You are on page 1of 20

LAPORAN PRAKTIKUM TERMODINAMIKA KIMIA

KONSENTRASI KRITIS MISEL

Nama : Ageliya Dwi Pratiwi


Nim : 151810301009
Kelas/Kelompok : A/1
Asisten : Agus Wedi Pratama

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsentrasi larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan antara zat
terlarut dan pelarut secara kuantitatif atau digunakan untuk menyatakan jumlah zat
tiap satuan volume (besaran intensif). Konsentrasi dapat dibedakan menjadi larutan
encer yaitu jumlah zat terlarut sedikit dan larutan pekat yang jumlah zat terlarutnya
sangat banyak. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam bentuk molar, molal, persen,
fraksi mol, maupun bagian per sejuta (ppm).
Misel merupakan sebuah kumpulan molekul surfaktan yang terdispersi dalam
koloid cair. Misel dihasilkan dari penggabungan (agregasi) dari ion-ion surfaktan.
Surfaktan (surface active agents) adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan
karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Surfaktan
mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun
merupakan salah satu contoh dari surfaktan. Misel dalam larutan encer membentuk
kumpulan gugus hidrofilik bersinggungan dengan solvent dan mengasingkan ekor
gugus hidrofobik di dalam pusat misel.
Konsentrasi kritis misel (kkm) merupakan titik penjenuhan surfaktan dalam
sistem air. Kkm dapat diamati dengan kurva yang diskontinu dari sifat fisik sistem
sebagai suatu fungsi dari jumlah surfaktan yang ditambahkan. Pembentukan misel
dapat dipahami dengan menggunakan termodinamika bahwa misel dapat terbentuk
secara spontan karena keseimbangan antara entropi dan entalpi. Efek hidrofobik dalam
air merupakan gaya pendorong pembentukan misel, meskipun faktanya pengumpulan
molekul surfaktan menurunkan entropinya. Entropi dari pengumpulan molekul
surfaktan pada umumnya lebih sedikit daripada entropi dari molekul kurungan air saat
berada di atas kkm. Hal yang juga penting adalah pertimbangan entalpi seperti
interaksi elektrostatis yang terjadi antara muatan (atau ionik) surfaktan.
Praktikum mengenai konsentrasi kritis misel dilakukan karena sangat erat
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari misalnya pada detergen. Detergen memiliki
dua permukaan, yaitu permukaan yang suka dengan lemak (lipofil), dimana sisi
tersebut akan mengikat lemak dan kotoran-kotoran yang ada dalam pakaian. Sisi yang
hidrofil akan terikat pada air, dan akan ikut terbuang dengan air.

