Professional Documents
Culture Documents
A, B, C
Monoploid Satu (n) A B C
Polipoid:
Monoploidi
Organisme monoploidi memiliki satu genom (n kromosom) dalam sel
tubuhnya. Hal itu terjadi pada sebagian besar bakteri, fungi, alga, lumut, dan
serangga Hymenoptera. Organisme monoploidi kurang kuat dan bersifat steril
karena kromosom homolog tidak memiliki pasangan selama meiosis.
Kejadian yang menyebabkan suatu makhluk hidup, misalnya yang biasa
tergolong diploid, hanya mempunyai satu perangkat kromosom disebut
monoploidi. Kadang-kadang monoploidi disebut juga haploidi (Alaya, dkk.1984;
Russel, 1994), tetapi istilah terakhir ini biasanya digunakan khusus di kalangan
sel-sel gamet.
Poliploidi
Poliploidi terjadi karena penggandaan perangkat kromosom secara
keseluruhan. Dalam hal ini dari individu-individu yang tergolong diploid dapat
muncul turunan yang ttriploid maupun tetraploid. Poliploidi juga dapat
menghasilkan individu-individu yang pentaploid, heksaploid dan seterusnya.
Poliploid dapat terjadi dikarenakan:
1. Secara spontan
Penyebab terjadinya poliploidi secara alami (Spontan) adalah karena
faktor-faktor lingkungan sekitar makhluk hidup yang meliputi faktor
suhu, tekanan, ketinggian tempat, dan lain-lain (Ayala, dkk., 1984
dalam Firdaus, 2002). Selain itu poliploidi alami juga bisa disebabkan
oleh persilangan individu poliploid yang diikuti dengan gangguan
selama proses pembelahan sel.
2. Akibat perlakuan
Misalnya dengan pemberian kolkisin pada tahap mitosis, yang akan
mengakibatkan tehambatnya pembentukan benang-benang spindle
mitosis. Pada perlakuan ini kromosom-kromosom yang mengalami
replikasi tidak terpisah.
3. Akibat penyimpangan
Akibat penyimpangan ini dihasilkan gamet-gamet yang tidak
mengalami reduksi. Gamet yang tidak mengalami reduksi bergabung
dengan gamet normal yang menghasilkan zigo yang triploid.
Sedangkan yang tidak mengalami reduksi bergabung dengan
sesamanya akan menghasilkan zigot yang tetrapoid.
4. akibat penyimpangan selama mitosis
Poliploid dapat terjadi akibat penggandaan jumlah perangkat
kromosom di dalam sel somatik secara spontan. Replikasi ini tidak
diikuti dengan pembelajan sel, sehingga pada kelompok diploid dapat
terbentuk kelompok sel jaringan yang tetraploid yang pada akhirnya
akan menghasilkan gamet-gamet yang diploid.
5. Akibat rusaknya apparatus spindle
Analisis Poliploidi
Analisis poliploidi dapat dilakukan dengan teknik langsung dan tidak
langsung. Teknik langsung dilakukan dengan cara mengukur kuantitas materi
genetik secara langsung yatu dengan menentukan jumlah DNA atau kromosom
setiap sel dari suatu organisme. Teknik ini jauh lebih tepat untuk menentukan
poliploidi dibandingkan dengan teknik tidak langsung. Teknik tidak langsung
dilakukan dengan menentukan kuantitas materi genetik secara tidak langsung.
Prinsip penggunaan teknik ini adalah bahwa kuantitas materi genetik berhubungan
dengan kuantitas karakter yang diukur. Salah satu contohnya adalah dengan
menentukan jumlah nukleolus. Meskipun kurang efektif teknik ini dianggap lebih
praktis dbandingkan dengan teknik langsung dalam hal waktu, biaya, metode, alat
dan bahan.
Salah satu teknik tidak langsung yang sering digunakan untuk analisis
poliploidi adalah dengan metode penghitungan nukleolus. Pada metode ini sel
yang ingin diamati bisa diperoleh dari berbagai jaringan dan tanpa membunuh
ikan yang diteliti (Carman, dkk., 1991 dalam Firdaus, 2002). Selain itu dasar
penggunaan metode penghitungan nukleolus adalah adanya hubungan antara
jumlah nukleolus dengan jumlah kromosom (ploidi) makhluk hidup baik hewan
maupun tumbuhan (Carman, dkk., 1992 dalam Khalifah, 1997 dalam Firdaus,
2002). Davidson (1995 dalam Firdaus, 2002) mengatakan bahwa jumlah
nukleolus pada setiap spesies hewan adalah tertentu sehingga setiap sel dari suatu
organisme mempunyai kemampuan untuk membentuk nukleolus maksimal sesuai
dengan jumlah materi genetiknya.
Allopoliploid
Allopoliploid adalah poliploid yang dibuat dengan mengkombinasikan genom
dari dua spesies atau lebih, berbeda dari autoploid yang dibentuk oleh multiplikasi
set kromosom di dalam spesies. Alloploid yang ditemukan di alam umumnya
memiliki tingkat kesuburan yang tinggi; sebaliknya mereka tidak dapat bertahan
hidup sebagai spesies. Alloploid yang diinduksi secara buatan dapat beragam dari
fertil sempurna hingga steril sempurna (Suwarno, 2008).
Pada allopoliploidi, kejadian poliploid tersebut melibatkan spesies yang lain.
