Professional Documents
Culture Documents
1.2 Tujuan
Menetukan konsentrasi kritis misel surfaktan pada pelarut air dan menentukan
harga entalpinya.
mX (X)m (1)
C (1 - X) C.x
m
C.x / m C.x m
K atau K (2)
C m (1 x) m {C (1 - x)} m
Keterangan:
C = konsentrasi stoikiometri larutan
x = fraksi kelompok satuan monomer
m = jumlah satuan monomer per misel
Pernyataan m >> menunjukkan bahwa x menjadi << pada nilai C tertentu dan naik
dengan cepat (Tim Penyusun, 2016).
Pembentukan misel hanya terjadi jika konsentrasi surfaktan lebih besar dari pada
konsentrasi kritis misel (kkm) dan temperatur sistem lebih besar dari pada temperatur
kritis misel atau temperatur Kraff. Nilai kkm dapat diketahui menggunakan tabel
entalpi, karena entalpi sangat erat kaitannya dengan kkm. Jika konstanta
kesetimbangan (k) dan perubahan energy standart (G0), maka untuk miselisasi 1 mol
zat pemantap sesuai dengan persamaan berikut:
RT ln K
G 0
m
(3)
x=0 dan G0 = RT ln (kkm) pada kkm, sehingga:
d (G 0 ) RTd ln(kkm)
S
0
dT dT
(4)
H 0
ln(kkm) konst
RT
(5)
Membuat grafik ln (kkm) lawan 1/T dapat diperoleh harga H/R sebagai slopenya
(Tim Penyusun, 2016).
Termodinamika terbentuknya misel menunjukan bahwa entalpi pembentukan
dalam system air mungkin positif (pembentukan endotermik) dengan H~1-2 kJ/mol
satuan surfaktan. Pembentukan misel tersebut menunjukkan bahwa perubahan
entropi yang menyertai pembentukannya pasti positif dan pengukuran menghasilkan
nilai sekitar +140 J k-1 mol-1 pada temperatur kamar. Perubahan entropi yang positif
saat molekul berkumpul menunjukkan adanya kontribusi pelarut pada entropi
molekul yang akan lebih bebas bergerak setelah molekul pelarut terkumpul menjadi
kumpulan kecil. Hal tersebut terjadi karena setiap molekul terlarut individual atau
terkurung dalam pelarut yang teratur, tetapi setelah sel misel terbentuk molekul
pelarut hanya perlu membentuk satu kurungan yang lebih besar. Kenaikan energi
ketika gugus hidrofob berkumpul dan mengurangi tuntutan strukturnya pada pelarut
merupakan asal-usul interaksi hidrofob yang akan menstabilkan pengelompokan
gugus hidrofob dalam makromolekul biologis. Interaksi hidrofob merupakan contoh
dari proses keteraturan yang distabilkan oleh kecenderungan menuju ketakteraturan
pelarut yang lebih besar (Atkins, 1997).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
Gelatin
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan
Konsentrasi 0,25 % 0,50 % 0,75 % 1%
Konduktivitas Listrik (ms/cm)
Suhu (C)
30 0,14 0,40 0,65 0,86
35 0,14 0,42 0,69 0,94
40 0,16 0,45 0,78 0,98
45 0,18 0,48 0,82 1,18
50 0,20 0,54 0,91 1,25
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini pada percobaan kelima membahas tentang konsentrasi kritis
misel yang bertujuan untuk menentukan konsentrasi kritis msel surfaktan pada pelarut
air dan menentukan harga entalpinya. Percobaan mengenai konsentrasi kritis misel ini
menggunakan salah satu macam surfaktan, yaitu gelatin. Gelatin dipilih sebagai
surfaktan yang digunakan dalam percobaan ini dikarenakan gelatin termasuk dalam
surfaktan yang merupakan zat aktif permukaan yang mengadung kedua kelompok
hidrofobik dan kelompok hidrofilik. Gelatin sendiri akan terjadi misel jika
penggabungan ion dalam gelatin tersebut menjadi satu layaknya proses elektrolisis
dimana senyawa-senyawa ion bergerak dan gerak tersebut memiliki energi kinetik yang
besar. Percobaan ini dilakukan dengan membuat larutan gelatin dengan beberapa
macam konsentrasi. Konsentrasi larutan gelatin dibuat bervariasi ditujukan untuk
mengetahui pengaruh konsentarsi terhadap daya hantar listrik (konduktifitas) yang
dihasilkan. Selain terhadap konsentrasi, percobaan ini juga digunakan temperatur yang
bervariasi. Hal ini ditujukan untuk membandingkan daya hantar listrik (konduktivitas)
yang dihasilkan pada tiap konsenttrasi pada temperatur yang berbeda-beda.
