You are on page 1of 12

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian
1. Gambaran umum lokasi penelitian
Pada bab ini, peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian

pada 50 responden yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah

ditetapkan. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 13 - 14 Mei 2016.

Pengumpulan data dilakukan selama 2 hari pada murid kelas VII, VIII,

IX SMP Satap Negeri 1 Torue. Jumlah responden sebanyak 50 orang,

dan dari 50 orang responden 45 orang bersedia menjadi responden dan

5 orang lainnya tidak dapat dijadikan responden dengan alasan tidak

hadir saat penelitian.


SMP Satap Negeri 1 Torue terletak di jalan irigasi Desa

Tanalanto, Sulawesi Tengah, Parigi Moutong, Sekolah ini berdiri pada

tanggal, 12 juli 2010.


SMP Satap Negeri 1 Torue didukung oleh beberapa tenaga

pengajar yang mana terdiri dari:


1. Guru tetap 3 0rang/PNS
2. Guru honorer 5 orang
3. Guru tidak tetap 1 orang
4. Tata usaha 1 orang honor
5. Pustakawan 1 orang honor

2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden diuraikan dalam tabel berikut dengan

mengelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan kelas.


Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan
Usia pada Murid Kelas VII, VIII, IX di SMP Satap
Negeri 1 Torue

Usia Frekuensi (F) Persentase (%)


12 5 11,1 %
13 20 44,4%

35
14 17 37,8%
15 1 2,2%
16 2 4,4%
Jumla 45 100%
h
Sumber : Data Primer 2016

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden

yang berusia 12 tahun adalah 5 orang (11,1%), 13 tahun sebanyak 20

orang (44,4%), 14 tahun sebanyak 17 orang (37,8%), 15 tahun

sebanyak 1 orang (2,2%) dan umur 16 tahun sebanyak 2 orang (4,4%).

Kelompok usia 13 tahun sebanyak 20 orang (44,4%) merupakan

kelompok usia yang paling banyak, sedangkan responden yang

berusia 15 sebanyak 1 orang (2,2%) merupakan kelompok usia yang

paling sedikit.

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan


Jenis Kelamin pada Murid Kelas VII, VIII, IX di
SMP Satap Negeri 1 Torue

Jenis Frekuensi (F) Persentase (%)


Kelamin
Laki-laki 20 44,4 %
Perempua 25 55,6%
n
Jumlah 45 100%
Sumber : Data Primer 2016

Jumlah responden pada table 4.2 menyatakan bahwa jenis kelamin

laki-laki sebanyak 20 orang (44,4%) dan perempuan sebanyak 55

orang (55,6%)
Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan
Kelas VII, VIII, IX di SMP Satap Negeri 1 Torue

Kelas Frekuensi (F) Persentase (%)

36
VII 22 48,9 %
VIII 16 35,6%
IX 7 15,6%
Jumla 45 100%
h
Sumber : Data Primer 2016

Table 4.3 di atas memperlihatkan bahwa jumlah responden Kelas VII

adalah 22 orang (48,9%), kelas VIII adalah 16 orang (35,6%), dan

kelas IX adalah 7 orang (15,6%).


3. Analisis Univariat
Tabel 4.4 Hasil dari Analisis Univariat Sebelum dan Sesudah
dilakukan pendidikan kesehatan

Pre Post
Mean 31,78 38,02
Median 32,00 38,00
Std. 2,636 1,177
Deviation
Minimum 27 35
Maxsimu 37 40
m
Sumber : Data Primer 2016

Hasil tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata sebelum

dilakukan pendidikan kesehatan adalah 31,78 dan nilai rata-rata

sesudah dilakukan pendidikan kesehatan adalah 38,02. Nilai median

pada kelompok sebelum dilakukan pendidikan kesehatan nilai 32,00,

dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan 38.00.