Dalam hal ini ada perangkat kromosom yang berasal dari spesies yang lain;
biasanya perangkat kromosom lain itu berasal dari spesies yang berkerabatan
dekat (Russel, 1992; Klug dan Cummings, 1994) dalam hal ini allopoliploidi
tersebut terjadi melalui hibridasi yang melibatkan dua spesies yang berkerabatan
dekat. Penjelasan tentang dua spesies berkerabatan dekat yang kemudian
memunculkan fenomena alloploidi akan dikemukakanlebih lanjut. Sebagai contoh
dibawah ini:
Dewasa ini teknik hibridisasi sel somatik juga digunakan untuk menghasilkan
tumbuhan allopoliploid (Klug dan Cummings, 1994 dalam Corebima, 2011).
Bagan prosedur teknik tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.17. Pada teknik
tersebut, sel yang diambil dari daun yang sedang tumbuh dihilangkan dinding
selnya sehingga dihasilkan protoplast. Sel-sel dalam wujud protoplast itu dapat
dipertahankan dalam kultur, atau distimulasi untuk melakukan fusi dengan
protoplast yang lain, sehingga menghasilkan hibrid sel somatik (dalam wujud
protoplast) itu dapat diinduksi sehingga tumbuh dan berkembang menjadi
tanaman allopoliploid.
Allopoliploidi merupakan macam poliploidi alami yang paling umum
dikalangan tumbuhan karena peluang terbentuknya gamet seimbang lebih besar
dibanding macam poliploidi yang lain (Klug dan Cummings, 1994). Satu contoh
klasik dari tanaman allopoliploidi adalah suatu spesiestanaman budidaya dari
marga Gossypium. Spesies tersebut mempunyai 26 kromosom; 13 dari ke-26
pasang kromosom itu berukuran besar, sedangkan 13 pasang lainnya berukuran
lebih kecil. Kepastian eksperimental tentang allopoliploidi pada spesies
Gossypium itu telah dbuktikan oleh J.O Beasley (Klug dan Cummings, 1994),
yang berhasil melakukan persilangan antara suatu Gossypium dari dunia lama
dengan satu strain Gossypium dari dunia baru (wild American strain); hidrid yang
terbentuk kemudian diberi perlakuan dengan kolkisin sehingga terjadilah
penggandaan kromosom yang menghasilkan suatu varietas Gossypium
allotetraploid yang fertil.
Berkenaan dengan poliploidi dikenal pula endopoliploidi. Yang dimaksud
dengan endopoliploidi adalah peningkatan jumlah perangkat kromosom yang
terjadi akibat replikasi selama endomitosis yang berlangsung dalam inti sel
somatik (Klug dan Cummings, 1994 dalam Corebima, 2011). Sel-sel tertentu pada
tubuh makhluk hidup diploid sebaliknya tergolong poliploid. Dalam hal ini sel-sel
tersebut dikatakan telah mengalami endopoliploidi; pada sel-sel itu replikasi dan
pemisahan kromosom berlangsung tanpa diikuti pembelahan inti. Dikatakan lebih
lanjut bahwa proses yang mengarah kepada endopoliploidi itulah yang disebut
endomitosis.
Manfaat dari endopoliploidi belum jelas diketahui (Klug dan Cummings,
1994 dalam Corebima, 2011). Di lain pihak proliferasi kopi-kopi kromosom
sering terjadi pada sel-sel yang sedang sangat membutuhkan produk gen tertentu.
Pada kenyataannya, gen-gen tertentu yang produknya sangat dibutuhkan di tiap
sel, secara alami memang ditemukan memiliki jumlah kopi yang banyak; gen-gen
RNA ribosom maupun RNA transfer adalah contoh dari gen yang memiliki
banyak kopi tersebut. Pada sel-sel makhluk hidup tertentu, keseluruhan genom
malahan mengalami replikasi, sehingga laju ekspresi berbagai gen menjadi lebih
tinggi. Dengan kata lain terjadi peningkatan jumlah perangkat kromosom akibat
replikasi selama endomitosis yang berlangsung dalam inti sel somatik.
Kesimpulan
Mutasi kromosom yang terjadi karena perubahan jumlah kromosom
disebut ploidi. Perubahan sel kromosom adalah perubahan pada jumlah kromosom
sama, tetapi spesies yang berbeda genus seringkali memiliki jumlah kromosom
yang berbeda-beda. Jumlah kromosom suatu individu adalah diploid (2n), kecuali
jamur dan bakteri. Akibat adanya perubahan set kromosom suatu individu, tidak
lagi diploid (2n) melainkan monoploid (n), triploid (3n) atau tetraploid (4n).
Individu yang memiliki 3n keatas sering disebut poliploidi.
Tumbuhan dengan poliploidi seringkali hidup sehat bahkan memiliki
karakter unggul (superior) daripada tanaman normal (diploid). Namun bagi hewan
yang mengalami poliploidi biasanya mandul atau mempunyai daya tahan tubuh
rendah.
Atas dasar usul kejadiannya, poliploidi dibedakan menjadi autoploidi dan
allopoliploidi. Pada autoploidi tersebut tidak melibatkan spesies lain. Dalam hal
ini seluruh perangkat kromosom (yang sudah mengganda) berasal dari spesies
yang sama atau dengan kata lain perangkat kromosom tambahan adalah milik
spesies yang sama tersebut.
Berdasarkan proses terjadinya, poliploid dibedakan menjadi autoploidi
dan alllopoliploidi. Autoploid adalah proses pembentukan poliploid menggunakan
kromosom yang berasal dari spesies yang sama (genom(n) mengganda sendiri).
Alloploid adalah proses pembentukan kromosom poliploid yang berasal dari
spesies berbeda.
Daftar Rujukan
Suryo. 1995. Sitogenetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, hal 219
224.
Suminah, Sutarno, A. D Setyawan. 2002. Induksi Poliploidi Bawang Merah
(Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Kolkisin. Jurnal Biodiversitas Vol 3
No 1. Jurusan Biologi FMIPA. Surakarta, hal: 174-180.