You are on page 1of 28

A.

Pengertian Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT

Iman secara bahasa berarti percaya. Iman menurut istilah berarti


mempercayai dengan sepenuh hati diucapkan dengan lisan dan diwujudkan dalam
kegiatan. Iman kepada kitab-kitab Allah Swt. berarti mempercayai dengan
sepenuh hati dan diucapkan dengan lisan bahwa Allah Swt. telah menurunkan
kitab kepada Rasul-Nya untuk dijdikan sebagai pedoman dalam menjalani
kehidupan. Keyakinan tersebut hendaknya ditanamkan dalam hati serta
diwujudkan dalam perbuatan dan tingkah laku sehari-hari.

Rukun iman meliputi iman kepada Allah Swt. iman kepada malaikat-malaikat-
Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya , iman kepada Rasul-Rasul-Nya, iamn kepada
hari akhir, dan iman kepada qada qadar. Perintah beriman kepada kitab-kitabNya
sebagai berikut:

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah


dan rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Quran) yang diturunkan
kepada rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari
kemudian, maka sungguh, orangitu telah tersesat sangatjauh. (Q.S. an-Nisa [4]:
136)
Kitab-Kitab Allah Swt.

Kitab merupakan kumpulan wahyu Allah Swt. yang diturunkan kepada


nabi dan rasul untuk disampaikan kepada kaumnya sebagai petunjuk dan pedoman
dalam menjalani kehidupan serta memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Selain istilah kitab, kita mengenal istilah suhuf.

Allah SWT telah menurunkan empat kitab yaitu :

1.Kitab Taura

Taurat adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada Nabi
Musa a.s. agar menjadi petunjuk baginya dan kaum Bani Israel. Penjelasan
tentang kitab Taurat dinyatakan pada ayat Al-Quran berikut
Artinya: Dan Kami berikan kepada Musa, Kitab (Taurat) dan Kami jadikannya
petunjuk bagi Bani Israel (dengan firman), Janganlah kamu
mengambilpelindung selain Aku. (Q.S. al-lsra [17]: 2)

Taurat dalam bahasa Ibrani disebut Thora yang berarti ajaran. Kata Thora
diterjemahkan dalam bahasa Yunani Kuno dengan nomos (hukum). Kata Taurat
muncul beberapa kali dalam ayat-ayat Al-Quran, misalnya pada Surah al-lsra
[17] ayat 2 sebagaimana dijelaskan di atas.

Ajaran bagi kaum Nabi Musa a.s. dalam kitab Taurat terkandung Sepuluh Perintah
(Ten Commandements).

Isi Sepuluh Perintah tersebut sebagai berikut.

1. Hormati dan cintailah Allah Yang Maha Esa.

2. Sebutlah nama Allah dengan hormat.

3. Sucikanlah hari Sabtu.

4. Hormatilah ibu-bapakmu.

5. Jangan membunuh.

6. Jangan berbuat zina.

7. Jangan mendekati (ingin) berbuat zina.

8. Jangan mencuri.

9. Jangan berdusta.

10. Jangan mengambil hak milik orang lain.


2.Kitab Zabur

Kitab Zabur adalah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s.
untuk dijadikan pedoman bagi umatnya. Kata Zabur berasal dari kata zabara yang
berarti menulis, menulis dengan sempurna, atau mengukir tulisan pada
batu. Zabur menurut istilah merupakan kitab yang diturunkan Allah Swt. kepada
nabi. Oleh karena itu, sebagian ulama berpendapat bahwa kitab Zabur tidak hanya
diterima oleh Nabi Daud nama Nabi Daud a.s. sebagai penerima kitab Zabur.a.s.,
ada beberapa nabi yang juga menerimanya. Meskipun demikian, kitab Zabur yang
terkenal adalah kitab yang diterima oleh Nabi Daud a.s. Selain itu, nabi penerima
kitab Zabur yang disebut namanya dalam Al-Quran hanya Nabi Daud a.s. Berikut
salah satu ayat Al-Quran yang di dalamnya disebutkan.

Artinya: Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang di langit dan di bumi.
Dan sungguh, Kami telah memberikan kelebihan kepada sebagian nabi-nabi atas
sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Daud. (Q.S. al-lsra [17]:
55)

Zabur sebagai kitab suci yang diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Daud
a.s. dalam bahasa Arab disebut Mazmur. Dalam bahasa Ibrani dikenal dengan
nama Mizmordan dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Psalm.

Mazmur berarti nyanyian. Kitab Zabur Nabi Daud a.s berisi 150 nyanyian
yang beliau senandungkan sebagai ungkapan semua hal yang pernah beliau alami
semasa hidupnya meliputi permintaan ampun atas dosanya, sukacita karena
kemenangannya atas musuh, dan kemuliaan Allah Swt.

3.Kitab Injil

Kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s. merupakan wahyu Allah
Swt. yang kemudian disampaikan kepada umatnya. Kitab Injil adalah petunjuk
bagi Nabi Isa a.s. dan Bani Israel. Umat Nabi Isa a.s. pun membenarkan Injil
sebagai kitab yang diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Isa a.s. sebagaimana Allah
Swt. menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa a.s. dan kitab Zabur kepada
Nabi Daud a.s. Al-Quran pun membenarkan pernyataan tersebut. Perhatikan
firman Allah Swt. berikut ini.

