun sekali dari implementasi


HSEManagementSystemyangtelah kita tetapkan.
Dapat dilakukan secara Internaldan Ekternal
Pastikan Temuannya di tindak lanjuti (Dibicarakan dalam
Rapat tingkat Manajemen,dgbukti di risalah rapat.

IMPLEMENTASIHSEMANAGEMENTSYSTEM
SAFEWORKINGPRACTICE

BuatBukuSakuuntukpedomanparaKaryawan
ImplementasiKesadaranparaKaryawan
IMPLEMENTASIHSEMANAGEMENTSYSTEM
KEANGGOTAANPERUSAHAANDALAMhse

MengikutiMailingListK3
SebagaiAnggotaAsosiasiAhliKeselamatandan
KesehatanKerja
BritishSafetyCouncil
Dll.

IMPLEMENTASIHSEMANAGEMENTSYSTEM
OBJECTIVEDANPROGRAM

Tentukan Objectivedan ProgramHSESetiap tahun


Objective:NoLTA,NoOilSpill,NODownTimeDll.
Catat pelaksanaan dari programtersebut (Contoh
program:Taining,Gladi Keadaan Darurat,Meeting
dll.)
SISTEM PELAPORAN DAN
PENCATATAN KINERJA HSE

Lingkup
Man hours:
adalah Jumlah Jam Kerja karyawan dalam bekerja
Total Man Hours:
adalah Total jam kerja keseluruhan karyawan
tanpa memperhitungkan adanya hilang jam kerja
akibat kecelakaan
Total Safe Man Hours adalah Total jam kerja
keseluruhan karyawan dengan memperhitungkan
adanya kecelakaan yang mengakibatkan hilang
jam kerja akibat kecelakaan

1
FIRST AID CASE (FAC)
Semua cedera yang menyebabkan
goresan, teriris, terbakar dan hal-hal lain
yang tidak memerlukan perawatan medis
yang serius

MEDICAL TREATMENT CASE (MTC)


(Kasus Cedera Dengan Perawatan Medis)
Adalah cedera termasuk perawatan medis
yang melebihi kasus pertolongan pertama
dimana pekerja dapat bekerja kembali
secara normal

2
RESTRICTED WORKDAY CASE
Kasus Hari Kerja dengan Pembatasan

Kecelakaan yang menngakibatkan pembatasan


aktivitas kerja terjadi bila karyawan tidak dapat
melakukan semua pekerjaan rutinnya, namun
tidak mengakibatkan kehilangan hari kerja.(1)
pekerja ditugaskan sementara untuk pekerjaan
lain (2) pekerja tidak dapat melakukan semua
atau sebagian tugas rutinnya dalam shift (3)
pekerja bekerja tugas yang diberikan namun
tidak bekerja pada seluruh shift/tour. Kasus hari
kerja dengan pembatasan terjadi sebagai
konsekuensi kerja kerena cedera/ sakit.

LOST TIME ACCIDENT


Kehilangan Hari Kerja akibat Kecelakaan

Suatu kecelakaan akibat kerja (cedera atau


sakit) pada karyawan dimana dokter atau
petugas medis profesional yang memiliki
lisensi merekomendasikan satu hari atau
lebih meninggalkan pekerjaan karena
kecelakaan tersebut

3
FATALITY-KEMATIAN (FAT)
Fatality - kematian atau kejadian fatal
lain yang disebabkan oleh cedera
akibat kerja.

Recordable Accident/ Injuries


Frequency Rate
Tingkat Kekerapan cedera yang tercatat -
jumlah cedera per satu juta jam kerja pekerja.
Cedera yang Menjadi Catatan - termasuk
Kematian (FAT), Cedera Dengan Hilang Hari
Kerja (LTA), Cedera Dengan Kerja Ringan
(RWC), Cedera Dengan Perawatan Medis
(MTC), Kecuali Cedera Perawatan P3K (FA)

4
Tingkat Kekerapan Cedera
(Injury Frequency rates)
Jumlah cedera per satu juta jam kerja
pekerja.

Jumlah cedera yang tercatat x 1,000,000

Jumlah jam kerja

Lost Time Accident


Frequency Rate
Tingkat Kekerapan Kecelakaan dengan
kategori hilang hari kerja ( LTA) - jumlah
cedera per satu juta jam kerja pekerja.

5
Tingkat Kekerapan Cedera
(Injury Frequency rates)
Jumlah LTA per satu juta jam kerja pekerja.

Jumlah LTA yang tercatat x 1,000,000

Jumlah jam kerja

CONTOH STATISTIK KECELAKAAN


NO. DESCRIPTION 1997 1998 1999 2000 2001 *
1. Man-hours 25,344 105,800 211,200 261,184 26,400

2. Man-hours Cumulative 25,344 131,114 342,314 603,498 629,989


3. No. of Fatality 0 0 0 0 0
4. No. of Lost Time Injury (LTI) 0 0 0 0 0
5. No. of Restricted Work Case 0 0 0 0 0
(RWC)
6. No. of Medical Treatment Case 0 2 1 1 1
(MTC)
7. Fatal Accident Rate 0 0 0 0 0
8. Lost Time Injury Frequency Rate 0 0 0 0 0
**)
9. Total Recordable Rate 0 15.25 8.7 6.63 7.94
10. No. of Property Damage 0 0 0 1 1

*) Status: 30th April 2001


.**)
Lost Time Injury Freq.Rate = (No.of Cases x 200,000) : (No.of Man-hours)
Total Recordable Fre.Rate = < No.of Cases (3, 4, 5, 6) x 200,000> : < No.of Man-hours>

6
HEALTH, SAFETY AND ENVIRONMENTAL PROGRAMS
PROGRAM KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINDUNGAN LINGKUNGAN
2017
Main Objective:
Sasaran Utama
1. Zero Accident
Tanpa Kecelakaan
2. Zero Oil Spill Pollution
Tanpa adanya tumpahan minyak yang menyebabkan polusi
3. Zero Down Time
Tanpa adanya hilang waktu operasi
4. Occupational Illness: 0 cases
Penyakit akibat kerja : 0 kasus
PROGRAMS INVOLVEMENT FREQUENCY OUTCOME/ ACTIVITIES
NO
PROGRAM KETERLIBATAN FREKWENSI TUJUAN/AKTIVITAS
1. Risk Assessment Supervisor, Operations Every project/ work To identify associated hazards of the
(Job Safety Manager and HSE services prior to step of the work, assess the risk and
Analysis)) Coordinator commencement of the provide the required safety
Penilaian Resiko work precautions.
(Analisa Setiap Proyek/sebelum Mengidentifikasi bahaya-bahaya
Keselamatan pelaksanaan pekerjaan yang berhubungan dengan langkah-
Keselamatan dimulai langkah kerja dari suatu pekerjaan,
Pekerjaan) menilai resikonya dan langkah
pengendalian bahaya.
2. Safety Induction All personnel Prior to commence the To provide the required HSE
& Refresher Semua Personil project/ service and knowledge and skills regarding safe
Program refresher course will be working practices.
Program held every 6 month Untuk memberikan pengetahuan dan
Penyegaran dan Sebelum pelaksanaan ketrampilan HSE diperlukan dan
Page 1 of 5
PROGRAMS INVOLVEMENT FREQUENCY OUTCOME/ ACTIVITIES
NO
PROGRAM KETERLIBATAN FREKWENSI TUJUAN/AKTIVITAS
Orientasi HSE pekerjaan proyek dan ketrampilan dalam melaksanakan
kursus penyegaran praktek kerja aman.
akan dilaksanakan
setiap 6 bulan.

3. HSE Training All personnel Based on training To improve knowledge and skills of
Courses Semua Personil schedule personnel and for competence req.
Pelatihan HSE Berdasarkan Jadual Meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan serta kompetensi
personil.
4. Pre-Task Briefing/ All personnel At the beginning of To discuss the associated hazards for
Toolbox Meeting Semua Personil work/ tour the work and review the safe working
Rapat Awalan Sebelum Memulai practices.
Kerja Pekerjaan Membicarakan bahaya-bahaya
yang berhubungan dengan
pekerjaan dan lingkungan kerja yang
sedang dilaksanakan hari tersebut
serta meninjau ulang cara-cara kerja
aman.
5. Safety Meeting All staff Monthly To review previous monthly safety
Rapat Semua Staff Bulanan performance and discuss Safety
Keselamatan Kerja Program .
Membahas masalah-masalah operasi
yang terkait dengan HSE dan
pemecahan masalahnya serta
program HSE

Page 2 of 5
PROGRAMS INVOLVEMENT FREQUENCY OUTCOME/ ACTIVITIES
NO
PROGRAM KETERLIBATAN FREKWENSI TUJUAN/AKTIVITAS
6. Safety Observation All personnel Daily To improve safety behavior of
Observasi HSE Semua Personil Harian personnel as well as to reduce
accident at workplaces and tenant
premises.
Peningkatan perilaku selamat (aman)
karyawan sekaligus mengurangi
kecelakaan di tempat kerja.

7. HSE Inspection Supervisor, Operations Weekly To identify unsafe acts and conditions
Inspeksi HSE Manager and HSE Mingguan during inspections of work site and
Coordinator facilities.
Mengidentifikasi perbuatan dan
kondisi tidak aman pada tempat
kerja dan fasilitas.

