You are on page 1of 14

Perubahan Jumlah Kromosom

Setiap individu dalam satu spesies biasanya memiliki jumlah kromosom


sama, tetapi spesies yang berbeda genus sering kali memiliki kromosom yang
berbeda. Jumlah kromosom pada suatu individu dalam keadaan normal selalu
stabil, tidak mudah berubah. Namun kondisi stabil ini dapat berubah karena
adanya kelainan seperti gagal berpisah atau karena induksi menggunakan zat
kimia tertentu.
Mutasi kromosom yang terjadi karena perubahan jumlah kromosom
disebut ploidi. Mutasi yang melibatkan pengurangan atau penambahan perangkat
kromosom (genom) disebut euploid, sedangkan pengurangan atau penambahan
pada salah satu kromosom dari genom disebut aneuploid.
1. Euploid (Eu= benar, ploid = unit)

Euploid merupakan mutasi yang melibatkan pengurangan atau penambahan


dalam perangkat kromosom (genom). Jumlah kromosom di dalam genom pada
masing-masing jenis organisme berbeda-beda, misalnya pada tumbuhan kentang
adalah 12 . Pada umumnya individu normal mempunyai susunan kromosom 2n
(diploid), tetapi terjadinya mutasi akan menyebabkan sel kromosom dapat
berubah.
Jenis-jenis euploidi, sebagai berikut:

Tipe euploidi Jumlah genom (n) Komplemen kromosom :

A, B, C
Monoploid Satu (n) A B C

Diploid Dua (2n) AA BB CC

Polipoid:

Triploid Tiga (3n) AAA BBB CCC

Tetraploid Empat (4n) AAAA BBBB CCCC


Pentaploid Lima (5n) AAAAA BBBBB CCCCCC

Monoploidi
Organisme monoploidi memiliki satu genom (n kromosom) dalam sel
tubuhnya. Hal itu terjadi pada sebagian besar bakteri, fungi, alga, lumut, dan
serangga Hymenoptera. Organisme monoploidi kurang kuat dan bersifat steril
karena kromosom homolog tidak memiliki pasangan selama meiosis.
Kejadian yang menyebabkan suatu makhluk hidup, misalnya yang biasa
tergolong diploid, hanya mempunyai satu perangkat kromosom disebut
monoploidi. Kadang-kadang monoploidi disebut juga haploidi (Alaya, dkk.1984;
Russel, 1994), tetapi istilah terakhir ini biasanya digunakan khusus di kalangan
sel-sel gamet.

Monoploidi jarang terjadi, mungkin karena individu monoploid tidak dapat


hidup akibat pengaruh gen mutan letal (termasuk yang resesif). Dilain pihak
spesies tertentu justru mempunyai individu-individu monoploid sebagai suatu
bagian/kondisi yang normal dalam siklus hidupnya. Contoh-contoh spesies
semacam itu misalnya kelompok-kelompok tawon, semut serta lebah. Individu
monoploid pada kelompok-kelompok tersebut berkembang dari telur yang tidak
dibuahi.
Diploidi
Organisme diploidi memiliki dua genom (2n kromosom) pada setiap sel
somatis, atau istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah sel yang berisi
dua set lengkap kromosom.
Diploid adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah sel
yang berisi dua set lengkap kromosom. Kebanyakan mamalia, termasuk manusia,
memiliki sel terutama diploid. Naungan Istilah ploidi digunakan untuk merujuk
secara umum pada jumlah set kromosom dalam sel, dan hewan dapat
menunjukkan berbagai bentuk ploidi. Keadaan ini sangat menunjang fertilitas,
keseimbangan pertumbuhan, adaptasi, dan kemampuan hidup.