1.2 Tujuan
Menetukan konsentrasi kritis misel surfaktan pada pelarut air dan menentukan
harga entalpinya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
2.1.1 Akuades (H2O)
Akuades atau air distillasi merupakan H2O murni. Akuades juga biasa disebut
dengan air. Akuades merupakan cairan tidak berwarna dan tidak berbau. Derajat
keasaman (pH) dari akuades adalah netral yaitu 7,0. Titik didih dan titik lebur dari
akuades berturut-turut adalah 100 oC dan 0 oC. Massa jenis dari akuades adalah 1,00
gram/cm3. Akuades memiliki berat molekul 18,0134 gram/mol. Akuades yang
mengenai mata, kulit, tertelan, atau juga terhisap tidak menimbulkan gejala serius atau
tidak berbahaya (Anonim, 2016).
2.1.2 Gelatin
Gelatin berwujud serbuk padat, tidak berbau dan berwarna putih kekuningan.
Gelatin mengalami dekomposisi pada suhu >100C. Massa jenis gelatin adalah 1,2 dan
lebih tinggi jika dibandingkan massa jenis air, yaitu 1. Gelatin dapat larut pada air
panas, tetapi tidak dapat larut pada air dingin. Gelatin sedikit berbahaya jika kontak
mata dan dapat mengakibatkan iritasi. Pertolongan pertama jika gelatin kontak mata
secara langsung, segera cuci atau bilas mata dengan air mengalir selama 15 menit
(Anonim, 2016).
2.2 Dasar Teori
Misel merupakan sebuah kumpulan molekul surfaktan yang terdispersi dalam
koloid cair. Sifat khas misel dalam larutan encer membentuk suatu kumpulan dengan
kepala gugus hidrofilik bersinggungan dengan solvent yang mengelilinginya,
mengasingkan ekor gugus hidrofobik di dalam pusat misel. Misel biasanya berbentuk
globular dan secara garis besar berbentuk speris, akan tetapi dapat pula berbentuk
elipsoida, silinder, dan bilayer. Bentuk dan ukuran misel merupakan fungsi dari
geometri molekular dari molekul surfaktan tersebut dan kondisi larutan seperti
konsentrasi surfaktan, temperatur, pH, dan kekuatan ionik. Proses pembentukan misel
disebut miselisasi (Bird, 1993).
Koloid asosiasi kadang-kadang dinamakan koloid elektrolit (coloidal electrolyte).
Sistem ini terdiri dari molekol-molekul yang berat molekulnya rendah yang
beragregasi membentuk pertikel berukuran koloid dan juga stabil secara
termodinamik. Surfaktan (sabun) merupakan salah satu contoh koloid asosiasi. Sabun
merupakan molekul organik yang terdiri dari dua kelompok gugus. Gugus pertama
dinamakan liofolik (hidrofob bila medium pendespersinya adalah air) yang berarti
tidak suka air dan gugus kedua dinamakan liofilik (hidrofilik bila medium
pendespirsinya air) yang mempunyai arti suka air. Gugus hidrofilik pada sabun
memiliki afinitas yang sangat kuat terhadap medium air, sedangkan gugus hidrofob
bergabung dengan gugus hidrofob dari molekul sabun lain membentuk agregat yang
dinamakan misel. Misel-misel ini dapat terdiri dari 100 molekul dan gugus-gugus
hidrofob akan berkumpul dibagian dalam misel, sedangkan gugus hidrofilik akan
berada diluar (Bird, 1993).
Surfaktan dapat dikelompokkan sebagai anionik, kationik, atau netral,
bergantung pada sifat dasar gugus hidrofiliknya. Sodium dodecyl sulfate merupakan
salah satu contoh dari surfaktan anionic akibat gugus karboksilatnya. SDS banyak
digunakan untuk sabun, shampoo, detergent. SDS merupakan surfaktan yang paling
efektif dan digunakan untuk menghilangkan minyak dan residu. Benzalkonium
klorida (N-benzil ammonium kuartener klorida) yang bersifat anti-bakteri adalah
contoh surfaktan kationik. Surfaktan netral mengandung suatu gugus non-ion seperti
suatu karbohidrat yang dapat berikatan hidrogen dengan air. Surfaktan menurunkan
tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan-ikatan hidrogan pada permukaan
dengan cara menaruh kepala-kepala hidrofiliknya pada permukaan air dan ekor-ekor
hidrofobiknya terentang menjauhi permukaan air (Fessenden, 1986).
Konsentrasi surfaktan pada saat misel mulai terbentuk disebut konsentrasi
kritis misel atau critical micelle concentrations. Konsentrasi surfaktan masih
dibawah harga konsentrasi kritis misel, maka surfaktan yang mengalami absorbsi pada
antar muka akan bertambah sesuai dengan kenaikan konsentrasinya. Hal ini berarti
kemampuan surfaktan dalam mengangkut kotoran dari bahan yang dicuci juga
meningkat. Surfaktan yang terus ditambahkan dan mencapai harga konsentrasi kritis
miselnya, maka monomer-monomer surfaktan akan mengalami agregasi dan mulai
membentuk misel dalam air. Misel yang telah terbentuk, akan terlihat gejala-gejala
fisika yang cenderung berlawanan saat tercapai harga konsentrasi kritis misel. Hal
tersebut terlihat pada sifat kedetergenan dan sifat tegangan mukanya. Sifat
kedetergenannya maksimum dan tegangan mukanya minimum pada saat konsentrasi
kritis misel tercapai sehingga kemampuan surfaktan dalam membersihkan kotoran dari
bahan yang dicuci mencapai maksimum. Setelah melewati harga konsentrasi kritis
misel, sifat kedetergenannya akan menurun dan sebaliknya tegangan mukanya akan
naik. Jadi setelah melewati harga konsentrasi kritis misel atau setelah terbentuk misel
maka kemampuan bahan surfaktan dalam membersihkan kotoran akan menurun. Misel
yang terbentuk dari monomer-monomer surfaktan menunjukkan gejala lain yang tidak
biasa yaitu daya larutnya naik dengan cepat diatas suhu tertentu yang dikenal sebagai
suhu Kraft. Hal ini terjadi karena surfaktan yang tidak berasosiasi mempunyai daya
larut yang terbatas dan misel mempunyai daya larut yang rendah (Yatiman, 1995).
Konsentrasi saat misel mulai terbentuk disebut konsentrasi misel kritis.
Surfaktan dapat bekerja dengan baik biasanya saat di bawah konsentrasi misel kritis,
karena misel dalam molekulnya belum terbentuk sehingga dapat menjadi perantara
untuk mencampur dua buah larutan yang sulit bercampur. Hal ini sangat penting untuk
menentukan konsentrasi suatu zat dapat digunakan sebagai surfaktan atau pengelmulsi
yang baik. Skema ilustrasi perubahan sifat larutan saat konsentrasi misel kritis tercapai
ditunjukkan pada gambar (Hiemenz, 1997).
Kesetimbangan di antara molekul-molekul atau ion-ion misel yang tidak
berasosiasi berlaku hukum aksi masa untuk kesetimbangan miselisasi. Jika C adalah
konsentrasi stoikiometri larutan, x adalah fraksi dari satuan monomer yang
diendapkan dan m adalah jumlah satuan monomer per satuan misel.