Artinya: Dan Kami teruskan jejak rpereka dengan mengutus Isa putra
Maryam, membenarkan kitab yang sebeljumnya, yaitu Taurat. Dan Kami
menurunkan Injil kepadanya, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, dan
membenarkan kitab sebelumnya, yaitu Taurat dan sebagai petunjuk serta
pengajaran untuk orang-orangyang bertakwa. (Q.S. al-Maidah [5]: 46)

Kitab Injil yang ada saat ini berbeda dengan kitab Injil yang diturunkan
kepada Nabi Isa a.s. Beberapa , pengikut Nabi Isa a.s., yaitu Lukas, Matius,
Markus, dan Yahya memasukkan karangannya dalam kitab Injil, sedangkan kitab
Injil yang asli dimusnahkan. Injil karangan mereka pun disebut dengan Injil
Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yahya. Menurut Abu Ala al-Maududi,
seorang ulama dari India, pengubahan isi kitab Injil dilakukan dengan mengurangi
dan menambahkan kalimat-kalimat secara besar-besaran. Kaum Nasrani sendiri
mengakui bahwa mereka tidak lagi memiliki kitab yang asli dan hanya memiliki
terjemahannya. Naskah Injil karangan para pengikut Nabi Isa a.s. mengalami
banyak perubahan yang signifikan selama berabad-abad. Secara umum isi pokok
kitab Injil yang diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Isa a.s. sebagai berikut.

1. Perintah kembali pada tauhid yang murni.

2. Ajaran yang menyempurnakan kitab Taurat.

3. Pembenaran terhadap kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya.

4. Ajaran agar hidup sederhana dan menjauhi sifattamak.

4.Kitab Al-Quran

Kitab Al-Quran diwahyukan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad


saw. Al-Quran berbeda dengan kitab-kitab lainnya. Kitab Taurat, Zabur, dan Injil
diwahyukan untuk menjadi pedoman hidup bagi kaum tertentu. Akan tetapi, Al-
Quran diturunkan untuk seluruh umat manusia, tidak hanya untuk bangsa Arab
dan tidak terbatas pada waktu tertentu. Al-Quran diwahyukan untuk disampaikan
kepada seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Dengan demikian, kitab Al-
Quran yang diterima Nabi Muhammad saw. merupakan petunjuk, pemberi
peringatan, dan pedoman bagi seluruh umat manusia dalam menjalani kehidupan
di dunia. Perhatikan firman Allah Swt. berikut ini

Artinya: Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Quran)


kepada hamba-Nya (Muhammad) agaddia menjadi pemberi peringatan bagi
seluruh alam (jin dan manusia). (Q.S. al-Furqan [25]: 1)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Al-Quran merupakan pemberi


peringatan dan pedoman bagi seluruh umat manusia. Pada ayat tersebut Allah
Swt. menyebut Al-Quran dengan sebutan al-Furqan yang berarti pembeda, yaitu
pembeda antara yang haq dan yang batil atau pembeda antara yang baik dan yang
buruk. Al-Quran memiliki beberapa kedudukan sebagai berikut.

1. Sebagai Wahyu Allah Swt. yang Diturunkan kepada Nabi Muhammad


saw.

Al-Quran merupakan wahyu Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi


Muhammad saw. melalui perantaraan Malaikat Jibril. Beberapa ayat Al-Quran
turun untuk menjawab doa atau ke- gelisahan Nabi Muhammad saw. Al-Quran
me- nunjukkan kepada Nabi Muhammad saw. tentang suatu berita atau cara
penyelesaian suatu perkara.

2. Sebagai Mukjizat Nabi Muhammad saw.


Allah Swt. mengaruniai beberapa mukjizat kepada Nabi Muhammad saw.
Mukjizat beliau yang paling besar adalah Al-Quran. Isi kandungan Al-Quran
mampu menjawab tantangan zaman. Al-Quran merupakan wahyu Allah Swt.
yang paling sempurna dan menyempurnakan kitab-kitab yang diturunkan
sebelumnya. Selain itu, Al-Quran digunakan hingga akhir zaman. Al-Quran
adalah mukjizat terbesar dan teragung yang pernah diterima utusan Allah Swt.

3. Sebagai Pedoman Hidup Umat Manusia

Al-Quran merupakan petunjuk Allah Swt. bagi manusia dalam menjalani


kehidupan untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Orang yang
hidupnya sejalan dengan Al-Quran termasuk golongan orang yang bertakwa.
Orang yang bertakwa dijanjikan kebahagiaan lahir dan batin oleh Allah Swt. Isi
kandungan Al-Quran tidak lekang oleh waktu. Al-Quran merupakan pedoman
hidup yang dijamin keasliannya oleh Allah Swt. Allah Swt. berfirman dalam
Surah al-Baqarah [2] ayat 1-3 sebagai berikut.

4. Sebagai Sumber dari Sumber Hukum Islam

Al-Quran merupakan sumber utama hukum Islam. Firman-firman Allah


Swt. dalam Al-Quran dapat menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi
manusia. Al-Quran menempati posisi sebagai sumber utama dari seluruh ajaran
Islam. Sebagai sumber hukum, Al-Quran berisi ajaran yang paling lengkap
sekaligus membenarkan seluruh kitab yang diturunkan Allah Swt. sebelumnya.
Al-Quran memuat tuntunan dalam persoalan-persoalan akidah, akhlak, syariah,
dan budi pekerti. Al-Quran juga mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt.,
sesama manusia, dan lingkungan hidup.