Poliploidi
Poliploidi terjadi karena penggandaan perangkat kromosom secara
keseluruhan. Dalam hal ini dari individu-individu yang tergolong diploid dapat
muncul turunan yang ttriploid maupun tetraploid. Poliploidi juga dapat
menghasilkan individu-individu yang pentaploid, heksaploid dan seterusnya.
Poliploid dapat terjadi dikarenakan:
1. Secara spontan
Penyebab terjadinya poliploidi secara alami (Spontan) adalah karena
faktor-faktor lingkungan sekitar makhluk hidup yang meliputi faktor
suhu, tekanan, ketinggian tempat, dan lain-lain (Ayala, dkk., 1984
dalam Firdaus, 2002). Selain itu poliploidi alami juga bisa disebabkan
oleh persilangan individu poliploid yang diikuti dengan gangguan
selama proses pembelahan sel.
2. Akibat perlakuan
Misalnya dengan pemberian kolkisin pada tahap mitosis, yang akan
mengakibatkan tehambatnya pembentukan benang-benang spindle
mitosis. Pada perlakuan ini kromosom-kromosom yang mengalami
replikasi tidak terpisah.
3. Akibat penyimpangan
Akibat penyimpangan ini dihasilkan gamet-gamet yang tidak
mengalami reduksi. Gamet yang tidak mengalami reduksi bergabung
dengan gamet normal yang menghasilkan zigo yang triploid.
Sedangkan yang tidak mengalami reduksi bergabung dengan
sesamanya akan menghasilkan zigot yang tetrapoid.
4. akibat penyimpangan selama mitosis
Poliploid dapat terjadi akibat penggandaan jumlah perangkat
kromosom di dalam sel somatik secara spontan. Replikasi ini tidak
diikuti dengan pembelajan sel, sehingga pada kelompok diploid dapat
terbentuk kelompok sel jaringan yang tetraploid yang pada akhirnya
akan menghasilkan gamet-gamet yang diploid.
5. Akibat rusaknya apparatus spindle

Pengaruh poliploidi terhadap sel atau individu, antara lain:


a. terjadinya pertumbuhan raksasa;
b. jumlah kandungan vitamin pada tumbuhan poliploidi lebih banyak;
c. kesuburan atau fertilitas umumnya berkurang.

Fenomena poliploidi lebih sering dijumpai pada spesies-spesies tumbuhan


dibanding spesies-spesies hewan. Dikalangan kebanyakan spesies hewan
poliploidi memang jarang dijumpai, tetapi pada kelompok kadal, amfibi serta
ikan, poliploidi lazim dijumpai (klug dan cummings, 1994). Berkenaan dengan
poliploidi dikalangan spesies-spesies hewan, ada juga informasi yang menyatakan
bahwa poliploid alami terutama dijumpai pada hewan-hewan hermaphrodit,
seperti cacing tanah dan planaria, demikian pula pada hewan-hwan betina
partenogenik (hewan betina yang menghasilkan turunan viabel tanpa fertilisasi
semacam kumbang, kupu malam, sow bugs, udang ikan mas serta salamander
(Ayala, dkk. 1984).
Dalam hubungan dengan jarang dijumpainya fenomena poliploidi di
kalangan hewan, berikut ini dikemukakan beberapa alasan atau penjelasannya:
1. Poliploidi mengganggu keseimbangan antara autosom dan kromosom
kelamin yang bermanfaat untuk determinasi kelamin.
2. Kebanyakan hewan melakukan fertilisasi silang, dalam hal ini satu
individu poliploid yang baru terbentuk tidak dapat bereproduksi
sendiri.
3. Hewan memiliki perkembangan yang lebih kompleks, yang dapat
dipengaruhi oleh perubahan yang disebabkan oleh poliploidi, misalnya
dalam kaitannya dengan ukuran sel yang akhirnya mengubah ukuran
organ.
4. Jika dikalangan tumbuhan, individu-individu poliploid sering timbul
dari duplikasi pada hibris, tetapi dikalangan hewan hibrid-hibrid
biasanya inviabel atau steril.

