You are on page 1of 6

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SKABIES DI

PONDOK PESANTREN DARUL HUFFADH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


KAJUARA KAB. BONE

Ummul haeri1, Kartini2, Agustian IPA3


1
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
3
Poltekes Kemenkes Makassar

ABSTRAK

Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabie dan
banyak di jumpai di Pondok Pesantren. Berdasarkan dari hasil pemeriksaan kesehatan di Pondok
Pesantren Darul Huffadh tahun 2011 dari 230 santri terdapat 50 santri yang menderita skabies.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian
skabies di pondok pesantren darul huffadh yang meliputi lingkungan (personal hygiene), tingkat
pengetahuan dan sikap santri. Populasi dalam penelitian ini adalah semua santri yang tinggal di
pondok pesantren darul huffadh, yang meliputi kelas 1-6 yang berjumlah 230. Pengambilan sampel
dilakukan dengan tekhnik sampling jenuh yaitu sampel diambil dari semua santri kelas 6. Jenis
penelitian yang digunakan adalah analitik observasionl dengan pendektan cross sectional dengan
menggunakan teknik sampling jenuh dengan jumlah sampel 30 responden. Pengumpulan data
dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada responden untuk diisi. Selanjutnya data diolah dan
kemudian dianalisa secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi-square
dengan tingkat kemaknaan p < (0,05). Setelah data diolah dan dianalisa, didapatkan propabilitas (p)
untuk lingkungan (personal hygiene) adalah 0.000, tingkat pengetahuan adalah 0,000 dan sikap
adalah 0,000. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah ada hubungan antara lingkungan ( personal
hygiene), tingkat pengetahuan dan sikap terhadap kejadian skabies di pondok pesantren darul
huffadh di wilayah kerja puskesmas kajuara kab. Bone

Kata kunci : Lingkungan, tingkat pengetahuan, sikap, kejadian skabies

PENDAHULUAN Penyakit skabies tersebar luas di


Lingkungan merupakan segala seluruh dunia terutama pada daerah daerah
sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi yang erat sekali kaitannya dengan lahan kritis,
luar manusia atau hewan yang menyebabkan kemiskinan serta rendahnya sanitasi.
atau memungkinkan penularan penyakit. Sebanyak 300 juta orang pertahun didunia
Pemeliharaan lingkungan yang bersih dan dilaporkan terserang scabies (WHO, 2009)
sehat tentunya akan berdampak baik bagi Selain itu skabies juga ditemukan
kesehatan (Djuanda, 2007) pada semua negara dengan prevalensi yang
Pemeliharaan lingkungan juga harus bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang
disertai dengan kesadaran individu maupun berkembang prevalensi penyakit skabies
masyarakat dan berperilaku hidup sehat. sekitar 6%-27% dari populasi umum dan
Perilaku hidup sehat adalah perilaku proaktif cenderung tinggi pada anak-anak dan remaja
untuk memelihara dan meningkatkan (Diyas, 2011)
kesehatan, mencegah risiko terjadinya Menurut Depkes RI prevalensi skabies
penyakit, melindungi diri dari ancaman di puskesmas seluruh indonesia pada tahun
penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan 2008 adalah 5,6%-12,95% dan skabies
kesehatan masyarakat. Apabila lingkungan menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit
tidak terawat dengan baik serta kesadaran tersering. Prevalensi penyakit skabies tahun
masyarakat dalam berperilaku hidup sehat 2008 diberbagai pemukiman kumuh (TPA,
tidak dilaksanakan maka berbagai penyakit rumah susun dan pondok pesantren) di jakarta
juga akan ditimbulkannya, mulai dari penyakit mencapai 6,20%, di Kab.Boyolali sebesar
yang menyerang sistem pernafasan, sistem 7,36%, Pasuruan sebesar 8,22%, dan di
pencernaa dan sistem integumen seperti Semarang mencapai 5,80% (Siswono, 2008)
penyakit kulit skabies (Djuanda, 2007) Sedangkan di Sulawesi selatan sendiri
data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan

Volume 2 Nomor 4 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 109


tahun 2009, penyakit kulit infeksi menempati 1. Editing
urutan kedelapan dengan jumlah kasus Editing yaitu dilakukan
26.221, sedangkan pada tahun 2010 penyuntingan data yang telah terkumpul
menempati urutan keenam dengan jumlah dengan cara memeriksa kelengkapan
kasus 39.853 dan pada tahun 2011 penyakit pengisian, kejelasan dan adanya
kulit infeksi menempati urutan kesepuluh kesalahan.
dengan jumlah kasus 39.739, sedangkan data 2. Coding
dari pondok pesantren Darul Huffadh tahun Coding yaitu dilakukan
2011 dari 230 santri ditemukan sebanyak 50 pengkodean dengan maksud agar data-
santri yang pernah menderita skabies. data tersebut mudah diolah yaitu dengan
Berdasarkan uraian diatas maka cara semua jawaban atau data
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian disederhanakan dengan memberikan
untuk mengetahui faktor faktor yang simbol-simbol/kode dalam bentuk angka
berhubungan dengan kejadian skabies di atau alphabet pada nomor daftar
pondok pesantren Darul Huffadh di wilayah pertanyaan
kerja Puskesmas Kajuara Kab.Bone 3. Skoring
Setelah data dikelompokkan dan
BAHAN DAN METODE data diperiksa, kemudian dilakukan tabulasi
Lokasi, Populasi dan Sampel data dan skor dengan menggunakan
Berdasarkan permasalahan yang rumus.
diteliti, maka jenis penelitian ini adalah Analitik 4. Entri data
observasional dengan pendekatan Cross Entri data yaitu dilakukan
Sectional. Penelitian ini dilaksanakan di kegiatan editing dan koding dilanjutkan
Pondok Pesantren Darul Huffadh di wilayah dengan pengelompokan data kedalam
kerja Puskesmas Kajuara Kab. Bone pada master tabel atau tabulase komputer.
tanggal 27 desember 2012 sampai 12 januari
2013 HASIL PENELITIAN
Populasi penelitian ini adalah seluruh 1. Hasil analisis univariat
santri yang tinggal di pondok pesantren Darul Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden
huffadh yang meliputi kelas satu sampai enam berdasarkan umur responden di pondok
dengan jumlah 230 santri. Penentuan jumlah Pesantren Darul Huffadh di wilayah kerja
sampel yaitu dengan menggunakan tekhnik Puskesmas Kajuara Kab. Bone
Sampling jenuh dimana sampel terdiri atas 30 Umur Persentase
Frekuensi
responden yang diambil dari seluruh kelas (Tahun) (%)
enam. 13 13 43,3
Jumlah responden yang sesuai 14 17 56,7
dengan kriterian inklusi sebanyak 30 orang Total 30 100
diambil dengan cara tekhnik sampling jenuh. Sumber : Data Primer, 2012
1. Kriteria inklusi
a. Santri yang tinggal di pondok Pesantren Berdasarkan Tabel 5.1 diperoleh
Darul Huffadh data bahwa dari 30 responden, yang
b. Santri kelas enam memiliki umur 13 tahun sebanyak 13 orang
c. Dapat membaca dan menulis (43,3%) dan yang memiliki umur 14 tahun
d. Bersedia menjadi responden sebanyak 17 orang (56,7%)
2. Kriteria eksklusi
a. Santri yang tidak tinggal di Pondok Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden
Pesantren Darul Huffadh Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di
b. Santri yang bukan kelas enam Pondok Pesantren Darul Huffadh di wilayah
c. Tidak menjadi responden kerja Puskesmas Kajuara Kab. Bone
Persentase
Pengumpulan Data Jenis Kelamin Frekuensi
( %)
Data yang digunakan dalam penelitian Laki-Laki 0 0
ini adalah data primer dan data sekunder,
dimana data primer diperoleh dari responden Perempuan 30 100,0
dengan menggunakan alat ukur kuisioner, Total 30 100
sedangkan data sekunder diperoleh dari Sumber : Data Primer, 2012
berbagai sumber, antara lain : literatur, media
komunikasi, internet, dan laporan dari wilayah Berdasarkan Tabel 5.2 diperoleh
kerja puskesmas kajuara. Pengolahan data data bahwa dari 30 responden, yang
dilakukan dengan : berjenis kelamin laki laki sebanyak 0