8. Equipment Supervisor, Operations Min. every 1 month To improve maintenance system of


Inspection Manager and HSE Min. setiap 1 bulan equipment.
Pemeriksaan Coordinator Meningkatkan sitem pemeliharaan
Peralatan dari peralatan

9. Emergency Drills All personnel Site: Join Client Program To familiarize the Emergency
(Fire/ Explosion and Semua Personil Office: Every 6 months Response Plan
Personal Injury) Lokasi: Bergabung Familirisasi program tanggap darurat..
Latihan Gladi Kasus dengam Klien
Darurat / Kantor: Setiap 6 bulan
Emergency
(Kebakaran,

Page 3 of 5
PROGRAMS INVOLVEMENT FREQUENCY OUTCOME/ ACTIVITIES
NO
PROGRAM KETERLIBATAN FREKWENSI TUJUAN/AKTIVITAS
peledakan, dan
kecelakaan mayor)

10. Medical/ Physical All staff Min. yearly. Fit to work particularly works.
Checks Semua Staff Min. tahunan Pemerikasaan kesehatan dalam
Pemeriksaan Medis hubungannya dengan pelaksanaan
pekerjaan .
11. Waste Handling Supervisor, Operations Weekly Monitor collection and disposal
Monitoring Manager and HSE Bulanan program of used cans, dirty lubes oil,
Pemantauan Coordinator etc.
Penanganan Memantau pengumpulannya dan
Limbah program disposal dari kaleng, oli
bekas dll.
10. HSE Audit Management Every year To record non-conformance and
Audit HSE Manajemen Setiap Tahun correctivee actions and measure the
effectiveness of HSE System.
Mencatat ketidak sesuaian dan
tindakan perbaikan dan pengukuran
keefektifan dari pelaksanaan Sistem
Manajemen HSE

Jakarta, Jan 2017

Page 4 of 5
Page 5 of 5
PRAKTEK-PRAKTEK KERJA AMAN
PADA OPERASI DRILLING,
WORKOVER & WELL SERVICE

TUJUAN
Memahami praktek kerja aman/ selamat bagi
personil yang bekerja dalam team operasi
pemboran untuk tercapainya produktivitas kerja
yang tinggi tanpa adanya kecelakaan atau
kerugian terhadap sumber-sumber daya;
manusia, harta benda, dan lingkungan hidup.
Tanpa Adanya Kecelakaan (Zero Accident)
Tanpa Adanya Pencemaran Lingkungan (Zero Oil Spill Pollution)
Tanpa Adanya Hilang Waktu Operasi (Zero Down Time)
Tanpa Adanya Penyakit Akibat Kerja (Zero Occupational Illness)

1
TANGGUNG JAWAB HSE
(DRILLING PERSONNEL & SUPPORT PERSONNEL)
Bertanggung jawab untuk melakukan praktek-praktek
kerja secara aman
Bertanggung jawab terhadap keselamatan diri sendiri
dan teman sekerja
Melakukan tindakan untuk menghentikan, memperbaiki
keadaan yang tidak aman
Melapor segera setiap kecelakaan, cedera, tindakan
yang tidak aman kepada Leadernya
Aktif berpartisipasi dalam rapat-rapat HSE yang telah
ditetapkan
Membantu penyelidikan kecelakaan
Memahami peraturan HSE perusahaan dan klien serta
menerapkannya dalam pekerjaan

PENYEBAB:
PELAKSANAAN KERJA YANG
KURANG AMAN

Memperbaiki peralatan kerja

Posisi bekerja yang tidak benar


Cara mengengangkat yang tidak benar

Posisi tangan yang tidak benar

Penggunaan PPE yang tidak benar

Penggunaan Perlengkapan yang tidak benar

Penggunaan peralatan yang cacat

Mekanisme keselamatan tidak dilaksanakan

Kecepatan kerja yang salah

Cara memegang yang salah

Tidak adanya peringatan


Mengoperasikan kendaraan tanpa lisensi

0 5 10 15 20 25 30
# of Accidents

2
PENYEBAB :
FAKTOR PERORANGAN

Sasaran yang saling bertentangan

Kurangnya Motivasi

Beban mental dan psikologis

Beban phisik

Kurangnya ketrampilan

Kurangnya pengetahuan

Kemampuan psikologis kurang memadai

Kemampuan phisik kurang memadai

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Jumlah Kecelakaan

CONTOH
POSISI TANGAN YANG SALAH

Roda Katrol Kumparan Kabel Rig


Pinch (Tempat Jepitan) (Tempat Jepitan)
point !
PPE tidak LEngkap

Titik
Jepit

3
CONTOH

POSISI TANGAN YANG SALAH

MARILAH KITA LIHAT CONTOH-CONTOH LAINNYA

Perhatian
terganggu
Perhatian tidak
terarah
Kurang
pengetahuan
Gagal
memberikan
peringatan
Sudah menjadi
kebiasaan

Posisi Tangan di
Titik Jepit 05/100/90

AKIBATNYA
INI SEHARUSNYA
DAPAT DIHINDARI.
BAGAIMANA
CARANYA?
Dengan memperkirakan
sebelumnya resiko-resiko
yang dapat timbul.
Mengenali jepitan-jepitan yang
mungkin timbul sebelum mulai
bekerja.
Saya tidak mau hal ini
terjadi pada diri saya Berhati-hati dalam
atau rekan saya ! menempatkan jari tangan.
05/100/90

4
LANGKAH-LANGKAH
PELAKSANAAN PEKERJAAN
DENGAN AMAN

LANGKAH-LANGKAH
PELAKSANAAN PEKERJAAN DENGAN
AMAN

1. MEMUTUSKAN
2. BERHENTI
3. OBSERVASI
4. BERPIKIR
5. BERTINDAK

5
LANGKAH 1: MEMUTUSKAN
Ketika Anda melakukan kegiatan kerja, seperti : welding,
grinding, painting atau lainnya, putuskan bahwa safety
punya prioritas utama.
Tugas-tugas yang diberikan Supervisor Anda begitu
penting, tetapi juga sama pentingnya dengan
keselamatan dan mutu.
Barangkali Anda ragu? Betulkah demikian ? Karena
atasan Anda selalu mendesak untuk mengejar produksi.
Namun Supervisor anda memerintahkan, tidaklah
memaksakan Anda bekerja tanpa memikirkan
keselamatan Anda dan teman-teman sekerja Anda.
Perusahaan punya komitmen yang kuat untuk ini, dan
perusahaan juga berusaha mengatur keseimbangan
antara safety, produksi dan mutu.

LANGKAH 2: BERHENTI (STOP)

Sebelum memulai kegiatan tersebut, berhentilah


sesaat.
Perhatikan daerah Anda secara keseluruhan,
kegiatan apa yang sedang dilakukan di sana
dan apa yang akan Anda lakukan. Mungkinkah
ada bahaya-bahaya terjatuh, terjepit, tertumbur,
dll ?.

6
LANGKAH 3: AMATI (OBSERVASI)
Amati tindakan-tindakan dan kondisi-kondisi yang
tidak aman
1. Observasi Diri
Untuk mengobservasi diri Anda sendiri, Anda
gunakan buah pikiran (mind eye/mata pikir) untuk :
Berpikir tentang bagaimana Anda melaksanakan
pekerjaan Anda yang lewat.
Berpikir tentang bagaimana Anda melakukan
atau merencanakan pekerjaan sekarang.
Bandingkan dua macam pendapat Anda
tersebut dengan proses lain yakni bagaimana
pekerjaan itu seharusnya dilaksanakan secara

LANGKAH 3: AMATI (OBSERVASI) Lanj. 1


CONTOH
Sebagai contoh merencanakan penggunaan tangga untuk
mengganti lampu.
Pertama pikirkan tentang bagaimana Anda menggunakan
tangga di masa lalu : Apakah saya pernah jatuh dari tangga,
apakah saya selalu menggunakan tangga dengan benar,
apakah yang dapat saya kembangkan sekarang ?
Berikutnya, pikirkan tentang bagaimana Anda merencanakan
penggunaan tangga tersebut. Jika Anda menggunakan
tangga ini, Anda harus berdiri di atasnya untuk bisa mencapai
lampu tersebut.
Dengan berdiri di atas tangga, dapatkah Anda terjatuh,
apakah ini akan aman ?
Akhirnya, tanyakan pada diri sendiri bagaimana Anda
seharusnya menyeleksi dan menggunakan tangga untuk
pekerjaan tersebut :
Apakah ada cara yang aman lainnya (seperti prosedur

7
LANGKAH 3: AMATI (OBSERVASI) Lanj. 2
2. Observasi Total
Observasi total melibatkan penggunaan indera Anda;
pandangan, pendengaran, penciuman, dan sentuhan, guna
menentukan apakah daerah kerja Anda aman.
Metode ini diawali dengan observasi sendiri dan meluas di
daerah kerja Anda. Dengan menggunakan observasi total,
Anda memperhatikan segala sesuatu yang Anda lihat.
Cara menggunakan observasi total adalah :
- Lihat ke Atas, Bawah, Belakang dan Dalam (ABBD/ABBI).
- Dengar suara-suara yang tidak biasa.
- Cium bau-bau yang tidak biasa.
- Rasakan suhu dan getaran yang tidak biasa.

Bagaimana Observasi sendiri dan Observasi total dilakukan


bersama-sama ?

LANGKAH 3: AMATI (OBSERVASI) Lanj. 3


CONTOH
Bilamana Anda beristirahat pada waktu coffee time di tempat
kerja, Anda mendengar bunyi seperti gas yang keluar dari
selang. Sekarang gunakan buah pikiran Anda seolah-olah ada
karyawan lain yang merokok di sana sementara ada gas bocor.
Bagaimana Anda mengatasi situasi tersebut ?
Apakah Anda akan merasa cukup aman, karena menurut
Anda hanya selang angin kompresor yang tidak tertutup.
Apakah Anda gunakan Observasi total untuk melihat,
mendengar dan merasakan sebelum memutuskan tindakan
apapun.

Menurut Anda bagaimana ?

8
LANGKAH 3: AMATI (OBSERVASI) Lanj. 4

Di sini belajar untuk melakukannya dengan cara yang


benar yakni :
Pertama-tama, Anda DENGAR sumber suara, LIHAT
dari mana sumbernya, dan CIUM bau gas apa yang
bocor tersebut ? Karena kalau hanya menggunakan
dasar perkiraan saja ini sangat membahayakan.
Bilamana ternyata ada gas acetylene yang tidak
tertutup dan karyawan merokok di sana maka ini akan
dapat membakar daerah sekitarnya.
Dengan Anda mengetahui pasti sumber gas tersebut,
maka Anda atau karyawan lain dapat melakukan
perbaikan yang sesuai.

LANGKAH 3: AMATI (OBSERVASI) Lanj. 5

Kebanyakan karyawan sukar melaksanakannya,


antara lain alasannya saya tidak punya waktu.
Terburu-buru melakukan pekerjaan bukanlah
menghemat waktu, tetapi kenyataannya bisa
menjadi penyebab banyaknya waktu yang hilang,
dimana bisa saja terjadi kecelakaan atau mutu
kerja yang tidak baik, dan seandainya dengan
beberapa detik Anda melakukan perihal di atas
niscaya pekerjaan akan dilakukan lebih baik,
bermutu dan tanpa terjadi kecelakaan.

9
LANGKAH 4: BERPIKIR (THINK)

Pikirkan tentang apa yang yang telah Anda


amati, Anda pertimbangkan bagaimana
pekerjaan itu dapat dikerjakan secara aman.
Disini Anda coba menggunakan SIKAP
BERTANYA. Bilamana observasi ini Anda
lakukan untuk Anda sendiri atau pada waktu
tidak adanya teman sekerja di sekitarnya,
pertanyaan ini cukup diucapkan dalam hati,
namun bilamana ada mereka atau teman di
tempat Anda, maka pertanyaan ini hendaklah
dikeluarkan sebagai bahan diskusi pada
kelompok Anda tersebut.