Oleh karena poliploidi jarang dijumpai dikalangan hewan (misalnya


sebagai akibat hibrid atau turunan yang terbentuk bersifat inviabel), maka deteksi
fenomena tersebut pada kelompok hewan seringkali dilakukan melalui telaah
secara langsung dan spontan terhadap janin yang teraborsi. Sudah diketahui
bahwa aborsi spontan awal janin manusia maupun hewan lain terutama tersangkut
paut dengan poliploidi.
Berkenaan dengan poliploidi dikalangan spesies-spsies tumbuhan,
informasi lain menyebutkan bahwa spesies-spesies oliploid dijumpai pada seluruh
kelompok besar tumbuhan (Ayala, dkk. 1984). Dinyatakan pula bbahwa sekitar
47% tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) tergolong poliploid. Dikatakan
lebih lanjut bahwa fenomena poliploid juga umum dijumpai pada paku-pakuan
tetapi jarang dijumpai pada Gymnospermae. Beberapa tanaman budidaya yang
sangat penting sebenarnya juga tergolong poliploid.
Contoh-contoh Tanaman Budidaya yang Poliploidi
Tanaman Ploidi Jumlah kromosom Jumlah kromosom
somatik genetik
Pisang Triploid 27 (2x9) Bervariasi
Kentang Tetraploid 48 (4x12) 24
Gandum roti Heksaploid 42 (6x7) 21
Boysenberry Heptaploid 49 (7x7) Bervariasi
strawberry oktaploid 56 (8x7) 28

Jumlah perangkat kromosom yang ganjil pada poliploidi biasanya tidak


bertahan dari generasi ke generasi. Suatu makhluk hidup poliploid yang
mempunyai jumlah kromosom-kromosom homolog yang tidak seimbang (tidak
sama) memang biasanya tidak menghasilkan gamet-gamet yang secara genetik
seimbang (Klug dan Cummings, 1994). Karena alasan inilah maka perangkat
kromosom triploid-pentaploid dan seterusnya tidak dijumpai pada spesies yang
bereproduksi secara generatif.dalam hubungan dengan poliploid yang berjumlah
kromosom homolog yang seimbang (jumlah kromosom genap) ada informasi
(Russel, 1992) yang menyatakan bahwa kelompok tersebut lebih berpeluang fertil
dibangding dengan yang berjumlah kromosom homolog tidak seimbang (jumlah
kromosom ganjil). Dalam hal ini poliploid yang berjumlah kromosom homolog
tidak seimbang (berjumlah kromosom ganjl) biasanya steril. Dinyatakan bahwa
hal tersebut berkaitan dengan masih adanya peluang kromosom-kromosom
erpasangan selama meiosis. Satu contoh poliploid yang berjumlah kromosom
genap yang fertil adalah gandum roti Triticum aestivum (hexaploid). Dilain pihak
salah satu contoh poliploid berjumlah kromosom ganjil yang steril adalah pisang
(triploid). Oleh karena itu pisang berkembang biak secara vegetatif. Pada
kenyataannya memang jumlah kromosom pada gamet pisang bervariasi, sehingga
biji-biji fertil yang terbentuk tidak banyak.
Poliploid dapat terjadi secara spontal maupun sebagai akibat perlakuan
(Russel, 1992). Dinyatakan lebih lanjut bahwa poliploidi sering teradi sebagai
akibat rusaknya aparatus spindel selama satu atau lebih pembelahan meiosis,
ataupun selama pembelahan mitosis.
Berkenaan dengan kejadian poliploid yang terkait dengan meiosis,
informasi lain menyebutkan bahwa poliploidi dapat terjadi akibat penyimpangan
selama meiosis yang mengahsilkan gamet-gamet yang tidak mengalami reduksi
(Ayala, dkk, 1984). Dalam hal ini dikemukakan bahwa jka suatu gamet yang tidak
mengalami reduksi itu (misalnya pada individu diploid) bergabung dengan suatu
gamet normal (haploid) maka zigot yang terbentuk tergolong triploid, dan
sebaliknya jika gamet-gamet yang bergabung itu sama-sama tidak mengalami
reduksi (pada individu diploid) maka zigot yang terbentuk tergolong tetraploid.
Berkenaan dengan kejadian poliploidi secara mitosis, informasi lain
menyebutkan bahwa poliploid dapat juga terjadi aibat penggandaan perangkat
kromosom disalam sel-sel somatik secara spontan (Ayala, dkk, 1984). Dalam hal
ini replikasi kromosom berlangsung tanpa diikutioleh pembelahan sel. (Pada
individu diploid) kondisi ini dapat berakibat terbentuknya kelompok sel (jaringan)
tetraploid, yang pada akhirnya akan menghasilkan gamet-gamet diploid lebih
lanjut jika terjadi pembuahan yang melibatkan suatu gamet haploid, maka akan
terbentuk zigot triploid.
Poliploid yang terjadi akibat perlakuan, misalanya perlakuan dengan
kolkisin (Ayala, dkk, 1984; Russel, 1992; Klug dan Cummings, 1994). Kolkisin
ini tergolong alkaloid yang diperoleh dari tumbuhan Colchicum autumnale.
perlakuan dengan kolkisin pada saat mitosis berakibat terhambatnya pembentukan
benang spindel mitosis. Dalam hal ini akibat perlakuandengan kolkisin tersebut,
kromosom-kromosom yang telah mengalami replikasi tetap tidak terpisah
kromosom-kromosom yang telah mengalami replikasi tetap tidak terpisah.
Kromosom-kromosom yan telah bereplikasi itu tidak dapat memasuki tahap
mitosis anafase bermigrasi ke kutub-kutub sel. Lebih lanjut jika efek kolkisin itu
hilang, maka sek itu dapat langsung memasuki tahap siklus sel efek kolkisin itu
hilang, maka sel itu dapat langsung memasuki tahap siklus sel interfase dan pada
keadaan tersebut sel tadi mempunyai jumlah kromosomsebanyak 2 kali lipat.
Poliploidisasi dapat dilakukan dengan pemberian kolkisin pada jaringan
meristem. Kolkhisin (C22H25O6N) ialah suatu alkaloid berwarna putih yang
diperoleh dari umbi tanaman Colchichum autumnale L. (Fam Liliaceae). Senyawa
ini dapat menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada pembelahan sel
sehingga menyebabkan sel tidak dapat membelah dan terbentuklah individu
poliploidi, dimana organisme memiliki tiga set atau lebih kromosom di dalam sel-
selnya (Suryo, 1995). Adapun struktur kimia dari kolkhisin adalah sebagai berikut