110 Volume 2 Nomor 6 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721


orang (0,0%), dan yang berjenis kelamin 2. Hasil analisis bivariat
perempuan sebanyak 30 orang (100%) a. Hubungan Lingkungan dengan Kejadian
skabies
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Tabel 5.6. Hasil Analisis Hubungan
Berdasarkan Lingkungan Responden di Antara Lingkungan dengan kejadian
Pondok Pesantren Darul Huffadh di wilayah skabies di Podok Pesantren Darul
kerja Puskesmas Kajuara Kab. Bone Huffadh di wilayah kerja puskesmas
Lingkungan Frekuensi Persentase(%) kajuara kab. Bone
Kejadian Skabies
Baik 22 73,3
Kurang 8 26,7 Tidak Total
Pernah
Lingkungan Pernah
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2012 N % n % n %
Baik 0 0,0 22 73,3 22 73,3
Berdasarkan Tabel 5.3 diperoleh Kurang 8 26,7 0 0,0 8 26,7
Total 8 10,0 22 90,0 30 100
data bahea dari 30 responden, yang
p = 0,000
memiliki lingkungan baik sebanyak 22
Sumber : Data Primer, 2012
orang (73,3%), dan yang memiliki
lingkungan kurang baik sebanyak 8 orang
Berdasarkan tabel 5.6 dari 30
(26,7%)
responden, didapatkan 22 responden
(73,3%) yang memiliki lingkungan baik
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden
dan 0 responden (0,0%) yang pernah
Berdasarkan Pengetahuan Responden di
skabies, serta 22 responden (73,3%)
Pondok Pesantren Darul Huffadh di wilayah
yang tidak pernah skabies. Sedangkan 8
kerja Puskesmas Kajuara Kab. Bone
responden (26,7%) yang pernah skabies
Persentase
Pengetahuan Frekuensi serta 0 responden (0.0%) yang tidak
(%)
pernah skabies.
Baik 24 80,0 Berdasarkan uji statistik uji chi-
squre diperoleh nilai p= 0,000 dengan
Kurang 6 20,0
tingkat kemaknaan = 0,05, hal ini
Total 30 100 menunjukkan p < dalam hal ini Ha
Sumber : Data Primer, 2012 diterima dengan interpretasi
ditemukannya hubungan lingkungan
Berdasarkan Tabel 5.4 diperoleh dengan kejadian skabies di Pondok
data bahwa dari 30 responden, yang Pesntren Darul Huffadh di Wilayah kerja
memiliki pengetahuan baik sebanyak 24 Puskesmas Kajuara Kab. Bone
orang (80,0% ), dan yang memiliki
pengetahuan kurang sebanyak 6 orang b. Hubungan pengetahuan dengan
(20,0% ). kejadian skabies
Tabel 5.7. Hasil Analisis Hubungan
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Antara Pengetahuan dengan Kejadian
Berdasarkan Pengetahuan Responden di Skabies di pondok pesantren Darul
Pondok Pesantren Darul Huffadh di wilayah Huffadh di wilayah kerja puskesmas
kerja Puskesmas Kajuara Kab. Bone kajuara Kab. Bone
Persentase Kejadian Skabies
Sikap Frekuensi
(%) Tidak Total
Pengeta Pernah
Baik 24 80,0 Pernah
huan
N % n % n %
Kurang 6 20,0
Baik 2 6,7 22 73,3 24 80
Total 30 100
Kurang 6 20,0 0 0,0 6 20,0
Sumber : Data Primer, 2012
Total 8 26,7 27 73,3 30 100
p = 0,000
Berdasarkan Tabel 5.5 dari 30 Sumber : Data Primer, 2012
responden, didapatkan 24 responden
(80,0%) yang sikapnya baik dan 6 Berdasarkan Tabel 5.7 dari 30
responden (20,0%) yang sikapnya kurang responden, didapatkan 24 responden
baik. (80,0%) yang memiliki pengetahuan baik
dan 2 responden (6,7%) yang pernah
terkena skabies, serta ada 22