B.pokok isi kitab-kitab Allah Swt


Pokok-pokok isi kitab-kitab Allah swt adalah :

Taurat :

1. Perintah untuk mengesakan Allah.

2. Larangan menyembah patung / berhala.

3. Larangan menyebut nama Allah dengan sia-sia.

4. Perintah menyucikan hari Sabtu.

5. Perintah menghormati kedua orang tua.

6. Larangan membunuh sesama manusia.

7. Larangan berbuat zina.

8. Larangan mencuri.

9. Larangan menjadi saksi palsu.

10. Larangan mengambil hak orang lain.

Injil :

1. Perintah untuk kembali mengesakan Allah Swt.

2. Membenarkan keberadaan Kitab Taurat.

3. Menghapus beberapa hukum dalam Kitab Taurat yang tidak lagi sesuai
dengan perkembangan zaman.
4. Menjelaskan bahwa kelak akan datang kembali rasul setelah Nabi Isa a.s.,
yaitu Nabi Muhammad SAW.

Zabur :

Kitab Zabur berisi kumpulan mazmur, yakni nyanyian rohani yang dianggap
suci yang berasal dari Nabi Daud a.s.. 150 nyanyian yang terkumpul dalam kitab
ini berkisah tentang seluruh peristiwa dan pengalaman hidup Nabi Dawud as.
mulai dari mengenai kejatuhannya, dosanya, pengampunan dosanya oleh Allah
SWT, suka-cita kemenangannya atas musuh Allah SWT, kemuliaan Tuhan, sampai
kemuliaan Mesias yang akan datang. Dengan demikian jelaslah bahwa kitab ini
sama sekali tidak mengandung hukum-hukum atau syariat (peraturan agama),
karena Nabi Dawud as. diperintahkan oleh Allah SWT mengikuti peraturan yang
dibawa oleh Nabi Musa as.




Al-Qur'an

1. Aqidah (keyakinan), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan,


seperti mengesakan Allah dan meyakini malaikat-malaikat Allah SWT.

2. Akhlak (budi pekerti),yaitu berkaitan dengan pembinaan akhlak mulia dan


menghindari akhlak tercela.
3. Ibadah, yakni yang berkaitan dengan tata cara beribadah seperti salat,
zakat, dan ibadah yang lainnya.

4. Muamalah, yakni berkaitan dengan tata cara berhubungan kepada sesama


manusia.

5. Tarikh (sejarah), yaitu kisah orang-orang dan umat terdahulu.


C.FUNGSI AL-QURAN TERHADAP KITAB SEBELUMNYA

1. Kitab-kitab Allah dan Ahlul Kitab

Kata kitab atau buku suci digunakan dalam Al-Quran baik dalam
pengertian umum maupun khusus. Dalam pengertian umum, kitab adalah dasar
dari seluruh wahyu, sumber dari hukum Allah yang abadi dan terdiri dari firman-
firman (kalimat) yang merupakan ketetapan-katetapan yang tidak dapat diubah.
Sedangkan dalam pengertian khusus, kitab berarti perjanjian lama dan perjanjian
baru dan juga Al-Quran. Tetapi Al-Quran menyatakan dirinya sebagai wahyu
yang paling sempurna atau kitab yang menyeluruh.[1][1] Kitab-kitab Allah
berfungsi untuk menuntun manusia dalam meyakini Allah SWT dan apa yang
telah diturunkan kepada rasul-rasul-Nya sebagaimana digambarkan dalam firman
Allah SWT berikut. Artinya : Katakanlah (hai orang-orang mukmin), kami
beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang
diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya dan apa
yang kami berikan kepada Musa dan Isa seperti apa yang diberikan kepada nabi-
nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun diantara mereka
dan kami hanya patuh kepada-Nya. (QS Al Baqarah : 136).

Nabi menerima syariat melalui wahyu yang berasal dari tuhan untuk dirinya
dan juga bisa diberikan kepada selainnya, sedangkan rasul adalah seorang Nabi
yang bertugas menyampaikan syariat, petunjuk aatau hal lainnya kepada sebagian
umat yang menjadi tanggungannya, jadi seorang Rasul pastilah dia seorang Nabi
dan dengan demikian seorang Nabi belum tentu berfungsi sebagai Rasul. Rasul
menerima suhuf atau Kitab yang dalam arti harfiahnya bermakna lembaran-
lembaran yang tertulis, berisi tentang syariat, perintah atau larangan. Dan diantara
kitab tersebut adalah :

1. Nabi ibrahim AS

2. Nabi Musa AS, disebut Taurat, berisi hukum syariat yang ditujukan kepada Bani
Israil.

3. Nabi Daud AS, disebut Zabur, juga ditujukan kepada Bani Israil.

4. Nabi Isa al-Masih AS, disebut injil yang merupakan penyempurnaan dan
penjelas bagi kitab-kitab sebelumnya yaitu Zabur dan Taurat dan ditujukan juga
untuk Bani Israil.

5. Nabi Muhammad SAW, disebut Al-Qur'an, merupakan petunjuk berupa syariat


dan hukum bagi seluruh umat manusia dan sebagai penjelas dan penyempurna
kitab-kitab Allah sebelumnya. Jadi Al-Quran merupakan wahyu tertulis terakhir
(Final Revelation) berisi tentang penjelasan segala sesuatu yang diperlukan
manusia dalam menempuh kehidupan di dunia agar mencapai kesejahteraan,
keselamatan dengan tujuan akhir adalah kebahagiaan hidup di akhirat nanti.[2][2]

Semua kitab-kitab tersebut berasal dari Yang Maha Kuasa, Yang Maha Tahu,
Tuhan Semesta Alam, Allah SWT. Oleh karena sumbernya satu, maka semua
ajarannya adalah sejalan selaras dan bisa dijadikan dasar untuk membenarkan
kitab-kitab sebelumnya.