4. Analisis Bivariat
Tabel 4.5 Hasil Uji Shapiro Wilk

Shapiro Wilk
Statisti Df Sig.

k
Pre ,966 45 ,203
Post ,907 45 ,002

37
Hasil uji test normalitas Shapiro Wilk menunjukkan p Value (Pre)

= 0,203 sehingga p value > 0.05 maka data kelompok Pre terdistribusi

normal sedangkan p value (post) = 0,002 sehingga p value < 0.05 maka

data kelompok Post terdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas tersebut

menunjukkan bahwa data yang terdistribusi tidak normal sehingga uji

analisa data menggunakan uji Wilcoxon.

Tabel 4.6 Hasil Uji Wilcoxon

Post Pre
Z 5,792a
Asymp. Sig (2- 0,000
tailed)

Berdasarkan Uji Wilcoxon p value (Sig.) < 0,05 maka H0 ditolak

dan H1 diterima. Apabila p value (Sig.) > 0.05 maka H0 diterima dan H1

ditolak. Hasil analisa uji Wilcoxon menunjukkan bahwa nilai p value =

0,000 sehingga p value < 0,05 maka H0 ditolak. Berdasarkan uji wilcoxon

tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Melalui Media Leaflet Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa

Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di SMP Satap Negeri

1 Torue.

B. Pembahasan
A. Pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan tentang penyakit demam berdarah (DBD)

38
Nilai ratarata pengetahuan siswa tentang penyakit demam

berdarah (DBD) sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 31,78

sedangkan nilai median 32,00, Nilai ratarata pengetahuan siswa

tentang penyakit demam berdarah (DBD) sesudah diberikan

pendidikan kesehatan adalah 38,02, sedangkan nilai median 38,00.

Nilai yang diperoleh setelah pemberian pendidikan kesehatan lebih

besar dari nilai sebelum diberikan intervensi pendidikan kesehatan.


Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan

pengetahuan antara sebelum dan sesudah intervensi. Ini menunjukkan

bahwa pendidikan kesehatan melalui media leaflet telah dilaksanakan

dengan cukup baik sehingga terjadi peningkatan jumlah responden

yang memiliki pengetahuan lebih baik lagi. Hal ini kemungkinan

disebabkan karena semua murid kelas VII, VIII, IX SMP Satap Negeri

1 Torue telah mendapat pendidikan kesehatan melalui media leaflet

sehingga terjadi proses pembelajaran, dimana dari yang tidak tahu atau

kurang tahu menjadi tahu atau lebih tahu, dan yang tidak paham atau

kurang paham menjadi paham atau lebih paham.


Hasil ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2011) Pengetahuan

adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut

melalui pengindraan manusia yaitu penglihatan, penciuman,

pendengaran, perasa dan juga perabaan, sebagian besar dari

pengetahuan manusia didapatkan dari mata dan telinga.

39
Menurut Notoadmodjo (2011) juga menyatakan bahwa proses

balajar adalah suatu proses untuk menambah pengetahuan,

pemahaman, dan keterampilan yang didapatkan melalui pengalaman

atau melakukan proses belajar mengajar seperti memberikan

pengetahuan dan pembelajaran. Dengan belajar individu diharapkan

mampu menggali apa yang ada dalam dirinya dengan mendorong

untuk berpikir dan mengembangkan kepribadiannya dengan

membebaskan diri dari ketidaktahuannya


Menurut Nurfitriani (2008) berbagai faktor yang

memungkinkan dapat berpengaruh pada pendidikan kesehatan adalah

pemberi materi, media penyuluhan, sertya sasaran yang di berikan

intervensi. Sejalan dengan teori pengetahuan menurut Notoatmojo

(2011) bahwa pendidikan formal dan informal mempengaruhi tingkat

penetahuan seseorang.

B. Perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan


pendidikan kesehatan tentang penyakit demam berdarah (DBD)

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini

pengetahuan siswa tentang penyakit demam berdarah dengue (DBD)

pada saat pretest adalah 32.00 sedangkan pada saat postest di dapat

rata-rata penetahuan siswa 38.00. Hasil uji wilcoxon didapatkan nilai

Asymp. Sig. = 0,000 nilai ini lebih kecil dari nilai a (alpha) sebesar

0.05, dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

yang signifikan pengetahuan siswa antara sebelum dan sesudah di

berikan intervensi.