Volume 2 Nomor 4 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 111


responden (73,3%) yang tidak pernah 0 reponden (0,0%) yang pernah skabies,
skabies. Sedangkan 6 responden serta ada 27 responden (73,3%) yang tidak
(20,0%) yang memiliki pengetahuan pernah skabies. Sedangkan 8 responden
kurang dan 6 responden (20,0%) yang (26,7%) yang pernah skabies serta 0
pernah skabies serta 0 responden responden (0,0%) yang tidak pernah
(0.0%) yang tidak pernah skabies. skabies.
Berdasarkan uji statistik uji chi- Dengan menggunakan uji statistik uji
square diperoleh nilai p=0,000 dengan chi-square diperoleh nilai p=0,000 dengan
tingkat kemaknaan = 0,05, hal ini tingkat kemaknaan =0,05, hal ini
menunjukkan p < dalam hal ini Ha menunjukkan p< dalam hal ini Ha
diterima dengan interpretasi diterima dengan interpretasi ditemukannya
ditemukannya hubungan pengetahuan hubungan lingkungan dengan kejadian
dengan kejadian skabies di Pondok skabies di pondok pesantren Darul Huffadh
Pesntren Darul Huffadh di Wilayah kerja di wilayah kerja Puskesmas Kajuara Kab.
Puskesmas Kajuara Kab. Bone Bone
Kebersihan kurang yang muncul
c. Hubungan sikap dengan kejadian pada santri adalah mandinya satu kali
skabies dalam sehari, sedangkan santri yang tidak
Tabel 5.8. Hasil Analisis Hubungan menderita skabies mandinya dua kali
Antara Sikap dengan Kejadian Skabies sehari. kebersihan dalam mengganti
Di Pondok Pesantren Darul Huffadh Di pakaian pada santri yang menderita
Wilayah Kerja Puskesmas Kajuara Kab. skabies satu kali sehari, kebersihan santri
Bone dalam mengganti sprei dilakukan diatas
Kejadian Skabies dua minggu sekali. Perilaku inilah yang
Tidak Total menyebabkan santri lebih mudah tertular
Sikap Pernah
Pernah skabies.
n % n % n % Kebersihan diri sangat berkaitan
Baik 2 6,7 22 73,3 24 80,0 dengan pakaian, tempat tidur yang mereka
Kurang 6 20,0 0 0,0 6 20,0 gunakan sehari-hari. Hasil penelitian ini
Total 8 26,7 27 73,3 30 100 diperkuat oleh Irijal, (2004) dikaitkan
p = 0,000 dengan yang pernah menderita penyakit
Sumber : Data Primer, 2012 kulit 51,9% pernah mengalami karena
kurangnya menjaga lingkungan dalam hal
Berdasarkan Tabel 5.8 dari 30 ini yaitu kebersihan diri.
responden, didapatkan 24 responden Asumsi peneliti mengatakan bahwa
(80,0%) yang memiliki sikap baik dan 2 ada hubungan antara lingkungan dengan
responden (6,7%) yang pernah skabies, kejadian skabies, enderita dengan
serta ada 22 responden (73,3%) yang kebersihan kurang baik dapat menderita
tidak pernah skabies, sedangkan 6 skabies karena skabies adalah penyakit
responden (20,0%) yang pernah skabies yang sangat mudah menular sehingga
serta 0 responden (0,0%) yang tidak lingkungan tempat tinggal yang telah
pernah skabies. terinfeksi tungau skabies dapat
Berdasarkan uji statistik uji chi- menyebabkan seseorang menderita
square diperoleh nilai p=0,000 dengan skabies. Kebersihan merupakan suatu
tingkat kemaknaan =0,05, hal ini tuntutan yang harus dijalankan oleh santri
menunjukkan p < dalam hal ini Ha dalam lingkungan pesantren, namun
diterima dan Ho ditolak dengan kebersihan ini sering terabaikan, hal ini
interpretasi ditemukannya hubungan diketahui kasus skabies lebih sering terjadi
sikap dengan kejadian skabies, semakin di lingkungan pesantren.
baik sikap santri terhadap kejadian 2. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian
skabies maka semakin rendah Skabies
kemungkinan untuk terkena penyakit Berdasarkan Tabel 5.7 dari 30
skabies, begitupun sebaliknya. responden, didapatkan 24 responden
(80,0%) yang memiliki pengetahuan baik
PEMBAHASAN dan 2 responden (6,7%) yang pernah
1. Hubungan Lingkungan dengan Kejadian skabies, serta ada 22 responden (73,3%)
Skabies yang tidak pernah skabies. Sedangkan 6
Berdasarkan Tabel 5.6 dari 30 responden (20,0%) yang memiliki
responden, didapatkan 22 responden pengetahuan kurang dan 6 responden
(73,3%) yang memiliki lingkungan baik dan (20,0%) yang pernah skabies serta 0