mX (X)m (1)
C (1 - X) C.x
m

C.x / m C.x m
K atau K (2)
C m (1 x) m {C (1 - x)} m

Keterangan:
C = konsentrasi stoikiometri larutan
x = fraksi kelompok satuan monomer
m = jumlah satuan monomer per misel
Pernyataan m >> menunjukkan bahwa x menjadi << pada nilai C tertentu dan naik
dengan cepat (Tim Penyusun, 2016).
Pembentukan misel hanya terjadi jika konsentrasi surfaktan lebih besar dari pada
konsentrasi kritis misel (kkm) dan temperatur sistem lebih besar dari pada temperatur
kritis misel atau temperatur Kraff. Nilai kkm dapat diketahui menggunakan tabel
entalpi, karena entalpi sangat erat kaitannya dengan kkm. Jika konstanta
kesetimbangan (k) dan perubahan energy standart (G0), maka untuk miselisasi 1 mol
zat pemantap sesuai dengan persamaan berikut:

RT ln K
G 0
m
(3)
x=0 dan G0 = RT ln (kkm) pada kkm, sehingga:

d (G 0 ) RTd ln(kkm)
S
0

dT dT
(4)

Pengintegralan persamaan diatas diperoleh persamaan:

H 0
ln(kkm) konst
RT
(5)

Membuat grafik ln (kkm) lawan 1/T dapat diperoleh harga H/R sebagai slopenya
(Tim Penyusun, 2016).
Termodinamika terbentuknya misel menunjukan bahwa entalpi pembentukan
dalam system air mungkin positif (pembentukan endotermik) dengan H~1-2 kJ/mol
satuan surfaktan. Pembentukan misel tersebut menunjukkan bahwa perubahan
entropi yang menyertai pembentukannya pasti positif dan pengukuran menghasilkan
nilai sekitar +140 J k-1 mol-1 pada temperatur kamar. Perubahan entropi yang positif
saat molekul berkumpul menunjukkan adanya kontribusi pelarut pada entropi
molekul yang akan lebih bebas bergerak setelah molekul pelarut terkumpul menjadi
kumpulan kecil. Hal tersebut terjadi karena setiap molekul terlarut individual atau
terkurung dalam pelarut yang teratur, tetapi setelah sel misel terbentuk molekul
pelarut hanya perlu membentuk satu kurungan yang lebih besar. Kenaikan energi
ketika gugus hidrofob berkumpul dan mengurangi tuntutan strukturnya pada pelarut
merupakan asal-usul interaksi hidrofob yang akan menstabilkan pengelompokan
gugus hidrofob dalam makromolekul biologis. Interaksi hidrofob merupakan contoh
dari proses keteraturan yang distabilkan oleh kecenderungan menuju ketakteraturan
pelarut yang lebih besar (Atkins, 1997).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Timbangan analitis
- Botol semprot
- Gelas beker
- Labu ukur
- Gelas ukur
- Pipet tetes
- Pipet mohr
- Ball pipet
- Termometer
- Batang pengaduk
- Kaki tiga
- Corong kaca
- Spirtus
3.1.2 Bahan
- Akuades
- Gelatin
- KCl
3.2 Skema Kerja

Gelatin

diambil sebanyak 1 gram kemudian dilarutkan dalam 100ml akuades.


dilakukan 2 kali pembuatan larutan induk.
diambil 75, 50, 25ml larutan, kemudian diencerkan masing-masing dalam
labu ukur 100ml dengan akuades sampai tanda batas.
diambil masing-masing larutan sebanyak 20 mL.
diukur daya hantar masing-masing larutan pada temperatur kamar (cek suhu
larutan saat pengukuran) dan diulangi pada temperatur 30, 35, 40, 45, 50C
dicatat nilai yang ditunjukkan oleh konduktometer pada masing-masing suhu
dan konsentrasi.

Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan
Konsentrasi 0,25 % 0,50 % 0,75 % 1%
Konduktivitas Listrik (ms/cm)
Suhu (C)
30 0,14 0,40 0,65 0,86
35 0,14 0,42 0,69 0,94
40 0,16 0,45 0,78 0,98
45 0,18 0,48 0,82 1,18
50 0,20 0,54 0,91 1,25

4.1.2 Hasil Pengolahan Data


T (C) ln kkm kkm 1/T H
30 0,964 2,62 0.0033
35 1,068 2,91 0.00324 -18.398,88
40 1,116 3,05 0.00319
45 1,336 3,80 0.00314 J/mol K
50 1,408 4,09 0.00309

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini pada percobaan kelima membahas tentang konsentrasi kritis
misel yang bertujuan untuk menentukan konsentrasi kritis msel surfaktan pada pelarut
air dan menentukan harga entalpinya. Percobaan mengenai konsentrasi kritis misel ini
menggunakan salah satu macam surfaktan, yaitu gelatin. Gelatin dipilih sebagai
surfaktan yang digunakan dalam percobaan ini dikarenakan gelatin termasuk dalam
surfaktan yang merupakan zat aktif permukaan yang mengadung kedua kelompok
hidrofobik dan kelompok hidrofilik. Gelatin sendiri akan terjadi misel jika
penggabungan ion dalam gelatin tersebut menjadi satu layaknya proses elektrolisis
dimana senyawa-senyawa ion bergerak dan gerak tersebut memiliki energi kinetik yang
besar. Percobaan ini dilakukan dengan membuat larutan gelatin dengan beberapa
macam konsentrasi. Konsentrasi larutan gelatin dibuat bervariasi ditujukan untuk
mengetahui pengaruh konsentarsi terhadap daya hantar listrik (konduktifitas) yang
dihasilkan. Selain terhadap konsentrasi, percobaan ini juga digunakan temperatur yang
bervariasi. Hal ini ditujukan untuk membandingkan daya hantar listrik (konduktivitas)
yang dihasilkan pada tiap konsenttrasi pada temperatur yang berbeda-beda.
Percobaan ini dilakukan dengan melarutkan padatan gelatin terlebih dahulu
dengan akuades. Gelatin yang dilarutkan dengan akuades akan membentuk gel koloid.
Terbentuknya koloid ini agar konduktometer dapat mengukur daya hantar listrik yang
diakibatkan oleh gerakan partikel di dalam sebuah larutan yang yang dihasilkan larutan
koloid tersebut sehingga konduktometer dapat mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik. Larutan koloid itu kemudian diambil dengan volume yang berbeda-beda
dan diencerkan. Hal ini ditujukan agar konsentrasi larutan yang digunakan bervariasi
sehingga dapat mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap daya hantar arus listriknya.
Daya hantar listrik ini juga diukur pada temperatur yang berbeda-beda, sebelum larutan
diukur konduktometer dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan KCl.
Larutan KCl digunakan untuk mengkalibrasi karena larutan tersebut memiliki nilai
konduktivitas yang telah diketahui pada berbagai temperatur dengan suhu kamar
konduktivitasnya adalah 12.88, serta larutan ini mampu untuk mempertahankan
temperaturnya.
Nilai konduktivitas yang dihasilkan pada temperatur 30o C pada konsentrasi 1%,
0.75%, 0.50% dan 0.25% berturut-turut sebesar 0.86, 0.65, 0.40, dan 0.14. Hasil yang
diperoleh sesuai dengan literatur, yaitu semakin tinggi konsentrasi maka makin besar
pula daya hantar listriknya karena semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak
pula jumlah partikel di dalam larutan, sehingga peluang untuk bertumbukan yang terjadi
di dalam larutan sangat besar yang mengakibatkan jumah misel yang terbentuk dan
agregasi surfaktan dalam larutan akan semakin besar. Suhu 35, 40, 45 dan 50 C juga
menghasilkan nilai konduktivitas yang semakin besar konsentrasinya juga semakin
besar nilai konduktivitas yang dihasilkan. Suhu 35 C dengan variasi temperatur yang
telah ditentukan menghasilkan nilai konduktivitas sebesar 0.94, 0.69, 0.42 dan 0.14,
sama halnya saat suhu 40 C nilai konduktivitas yang diperoleh sebesar 0.98, 0.78, 0.45
dan 0.16. Saat suhu 45 C nilai konduktivitas yang diperoleh sebesar 1.18, 0.82, 0.48,
dan 0.18, dan pada saat suhu 50 C nilai konduktivitas yang diperoleh sebesar 1.25,
0.91, 0.54, 0.20.
Pengaruh konsentrasi juga sama halnya dengan suhu, semakin besar konsentrasi
dan suhu suatu larutan maka nilai konduktivitas larutan tersebut juga semakin besar. Hal
ini dikarenakan jika semakin tinggi konsentrasi maka ion-ion yang terbentuk juga akan
semakin banyak, sehingga daya hantarnya akan semakin tinggi, karena interaksi antara
ion-ion dapat menghasilkan energy listrik.
Grafik Konduktivitas Gabungan
1.40
1.20
1.00 suhu 30
suhu 35
0.80
Konduktivitas 0.60 suhu 40
suhu 45
0.40 suhu 50
0.20
0.00
0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1