LANGKAH 4: BERPIKIR (THINK) Lanj. 1

Sikap bertanya dimaksud adalah :


Hal-hal apa yang tidak diharapkan tetapi mungkin terjadi
selama Anda melakukan pekerjaan ? Contoh : bagi Welder, Anda
sudah punya perkiraan mungkin saja yang tidak diharapkan dapat
terjadi, seperti : selang gas dan oksigen mungkin saja bisa bocor
karena clamp yang tidak baik/bukan standarnya, atau dapat tergilas
kendaraan, dll. Bagi Electrican dan Mekanik, mungkin kabel listrik
terkelupas karena gesekan pipa atau percikan api, selang hydraulic
pecah, dll.
Kecelakaan apa yang dapat terjadi jika hal-hal yang tidak
diharapkan terjadi? Apakah dapat terbakar karena selang
acytelene bocor, sementara Anda masih menggunakan api di
dekatnya ? Apakah teman kita dapat tersetrum listrik karena lewat di
sana ?, dll.
Bagaimana pekerjaan tersebut dapat dikerjakan dengan lebih
aman ? Bagaimana kalau Anda memeriksa lebih dulu fasilitas dan
lingkungan kerja Anda/kita sebelum kerja ? Bagaimana kalau Anda
perbaiki hal-hal yang tidak aman tersebut ?

10
LANGKAH 5: BERTINDAK (ACT) Lanj. 1
Ketika Anda bertindak, Anda perlu
menerapkan pertimbangan yang baik
untuk mengambil tindakan apa saja
untuk menghilangkan dan mencegah
tindakan dan kondisi tidak aman.
Begitu Anda mengenali hal-hal yng
tidak aman tersebut Anda akan
bertindak untuk menghilangkan
segera.

HARAPAN
KITA SEMUA DAN PERUSAHAAN

11
1. SAFETY INDUCTION & ACCESS CONTROL

SAFETY INDUCTION
Pastikan anda dan rekan anda telah menerima Safety Induction
sehingga anda mengetahui bagaimana melaksanakan praktek-
praktek kerja aman.
Pastikan anda mengetahui:
Kebijakan PT. ANTAREJA RESOURCES & Kebijakan Klien,
Prosedur Praktek Kerja Aman, Penilaian Resiko,Pengelolaan
Limbah/ Sampah, Rapat HSE, Pengenalan tempat kerja,Program
Tanggap Darurat,Bantuan Medis,Observasi Keselamatan Kerja,
Pelaporan kecelakaan/ insiden, & pencemaran lingkungan, Dll.
ACCESS CONTROL
Memastikan bahwa hanya orang yang
berhak saja yang dapat masuk/bekerja di
operasi Rig.
Pastikan Anda telah menerima Safety
Card dan mematuhinya, apabila anda
sedang melakukan aktivitas di lokasi
pemboran

12
2. BAHAYA PEMAKAIAN PERHIASAN

Memakai perhiasan pada waktu bekerja juga merupakan salah


satu penyebab cedera pada tangan dan jari tangan:
Cincin dapat menyebabkan cedera berat dan bahkan amputasi
apabila tercepit !
Jam tangan dengan gelang logam akan dapat menyebabkan
luka dalam sampai ke tulang dalam beberapa detik saja.
Jam tangan dengan gelang logam dapat menjadi penghantar
listrik yang dapat menyebabkan terbakar berat dan bahkan
kematian.
Gelang, cincin atau perhiasan lainnya tidak boleh dipakai pada
waktu kerja di rig.
05/100/90

2. BAHAYA PEMAKAIAN PERHIASAN (Lanj.)

AKIBATNYA
Sekretaris ini sedang bekerja di
kantor.

Ia membuka sebuah filing


cabinet untuk mengambil
beberapa dokumen.

Kabinet tersebut menutup dengan


sendirinya dan menjepit
tangannya tanpa ada peringatan
terlebih dahulu.

Cincinnya terjepit sewaktu ia


mencoba melepaskan tangannya
ring !

Apa lagi di rig . !!


ITULAH YANG TELAH
TERJADI !
05/100/90

13
3. BAHAYA GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S)

3. BAHAYA GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S)

PROPERTI H2S
Rumus Kimia : H2S
Nama Kimia : Hydrogen Sulfide (Hydrogen
Sulfida)
Berat Jenis : 1,189
Titik Didih : -76,4 F (-60.2 C)
Suhu Penyalaan sendiri (Auto Ignition Temp):
500 F (260 C)
Batas Bisa Terbakar (Flammable Range) :
4,3 46% by volume

14
3. BAHAYA GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) Lanj.)

PROPERTI H2S
Kelarutan : Larut dalam minyak dan air
(Solubilitas)
Ujud Fisik : Tidak berwarna
Bau : sangat keras baunya sifatnya
menyerupai bau telor busuk
Beracun
Mudah bergerak ditiup angin atau pergerakan udara
Bersifat korosif
Nyala dengan api berwarna biru untuk mengurangi Sulfur Dioxide (SO2)

3. BAHAYA GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) Lanj.)

TINGKAT BAHAYA H2S


H2S (ppm) Effects & Symptoms
H2S 4.60 Bau tercium
HYDROGEN
SULFIDE 10 Iritasi pada mata

27 Bau menyengat

100 Batuk, iritasi mata


Rusaknya indera penciuman
200 300 Peradangan pada saluran pernafasan

500 700 Tidak sadar, kemungkinan fatal dalam


1 jam
700 - 1000 Langsung tidak sadar, pernafasan
berhenti, tewas

15
3. BAHAYA GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) Lanj.)

Batasan Oksigen

O
Oxygen (% by volume) Effects & Symptoms

2 19.5 Level minimum yang diijinkan

OXYGEN 15 19 Kemampuan untuk bekerja normal


berkurang
12 14 Denyut nadi naik, kesalahan pada
persepsi dan koordinasi
10 12 Pernafasan meningkat, kesalahan
penilaian, bibir membiru

Apa yang 8 10 Kesalahan mental, pingsan, muka


memucat, mual dan muntah
terjadi bila ada 68 8 menit 100% fatal
kekurangan
Oksigen? 4-6 koma dalam 40 detik, kejang, tewas

4. ERGONOMI

Penyebab Cidera :
Mengangkat / memindahkan beban
berat
Ergonomics Cara mengangkat/mendorong/menarik
yang salah
Ergo = Kerja Berat yang berubah-ubah
Nomos= Peraturan Mengangkat / mendorong / menarik
Ergonomic = Peraturan yang dengan gerakan yang berulang-ulang
Mengatur tentang batas Posisi kerja yang janggal
Getaran
Kemampuan dan bentuk
tubuh dalam melaksanakan 32
suatu Kerja

16
4. ERGONOMI (Lanj.)
Prinsip - Prinsip ERGONOMI
dan yang perlu diperhatikan :
1. Pekerjaan dengan kontraksi otot dinamis yaitu penyesuaian
antara pekerja dan alat sehingga akan tercipta: Praktis, efisien,
Produktif, Gangguan kesehatan minimal, Suasana pekerjaan
menyenangkan dan pekerjaan lebih menyenangkan.
2. Pengaturan waktu kerja/istirahat dengan baik
3. Pengaturan beban kerja (memilih alat yang sesuai)
4. Pengaturan proses (metode kerja) dan ruang kerja
5. Pengaturan aspek fisik lingkungan kerja (Hubungan kaitan
pekerja dan lingkungan kerjanya)
6. Pengaturan sistem kerja yang sesuai.

33

4. ERGONOMI (Lanj.)

17
4. ERGONOMI (Lanj.)
Tahapan
mengangkat
benda berat

Kepala tegakkan menghadap kedepan, jaga punggung


tetap tegak, buka kaki, langkahkan satu kaki kedepan
saat mengangkat benda ,

Usahakan benda sedekat


mungkin ke badan

4. ERGONOMI (Lanj.)
HERNIA / TURUN BEROK

Di Amerika kurang lebih 5 jt orang menderita Hernia


36

18
5. PENGIKATAN DAN PENGANGKATAN
RIGGING & LIFTING
TANGGUNG JAWAB TERHADAP RIGGING & LIFTING
Tanggung jawab manajemen dan supervisor (pengawas)
adalah meyakinkan para personil yang terlibat dalam
rigging/slinging/lifting telah dilatih secara benar terkait
dengan keselamatan kerja dan prosedur operasi.
Karyawan harus berbadan sehat dan mampu dalam
mempertimbangkan/ menilai jarak, berat dan clearance.

5. PENGIKATAN DAN PENGANGKATAN


RIGGING & LIFTING (Lanj.)
OPERATOR CRANE
1. Tidak mengidap penyakit-
penyakit yang jantung,
epilepsi, tekanan darah tinggi,
diabetes, atau kondisi pisik
yang berdampak pada
pengoperasian crane, dan
Operator crane tidak boleh
mengkonsumsi obat-obatan
yang akan mempengaruhi
kelemahan mentalnya saat
bekerja.
2. Memiliki kemampuan dan
pengalaman serta memiliki
SIO
3. Operator Crane harus
mengecek daftar pemeriksaan
kelayakan crane sebelum
pekerjaan dimulai.
4. Kondisi landasan harus
diperiksa untuk kelayakan
sebelum crane mobil
dijalankan.

19
5. PENGIKATAN DAN PENGANGKATAN
RIGGING & LIFTING (Lanj.)

1. Pengait dan shackle harus dilengkapi dengan pengaman yang efektif


untuk memastikan beban tidak terjatuh dengan tiba-tiba
2. Pakailah sarung tangan ketika memegang tali kawat.
3. Ketahui Beban Kerja Aman yang tertera pada alat takel atau tali temali
yang digunakan. Jangan sampai melebihi batas maksimun.
4. Ketahui berat beban sebelum dilakukan pengangkatan dengan cara
beban diangkat kurang lebih 10 cm, dari permukaan tanah, kemudian lihat
load indicator di cabin. Sesuaikan dengan load chart manufaktur crane.
5. Periksalah semua perangkat keras, dan sling sebelum digunakan dan
laporkan peralatan yang rusak kepada Supervisor.
11. Dilarang menunggangi alat pengangkut, muatan, atau setiap permukaan
bulat di crane dan alat derek lainnya.
12. Hindari tangan anda dari titik jepit saat mengait, menyambung atau
menjepit.
13. Tali pengaman (tag line) harus digunakan untuk pengangkatan beban
yang panjang.
14. Hanya satu orang, yang harus diketahui operator, yang boleh
memberikan kode atau syarat kepada operator.

5. PENGIKATAN DAN PENGANGKATAN


RIGGING & LIFTING (Lanj.)

15. Gerakan putaran (swing) crane


Tidak boleh men-swing beban, menjaga titik
pusat tegak lurus dengan hook pada boom
INI CONTOHNYA
BOOM BISA
ROBOH DI RIG 0W
760/20, 9 MARET
2010

20
5. PENGIKATAN DAN PENGANGKATAN
RIGGING & LIFTING (Lanj.)

5. PENGIKATAN DAN PENGANGKATAN


RIGGING & LIFTING (Lanj.)

21
5. PENGIKATAN DAN PENGANGKATAN
RIGGING & LIFTING (Lanj.)

5. PENGIKATAN DAN PENGANGKATAN


RIGGING & LIFTING (Lanj.)

Kondisi Sling yang


sudah kering dan rusak
akibat pemeliharaan
yang kurang baik.