112 Volume 2 Nomor 6 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721


responden (0,0%) yang tidak pernah pengetahuan kurang dan 6 responden
skabies. (20,0%) yang pernah skabies serta 0
Berdasarkan uji statistik uji chi- responden (0,0%) yang tidak pernah
square diperoleh nilai p=0,000 dengan skabies.
tingkat kemaknaan =0,05, hal ini Berdasarkan uji statistik uji chi-
menunjukkan p< dalam hal ini Ha diterima square diperoleh nilai p=0,000 dengan
dengan interpretasi ditemukannya tingkat kemaknaan =0,05, hal ini
hubungan pengetahuan dengan kejadian menunjukkan p< dalam hal ini Ha diterima
skabies di pondok pesantren Darul Huffadh dengan interpretasi ditemukannya
di wilayah kerja Puskesmas Kajuara Kab. hubungan sikap dengan kejadian skabies di
Bone pondok pesantren Darul Huffadh di wilayah
Hasil penelitian ini didukung oleh kerja Puskesmas Kajuara Kab. Bone
teori : Pengetahuan tentang kesehatan Hasil penelitian ini didukung oleh
dapat membantu individu-individu tersebut teori : sikap baik yang dimiliki santri antara
untuk beradaptasi dengan penyakitnya, lain tidak saling menukarkan pakaian
mencegah komplikasi dan mematuhi dengan penderita skabies dan sikap untuk
program terapi dan belajar untuk menjaga jarak dengan penderita skabies.
memecahkan masalah ketika menghadapi Kondisi ini dapat dipahami sebagai bentik
situasi baru. Hal ini juga akan mencegah ketakutan mereka dapat ditulari penyakit
rehospitalisasi pasien : individu dengan tersebut, meskipun alasan tersebut tidak
kondisi kronik sering harus kembali dirawat terlalu kuat. Penjelasan yang lebih
di rumah sakit, karena tidak mengetahui sederhana dan mudah diterima tentang
cara merawat diri sendiri (Brunner & cara penularan skabies mungkin akan lebih
Suddarth, 2002) membantu mengatasi penularan tanpa
Peningkatan pengetahuan untuk muncul sikap antipati terhadap penderita.
santri dapat melibatkan Unit Kesehatan Perubahan sikap santri juga dapat didasari
Sekolah (UKS) yang ada di lingkungan keinginan mereka untuk memperlihatkan
sekolah dan pesantren. Peran UKS sangat identitas diri mereka, bahwa mereka
penting dalam meningkatkan kesehatan memiliki sikap yang lebih baik dari pada
pada santri, karena mereka memiliki komunitas lain untuk menghadapi masalah
wewenang tentang kesehatan. kesehatan (Azwar, 2003)
Santri yang menderita skabies Peneliti berasumsi bahwa ada
membutuhkan tahap-tahap dalam hubungan antara sikap dengan kejadian
meningkatkan pengetahuan. Peningkatan skabies karena sikap seseorang dapat
pengetahuan juga harus diikuti dengan mempengaruhi orang tersebut dalam
informasi-informasi yang dapat menghadapi masalah kesehatan yang
menguntungkan bagi santri. Pengetahuan dihadapinya. Tingkah laku individu bersifat
tentang penyakit skabies belum dapat unik sesuai kepribadian yang dimiliki
mengubah sikap dan perilaku. Kebiasaan karena dapat dipengaruhi oleh aspek
pola hidup yang sudah rutin dan hampir kepribadian seperti pengalaman hidup,
berlaku disemua pesantren termasuk opini perubahan usia, watak, sistem nilai serta
dan persepsi yang salah terhadap penyakit kepercayaan.
skabies ternyata cukup sulit diubah. Pada
kesimpulannya peneliti berasumsi bahwa KESIMPULAN
pengetahuan merupakan hal yang sangat Berdasarkan hasil penelitian dan
penting untuk terbentuknya tindakan pembahasan yang telah dikemukak
seseorang. Dari pengalaman dan penelitian sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat
ternyata perilaku yang didasari oleh penulis kemukakan adalah sebagai berikut :
pengetahuan akan lebih baik dari pada 1. Ada hubungan antara lingkungan dalam hal
perilaku yang tidak didasari oleh ini kebersihan diri dengan kejadian skabies
pengetahuan. di pondok pesantren, semakin rajin santri
3. Hubungan Sikap dengan Kejadian Skabies memperhatikan kebersihan dirinya maka
Berdasarkan Tabel 5.8 dari 30 semakin rendah kemungkinan untuk
responden, didapatkan 24 responden terkena skabies, begitupun sebaliknya,
(80,0%) yang memiliki pengetahuan baik semakin acuh santri terhadap kebersihan
dan 2 responden (6,7%) yang pernah dirinya maka semakin besar peluang untuk
skabies, serta ada 22 responden (73,3%) terkena skabies.
yang tidak pernah skabies. Sedangkan 6 2. Ada hubungan antara pengetahuan dengan
responden (20,0%) yang memiliki kejadian skabies di pondok pesantren,