Percobaan ini dilakukan dengan melarutkan padatan gelatin terlebih dahulu
dengan akuades. Gelatin yang dilarutkan dengan akuades akan membentuk gel koloid.
Terbentuknya koloid ini agar konduktometer dapat mengukur daya hantar listrik yang
diakibatkan oleh gerakan partikel di dalam sebuah larutan yang yang dihasilkan larutan
koloid tersebut sehingga konduktometer dapat mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik. Larutan koloid itu kemudian diambil dengan volume yang berbeda-beda
dan diencerkan. Hal ini ditujukan agar konsentrasi larutan yang digunakan bervariasi
sehingga dapat mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap daya hantar arus listriknya.
Daya hantar listrik ini juga diukur pada temperatur yang berbeda-beda, sebelum larutan
diukur konduktometer dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan KCl.
Larutan KCl digunakan untuk mengkalibrasi karena larutan tersebut memiliki nilai
konduktivitas yang telah diketahui pada berbagai temperatur dengan suhu kamar
konduktivitasnya adalah 12.88, serta larutan ini mampu untuk mempertahankan
temperaturnya.
Nilai konduktivitas yang dihasilkan pada temperatur 30o C pada konsentrasi 1%,
0.75%, 0.50% dan 0.25% berturut-turut sebesar 0.86, 0.65, 0.40, dan 0.14. Hasil yang
diperoleh sesuai dengan literatur, yaitu semakin tinggi konsentrasi maka makin besar
pula daya hantar listriknya karena semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak
pula jumlah partikel di dalam larutan, sehingga peluang untuk bertumbukan yang terjadi
di dalam larutan sangat besar yang mengakibatkan jumah misel yang terbentuk dan
agregasi surfaktan dalam larutan akan semakin besar. Suhu 35, 40, 45 dan 50 C juga
menghasilkan nilai konduktivitas yang semakin besar konsentrasinya juga semakin
besar nilai konduktivitas yang dihasilkan. Suhu 35 C dengan variasi temperatur yang
telah ditentukan menghasilkan nilai konduktivitas sebesar 0.94, 0.69, 0.42 dan 0.14,
sama halnya saat suhu 40 C nilai konduktivitas yang diperoleh sebesar 0.98, 0.78, 0.45
dan 0.16. Saat suhu 45 C nilai konduktivitas yang diperoleh sebesar 1.18, 0.82, 0.48,
dan 0.18, dan pada saat suhu 50 C nilai konduktivitas yang diperoleh sebesar 1.25,
0.91, 0.54, 0.20.
Pengaruh konsentrasi juga sama halnya dengan suhu, semakin besar konsentrasi
dan suhu suatu larutan maka nilai konduktivitas larutan tersebut juga semakin besar. Hal
ini dikarenakan jika semakin tinggi konsentrasi maka ion-ion yang terbentuk juga akan
semakin banyak, sehingga daya hantarnya akan semakin tinggi, karena interaksi antara
ion-ion dapat menghasilkan energy listrik.
Grafik Konduktivitas Gabungan
1.40
1.20
1.00 suhu 30
suhu 35
0.80
Konduktivitas 0.60 suhu 40
suhu 45
0.40 suhu 50
0.20
0.00
0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1
Konsentrasi
ln kkm Linear ()
0.5
0
0 0 0 0 0 0 0
1/T
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan di atas maka dapat disimpulkan
tentang konsentrasi kritis misel adalah:
1. Konsentrasi kritis misel dapat ditentukan dengan menggunakan gradien hasil plot
hubungan antara konduktivitas dengan konsentrasi. Konsentrasi kritis misel
surfaktan (gelatin) pada pelarut air pada temperatur 30o C, 35 oC, 40 oC, 45 oC, dan
50 oC secara berturut-turut sebesar 2.62 mol/L, 2.91 mol/L, 3.05 mol/L, 3.80 mol/L,
4.09 mol/L.