Adapun yang dimaksud dengan ahlul kitab secara umum berarti kaum yang
percaya kepada kitab agama tertentu, sebagaimana digunakan dalam Al-Quran.
Namun istilah ini secara khusus tertuju kepada kaum yahudi dan nasrani. Istilah
ahlul kitab terdapat dalam banyak ayat Al-Quran. Pengertainnya jelas yaitu para
pengikut agama yang diberikan kitab suci, khususnya yahudi dan nasrani. Tetapi
Qs.Al-Baqarah ayat 62 memasukkan shabiin ke dalam kelompok Ahlulkitab dan
memperluas makna istilah ini hingga mencakup semua orang yang percaya Allah
dan hari akhirat serta mengerjakan amal shalih.[3][3] William Montgomery watt
mengatakan bahwa Muhammad menyandarkan pernyataan kenabian beliau
berdasarkan atas kesamaan pengalaman kenabian beliau dengan pengalaman
Musa dan Isa (Yesus). Maka beliau tidak dapat mengingkari kalau orang-orang
yahudi dan orang Kristen itu adalah ahli kitab, walaupun mereka nyaris hampir
menyimpang dari keaslian wahyu yang diberikan kepada Isa dan Musa,
sebagaimana yang diduga. Walaupun Al-quran memberikan argumen-argumen
yang menyerang orang nasrani dan sebagian terbesar umat mengatakan bahwa
perubahan serta ketidak murnian kitab suci Kristen dan yahudi itu secara eksplisit
disebutkan di dalam al quran, namun persepsi pokok alquran terhadap yahudi dan
Kristen dapat dikatakan kalau mereka adalah ahli kitab, yang menerima kitab suci,
pada hakikatnya mengajarkan ajaran-ajaran yang sama seperti yang ada pada Al-
quran. Sekalipun demikian, orang yahudi dan orang Kristen ini nyaris hampir
menyimpang dari kebenaran kitab suci yang asli, sekurang-kurangnya mereka
makin memperluas ketidak mengertian dan ketidak menerimaannya kepada nabi
Muhammad.[4][4]

2. Fungsi dan Peranan Al-Quran


Al-quran tidak mengkhususkan pembicaraanya kepada bangsa tertentu ,
seperti kepada bangsa arab saja. Begitu juga ia tidak mengkhususkan
pembicaraannya kepada satu kelompok tertentu, seperti kepada kaum muslim saja.
Melainkan ia juga mengarahkan pembicaraannya kepada orang-orang non-
muslim, sebagaimana ia berbicara kepada kaum muslim. Bukti tentang hal ini
sangat banyak dijumpai di dalam Al-quran. Di antaranya adalah pembicaraan Al-
quran yang ditujukan kepada orang-orang kafir, kaum musyrik, Ahlulkitab,
Yahudi, Bani Israil, dan Nasrani. Al-quran mengajukan argumentasi kepada
setiap golongan ini dan menyeru mereka untuk menerima ajaran-ajaran yang
benar. Al-quran mengajukan argumentasi kepada golongan tersebut dan
mengajak mereka kepada agama islam, tanpa mengaitkan pembicaraan itu dengan
bangsa arab semata. Mengenai hal ini telah terlasnir dalam beberapa ayat di dalam
Al-quran, misalnya Qs. Ali Imran ayat 64 dan Qs. At-Taubah ayat 11.[5][5]
Selain ayat-ayat yang telah disebutkan di atas, ada pula ayat-ayat yang
menunjukkan universalitas dakwah islam. Di antaranya firman allah Qs. Al-
Anam:19, Qs. Al-Qalam:52, Qs. Shaad:87, Qs. Al-Muddatstsir :35-36. Sehingga
dari sejarah kita mengetahui banyak di antara para penyembah berhala, orang-
orang Yahudi, dan Nasrani yang masuk islam. Begitu pula sekelompok orang dari
bangsa non-arab, seperti Salma dari Persia, Shahib dari Romawi, Bilal dari
Ethiopia, dan lain-lain.[6][6]
Al-quran sebagai kitab suci agama Islam merupakan kitab yang paling
sempurna juga telah dinyatakan oleh Allah dalam Qs. Al-Maidah:48,
mengandung hakikat syariat para nabi Qs.Asyuara 13, dan Al-quran meliputi
segala sesuatu pada Qs. An-Nahl ayat 89. Jadi kesimpulan ayat-ayat ini adalah
bahwa Al-quran mengandung kebenaran-kebenaran seperti yang dijelaskan di
dalam kitab-kitab samawi lainnya, namun disertai beberapa tambahan. Hal itu
disebabkan karena Al-Quran merupakan kitab terakhir dan paling sempurna serta
sebagai korektor bagi kitab-kitab yang turun sebelumnya. Muhammad Ali As-
Shabuny memberikan penjelasan tentang Qs. Al-Maidah ayat 48 bahwa selain
mengoreksi dan membenarkan kitab-kitab sebelumnya, maka pada ayat
selanjutnya sampai ayat 50 Allah memperingatkan rasulNya agar tidak mengikuti
kesesatan orang-orang Yahudi dan Nasrani, serta memerintahkan Nabi
Muhammad untuk berpegang teguh kepada wahyu Al-Quran.[7][7]
Al-Qur'an adalah wahyu Allah ( 7:2 ) yang berfungsi sebagai mu'jizat bagi
Rasulullah Muhammad saw ( 17:88; 10:38 ) sebagai pedoman hidup bagi setiap
Muslim ( 4:105; 5:49,50; 45:20 ) dan sebagai korektor dan penyempurna terhadap
kitab-kitab Allah yang sebelumnya ( 5:48,15; 16:64 ), dan bernilai abadi. Sebagai
mu'jizat, Al-Qur'an telah menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya orang-
orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab
penting pula bagi masuknya orang-orang sekarang, dan ( insya Allah) pada masa-
masa yang akan datang. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan
dapat meyakinkan kita bahwa Al-Qur'an adalah firman-firman Allah, tidak
mungkin ciptaan manusia apalagi ciptaan Nabi Muhammad saw yang ummi
(7:158) yang hidup pada awal abad ke enam Masehi (571 - 632 M). Diantara ayat-
ayat tersebut umpamanya : 39:6; 6:125; 23:12,13,14; 51:49; 41:11-41; 21:30-33;
51:7,49 dan lain-lain.[8][8]
Al-Qur'an sebagai final revelation, dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan
ditujukan kepada seluruh umat manusia, berisi seluruh rangkuman dan
membenarkan kitab-kitab sebelumnya, petunjuk ke jalan yang benar, pembeda
antara yang bathil dan yang hak, dan sebagai penerang. Al-Quran berisi segala
sesuatu yang diperlukan oleh manusia baik yang berkaitan dengan Ilmu
Pengetahuan, sosial, ekonomi, negara, teknologi, jual-beli (bisnis), hukum privat
dan sebagainya.
Adapun dalam hubungannya dengan kitab-kitab lain yang dipercayai
diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Muhammad SAW (Taurat, Zabur, Injil,
lembaran Ibrahim), Al-Qur'an dalam beberapa ayatnya menegaskan posisinya
terhadap kitab-kitab tersebut, di antaranya:

a. Al-Qur'an menuntut kepercayaan umat Islam terhadap eksistensi kitab-kitab


tersebut. Hal ini ditegaskan dalam Qs. Al-Baqarah ayat 4: Dan mereka yang
beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-
kitab yang telah diturunkan sebelumnya, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat.

b. Al-Qur'an diposisikan sebagai pembenar dan pembukti (verifikator) bagi kitab-


kitab sebelumnya. Menganai hal ini telah dijelaskan dalam salah satu ayat Al-
Quran, Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan
jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya
satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah
kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu, (QS. Al-Maidah:48). Sebagai korektor Al-Qur'an banyak
mengungkapkan persoalan-persoalan yang dibahas oleh kitab-kitab Taurat, Injil,
dan lain-lain yang dinilai Al-Qur'an sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan
ajaran Allah yang sebenarnya. Baik menyangkut segi sejarah orang-orang tertentu,
hukum-hukum,prinsip-prinsip ketuhanan dan lain sebagainya.

Ayat lain yang berkaitan dengan pembenaran Al-Quran terhadap kitab-kitab


sebelumnya juga terdapat dalam Qs. Al-Baqarah ayat 91, Dan apabila dikatakan
kepada mereka: "Berimanlah kepada Al Quran yang diturunkan Allah," mereka
berkata: "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". Dan
mereka kafir kepada Al Quran yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Quran itu
adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka.
Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu
orang-orang yang beriman?

c. Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan pendapat antara


umat-umat rasul yang berbeda. Mengenai perkara ini telah di jelaskan dalam Qs.
An-Nahl ayat 63 64,Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-
rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-
umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan menjadi
pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih. Dan Kami
tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu
dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan
menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.

d. Al-Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-cerita mengenai


kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian mengenai
kehidupan para rasul tersebut. Cerita tersebut pada beberapa aspek penting
berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik
olehYahudi dan Kristen. Dengan demikian demikian ayat-ayat yang berhubungan
dengan sejarah seperti tentang kekuasaan di Mesir, Negeri Saba'. Tsamud, 'Ad,
Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam, Musa dan lain-lain dapat memberikan keyakinan
kepada kita bahwa Al-Qur'an adalah wahyu Allah bukan ciptaan manusia. Ayat-
ayat yang berhubungan dengan ramalan-ramalan khusus yang kemudian
dibuktikan oleh sejarah seperti tentang bangsa Romawi, berpecah-belahnya
Kristen dan lain-lain juga menjadi bukti lagi kepada kita bahwa Al-Qur'an adalah
wahyu Allah SWT. (30:2,3,4;5:14).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulakan bahwa Al-Quran dalam


kaitannya dengan kitab-kitab sebelumnya yaitu Taurat, Zabur, Injil, dan Suhuf-
suhuf, memiliki fungsi yang sangat jelas. Beberapa fungsi Al-Quran terhadap
kitab sebelumnya terlansir dalam Qs. Al-Baqarah ayat 91 dan Qs. Al-Maidah ayat
48. Di dalam kedua ayat tersebut dijelaskan bahwa Al-Quran memiliki peranan
penting bagi kitab sebelumnya, yaitu sebagai evaluator/korektor dan sebagai
pembenar isi-isi kitab tersebut.