Volume 2 Nomor 4 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 113


semakin baik pengetahuan santri maka b. Dapat melatih ustadz / ustadza h yang
semakin rendah kemungkinan untuk terlibat dalam UKS, sehingga mereka
terkena skabies, begitupun jika semakin lebih mudah dalam mengarahkan
rendah pengetahuan santri maka akan santri dalam mencegah penyakit
semakin tinggi peluang untuk terkena skabies.
penyakit skabies. c. Dapat lebih meningkatkan pusat
3. Ada hubungan antara sikap dengan pelayanan kesehatan pesantren
kejadian skabies di pondok pesantren, (poskestren)
semakin tinggi perhatian santri terhadap 3. Pengelola pesantren
kejadian skabies maka semakin rendah a. Melarang santri saling tukar menukar
kemungkinan untuk terkena ataupun pakaian, tempat tidur agar penularan
tertular penyakit skabies,begitupun penyakit skabies tidak terjadi.
sebaliknya. b. Meningkatkan mutu lingkungannya,
antara lain kerja bakti tiap hari tetentu,
SARAN atau diadakannya lomba kebersihan
1. Institusi antar kamar, serta menganjurkan para
Bagi akademik kiranya penelitian santri untuk menjemur kasur dan
ini dapat menambah bahan refarensi bagi bantal setiap minggu
institusi terutama bagi teman teman c. Menyediakan fasilitas yang cukup
seprofesi yang sementara mengikuti seperti tempat menyimpan pakaian,
pendidikan keperawatan. Dari hasil serta tempat untuk menjemur pakaian.
penelitian ini dapat merupakan data awal 4. Peneliti
untuk penelitian selanjutnya. Dalam upaya memperkaya ilmu
2. Pemerintah pengetahuan diharapkan penelitian ini
Untuk mengatasi kejadian dikembangkan pada penelitan selanjutnya
skabies di lingkungan santri diharapkan yang lebih spesifik dengan memperbaiki
dapat meningkatkan pengetahuan santri kelemahan kelemahan dalam instrumen
dengan memberikan pendidikan penelitian sehingga reliabilitas dan
kesehatan sehingga dapat diharapkan : validitas tidak diragukan
a. Santri dapat menghilangkan anggapan
bahwa skabies adalah penyakit para
santri

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Jakarta : Pustaka Pelajar

Brunner & Suddart. 2007. Buku Ajar Medikal Bedah. Vol. 1 Edisi 8. EGC. Jakarta

Dariansya,F. 2006. Tinjauan Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Skabies di Pesantren
Oeman Diyan, Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar. Skripsi

Departemen Kesehatan RI 2011. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

Djuanda, A., Hamzah M., Aisah S., .2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Dinas Kesehatan Kota Makassar,. 2012. Profil Kesehatan Kota Makassar. Sulawesi Selatan

Hidayat, AAA. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika

Irijal. 2004. Faktor Faktor Yang Berhubungan dengan Sanitasi Dasar di Pesantren, Banda Aceh . Skripsi : FKM
Unmuha

Machfoeds, I. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Siswono. 2008. Pedoman umum Program Pemberantasan Penyakit Lingkungan. Jakarta : Dep. Kes. RI

114 Volume 2 Nomor 6 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721

You might also like