2. Harga entalpi miselisasi dapat diperoleh dengan menggunakan gradien hasil plot
antara ln(kkm) dengan 1/T yang dikalikan dengan konstanta gas. Harga entalpi
miselisasinya didapatkan sebesar 18.398,88 J/mol K.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan mempelajari terlebih dahulu penggunaan alat yang
digunakan seperti konduktometer agar dapat melakukan dengan baik pada saat
percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of Water. [Serial Online].
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321. [Diakses pada tanggal
12 Oktober 2016].
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of Gelatin Powder. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924120. [Diakses pada tanggal 12
Oktober 2016].
Atkins, P.W. 1997. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.
Bird, T. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Fessenden, R.J. dkk. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Tim kimia fisika. 2016. Penuntun Praktikum Termodinamika Kimia. Jember : FMIPA
Universitas Jember.
Yatiman. 1995. Konsentrasi Kritis Misel dan Entalpi Suatu Bahan Surfaktan Pada
Berbagai Suhu. Yogyakarta: FKIP Yogyakarta.
LAMPIRAN
Konsentrasi 0,75%
M1.V1 =M2.V2
M1.100 mL = 1%.75ml
1 75 mL
M1 = =0,75
100mL
Konsentrasi 0,50%
M1.V1 =M2.V2
M1.100 mL = 1%.50ml
1 50 mL
M1 = =0,50
100mL
Konsentrasi 0,25%
M1.V1 =M2.V2
M1.100 mL = 1%.25ml
1 25 mL
M1 = =0,25
100 mL
Konsentrasi
H 1
ln KKM = + Constanta
R T
y=mx+C
y = 0.964x - 0.09
log (x/m)= n log C + log K, maka
n = m = 0.964
ln kkm = m = 0.964
kkm = 2.62
Ln kkm pada suhu 35 C
Grafik Konduktivitas Vs Konsentrasi
Suhu 35 C
1
f(x) = 1.07x - 0.12
0.8
R = 1
0.6
Konduktivitas 0.4 Linear ()
0.2
0
0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20
Konsentrasi
H 1
ln KKM = + Constanta
R T
y=mx+C
y = 1.068x - 0.12
log (x/m)= n log C + log K, maka
n = m = 1.068
ln kkm = m = 1.068
kkm = 2.91
Ln kkm pada suhu 40 C
Konsentrasi
H 1
ln KKM = + Constanta
R T
y=mx+C
y = 1.116x - 0.105
log (x/m)= n log C + log K, maka
n = m = 1.116
ln kkm = m = 1.116
kkm = 3.05
Ln kkm pada suhu 45 C
0
0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20
Konsentrasi
H 1
ln KKM = + Constanta
R T
y=mx+C
y = 1.336x - 0.17
log (x/m)= n log C + log K, maka
n = m = 1.336
ln kkm = m = 1.336
kkm = 3.80
Ln kkm pada suhu 50 C
Grafik Konduktivitas Vs Konsentrasi
Suhu 50 C
1.4
1.2
f(x) = 1.41x - 0.16
1 R = 1
0.8
Konduktivitas 0.6 Linear ()
0.4
0.2
0
0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20
Konsentrasi
H 1
ln KKM = + Constanta
R T
y=mx+C
y = 1.408x - 0.155
log (x/m)= n log C + log K, maka
n = m = 1.408
ln kkm = m = 1.408
kkm = 4.09
Menentukan H
grafik 1/T vs ln kkm
1.5
f(x) = - 2213.59x + 8.24
R = 0.95
1
ln kkm Linear ()
0.5
0
0 0 0 0 0 0 0
1/T
Diketahui
y = mx + c
y = -2213.x + 8.244
H 1
ln kkm = +c
R T
H=m. R
Konsentrasi
Lampiran gambar
Pengukuran suhu larutan saat dilakukan pemanasan agar tercapai suhu yang
tertinggi