Kolkhisin mempengaruhi morfologi tanaman, zat ini menjadikan tanaman


berpenampilan kekar, organ-organ tanaman menjadi lebih besar, selain itu
kolkhisin juga dapat meningkatkan bahan-bahan organik dalam sel seperti protein
dan vitamin serta berat total tanaman dan jumlah sel. Namun pemakaian kolkhisin
dengan konsentrasi tinggi dan waktu lama akan menyebabkan pertumbuhan
tanaman terhambat, sehingga diperlukan konsentrasi kolkhisin yang tepat dan
lama waktu aplikasi/perendaman yang efektif (Suryo, 1995; Sulistianingsih,
2006). Penelitian sebelumnya mengenai induksi poliploidisasi bawang merah
dengan kolkhisin telah banyak dilakukan. Dari hasil penelitian sebelumnya,
kolkhisin bekerja efektif pada konsentrasi 0,01 - 1% untuk jangka waktu 6 - 72
jam (Suminah dkk, 2002).
Akibatnya pemisahan kromosom dari metafase ke anafase tidak berlangsung
sehingga sel tidak dapat membelah tetapi jumlah kromosom yang terkandung di
dalamnya telah mengalami duplikasi (memiliki sister kromatid). Sister kromatid
dapat saling memisah di dalam sitoplasma pada tahap c-anafase yang dilanjutkan
dengan pembentukan dinding inti. Sehingga inti sel memiliki jumlah kromosom
yang berlipat ganda ( Suryo, 1995 ).