Konsentrasi

Gambar 4.1 Konduktivitas Gabungan


Grafik ini menunjukkan hubungan konsentrasi dan suhu terhadap konduktivitas bahwa
semakin tinggi konsentrasi pada suhu yang sama nilai konduktivitasnya akan semakin
besar. Nilai konduktivitas juga dipengaruhi oleh suhu, bahwa seiring meningkatnya
suhu nilai konduktivitasnya juga akan semakin tinggi. Hal tersebut dipengaruhi oleh
ion-ion yang terkandung pada gelatin, dikarenakan ion-ion yang semakin banyak dan
pada suhu yang tinggi menyebabkan interaksi antara ion-ion semakin besar, sehingga
daya hantar listriknya akan semakin tinggi.
Konsentrasi kritis misel yang dihasilkan pada saat suhu 30 C, 35 C. 40 C, 45 C
dan 50 C berturut-turut sebesar 2.62 mol/L, 2.91 mol/L, 3.05 mol/L, 3.80 mol/L, 4.09
mol/L. Nilai konsentrasi kritis misel yang didapat diperoleh dari nilai ln kkm, yang
kemudian nilai ln kkm tersebut digunakan untuk mencari nilai entalpi pada grafik ln
kkm Vs 1/T.
Grafik 1/T vs ln kkm
1.5
f(x) = - 2213.59x + 8.24
R = 0.95
1

ln kkm Linear ()
0.5

0
0 0 0 0 0 0 0

1/T

Grafik 4.2 grafik hubungan ln kkm Vs 1/T


Grafik ini menunjukkan hubungan antara 1/T dengan ln kkm yang menunjukkan harga
entalpi. Harga entalpi yang didapat dari percobaan adalah sebesar -18.398,88 J/mol K.
Nilai negatif pada entalpi menunjukkan bahwa reaksi terjadi secara eksoterm, artinya
larutan melepas kalor dari sistem ke lingkungan.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan di atas maka dapat disimpulkan
tentang konsentrasi kritis misel adalah:
1. Konsentrasi kritis misel dapat ditentukan dengan menggunakan gradien hasil plot
hubungan antara konduktivitas dengan konsentrasi. Konsentrasi kritis misel
surfaktan (gelatin) pada pelarut air pada temperatur 30o C, 35 oC, 40 oC, 45 oC, dan
50 oC secara berturut-turut sebesar 2.62 mol/L, 2.91 mol/L, 3.05 mol/L, 3.80 mol/L,
4.09 mol/L.
2. Harga entalpi miselisasi dapat diperoleh dengan menggunakan gradien hasil plot
antara ln(kkm) dengan 1/T yang dikalikan dengan konstanta gas. Harga entalpi
miselisasinya didapatkan sebesar 18.398,88 J/mol K.

5.2 Saran
Sebaiknya praktikan mempelajari terlebih dahulu penggunaan alat yang
digunakan seperti konduktometer agar dapat melakukan dengan baik pada saat
percobaan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of Water. [Serial Online].
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321. [Diakses pada tanggal
12 Oktober 2016].
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of Gelatin Powder. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924120. [Diakses pada tanggal 12
Oktober 2016].
Atkins, P.W. 1997. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.