Dengan demikian sesungguhnya Al-Quran Ahlulkitab untuk mengamalkan


ajaran agama. Justru mengukuhkan beberapa ajaran dasar mereka seperti ibadah
pada hari sabtu, qishas, dan aturan makanan halal dan haram. Adapun yang dicela
oleh Al-Quran adalah tindakan melampui batas dalam beragama (Qs. Al-
Maidah:78), penyimpangan dalam menafsirkan ajaran agama, mengubah ayat-
ayat Allah dari kebenarannya dan mempraktikkan kebohongan-kebohongan
(Qs.An-Nisa:47), mereka mengingkari perintah Allah dan berusaha menyesatkan
orang lain. Dan terhadap orang-orang ini Al-Quran benar-benar memerintahkan
kita untuk waspada, misalnya dalam Qs. Ali Imran:29 dan Qs.At-Taubah:110.
Tetapi meskipun Al-quran mengukuhkan dan membenarkan ajaran kitab-kitab
sebelumnya, bukan berarti kita diperbolehkan untuk mencampur adukkan dan
mempraktikkan semua ajaran agama.[Jadi Umat islam harus harus berpgang teguh
pada Al-Quran karena ia merupakan kitab yang paling sempurna dan terbebas
dari rekayasa dan tangan jahil manusia.

Sementara dalam kesimpulan yang cukup kontradiksi dengan pernyataan di


atas, William Montgomery watt mengatakan dalam bukunya bahwa Umat Kristen
harus mengikuti kebenaran mendalam pada pernyataan Al-quran agar mengakui
agama Ibrahim. Umat yahudi, Kristen, dan Islam, semua memiliki keimanan yang
kembali kepada Ibrahim, sungguhpun dengan nama apa saja keimanan itu diberi
nama. Sementara sebagian umat islam agaknya berpikir bahwa suatu agama itu
wajib tetap asli murni tidak berubah-rubah. Dalam pada itu, sebagian umat
Kristen melihat agama sebagai suatu hal yang hidup yang tumbuh dan
berkembang sampai-sampai menemukan kebutuhan-kebutuhan masyarakat
manusia yang senantiasa menjadi dan berubah tak kenal usai, dan hanya di
pusatnyalah yang tetap dan tidak berubah untuk selama-lamanya.

1.al-Quran adalah Cahaya

Cahaya yang akan menerangi perjalanan hidup seorang hamba dan


menuntunnya menuju keselamatan adalah cahaya al-Quran dan cahaya iman.
Keduanya dipadukan oleh Allah taala di dalam firman-Nya (yang artinya),
Dahulu kamu -Muhammad- tidak mengetahui apa itu al-Kitab dan apa pula
iman, akan tetapi kemudian Kami jadikan hal itu sebagai cahaya yang dengannya
Kami akan memberikan petunjuk siapa saja di antara hamba-hamba Kami yang
Kami kehendaki. (QS. asy-Syura: 52)

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, Dan sesungguhnya kedua hal itu


-yaitu al-Quran dan iman- merupakan sumber segala kebaikan di dunia dan di
akherat. Ilmu tentang keduanya adalah ilmu yang paling agung dan paling
utama. Bahkan pada hakekatnya tidak ada ilmu yang bermanfaat bagi pemiliknya
selain ilmu tentang keduanya. (lihat al-Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 38)

Allah taala berfirman (yang artinya), Wahai umat manusia, sungguh


telah datang kepada kalian keterangan yang jelas dari Rabb kalian, dan Kami
turunkan kepada kalian cahaya yang terang-benderang. (QS. an-Nisaa: 174)

Allah taala berfirman (yang artinya), Allah adalah penolong bagi


orang-orang yang beriman, Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan-
kegelapan menuju cahaya, adapun orang-orang kafir itu penolong mereka adalah
thoghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan-kegelapan.
(QS. al-Baqarah: 257)

Allah taala berfirman (yang artinya), Dan apakah orang yang sudah
mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat
berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam
kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar darinya? Demikianlah dijadikan
terasa indah bagi orang-orang kafir terhadap apa yang mereka kerjakan. (QS.
al-Anaam: 122)

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata mengenai tafsiran ayat ini, Orang itu
-yaitu yang berada dalam kegelapan- adalah dulunya mati akibat kebodohan
yang meliputi hatinya, maka Allah menghidupkannya kembali dengan ilmu dan
Allah berikan cahaya keimanan yang dengan itu dia bisa berjalan di tengah-
tengah orang banyak. (lihat al-Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 35)

2.al-Quran adalah Petunjuk

Allah taala berfirman (yang artinya), Alif lam lim. Inilah Kitab yang
tidak ada sedikit pun keraguan padanya. Petunjuk bagi orang-orang yang
bertakwa. (QS. al-Baqarah: 1-2). Allah taala berfirman (yang artinya),
Sesungguhnya al-Quran ini menunjukkan kepada urusan yang lurus dan
memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman yang mengerjakan
amal salih bahwasanya mereka akan mendapatkan pahala yang sangat besar.
(QS. al-Israa: 9).

Oleh sebab itu merenungkan ayat-ayat al-Quran merupakan pintu gerbang


hidayah bagi kaum yang beriman. Allah taala berfirman (yang artinya), Ini
adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, agar
mereka merenungi ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang
yang mempunyai pikiran. (QS. Shaad: 29).