Analisis Poliploidi
Analisis poliploidi dapat dilakukan dengan teknik langsung dan tidak
langsung. Teknik langsung dilakukan dengan cara mengukur kuantitas materi
genetik secara langsung yatu dengan menentukan jumlah DNA atau kromosom
setiap sel dari suatu organisme. Teknik ini jauh lebih tepat untuk menentukan
poliploidi dibandingkan dengan teknik tidak langsung. Teknik tidak langsung
dilakukan dengan menentukan kuantitas materi genetik secara tidak langsung.
Prinsip penggunaan teknik ini adalah bahwa kuantitas materi genetik berhubungan
dengan kuantitas karakter yang diukur. Salah satu contohnya adalah dengan
menentukan jumlah nukleolus. Meskipun kurang efektif teknik ini dianggap lebih
praktis dbandingkan dengan teknik langsung dalam hal waktu, biaya, metode, alat
dan bahan.
Salah satu teknik tidak langsung yang sering digunakan untuk analisis
poliploidi adalah dengan metode penghitungan nukleolus. Pada metode ini sel
yang ingin diamati bisa diperoleh dari berbagai jaringan dan tanpa membunuh
ikan yang diteliti (Carman, dkk., 1991 dalam Firdaus, 2002). Selain itu dasar
penggunaan metode penghitungan nukleolus adalah adanya hubungan antara
jumlah nukleolus dengan jumlah kromosom (ploidi) makhluk hidup baik hewan
maupun tumbuhan (Carman, dkk., 1992 dalam Khalifah, 1997 dalam Firdaus,
2002). Davidson (1995 dalam Firdaus, 2002) mengatakan bahwa jumlah
nukleolus pada setiap spesies hewan adalah tertentu sehingga setiap sel dari suatu
organisme mempunyai kemampuan untuk membentuk nukleolus maksimal sesuai
dengan jumlah materi genetiknya.

Atas dasar usul kejadiannya, poliploidi dibedakan menjadi autoploidi dan


allopoliploidi. Pada autoploidi tersebut tidak melibatkan spesies lain. Dalam hal
ini seluruh perangkat kromosom (yang sudah mengganda) berasal dari spesies
yang sama (Ayala, dkk., 1984; Russel, 1992; Klug dan Cummings, 1994); atau
dengan kata lain perangkat kromosom tambahan adalah milik spesies yang sama
tersebut.
Autoploid
Menurut (Suwarno, 2008) autoploid dapat muncul dengan spontan, atau
dapat juga dimunculkan melalui induksi penggandaan kromosom pada tanaman
dengan tingkat ploidi yang lebih rendah. Autoploid spontan dapat timbul ketika
gamet yang tidak direduksi bergabung dan menghasilkan individu dengan empat
set kromosom dasar atau genom. Tanaman hasilnya adalah autotetraploid (4x).
Jika sel kromosom dasar atau genom tanaman asli disebut A, maka kedua diploid
akan disebut AA dan autotetraploidnya AAAA. Autoploid dapat diinduksi oleh
kejutan lingkungan atau dengan bahan kimia yang mengganggu pembelahan
kromosom normal. Beberapa bahan kimia akan menginduksi poliploidi, tetapi
yang paling banyak digunakan adalah colchicine atau colcemid.
Menurut Ayala, dkk (1984), pada autopoliploidi tidak melibatkan spesies
yang lain. Dalam hal ini seluruh perangkat kromosom yang sudah mengganda
berasal dari spesies yang sama. Atau dengan kata lain perangkat kromosom
tambahan adalah milik spesies yang sama tersebut. Sebagai contoh misalnya
perangkat kromosom diberi symbol A, maka autopoliploidi mempunyai symbol
AAA, sedangkan autotetraploidi bersimbol AAAA.
Autotetraploidi dapat terjadi akibat pembuahan suatu gamet diploid oleh
satu; gamet diploid itu terjadi akibat kegagalan pemisahan kromosom selama
meiosis (Klug dan Cummings, 1994). Dikatakan lebih lanjut bahwa kadang-
kadang suatu zigot autoploid terjadi akibat pembuahan satu ovum oleh dua
sperma; bahkan zigot autotriploid dapat terbentuk akibat persilangan
eksperimental individu diploid dan yang tetraploid.
Pada umumnya ukuran individu poliploid lebih besar dari pada ukuran
pada kondisi diploid (Klug dan Cummings, 1994). Dalam hubungan ini, seringkali
bunga ataupun buah tanaman bertambah besar, dan kenyataan itu disebabkan oleh
makin besarnya ukuran sel dan bukan oleh peningkatan jumlah sel. Oleh karena
secara mendasar individu-individu autopoliploidi tersebut tidak mengandung
informasi baru maupun unit yang berbeda dari kerabatnya yang diploid, maka di
lingkup tanaman budidaya varietas-varietas semacam itu dapat mempunyai nilai
komersial yang lebih tinggi. Sebagai contoh misalnyatanaman-tanaman
autotriploid yang bernilai ekonomi penting antara lain beberapa spesies kentng
dalam marga Solanum, Winesap apples, pisang komersial, watermelons yang tak
berbiji serta bunga bakung Lilium tigrinum. Seperti diketahui tanaman-tanaman
triploid itu berbiak secara vegetatif. Conoh-contoh autotetrapoloid yang juga
bernilai ekonomi antara lain karena ukurannya yang lebh besar atau karena lebih
kuat pertumbuhannya, misalnya dijumpai diantara kelompok alfalfa, kopi, kacang
tanah, serta apel Mcintosh. Contoh tanaman autooctoploid yang bernilai ekonomi
lain adalah strawberry komersial.