22
6. MENGGERINDA
PENGOPERASIAN
1. Peralatan untuk menggerinda harus
diperiksa untuk Piringan harus dipakai
dengan benar dan dikencangkan dengan
memakai perkakas yang disediakan.
2. Mengencangkan flens piringan tidak boleh
memakai alat yang tajam atau tidak sesuai.
3. Gerinda harus dipasang dengan benar dan
posisi si operator harus mantap.
4. Hidupkan motor dan tempatkan benda yang
akan digerinda di atas dudukan
SETELAH PENGOPERASIAN
Terus menerus bersihkan gerinda. Hati-hati
dalam mengambil benda kerja yang sudah
selesai.
Jika sudah selesai, bersihkan mesin dan area
untuk dapat digunakan oleh orang lain.

7. PENGELASAN
1. Semua mesin pengelas dan pemotong harus
dihubungkan ke tanah.
2. Bila penjepit elektroda akan ditinggalkan tidak ditunggui,
elektroda harus dilepas dan penjepitnya itu harus
diamankan.
3. Sebelum pengelasan, pemotongan atau pemanasan,
karyawan yang akan bekerja harus mengetahui letak
pemadam api yang terdekat.
4. Pijaran, besi panas atau bara besi jangan sampai jatuh
ke bahan-bahan yang mudah terbakar atau mengenai
orang.
6. Botol gas yang bertekanan tidak boleh digunakan untuk
penyangga pada waktu pengelasan dan pemotongan.
7. Untuk membeli kemungkinan resiko kebakaran di tempat
kerja, diminta perhatian, terutama kepada kebersihan
lingkungan, pemotongan dan operasi pengelasan.
8. Ventilasi yang memadai harus disiarkan pada waktu
pengelasan di dalam ruang tertutup, guna mencegah
menambah bahaya karena asap.

23
7. PENGELASAN (lanj.)

DANGER

BAHAYA
DO NOT
OPERATE
JANGAN
DIGERAKKAN
REASON/ ALASAN

NAME/ NAMA .
DATE/ TANGGAL ...

24
MACAM-MACAM
LOG-OUT & TAG-OUT

WASPADA !
Hindari hal ini dengan
memanfaatkan Lock-out dan Tag-out

25
8. JOURNEY MANAGEMENT

Pengaturan terhadap
perjalanan kendaraan darat
yang digunakan sebagai
pengendalian dari adanya
bahaya-bahaya yang
berpotensi menimbulkan
kecelakaan.

8. JOURNEY MANAGEMENT (Lanj.)


KESELAMATAN
ANGKUTAN BERAT
Pengendara harus
memiliki SIM yang
masih berlaku, dan
sesuai dengan
kendaraannya.

Larangan bagi
Pengendara
mengkonsumsi
minuman beralkohol,
dan obat terlarang atau
yang membuat kantuk

26
8. JOURNEY MANAGEMENT (Lanj.)
KESELAMATAN
ANGKUTAN BERAT

Semua pengemudi kendaraan bermotor


PT. DPS INDONESIA harus
mempraktekkan teknik mengemudi
kendaraan secara defensif, ketika
sedang bertugas.
Arti Defensif adalah:Pengemudi yang
dapat menghindari kecelakaan walaupun
orang lain bersalah, dan rela
menggugurkan hak nya demi
menghindari kecelakaan.

( MENGALAH DEMI KESELAMATAN )

8. JOURNEY MANAGEMENT (Lanj.)


THE SEVEN HABIT OF DEFENSIVE DRIVER
1. Lakukan Pre-use Inspection
2. Perhitungkan kejadian yang
tidak diharapkan
3. Sesuaikan kecepatan dengan
kondisi jalan
4. Jaga jarak yang selamat
5. Sabar & sopan santun
berlalulintas
6. Patuhi peraturan lalulintas
7. Perhatikan benda-benda
disekeliling anda

54

27
8. JOURNEY MANAGEMENT (Lanj.)
KESELAMATAN
ANGKUTAN BERAT
Gunakan sabuk pengaman setiap kendaraan bergerak
Tidak seorangpun diperkenankan menumpang mobil
pada kondisi tidak aman diatas kendaraan seperti
menggantung dibelakang, disamping, mobil pick up,
dump truck, flat bed.dll.

8. JOURNEY MANAGEMENT (Lanj.)


TIPE KECELAKAAN OPERASIONAL
KENDARAAN ANGKUTAN BERAT

Tubrukan dengan ( dua kend. atau lebih )


Lari keluar jalan
Menabrak pejalan kaki / pengendera
sepeda
Menabrak benda tetap
Lari sendiri sesudah diparkir
Kereta api / trem dll.
Menyerempet
Lepasnya barang yang diangkut
Dll.

56

28
8. JOURNEY MANAGEMENT (Lanj.)
KESELAMATAN ANGKUTAN BERAT
Crew angkutan berat wajib
mengetahui hasil Pre Move Risk
Assessment ( potensi bahaya yang
ada dan pengendaliannya).
Crew angkutan berat wajib
melaksanakan Tailgate Meeting dan
atau Pre Job Safety Meeting sebelum
melakukan pekerjaan untuk
membahas rencana kerja dan
potensi bahaya yang ada.
Dilarang beristirahat di bawah kolong
Low Boy/ Tronton.

9. HSE COMMUNICATION & INFORMATION

1. HSE Notice Boards,


2. Safety Posters
3. Safety Sign
4. Safety Alert

29
10. WASTE MANAGEMENT

CARA MEMBUANG SAMPAH YANG BENAR


ORGANIK ANORGANIK METAL B3
(BAHAN-BAHAN
SISA MAKANAN BESI BERBAHAYA
KULIT BUAH PLASTIK KALENG MINUMAN KAIN LAP YANG
DAUN MIKA SENG TERKENA OLI/
KERTAS KARET TIMAH LARUTAN KIMIA
BAHAN YANG KACA ALUMINIUM KALENG CAT
HANCUR LAINNYA DLL SEMUA LOGAM MATERIAL YANG
LAINYA TERKENA OLI
/LARUTAN KIMIA

B3
ORGANIK ANORGANIK METAL (BAHAN-BAHAN
BERBAHAYA

11. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI

30
11. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (LANJ.)

DASAR
UU NO. 1, tahun 1970 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
menyatakan pekerja diwajibkan
memakai alat-alat pelindung diri (APD)
yang telah disediakan. Pelanggaran
akan terkena sanksi tindakan disiplin
dari perusahaan tempat mereka
bekerja.

PENGGUNAAN APD

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan langkah


terakhir dalam upaya pengendalian bahaya.
Dalam prakteknya penggunaan alat pelindung tetap saja
digunakan lebih awal dengan berbagai alasan,

Biayanya lebih murah dan mudah diperoleh.


Secara teknis penggunan dan pengaturannya lebih
mudah
Kuranganya pengetahuan dalam
bidang K3.
Ingin mencari mudahnya saja.
Dan lain lain untuk mengesahkan penggunaan APD lebih
awal.

31
11. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (LANJ.)

JENIS JENIS
ALAT PELINDUNG DIRI
Ada (7) tujuh jenis APD secara umum, yaitu

1. Pelindung Kepala,
2. Pelindung Mata dan muka,
3. Pelindung Telinga,
4. Pelindung Saluran Pernafasan,
5. Pelindung Tangan,
6. Pelindung Kaki
7. Pelindung Tubuh

11. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (LANJ.)


1. PELINDUNG KEPALA.

Kepala digunakan untuk berpikir,


menangkap pengetahuan dan BUKAN
membiarkannya pecah karena tertimpa
benda-benda yang keras dan berat.
Dalam melaksanakan pekerjaan mungkin
kita akan mendapatkan cidera akibat
kejatuhan benda (keras dan berat),
sehingga perlu mendapatkan perlindungan
yang memadai.
Perlindungan bagian kepala mencakup
pelindung batok kepala dan rambut.

32
11. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (LANJ.)
1. PELINDUNG KEPALA. (Lanjutan)

Penggunaan chin strap atau tali pengikat


helmet dengan kepala sangat penting untuk
menahan helmet tetap berada ditempatnya.
Pelindung kepala tidak hanya untuk melindungi
kepala dari benda-benda yang jatuh tetapi juga
untuk melindungi dari benda keras tapi diam.
Pekerja yang memiliki rambut atau jenggot
bekerja disekitar as berputar, perlu
perlindungan yang memadai.
Selain berbahaya karena kontak langsung
dengan mesin berputar, rambut juga dapat
terjepit pada belt yang bergerak diatas kepala

1. PELINDUNG KEPALA. (Lanjutan)

Penggunaan chin strap atau tali pengikat


helmet dengan kepala sangat penting untuk
menahan helmet tetap berada ditempatnya.
Pelindung kepala tidak hanya untuk melindungi
kepala dari benda-benda yang jatuh tetapi juga
untuk melindungi dari benda keras tapi diam.
Pekerja yang memiliki rambut atau jenggot
bekerja disekitar as berputar, perlu
perlindungan yang memadai.
Selain berbahaya karena kontak langsung
dengan mesin berputar, rambut juga dapat
terjepit pada belt yang bergerak diatas kepala

33
11. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (LANJ.)
2. PELINDUNG MATA DAN MUKA
A. PELINDUNG MATA.

* Mata dan kepala dapat cidera akibat bahaya fisik dan kimia
atau radiasi
* Biaya untuk membeli alat pelindung mata dan kepala
sangat kecil bila dibandingkan dengan akibat dari
cederanya mata dan kepala.
* Apalagi bila dibandingkan dengan biaya pengobatan mata
dan kepala akibat cidera.
* Penguapan yang dihasilkan lingkungan kerja dapat
menggangu aktivitas pekerjaan, maka perlu diantisipasi.

11. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (LANJ.)


2. PELINDUNG MATA DAN MUKA
B. PELINDUNG MUKA.

Pelindung muka dipakai untuk


melindungi mata secara minimal.
Alat pelindung muka dapat melindungi
muka dan leher dari material yang
terbang, semburan larutan, percikan
material/ larutan panas.

34
11. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (LANJ.)
3. PELINDUNG TELINGA.
Bising dapat menimbulkan gangguan
pendengaran di lingkungan industri,
Faktor yang memberikan kontribusi terjadinya
penurunan pendengaran,

Besarnya intensitas suara.


Frekuensi paparan bising.
Lamanya paparan bising.
Bekerja terus menerus pada kebisingan diatas
NAB.
Dan lain lain seperti susceptibility perorangan.

11. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (LANJ.)


4. PELINDUNG SALURAN PERNAFASAN.

Pelindung pernapasan yang sudah disetujui harus


dipakai bilamana terdapat benda-benda di udara
yang berbahaya untuk keselamatan
Topeng debu harus dipakai di tempat-tempat yang
berdebu.
Alat pernapasan udara terpisah harus dipakai
ketika masuk ke tempat yang kurang oksigen.
Alat pernapasan harus dipakai hanya oleh personil
yang telah terlatih.