Bird, T. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Fessenden, R.J. dkk. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Tim kimia fisika. 2016. Penuntun Praktikum Termodinamika Kimia. Jember : FMIPA
Universitas Jember.

Yatiman. 1995. Konsentrasi Kritis Misel dan Entalpi Suatu Bahan Surfaktan Pada
Berbagai Suhu. Yogyakarta: FKIP Yogyakarta.

LAMPIRAN

1. MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN


Konsentrasi 1%
1g
M = 100 mL 100 =1

Konsentrasi 0,75%
M1.V1 =M2.V2
M1.100 mL = 1%.75ml
1 75 mL
M1 = =0,75
100mL
Konsentrasi 0,50%
M1.V1 =M2.V2
M1.100 mL = 1%.50ml
1 50 mL
M1 = =0,50
100mL

Konsentrasi 0,25%
M1.V1 =M2.V2
M1.100 mL = 1%.25ml
1 25 mL
M1 = =0,25
100 mL

2. Menentukan nilai KKM


Ln kkm pada suhu 30 C

Grafik Konduktivitas Vs Konsentrasi


Suhu 30 C
1.00
0.80 f(x) = 0.96x - 0.09
0.60 R = 1
Konduktivitas 0.40 Linear ()
0.20
0.00
0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20

Konsentrasi

H 1
ln KKM = + Constanta
R T

y=mx+C
y = 0.964x - 0.09
log (x/m)= n log C + log K, maka
n = m = 0.964
ln kkm = m = 0.964
kkm = 2.62
Ln kkm pada suhu 35 C
Grafik Konduktivitas Vs Konsentrasi
Suhu 35 C
1
f(x) = 1.07x - 0.12
0.8
R = 1
0.6
Konduktivitas 0.4 Linear ()

0.2

0
0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20

Konsentrasi

H 1
ln KKM = + Constanta
R T

y=mx+C
y = 1.068x - 0.12
log (x/m)= n log C + log K, maka
n = m = 1.068
ln kkm = m = 1.068
kkm = 2.91
Ln kkm pada suhu 40 C

Grafik Konduktivitas Vs Konsentrasi


Suhu 40 C
1.2
1
f(x) = 1.12x - 0.11
0.8 R = 0.99
0.6
Konduktivitas Linear ()
0.4
0.2
0
0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20

Konsentrasi
H 1
ln KKM = + Constanta
R T

y=mx+C
y = 1.116x - 0.105
log (x/m)= n log C + log K, maka
n = m = 1.116
ln kkm = m = 1.116
kkm = 3.05
Ln kkm pada suhu 45 C

Grafik Konduktivitas Vs Konsentrasi


Suhu 45 C
1.5

1 f(x) = 1.34x - 0.17


R = 1
Konduktivitas Linear ()
0.5

0
0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20

Konsentrasi

H 1
ln KKM = + Constanta
R T

y=mx+C
y = 1.336x - 0.17
log (x/m)= n log C + log K, maka
n = m = 1.336
ln kkm = m = 1.336
kkm = 3.80
Ln kkm pada suhu 50 C
Grafik Konduktivitas Vs Konsentrasi
Suhu 50 C
1.4
1.2
f(x) = 1.41x - 0.16
1 R = 1
0.8
Konduktivitas 0.6 Linear ()
0.4
0.2
0
0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20

Konsentrasi

H 1
ln KKM = + Constanta
R T

y=mx+C
y = 1.408x - 0.155
log (x/m)= n log C + log K, maka
n = m = 1.408
ln kkm = m = 1.408
kkm = 4.09

Menentukan H
grafik 1/T vs ln kkm
1.5
f(x) = - 2213.59x + 8.24
R = 0.95
1

ln kkm Linear ()
0.5

0
0 0 0 0 0 0 0

1/T

Diketahui
y = mx + c
y = -2213.x + 8.244
H 1
ln kkm = +c
R T

H=m. R

= -2213. 8.314 J/mol K


= -18.398,88 J/mol K

Grafik konduktivitas gabungan

Grafik Konduktivitas Gabungan


1.40
1.20
1.00 suhu 30
suhu 35
0.80
Konduktivitas 0.60 suhu 40
suhu 45
0.40 suhu 50
0.20
0.00
0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1

Konsentrasi
Lampiran gambar

Larutan yang dibuat dengan berbagai mavam konsentrasi

Pengukuran suhu larutan saat dilakukan pemanasan agar tercapai suhu yang
tertinggi

Pengukuran konduktivitas larutan dengan konduktometer

You might also like