Allopoliploid
Allopoliploid adalah poliploid yang dibuat dengan mengkombinasikan genom
dari dua spesies atau lebih, berbeda dari autoploid yang dibentuk oleh multiplikasi
set kromosom di dalam spesies. Alloploid yang ditemukan di alam umumnya
memiliki tingkat kesuburan yang tinggi; sebaliknya mereka tidak dapat bertahan
hidup sebagai spesies. Alloploid yang diinduksi secara buatan dapat beragam dari
fertil sempurna hingga steril sempurna (Suwarno, 2008).
Pada allopoliploidi, kejadian poliploid tersebut melibatkan spesies yang lain.
Dalam hal ini ada perangkat kromosom yang berasal dari spesies yang lain;
biasanya perangkat kromosom lain itu berasal dari spesies yang berkerabatan
dekat (Russel, 1992; Klug dan Cummings, 1994) dalam hal ini allopoliploidi
tersebut terjadi melalui hibridasi yang melibatkan dua spesies yang berkerabatan
dekat. Penjelasan tentang dua spesies berkerabatan dekat yang kemudian
memunculkan fenomena alloploidi akan dikemukakanlebih lanjut. Sebagai contoh
dibawah ini:
Dewasa ini teknik hibridisasi sel somatik juga digunakan untuk menghasilkan
tumbuhan allopoliploid (Klug dan Cummings, 1994 dalam Corebima, 2011).
Bagan prosedur teknik tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.17. Pada teknik
tersebut, sel yang diambil dari daun yang sedang tumbuh dihilangkan dinding
selnya sehingga dihasilkan protoplast. Sel-sel dalam wujud protoplast itu dapat
dipertahankan dalam kultur, atau distimulasi untuk melakukan fusi dengan
protoplast yang lain, sehingga menghasilkan hibrid sel somatik (dalam wujud
protoplast) itu dapat diinduksi sehingga tumbuh dan berkembang menjadi
tanaman allopoliploid.
Allopoliploidi merupakan macam poliploidi alami yang paling umum
dikalangan tumbuhan karena peluang terbentuknya gamet seimbang lebih besar
dibanding macam poliploidi yang lain (Klug dan Cummings, 1994). Satu contoh
klasik dari tanaman allopoliploidi adalah suatu spesiestanaman budidaya dari
marga Gossypium. Spesies tersebut mempunyai 26 kromosom; 13 dari ke-26
pasang kromosom itu berukuran besar, sedangkan 13 pasang lainnya berukuran
lebih kecil. Kepastian eksperimental tentang allopoliploidi pada spesies
Gossypium itu telah dbuktikan oleh J.O Beasley (Klug dan Cummings, 1994),
yang berhasil melakukan persilangan antara suatu Gossypium dari dunia lama
dengan satu strain Gossypium dari dunia baru (wild American strain); hidrid yang
terbentuk kemudian diberi perlakuan dengan kolkisin sehingga terjadilah
penggandaan kromosom yang menghasilkan suatu varietas Gossypium
allotetraploid yang fertil.
Berkenaan dengan poliploidi dikenal pula endopoliploidi. Yang dimaksud
dengan endopoliploidi adalah peningkatan jumlah perangkat kromosom yang
terjadi akibat replikasi selama endomitosis yang berlangsung dalam inti sel
somatik (Klug dan Cummings, 1994 dalam Corebima, 2011). Sel-sel tertentu pada
tubuh makhluk hidup diploid sebaliknya tergolong poliploid. Dalam hal ini sel-sel
tersebut dikatakan telah mengalami endopoliploidi; pada sel-sel itu replikasi dan
pemisahan kromosom berlangsung tanpa diikuti pembelahan inti. Dikatakan lebih
lanjut bahwa proses yang mengarah kepada endopoliploidi itulah yang disebut
endomitosis.
Manfaat dari endopoliploidi belum jelas diketahui (Klug dan Cummings,
1994 dalam Corebima, 2011). Di lain pihak proliferasi kopi-kopi kromosom
sering terjadi pada sel-sel yang sedang sangat membutuhkan produk gen tertentu.
Pada kenyataannya, gen-gen tertentu yang produknya sangat dibutuhkan di tiap
sel, secara alami memang ditemukan memiliki jumlah kopi yang banyak; gen-gen
RNA ribosom maupun RNA transfer adalah contoh dari gen yang memiliki
banyak kopi tersebut. Pada sel-sel makhluk hidup tertentu, keseluruhan genom
malahan mengalami replikasi, sehingga laju ekspresi berbagai gen menjadi lebih
tinggi. Dengan kata lain terjadi peningkatan jumlah perangkat kromosom akibat
replikasi selama endomitosis yang berlangsung dalam inti sel somatik.