Allah taala berfirman (yang artinya), Apakah mereka tidak merenungi


al-Quran, ataukah pada hati mereka itu ada gembok-gemboknya? (QS.
Muhammad: 24). Allah taala berfirman (yang artinya), Apakah mereka tidak
merenungi al-Quran, seandainya ia datang bukan dari sisi Allah pastilah mereka
akan menemukan di dalamnya banyak sekali perselisihan. (QS. an-Nisaa: 82)

Allah taala berfirman (yang artinya), Maka barangsiapa yang mengikuti


petunjuk-Ku, niscaya dia tidak akan sesat dan tidak pula celaka. (QS. Thaha:
123).

Ibnu Abbas radhiyallahuanhuma berkata, Allah memberikan jaminan


kepada siapa saja yang membaca al-Quran dan mengamalkan ajaran yang
terkandung di dalamnya, bahwa dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka
di akherat. Kemudian beliau membaca ayat di atas (lihat Syarh al-Manzhumah
al-Mimiyah karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr, hal. 49).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sadi rahimahullah menerangkan,


bahwa maksud dari mengikuti petunjuk Allah ialah:

1. Membenarkan berita yang datang dari-Nya,

2. Tidak menentangnya dengan segala bentuk syubhat/kerancuan pemahaman,

3. Mematuhi perintah,

4. Tidak melawan perintah itu dengan memperturutkan kemauan hawa nafsu (lihat
Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 515 cet. Muassasah ar-Risalah)

3. al-Quran Rahmat dan Obat

Allah taala berfirman (yang artinya), Wahai umat manusia! Sungguh


telah datang kepada kalian nasehat dari Rabb kalian (yaitu al-Quran), obat bagi
penyakit yang ada di dalam dada, hidayah, dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman. (QS. Yunus: 57). Allah taala berfirman (yang artinya), Dan Kami
turunkan dari al-Quran itu obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Akan tetapi ia tidaklah menambah bagi orang-orang yang zalim selain
kerugian. (QS. al-Israa: 82)

Syaikh as-Sadi rahimahullah berkata, Sesungguhnya al-Quran itu


mengandung ilmu yang sangat meyakinkan yang dengannya akan lenyap segala
kerancuan dan kebodohan. Ia juga mengandung nasehat dan peringatan yang
dengannya akan lenyap segala keinginan untuk menyelisihi perintah Allah. Ia
juga mengandung obat bagi tubuh atas derita dan penyakit yang menimpanya.
(lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 465 cet. Muassasah ar-Risalah)

Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu Rasulullah shallallahu alaihi wa


sallam bersabda, Tidaklah berkumpul suatu kaum di dalam salah satu rumah
Allah, mereka membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka,
melainkan pasti akan turun kepada mereka ketenangan, kasih sayang akan
meliputi mereka, para malaikat pun akan mengelilingi mereka, dan Allah pun
akan menyebut nama-nama mereka diantara para malaikat yang ada di sisi-
Nya. (HR. Muslim dalam Kitab adz-Dzikr wa ad-Dua wa at-Taubah wa al-
Istighfar [2699])

4. al-Quran dan Perniagaan Yang Tidak Akan Merugi

Allah taala berfirman (yang artinya), Sesungguhnya orang-orang yang


membaca Kitab Allah dan mendirikan sholat serta menginfakkan sebagian rizki
yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi maupun terang-
terangan, mereka berharap akan suatu perniagaan yang tidak akan merugi.
Supaya Allah sempurnakan balasan untuk mereka dan Allah tambahkan
keutamaan-Nya kepada mereka. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha
Berterima kasih. (QS. Fathir: 29-30)
Allah taala berfirman (yang artinya), Wahai orang-orang yang beriman
maukah Aku tunjukkan kepada kalian suatu perniagaan yang akan
menyelamatkan kalian dari siksaan yang sangat pedih. Yaitu kalian beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kalian pun berjihad di jalan Allah dengan
harta dan jiwa kalian. Hal itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.
Maka niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian
ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan tempat
tinggal yang baik di surga-surga and. Itulah kemenangan yang sangat besar.
Dan juga balasan lain yang kalian cintai berupa pertolongan dari Allah dan
kemenangan yang dekat. Maka berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang
beriman. (QS. ash-Shaff: 10-13)

Allah taala berfirman (yang artinya), Sesungguhnya Allah telah membeli


dari orang-orang yang beriman, jiwa dan harta mereka, bahwasanya mereka
kelak akan mendapatkan surga. Mereka berperang di jalan Allah sehingga
mereka berhasil membunuh (musuh) atau justru dibunuh. Itulah janji atas-Nya
yang telah ditetapkan di dalam Taurat, Injil, dan al-Quran. Dan siapakah yang
lebih memenuhi janji selain daripada Allah, maka bergembiralah dengan
perjanjian jual-beli yang kalian terikat dengannya. Itulah kemenangan yang
sangat besar. (QS. at-Taubah: 111)