35
11. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (LANJ.)
5. PELINDUNG TANGAN
Untuk pekerjaan apapun setiap pekerja selalu
menggunakan tangannya.
Tidak ada satu pekerjaanpun yang tidak
menggunakan tangan.
Tangan perlu dilindungi dari kemungkinan
cedera.
Alat yang dapat melindungi tangan adalah
sarung tangan (gloves).
Material yang digunakan tergantung pada
bahan yang akan ditangani.
Untuk pekerjaan yang ringan sarung tangan
cukup dari katun atau canvas.
Untuk pekerjaan kasar merusak kulit dipakai
sarung tangan kulit, dilapisi metal tipis,
dilapisi neoprene (plastik), latex, dan nitril.

11. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (LANJ.)


6. PELINDUNG KAKI

Pelindung kaki yang dilengkapi dengan penutup


jari dari baja harus selalu dipakai di lokasi kerja
kecuali saat berada di kendaraan, kantor atau
daerah bebas APD.
Pelindung kaki yang sudah tidak layak pakai
harus diganti.
Sepatu atau boot bertali harus digunakan dalam
keadaan tali sepatu terikat sebagaimana
mestinya, untuk keamanan kaki.

36
11. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (LANJ.)
7. PELINDUNG TUBUH
A. PENCEGAHAN RISIKO JATUH
Sabuk pengaman harus digunakan dan terikat dengan
tepat bila bekerja pada ketinggian lebih dari dua meter
dan tidak dipagari dengan pegangan tangga.
Kemungkinan jatuh dapat terjadi pada saat yang tidak
terduga.
Alat-alat pelindung pencegah jatuh harus diperiksa
sebelum digunakan. Perlengkapan yang tidak layak
pakai tidak boleh digunakan.
Sabuk pengaman, sabuk tipe parasut dan tali
pengaman harus disimpan dan dijaga agar jangan
sampai kena minyak, pelumnas atau benda lain yang
bisa membuatnya kotor.

11. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (LANJ.)


7. PELINDUNG TUBUH (Lanjutan)
B. PAKAIAN KERJA
Pakaian pelindung yang sesuai harus dipakai setiap saat.
Tidak seorangpun karyawan diperkenankan bekerja
tanpa kemeja.
Celana pendek tidak diperkenankan dipakai saat
melakukan pekerjaan
Pakaian yang longgar atau robek tidak boleh dipakai saat
bekerja dengan perlengkapan dan perkakas yang
berputar.
Perhiasan seperti kalung atau cincin sebaiknya tidak
dipakai saat bekerja karena bisa membahayakan

37
12. AKTIVITAS DI LANTAI BOR
Lakukan Pre Job Safety Meeting sebelum
pelaksanaan kerja pada setiap pergantian shift,
bahas kondisi pekerja, peralatan, sumber bahaya,
dan lakukan timbang terima pekerjaan.
Pastikan bahwa tempat kerja di floor tidak licin,
bersihkan sumber bahaya terpeleset seperti lumpur
bekas sepatu, ceceran minyak atau pipe dope.
Pasang papan apabila lokasi licin.
Periksa kondisi floor yaitu:
Lantai dan tangga grating, plat atau papan tidak
lapuk, berlubang ataupun patah.
Pagar terpasang lengkap, pin penguat terpasang
dengan benar, tidak giyah atau mungkin terlepas.
Apabila ditemukan kelainan dan tidak dapat
diperbaiki sendiri, lapor kepada Toolpusher.

12. AKTIVITAS DI LANTAI BOR (1)

Pastikan agar pakaian selalu terjaga rapi dan


ringkas/tidak semerawut.
Coverall lengan panjang tidak boleh digulun
lengannya.
Pakaian yang terkena grease atau minyak harus
dibasuh dengan air.
Tidak boleh mengantongi hand tools, harus dibawa
dalam tool belt.
Jas hujan apabila dipakai harus terkancing lengkap.
Sepatu harus dibersihkan dari lumpur atau minyak
sebelum naik ke atas floor.
Chin strap topi harus terpasang dengan benar di
dagu.
Tali ear plug bila ada harus dirapikan

38
13. ELEVATOR

13. ELEVATOR (1)


Driller harus memastikan penjepit dan
pengangkat pipa (pipe elevator) yang
digunakan dalam keadaan baik pada setiap
saat. Jika mengetahui ada kerusakan pada
alat-alat ini, laporkan pada pengawas Rig.
Cantolan (latches), springs, hinge pins dan
elevator shoulder pastikan dalam keadaan
baik.
Floorman harus dapat bergerak secara
sempurna bilamana bekerja dengan elevator
untuk menaikan atau menurunkan pipa masuk
dan keluar lubang bor.

39
13. ELEVATOR (2)
Pada pemasangan elevator, Operator
derek/Driller harus dapat melihat elevator
yang diangkat.
Pekerja floor harus memegang elevator
kembali sehingga tidak mengenai pekerja lain
atau menyinggung antar tong
Jaga tangan dan jari dari sisi elevator dan
eye of bails.
Pegang lapisan pengangkat dengan satu
tangan dan derek dari tempat yang sama.
Taruh kembali derek ke tempat yang benar.
Tempatkan lapisan pengangkat sehingga jauh
dari bahaya.

PIPA-PIPA
a. Pipa-pipa dalam keadaan tidak dipakai harus diberikan
pelindung untuk memelihara ulir. Pemeriksaan berkala
oleh pihak ketiga perlu dilakukan untuk memastikan
kondisi-kondisi pipa-pipa bor
b. Pipa-pipa agar diletakkan pada raknya dan cukup aman
terhadap pekerja yang lalu lalang serta pergerakkan
peralatan lainnya.
c. Setiap pipa yang diangkat dari rak bagian ujungnya agar
diperhatikan terhadap kemungkinan terjadinya ayunan.
d. Derrickman harus menjaga terjadinya ayunan dari
rangkaian pipa dengan mengawasi bagian ujung atas
pipa.

40
14. HAND RAIL DAN TANGGA

a. Pastikan semua hand rail dan tangga-tangga pada


instalasi Rig harus dipasang dengan baik terutama
di Rig Floor.

a. Pastikan tangga-tangga dengan permukaan yang


tidak licin

15. PENGANGKAT TENAGA ANGIN (AIR


HOIST=TUGGER)
a. Air winch yang dipasang dengan remote control harus
diberi pelindung menutupi drum untuk mencegah
pekerja tersambar wire line
b. Tarikan besar jangan dilakukan bila drum lebih dari
setengah.
c. Bila hoist line diukur sebaiknya ada beberapa lilitan
tersisa agar tali tidak tercabut dari jangkar.
d. Air hoist dan winch tidak boleh digunakan untuk
mengangkat orang
e. Pengawas pada kontrol harus mengawasi selama
beban masih berada di atas.

41
42
43
PENERAPAN PARADIGMA BAHWA
SETIAP ORANG ADALAH SAFETY OFFICER

Saya adalah Safety Officer, Anda Safety Officer,


kita Semua Safety Officer

Tugas Safety Officer:

1. Menjaga Keselamatan Dirinya Sendiri


2. Menjaga Keselamatan Rekan Kerjanya
3. Mengetahui dan Menjalankan proses-proses
keselamatan dengan benar dan konsisten

44
TERIMAKASIH

Safety adalah Tanggung Jawab


Semua Orang

45
Overview
Health & Safety Management System
(OHSAS 18001)

Apakah OHSAS 18001?

Merupakan standard sistem manajemen


kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
Dikembangkan untuk menanggapi
permintaan customer akan standard
sistem manajemen K3 yang dapat dinilai
dan disertifikasi.

1
Apakah OHSAS 18001?
Dikembangkan melalui kerjasama lebih kurang 13 badan
standarisasi, lembaga sertifikasi dan lembaga konsultan
profesional dari beberapa negara seperti:
National Standards Authority of Ireland
South African Bureau of Standards
British Standards Institution
Bureau Veritas Quality International
Det Norske Veritas
Lloyds Register Quality Assurance
National Quality Assurance SFS Certification
SGS Yarsley International Certification Services
Asociation Espanola de Normalizacion y Certificacion
International Safety Management Organisation Ltd
Standards and Industry Reseach Institute of Malaysia (Quality
Assurance Services)

Apakah OHSAS 18001?

Dipublikasikan oleh British Standards


Institution (BSI) dan efektif pada tanggal 15
April 1999.

2
Apakah OHSAS 18001?
Dalam proses pengembangannya, mengadaptasi dan
mereferensi beberapa standar K3 lainnya:
BS 8800:1996
Technical Report NPR 5001:1997
SGS & ISMOL ISA 2000:1997
BVQI Safety Certification
DNV Standard of Certification of Occupational Health and safety
Management Systems (OHSMS): 1997
Draft NSAI SR 320
Draft AS/NZS 4801
Draft BSI PAS 088
UNE 81900
Draft LRQA SMS 8800

Apakah OHSAS 18001?

Terdiri dari 2 seri:


OHSAS 18001
Occupational health and safety management
systems - Specification
OHSAS 18002
Guidelines for the implementation of OHSAS
18001

3
Apakah OHSAS 18001?
OHSAS 18001 bukan standar yang
dikeluarkan ISO

ISO does not issue


OH&SMS standard

Standar Sertifikasi & Audit

Kriteria sebagai lembaga yang melakukan


sertifikasi OHSAS 18001berdasarkan pada ISO
Guide 62 (General requirements for bodies
operating assessment and
certification/registration of quality systems).
Guideline untuk auditing berdasarkan pada
persyaratan ISO 19011 (Guidelines for quality
and/ or environmental management systems
auditing).

4
Apa yg dibutuhkan
Stakeholder?
Examples of what stakeholder needs

External Customer
Shareholders / Owners

Reliable/on-time service
Value for money Profitable business
Stakeholder Legal compliance
needs Good business image
Growth

Employees Community

Safe working environment


Minimum environmental impact
Job satisfaction
Employment opportunity
Involvement & participation

OHSAS 18001
Principles

1. Policy
2. Commitment
3. Planning
4. Implementation
5. Measurement & evaluation
6. Review & Improvement

5
Demings Cycle
PLAN

ACT DO

CHECK

Interrelation of OHSAS 18001 Clauses


Hazards Identification
Risk Assessment

Policy

Objectives

Procedures Programs

Monitoring Audit

Corrective/Preventive Action

Review

6
Elemen Kunci OHSAS 18001
Management Policy
Review

Continual
Improvement
Checking and Corrective
Action Planning
Monitoring and Measurement Hazard, Risk Identification
Nonconformance and Corrective Legal requirement
and Preventive Action Objective and Target
Records SH Management Program
Internal Audit Implementation
Structure and Responsibility
Training, Awareness and Responsibility
Communication
Documentation
Document Control
Operational Control
Emergency Preparedness/Responses

7
HSE HSE
International Excellent
Standard

OHSAS
(Occupational
Health Safety
Assessment Series)

OHSASCONSULTATION

Initial Audit/
Gap Analysis
OHSAS & HIRARC
Training
Design & Develop
APPLICATION SYSTEM

System

Note : Implementation
System by Client
Finish
Internal Audit
Next Step
by Client

Mgmt Review
by Client

Audit

8
No. Dokumen Elemen PIC

1. Kebijakan K3 4.2 ?
2. Manual SMK3 4.4.4 ?
3. Pro. HIRARC 4.3.1 ?
4. Pro. Identifikasi dan Akses Peraturan 4.3.2 ?
5. Pro. Pelatihan 4.4.2 ?
6. Pro. Komunikasi dan Konsultasi 4.4.3 ?
7. Pro. Pengendalian Dokumen 4.4.5 ?
8. Pro. Pengendalian Operasional 4.4.6 ?