Kesimpulan
Mutasi kromosom yang terjadi karena perubahan jumlah kromosom
disebut ploidi. Perubahan sel kromosom adalah perubahan pada jumlah kromosom
sama, tetapi spesies yang berbeda genus seringkali memiliki jumlah kromosom
yang berbeda-beda. Jumlah kromosom suatu individu adalah diploid (2n), kecuali
jamur dan bakteri. Akibat adanya perubahan set kromosom suatu individu, tidak
lagi diploid (2n) melainkan monoploid (n), triploid (3n) atau tetraploid (4n).
Individu yang memiliki 3n keatas sering disebut poliploidi.
Tumbuhan dengan poliploidi seringkali hidup sehat bahkan memiliki
karakter unggul (superior) daripada tanaman normal (diploid). Namun bagi hewan
yang mengalami poliploidi biasanya mandul atau mempunyai daya tahan tubuh
rendah.
Atas dasar usul kejadiannya, poliploidi dibedakan menjadi autoploidi dan
allopoliploidi. Pada autoploidi tersebut tidak melibatkan spesies lain. Dalam hal
ini seluruh perangkat kromosom (yang sudah mengganda) berasal dari spesies
yang sama atau dengan kata lain perangkat kromosom tambahan adalah milik
spesies yang sama tersebut.
Berdasarkan proses terjadinya, poliploid dibedakan menjadi autoploidi
dan alllopoliploidi. Autoploid adalah proses pembentukan poliploid menggunakan
kromosom yang berasal dari spesies yang sama (genom(n) mengganda sendiri).
Alloploid adalah proses pembentukan kromosom poliploid yang berasal dari
spesies berbeda.
Daftar Rujukan
Suryo. 1995. Sitogenetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, hal 219
224.
Suminah, Sutarno, A. D Setyawan. 2002. Induksi Poliploidi Bawang Merah
(Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Kolkisin. Jurnal Biodiversitas Vol 3
No 1. Jurusan Biologi FMIPA. Surakarta, hal: 174-180.

You might also like