5. al-Quran dan Kemuliaan Sebuah Umat

Dari Amir bin Watsilah, dia menuturkan bahwa suatu ketika Nafi bin
Abdul Harits bertemu dengan Umar di Usfan (sebuah wilayah diantara Mekah
dan Madinah, pent). Pada waktu itu Umar mengangkatnya sebagai gubernur
Mekah. Maka Umar pun bertanya kepadanya, Siapakah yang kamu angkat
sebagai pemimpin bagi para penduduk lembah?. Nafi menjawab, Ibnu Abza.
Umar kembali bertanya, Siapa itu Ibnu Abza?. Dia menjawab, Salah seorang
bekas budak yang tinggal bersama kami. Umar bertanya, Apakah kamu
mengangkat seorang bekas budak untuk memimpin mereka?. Maka Nafi
menjawab, Dia adalah seorang yang menghafal Kitab Allah azza wa jalla dan
ahli di bidang faraidh/waris. Umar pun berkata, Adapun Nabi kalian
shallallahu alaihi wa sallam memang telah bersabda, Sesungguhnya Allah
akan mengangkat dengan Kitab ini sebagian kaum dan dengannya pula Dia akan
menghinakan sebagian kaum yang lain.. (HR. Muslim dalam Kitab Sholat al-
Musafirin [817])

Dari Utsman bin Affan radhiyallahuanhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam


bersabda, Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Quran dan
mengajarkannya. (HR. Bukhari dalam Kitab Fadhail al-Quran [5027])

6. al-Quran dan Hasad Yang Diperbolehkan

Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa


sallam bersabda, Tidak ada hasad kecuali dalam dua perkara: seorang lelaki
yang diberikan ilmu oleh Allah tentang al-Quran sehingga dia pun membacanya
sepanjang malam dan siang maka ada tetangganya yang mendengar hal itu lalu
dia berkata, Seandainya aku diberikan sebagaimana apa yang diberikan kepada
si fulan niscaya aku akan beramal sebagaimana apa yang dia lakukan. Dan
seorang lelaki yang Allah berikan harta kepadanya maka dia pun menghabiskan
harta itu di jalan yang benar kemudian ada orang yang berkata, Seandainya
aku diberikan sebagaimana apa yang diberikan kepada si fulan niscaya aku akan
beramal sebagaimana apa yang dia lakukan.. (HR. Bukhari dalam Kitab
Fadhail al-Quran [5026])

7. al-Quran dan Syafaat

Dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahuanhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa


sallam bersabda, Bacalah al-Quran! Sesungguhnya kelak ia akan datang pada
hari kiamat untuk memberikan syafaat bagi penganutnya. (HR. Muslim dalam
Kitab Sholat al-Musafirin [804])

8. al-Quran dan Pahala Yang Berlipat-Lipat

Dari Abdullah bin Masud radhiyallahuanhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa


sallam bersabda, Barangsiapa yang membaca satu huruf dalam Kitabullah
maka dia akan mendapatkan satu kebaikan. Satu kebaikan itu akan dibalas
dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim satu
huruf. Akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf. (HR.
Tirmidzi dalam Kitab Tsawab al-Quran [2910], disahihkan oleh Syaikh al-
Albani)

9. al-Quran Menentramkan Hati

Allah taala berfirman (yang artinya), Orang-orang yang beriman dan hati
mereka bisa merasa tentram dengan mengingat Allah, ketahuilah bahwa hanya
dengan mengingat Allah maka hati akan merasa tentram. (QS. ar-Rad: 28).
Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa pendapat terpilih mengenai
makna mengingat Allah di sini adalah mengingat/merenungkan al-Quran. Hal
itu disebabkan hati manusia tidak akan bisa merasakan ketentraman kecuali
dengan iman dan keyakinan yang tertanam di dalam hatinya. Sementara iman dan
keyakinan tidak bisa diperoleh kecuali dengan menyerap bimbingan al-Quran
(lihat Tafsir al-Qayyim, hal. 324)

10. al-Quran dan as-Sunnah Rujukan Umat

Allah taala berfirman (yang artinya), Hai orang-orang yang beriman,


taatilah Allah dan taatilah rasul, dan juga ulil amri di antara kalian. Kemudian
apabila kalian berselisih tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan
rasul, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. (QS. an-
Nisaa: 59)

Maimun bin Mihran berkata, Kembali kepada Allah adalah kembali kepada
Kitab-Nya. Adapun kembali kepada rasul adalah kembali kepada beliau di saat
beliau masih hidup, atau kembali kepada Sunnahnya setelah beliau wafat. (lihat
ad-Difa anis Sunnah, hal. 14)

11.al-Quran Dijelaskan oleh as-Sunnah

Allah taala berfirman (yang artinya), Dan Kami turunkan kepadamu adz-
Dzikr/al-Quran supaya kamu menjelaskan kepada manusia apa yang diturunkan
kepada mereka itu, dan mudah-mudahan mereka mau berpikir. (QS. an-Nahl:
44). Allah taala berfirman (yang artinya), Barangsiapa menaati rasul itu maka
sesungguhnya dia telah menaati Allah. (QS. an-Nisaa: 80). Allah taala
berfirman (yang artinya), Sungguh telah ada bagi kalian teladan yang baik pada
diri Rasulullah, yaitu bagi orang yang mengharapkan Allah dan hari akhir. (QS.
al-Ahzab: 21)

Mak-hul berkata, al-Quran lebih membutuhkan kepada as-Sunnah


dibandingkan kebutuhan as-Sunnah kepada al-Quran. (lihat ad-Difa anis
Sunnah, hal. 13). Imam Ahmad berkata, Sesungguhnya as-Sunnah itu
menafsirkan al-Quran dan menjelaskannya. (lihat ad-Difa anis Sunnah, hal.
13)

Wallahu alam bish showab. Wa shallallahu ala Nabiyyina Muhammadin wa ala


alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil alamin.

You might also like