9. Pro. ERP 4.4.7 ?


10. Pro. Pemantauan dan Pengukuran Kinerja K3 4.5.1 ?
11. Pro. Kalibrasi 4.5.1 ?
12. Pro. Tindakan Perbaikan dan Pencegahan 4.5.2 ?

13. Pro. Pengendalian Rekaman 4.5.3 ?

14. Pro. Audit K3 Internal, dll. 4.5.4 ?

OHSAS 18001 Elements


4.2. OHS Policy
4.3. Planning 4.3.1 Planning for hazard
identification, risk assessment
& risk control
4.3.2 Legal and other requirements
4.3.3 Objectives
4.3.4 OH&S Management Program
4.4 Implementation and Operation 4.4.1 Structure and responsibility
4.4.2 Training, awareness and
competence
4.4.3 Consultation and
communication
4.4.4 Documentation
4.4.5 Document and data control
4.4.6 Operational control
4.4.7 Emergency preparedness and
response

9
OHSAS 18001 Elements
4.5. Checking and corrective action 4.5.1 Performance measurement and
monitoring
4.5.2 Accident, Incidents, non-
conformance and corrective &
preventive action
4.5.3 Records and records
management
4.5.4 Audit

4.6. Management Review

Hubungan HSE-MS PT ANATAREJA RESOURCES


dengan OHSAS 18001
1. Leadership and Administration (OHSAS 18001, Clause
4.2, 4.4.1, 4.3.2, 4.3.3, 4.3.4)
2. Inspection and Audit
3. (OHSAS 18001, Clause 4.5.4, 4.6)
4. Training and Competency (OHSAS 18001, Clause 4.4.2)
5. Hearing and Placement (OHSAS 18001, Clause 4.4.2)
6. Communication (OHSAS 18001, Clause 4.4.3)
7. Management of Change (OHSAS 18001, Clause
4.5.1)
8. Document Control (OHSAS 18001, Clause 4.4.4, 4.4.5,
4.5.3)
9. Hazard Identification and Risk Assessment (OHSAS
18001, Clause 4.4.6, 4.5.1)

10
Hubungan HSE-MS PT ANATAREJA RESOURCES
dengan OHSAS 18001
10. Job Rule and Procedure (OHSAS 18001, Clause 4.4.6)
11. Occupational Health (OHSAS 18001, Clause 4.4.6, 4.5.1)
12. Environmental Protection (OHSAS 18001, Clause 4.4.6, 4.5.1)
13. Purchasing Control (OHSAS 18001, Clause 4.4.6)
14. Personal Protective Equipment (OHSAS 18001, Clause 4.3.1, 4.4.6)
15. Emergency Response Preparedness (OHSAS 18001, Clause 4.4.7)
16. Accident / Incident Reporting and Investigation (OHSAS 18001,
Clause 4.5.2)
17. Accident / Incident Analysis (OHSAS 18001, Clause 4.4.3)
18. Proactive HSE Promotion (OHSAS 18001, Clause 4.5.6, 4.6)
19. Sub-Contractor HSE Control (OHSAS 18001, Clause 4.4.6)
20. HSE Meeting (OHSAS 18001, Clause 4.4.3)

11
Pengertian Audit HSE-MS
Merupakan alat manajemen yang meliputi
evaluasi secara sistematik terdokumentasi,
periodik, dan objektif terhadap penerapan
HSE-MS untuk mendeteksi kelemahan, sehingga
dapat segera dilakukan perbaikan se-cara terus-
menerus sebelum terjadinya kecelakaan kerja,
kebakaran/blow-out, penyakit akibat kerja, dan
pencemaran lingkungan.
Memiliki kemandirian untuk menentukan apakah
kegiatan HSE dan hasil yang berkaitan
memenuhi peraturan yang direncanakan dan
apakah pengaturan ini diterapkan secara efektif
dan sesuai untuk tujuan.
Tujuan Audit HSE-MS adalah untuk
memastikan:
Pengelolaan aspek HSE telah dilaksanakan
sejalan dengan kebijakan HSE ,
Pengelolaan sesuai dengan tujuan/sasaran dari
program HSE yang ditetapkan,
Penerapan dilaksanakan untuk memenuhi
peraturan dan ketentuan HSE, standar operasi,
standar teknis dan norma HSE yang berlaku,
Mencegah dan mengendalikan dampak terhadap
operasi dan masyarakat sekitar,
Hasil rekomendasi dapat ditindaklanjuti sehingga
penerapan pengelolaan HSE dapat ditingkatkan
dan disempurnakan secara berkesinambungan.

ALASAN PELAKSANAAN AUDIT


Keuntungan yang utama untuk diketahui
mengapa perlu dilaksanakan audit adalah
menciptakan suatu sikap proaktif dari
perusahaan dalam menghadapi kegiatan
usaha. Masalah akan diidentifikasi dan
diselesaikan lebih awal sehingga organisasi
tidak akan jatuh ke dalam krisis manajemen
atau hal yang lebih jauh lagi dimana dapat
mengganggu jalannya organisasi
AUDITOR
Ialah personil yang
berkualifikasi untuk
melaksanakan Audit HSE-MS.

PERSYARATAN AUDITOR
Personil haruslah terlatih dan
berpengalaman.
Mengetahui dan mengerti proses
yang ada dalam Sistem Manajemen
HSE
KARAKTERISTIK AUDITOR

Diplomatis
Analis
Sabar
Disiplin
Berpikiran terbuka
Tidak memihak
Tegas

ANGGOTA TIM AUDIT


1 orang Manajemen
Representative
1 hingga 2 orang Fungsi HSE
1 hingga 2 orang Fungsi Operasi
TUGAS & TANGGUNG JAWAB
KETUA (Lanj.)
Mengkoordinasikan persiapan dari dokumen
kerja, prosedur, dan melakukan briefing dengan
timnya
Mengatasi masalah yang timbul dalam
pelaksanaan audit
Menjadi juru bicara dalam timnya saat
berhadapan dengan auditee, di awal, pada saat,
dan di akhir pelaksanaan audit
Memberikan informasi atau meminta
dilakukannya perbaikan secara segera jika
terdapat ketidaksesuaian yang sangat fatal,
Melaporkan kepada klien temuan serta keputusan
yang diambil dari audit

TUGAS & TANGGUNG JAWAB


ANGGOTA (Lanj.)
Mengikuti dan mendukung ketua tim audit
Merencanakan dan melaksanakan tugas secara
obyektif, efisien, dan efektif sesuai lingkup audit
Mengumpulkan dan menganalisa bukti audit
untuk menjabarkan temuan auditnya serta
menghasilkan hasil akhir
Menyiapkan dokumen kerja dibawah petunjuk
ketua tim audit
Menjaga dokumen yang digunakan sebagai bukti
dan mengembalikannya sesuai permintaan
Membantu dalam penulisan laporan audit
CUSTOMER
Adalah pihak yang meminta
pelaksanaan audit.

AUDIT VERSUS INSPEKSI


Empat kegiatan dalam pengukuran
dan evaluasi:
Inspeksi dan Pengujian,
Audit HSE-MS,
Pemantauan
Tindakan perbaikan dan pencegahan
PERBEDAAN AUDIT
DAN INSPEKSI
AUDIT HSE-MS INSPEKSI HSE

1. Upaya mencari ketidaksesuaian di 1. Upaya menemukan sumber


dalam sistem yang dalam bahaya dengan memeriksa
kegiatannya dilakukan terhadap terhadap standar yang
keseluruhan area (keseluruhan berhubungan dengan bahaya
sistem HSE yang ada di tersebut yang dilakukan terhadap
perusahaan) tempat kerja tertentu / bagian
tertentu
1. Mengukur efektifitas dari 1. Menemukan kesesuaian dari
pelaksanaan suatu sistem suatu obyek
2. Difokuskan terhadap suatu sistem 2. Difokuskan terhadap suatu obyek
3. Penekanan terhadap proses 3. Penekanan terhadap hasil akhir
4. Metode pelaksanaan: tinjauan 4. Metode pelaksanaan: pengujian
ulang, mencari kesesuaian, dan secara teknis dan mendetil
observasi

JENIS-JENIS AUDIT
Audit Internal
Dilakukan oleh auditor internal untuk
pembuktian penerapan HSE-MS di
tempat kerja tanpa menghilangkan
efek obyektivitas dan keindependenan

Audit Eksternal
Diselenggarakan oleh perusahaan
FIRST PARTY AUDIT
Adalah Audit Sistem Manajemen Internal
atau oleh Pihak I, dari dalam organisasi
itu sendiri.
Auditor mempunyai kualifikasi dan diangkat
atau ditetapkan oleh Manajemen Puncak/
Penanggung Jawab.
Auditor harus independence dan tidak
mempunyai kepentingan terhadap auditee.
Auditor bertanggung jawab kepada Pemberi
Tugas/ Manajemen.

SECOND PARTY AUDIT


Adalah Audit Sistem Manajemen yang
dilaksanakan oleh Auditor dari luar organisasi,
tetapi bukan oleh Lembaga Sertifikasi
Program Audit yang relevan dengan obyek.
Audit dilaksanakan oleh Pelanggan atau
perwakilannya untuk kepentingan pelanggan
itu sendiri dalam kerjasama kemitraan.
Dapat juga dilakukan oleh Auditor Konsultan
untuk kepentingan pihak pelanggan
organisasi tersebut dalam rangka
untukupaya perbaikan HSE-MS dimaksud.
THIRD PARTY AUDIT
Adalah Audit Sistem Manajemen yang
dilaksanakan oleh Auditor dari Lembaga
Sertifikasi atau oleh Auditor lembaga audit
yang ditunjuk oleh Lembaga Sertifikasi
dalam rangka program sertifikasi yang
relevan dengan obyek.

SERVEILLANCE AUDIT
Adalah Audit Sistem Manajemen secara
berkala yang dilaksanakan oleh lembaga
sertifikasi dalam rangka pengawasan/
pemantauan selama masa laku sertifikat yang
diterbitkan oleh lembaga sertifikasi untuk
organisasi yang dimaksud.
Biasanya dilakukan secara periodik/ berkala
setiap 6 bulan atau 1 tahun atau sesuai
perjanjian kebijakan kedua belah pihak.
Lingkup audit tidak mencakup seluruh butir
klausal/elemen, tetapi digunakan sebagai
sampling methods.
AUDITEES
Ialah pihak yang diaudit.

Tanggung Jawab Auditee


Memberikan informasi kepada karyawan sasaran
dan ruang lingkup dari audit yang akan
dilaksanakan jika diperlukan
Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh tim
auditor seperti pendamping, dll agar proses audit
berjalan efektif
Menunjuk seseorang yang bertanggung jawab dan
kompeten dalam organisasinya untuk mendampingi
tim auditor dan memastikan keselamatan,
kesehatan, dan persyaratan lainnya terpenuhi
Menyediakan akses terhadap fasilitas, personil,
informasi yang relevan, serta catatan sesuai
permintaan auditor
Bekerja sama dengan tim auditor
Melaksanakan tindakan perbaikan dan pencegahan
berdasarkan laporan audit
Tanggung Jawab Customer
Menentukan kebutuhan dari pelaksanaan audit
Menghubungi auditee untuk mendapatkan
kerjasamanya
Menentukan sasaran dari audit
Memberikan kewenangan dan menyediakan
sumber daya sehingga audit dapat berjalan
Menyetujui kriteria audit
Menyetujui rencana audit (audit plan)
Menerima dan memeriksa laporan hasil
pelaksanaan audit
Menyebarluaskan laporan audit
Menentukan tindak lanjut yang diperlukan

RUANG LINGKUP AUDIT HSE-MS

Seluruh aspek HSE-MS


Menilai tingkat kecukupan sistem:
sofware, hardware dan brainware.
Penelusuran kecukupan dan
kesesuaian terhadap aspek 3Ds:
Documents, Description &
Demonstration
TUGAS & TANGGUNG JAWAB
TEAM
Menentukan sasaran, cakupan,
kekerapan dan metode audit menyusun
rencana kerja dan daftar
pelaksanaanaudit
Mengembangkan checklist dan
questionnaire serta standar penilaian
Pemeriksaan secara obyektif, mereview
dan verifikasi melalui wawancara
Menyusun laporan hasil audit dan saran
perbaikan

AUDIT PROTOCOL
Sarana yang diperlukan
Pengaturan anggota, team, jadual dan
daerah kunjungan kunjungan
Opening meeting
Verifikasi
Wawancara
Pemeriksaan lapangan
Closing meeting
Evaluasi
Laporan
SARANA YANG DIPERLUKAN

Checklist yang sudah disiapkan


Questionnaire lengkap dengan standar
penilaian
Buku catatan
Kamera
Formulir untuk wawancara
Prosedur kerja

Metode Audit HSE


1. Pengumpulan data dan informasi
Pengisian daftar pertanyaan (checklist)
Peninjauan dokumen
Wawancara
Kunjungan Lapangan
2. Verifikasi dan Evaluasi
Verifikasi data dan informasi untuk menjamin
keabsahan dokumen dan kelengkapan data
secara kuantitas dan kua-litas
Evaluasi temuan mengacu pada peraturan
perundangan dan standar yang berlaku
3. Merumuskan Rekomendasi
Tahapan Audit HSE-MS
1. Tahap Persiapan
Pembentukan Tim Audit
Pelatihan Tim Audit
Penyusunan rencana kerja dan jadwal Audit
Pengembangan daftar pertanyaan
Sosialisasi pelaksanaan Audit
2. Tahap Pelaksanaan di lapangan
Pertemuan dengan pimpinan setempat
Pemeriksaan lapangan
Pertemuan penutup
3. Tahap pasca pelaksanaan di lapangan
Evaluasi dan Analisa Hasil Audit
Penyusunan Laporan Audit

Unsur-Unsur yang Dinilai


1. Pernyataan Kebijakan
2. Sasaran HSE
3. Struktur Organisasi HSE
4. Tanggung Jawab HSE
5. Program HSE
6. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko
7. Sistem Ijin Kerja
8. Alat Pelindung Diri (APD)
9. Pemeliharaan Yang Terencana
10. Kompetensi dan Pelatihan
Unsur-Unsur yang Dinilai
11.Komunikasi
12.Inspeksi dan Checklist
13.Observasi HSE
14.Investigasi Kecelakaan dan Nyaris Celaka
15.Data Statistik
16.Dokumen, Prosedur dan Buku Saku
17.Tanggap Darurat
18.Pengendalian Bahan-bahan Berbahaya
19.Kesehatan Kerja
20.Lingkungan Hidup
21.Audit HSE Internal
22.Tinjauan Ulang Oleh Manajemen

Pemberitahuan Audit
kepada Pimpinan
AUDITOR DIAGRAM ALIR INTERNAL
Tempat Kerja
AUDIT HSE-MS
Pelaksanaan Audit

Pertemuan Penutup AUDITOR & PIMPINAN TEMPAT KERJA

Penyiapan dan
Penyampaian AUDITOR
Laporan Audit

Melakukan
Tindakan PIMPINAN TEMPAT KERJA
Perbaikan dan
Penyempurnaan

Mengembalikan
Laporan Audit Yang PIMPINAN TEMPAT KERJA
Telah Diselesaikan
kepada Manager

Apakah
Tindakan PIMPINAN FUNGSI HSE/ MUTU
Perbaikan OK

Pengarsipan
Laporan Audit PIMPINAN FUNGSI HSE/ MUTU
OPENING MEETING
Pengenalan anggota team dan menanda
tangani daftar hadir seuruh peserta.
Menjelaskan lingkup dan sasaran audit serta
jadual.
Menjelaskan ringkasan aturan audit.
Menjelaskan kriteria dan kategori ketidak
sesuaian.
Konfirmasi sumber daya: APD, waktu istirahat,
makan siang, dsb.
Klarifikasi hal-hal yang belum jelas

VERIFIKASI INFORMASI &


DOKUMEN
Memeriksa catatan
Wawancara
Pemeriksaan secara sample
Audit data dan dokumen (Kecukupan,
ketersediaan data dan dokumen /
Kecukupan isi data & uraian dokumen
sesuai persyaratan standa/ Sistem
pengendalian data & dokumen)
PEMERIKSAAN LAPANGAN
Melihat lngsung sifat operasi.
Paparan resiko.
Iklim HSE di tempat kerja.
Perangkat lunak (prosedur, peraturan
perusahaan, dan karyawan).

BOBOT PENILAIAN
Mengacu pada standar manjamen mutu dan
manajemen lingkungan untuk memberikan
pertimbangan hasil penilaian setiap penemuan
dapat menggunakan bobot penilaian kepastian
pemenuhan kepatuhan seperti: conformity (sesuai),
non-concormity (tidak seuai) berupa: major dan
minor.
Apabila penilaian berupa non-conformity, dapat
ditetapkan apakah harus dilengkapi laporan
observasi atau tidak. Untuk mempermudah peserta
pelatihan dalam menentukan bobot penilaian dari
setiap kriteria yang diaudit, pedoman berikut dapat
dipakai dalam internal audit HSE-MS
BOBOT PENILAIAN (Lanj.)
KATEGORI MAJOR:
Suatu sistem/kondisi yang tidak laksanakan, sehingga berpotensi untuk dapat
menyebabkan kecelakaan yang sangat serius bahkan fatality/kematian,
kerusakan peralatan dan material yang berat.
Contoh:
Melanggar peraturan perundangan/standard, sistem sama sekali tidak dijalankan,
peralatan/kondisi yang tidak diperhatian sehingga berpotensi menimbulkan
kecelakaan yang serius/falatity.

KATEGORI MINOR:
Suatu sistem/kondisi dilaksanakan, namun tidak konsisten/inconsistency. Kadang
dilaksanakan kadang tidak. Hal ini dapat diperkirakan berpotensi menyebabkan
kecelakaan cidera cacat sementara/sakit serius dan kerusakan properti yang
mengganggu operasi tetapi tidak terlalu serius

KATEGORI OBSERVASI:
Suatu sistem/kondisi dilaksanakan, namun menurut pendapat pribadi auditor perlu
perbaikan, karena berpotensi menimbulkan kecelakaan ringan.
Contoh: ditemukan kondisi tidak aman digudang material yaitu bercampurnya
material Rig seperti thinner dll bercampur di tempat tidur; Daftar Hadir tail gate
meeting tidak sesuai dengan nama crew sesungguhnya.

DAFTAR PERIKSA (CHECKLIST)


Pekerjaan: Pembersihan ruang tertutup YA/ PENEMUAN
TIDAK
1. Apakah pekerja telah mengikuti pelatihan untuk
pelaksanaan pekerjaan masuk tempat tertutup? Jika
ya, dapatkan bukti pelaksanaannya (sertifikat/
kehadiran/ bahan pelatihan).
2. Apakah pekerja sudah mengerti prosedur untuk masuk
tempat tertutup? Pastikan dengan mencari bukti
melalui pengajuan pertanyaan kepada pekerja dan
adanya prosedur yang benar.
3. Apakah anda benar-benar mengerti tanggung jawab
anda berkaitan dengan tugas ini?
4. Apakah Pengawas tempat kerja telah mengatur
pengadaan dan pengawasan kepatuhan terhadap alat
pelindung pencegah kebakaran dan alat pelindung?
5. Apakah pelaksanaan kerja aman dilakukan, seperti:
koneksi ke ruang tertutup diisolasi, koneksi listrik dan
hidrolis dalam dan luar ruang tertutup telah dilakukan
LOTO, bahaya-bahaya fisik diperhatikan?
6. Apakah ruang tertutup telah bebas gas, kandungan
oksigen cukup memuaskan? Lihat bukti hasil deteksi
gas dan sertifikat/ ijin kerja!
7. Dll.
CLOSING MEETING
Menanda tangani daftar hadir peserta.
Uraian tentang pelaksanaan audit, daerah yg
diaudit, lingkup, waktu audit, auditees, dsb.
Presentasi temuan audit dan kesimpulan.
Konfirmasi temuan dan tindakan perbaikan.
Penanda tanganan laporan temuan audit;
Penanggung Jawab dan Auditor.
Distribusi laporan audit.
Ucapkan terima kasih.

EVALUASI

Hasil pemeriksaan (temuan)


Kelemahan unsur sistem yang perlu
diperbaiki berkaitan dengan software,
dan manusia.
Saran perbaikan.
SUSUNAN LAPORAN
Kesimpulan menyatakan secara ringkas hasil
audit menyeluruh; singkat, jelas, obyektif
dan menarik.
Pelaksanaan audit menjelaskan secara
singkat; lingkup audit dan daerah yg perlu
perhatian khusus.
Temuan, menyajikan data tentang hasil
pemeriksaan secara lebih lengkap dan berisi
kekuatan dan kelemahan penerapan HSE di
unit kerja.
Saran, berupa usulan untuk perbaikan

SUSUNAN LAPORAN
Perusahaan dan Seksi/ Unit yg diaudit
Pelaksanaan Audit; tanggal dan tempat
Tujuan audit (menyatakan tujuan dan maksud
Lingkup audit (elemen, kriteria dan persyaratan standar)
Team Audit; Ketua, Sekretaris, Anggota
Wakil Seksi/ Unit yg diaudit (Nama dan jabatan)
Daftar temuan ketidak sesuaian (Kategori (mayor/
minor)
Kesimpulan umum
Tindak lanjut (Penjelasan ketidak sesuaian kriteria,
berapa mayor dan berapa minor, berikut dengan
daftarnya)
Hasil Audit; Baik, Sedang atau Buruk
TUJUAN
Membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan penerapan
sistem Management HSE , sehingga Sistem Manajemen HSE berjalan
secara efektif dan berkesinambungan sebagai sarana untuk melakukan
perbaikan berkelanjutan

Untuk itu dalam rapat ini diperlukan: usulan, saran, comment dan
rekomendasi untuk peningkatan implementasi Sistem Manajemen HSE
yang telah kita implementasikan, sehingga perbaikan berkelanjutan
dapat kita wujudkan untuk meningkatkan kinerja HSE secara
keseluruhan.

BAGAIMANA SISTEM DAPAT DIJALANKAN DENGAN BAIK?


APAKAH DENGAN PENINGKATAN KEPEDULIAN DAN
PENGETAHUAN KARYAWAN?
APAKAH DENGAN PERUBAHAN SISTEM ATAU
PENAMBAHAN SISTEM?
APAKAH DENGAN PENENTUAN TARGET-TARGET?
ATAU YANG LAINNYA
MOHON
USULAN/COMMENT/REKOMENDASI

1
AGENDA RAPAT
1. REVIEW PENERAPAN KEBIJAKAN-KEBIJAKAN HSE
2. REVIEW PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM HSE
3. REVIEW CATATAN TINDAKAN PERBAIKAN (CORRECTIVE
ACTION RECORD)
4. REVIEW KINERJA HSE (EVALUASI KECELAKAAN KERJA)
5. REVIEW TUJUAN, SASARAN DAN KINERJA HSE
6. REVIEW TEMUAN HASIL AUDIT INTERNAL SM HSE
7. EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN HSE
8. EVALUASI KEPATUHAN TERHADAP STANDAR DAN
PERATURAN PERUNDANGAN

Overview
Siklus Sistem Manajemen SM-HSE

Menetapkan Kebijakan HSE dan ditinjau secara


teratur
Menempatkan Organisasi HSE
Menetapkan Peran dan Tanggung Jawab HSE
Peningkatan Menyediakan sumber daya yang berkulitas
Menetapkan personil untuk menangani HSE
Berkelanjutan Merencanakan HSE yang terkoordinasi
Menilai kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan HSE
Perusahaan perlu secara rutin
meninjau ulang dan terus
menerus meningkatkan SM-HSE
dengan tujuan untuk Peninjauan Ulang & Komitmen
meningkatkan kinerja HSE Peningkatan oleh
secara keseluruhan Standard sistem dan Kebijakan
Management manajemen HSE ini
1. Evaluasi terhadap
penerapan kebijakan HSE dapat dinilai dan
2. Tinjauan ulang terhadap disertifikasi. Perencanaan Manajemen
tujuan, sasaran, dan kinerja
HSE; Resiko
3. Hasil temuan audit SM-HSE;
Pengukuran Pemenuhan dan
penyebarluasan peraturan
4. Evaluasi efektifitas Dan Perencanaan perundangan dan persyaratan
penerapan SM-HSE lainnya
Evaluasi Menetapkan tujuan dan
sasaran dari kebijakan HSE
Menggunakan indikator kinerja
Dilakukan dengan sebagai penilaian kinerja HSE
Inspeksi dan Pengujian Menetapkan sistem
Audit SM-HSE
Penerapan pertanggungjawaban dan
sarana untuk pencapaian
Bertujuan: kebijakan HSE.
Ketersediaan personil terlatih dan memahami SM-HSE,
Mengetahui keberhasilan Penetapan Manual & Prosedur
Ketersediaan sarana penunjang,
penerapan SM-HSE, HSE
Ketersediaan dana yang mencukupi dari perencanaan yang telah dibuat,
Melakukan identifikasi untuk Menjadikan penerapan SM-HSE sebagai bagian yang terintegrasi dari sistem manajemen
tindakan perbaikan, perusahaan,
Mengukur, memantau, dan Semua pihak berperan serta secara aktif dalam penerapan SM-HSE,
mengevaluasi kinerja SM-HSE. Bersamasama menciptakan budaya kerja yang mendukung penerapan dan pengembangan SM-
HSE,
Penunjukkan tanggung jawab dan pertanggung jawaban,
Menciptakan jalur komunikasi yang efektif di dalam perusahaan,
Mengadakan pembicaraan dengan pekerja mengenai penerapan SM-HSE,
Meningkatkan motivasi dan kesadaran semua pihak tentang SM-HSE,
Mengadakan pelatihan untuk terus menunjang sistem manajemen yang diterapkan di perusahaan.

2
SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN HSE
OHSAS 18001:2007
Occoupational Health and Safety Assessment Series

Merupakan standard International sistem manajemen kesehatan


dan keselamatan kerja (K3).

Resminya dikeluarkan pada bulan April 1999 atas kerjasama 13


badan standardisasi nasional, badan sertifikasi dan konsultan
spesialis yang ada dibeberapa negara. Dipublikasikan oleh BSI
(British Standard Institution) yang berkedudukan di London,
Inggris. OHSAS 18001 bukanlah standar yang dikeluarkan oleh
Organisasi Standardisasi Internasional atau ISO.

Namun OHSAS 18001 dikembangkan untuk compatibel dengan


ISO 9001:2008 (Sistem Manajemen Mutu) dan ISO 14001:2004
(Sistem Manajemen Lingkungan), dalam rangka untuk
memfasilitasi integrasi dari sistem manajemen mutu, lingkungan
dan keselamatan dan kesehatan kerja, apabila suatu organisasi
mengharapkan atau berkeinginan untuk melakukan integrasi
tersebut.

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN
1. Kebijakan HSE , berisi
Kebijakan Top Management PT. GLOBE INTERTRANS tentang
pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja untuk mencegah
terjadinya kecelakaan, kecederaan, kerusakan property dan lingkungan
yang dapat menimbulkan kerugian bagi Perusahaan, Karyawan, Klien,
Subkontraktor dan Lingkungan hidup.

Komitmen pelaksanaan kegiatan berpedoman pada Undang-undang,


Peraturan Pemerintah, dan standar Nasional maupun Internasional

Untuk tercapainya kinerja HSE yang baik, PT. GLOBE INTERTRANS


berkomitmen untuk menjalankan Perusahaan secara Efektif, Efisien yang
berwawasan pada HSE ini merupakan Prioritas Utama

Tanggung jawab HSE, (seluruh karyawan dari semua tingkatan untuk


mendukung Praktek kerja Aman dan Selamat)
2. Kebijakan larangan penggunaan obat-obat terlarang dan
minum-minuman keras/alkohol
3. Kebijakan Larangan Bertindak Asusila
4. Kebijakan Larangan Berjudi
5. Kebijakan Larangan Berkelai
APAKAH SELURUH LEVEL KARYAWAN SUDAH MENGETAHUI?
APAKAH SELURUHNYA MEMPUNYAI PEMAHAMAN YANG SAMA?
LANGKAH APA ( OUTPUT ) YANG HARUS DITERAPKAN SECARA SIMPLE DAN MUDAH
DICERNA UNTUK MENGEVALUASI DAN MENERAPKAN PERBAIKAN YANG BERKELANJUTAN?

3
4
RISK MATRIK
STTNAS YOGYAKARTA

Page 1 of 4
KRITERIA TINGKAT KEMUNGKINAN

FREKUENSI
KEMUNGKINAN PROBABILITAS PERSENTASE FREKUENSI
KECELAKAAN
Sangat Mungkin Pernah terjadi di Kemungkinan Terjadi Pekerjaan
(4) STTNAS terjadi accident kecelakaan dilakukan 1 kali
lebih dari atau minimal 1 kali atau lebih setiap
sama dengan 50% dalam 1 tahun minggunya

Mungkin Pernah terjadi di Kemungkinan Terjadi Pekerjaan


(3) Sekolah terjadi accident kecelakaan dilakukan 1 kali
Tinggi/Universitas lebih dari atau minimal 1 kali atau lebih setiap
Lain di Yogyakarta sama dengan 25% dalam 5 tahun bulannya dan tidak
dan kurang dari lebih dari 1 kali
50% setiap minggunya

Kecil Pernah terjadi di Kemungkinan Terjadi Pekerjaan


Kemungkinan/ Sekolah terjadi accident kecelakaan dilakukan 1 kali
(2) Tinggi/Universitas Di lebih dari atau minimal 1 kali atau lebih setiap
Indonesia sama dengan 1% dalam 10 tahun tahunnya dan tidak
dan kurang dari lebih dari 1 kali
25% setiap bulannya

Tidak Tidak pernah terjadi Kemungkinan Tidak pernah Pekerjaan


Mungkin/Belum di Sekolah terjadi accident terjadi dilakukan kurang
pernah terjadi Tinggi/Universitas kurang dari 1% kecelakaan dari 1 kali setiap
(1) Lain dalam 10 tahun tahunnya
terakhir atau
lebih

Page 2 of 4
PENENTUAN BESARAN KEMUNGKINAN KEJADIAN

1. Pilih klasifikasi kemungkinan kejadian dari Tabel Kriteria Tingkat Kemungkinan

2. Gunakan kolom Probabilitas apabila penilaian dilakukan untuk pekerjaan yang sudah
memiliki data historis mengenai terjadinya kejadian tersebut (juga digunakan untuk
pengelolaan insiden). Umumnya, yang dimaksud kejadian serupa pernah terjadi, dilihat
dari tipe kejadiannya (type of event).

3. Gunakan kolom Persentase apabila penilaian dilakukan untuk suatu proses atau
kehandalan area/fasilitas/peralatan. Gunakan metode yang sesuai untuk mendapatkan
tingkat kemungkinan terjadinya kejadian dan masukkan sesuai kolom klasifikasi dengan
skala persentase 0-100%.

4. Gunakan kolom Frekuensi pekerjaan apabila penilaian dilakukan untuk pekerjaan yang
belum memiliki data historis dan tidak bisa didekati dengan

5. Pilih salah satu deskripsi yang sesuai dengan kondisi pekerjaan yang dinilai, dari situ
didapatkan nilai 1-4 untuk kolom Kemungkinan di form Risk Assessment.

Page 3 of 4
KRITERIA TINGKAT RESIKO

Page 4 of 4

You might also like