40
Penelitian ini memberikan informasi bahwa terdapat pengaruh

pengetahuan siswa tentang penyakit demam berdarah dengue (DBD)

dari hasil uji wilcoxon. Nurfitriani (2008) menyatakan bahwa

keberhasilan dalam menyampaikan suatu informasi ditentukan oleh

sifat dan mutu informasi yang diterima dan dalam hal ini ditentukan

oleh sifat dan mutu dari informasi yang disampaikan oleh peneliti

kepada siswa. Faktor lain yang mungkin juga mempengaruhi hasil

penelitian ini adalah persepsi, motivasi dan pengalaman yang menurut

Notoatmodjo (2011) adalah faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang.
Hal ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2011) yang

mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ini

dibagi kedalam empat kelompok besar, 2 diantaranya yakni faktor

lingkungan dan faktor individual subjek belajar. Pertama, faktor

lingkungan ini meliputi fisik dan lingkungan sosial, yang mana

lingkungan fisik antara lain suhu, kelembaban udara dan kondisi

tempat belajar, sedang faktor lingkungan sosial antara lain keramaian,

kegaduhan. Kedua, kondisi individual subjek belajar yang dibedakan

ke dalam kondisi fisiologis seperti kekurangan gizi dan kondisi panca

indera (terutama pendengaran dan penglihatan). Sedangkan kondisi

psikologis, misalnya intelegensi, pengamatan, daya tangkap, ingatan,

motivasi dan sebagainya.


Ini sesuai dengan teori (Machfoedz & Suryani, 2009)

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang

41
dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,

sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga

mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan

kesehatan. Disamping itu didukung juga oleh teori (Ali, 2009) tentang

perkembangan remaja yang mengatakan bahwa remaja itu memiliki

rasa ingin tahu yang tinggi (High Cariousty).


Hasil ini sejalan dengan penelitian Buzarudina (2013) yang

berjudul efektivitas penyuluhan kesehatan reproduksi remaja terhadap

tingkat penetahuan siswa SMAN 6 Kecamatan Pontianak Timur. Hasil

penelitiannya menggunakan uji wilcoxone diperoleh nilai Sig. Sebesar

0.000 (p<0.05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang

bermakna antara skor sebelum penyuluhan dengan skor setelah

penyuluhan.
Hasil penelitian yang dilakukan Hasanah (2014) tentang

pengaruh penyuluhan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap tingkat

pengetahuan dalam pencegahan HIV/AIDS pada remaja kelas XI MAN

2 Yogyakarta, menyatakan bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan

terhadap tingkat pengetahuan yaitu dengan hasil penelitian kategori

baik sebelum penyuluhan 16 orang, setelah penyuluhan menjadi 31

responden, cukup sebelum penyuluhan 14 responden, setelah

penyuluhan menjadi 8 responden, dan kurang sebelum penyuluhan 10

responden, setelah penyuluhan menjadi 1 responden, dengan nilai P

value = 0,000<0,05.
Penelitian dari Maria Muliana (2014) tentang pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap remaja

42
SMA X dalam upaya pencegahan HIV/AIDS di kabupaten

Karanganyar, menyatakan bahwa pendidikan kesehatan tentang

pencegahan HIV/AIDS cukup efektif dan efisien serta memberikan

pengaruh untuk meningkatkan pengetahuan remaja SMA dalam jangka

waktu yang singkat dan sesuai teori yang sudah ada, selain itu

pengemasan materi yang menarik, cara penyampaian materi dan

bahasa penyampain yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan, umur

responden berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan responden.

C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunkana kuesioner atau

angket yang diisi oleh responden, sehingga sifatnya sangat subjektif.


2. Pada saat mengisi koesioner responden seringkali bertanya pada teman

sebangkunya walaupun sudah diperingatkan agar responden mengisi

koesioner itu sendiri.


D. Implikasi Keperawatan
Profesi keperawatan lebih memberikan perhatian kepada para

remaja khususnya kepada perkembangan pengetahuannya dalam bidang

kesehatan sehingga remaja mampu untuk berpikir logis, abstrak, rasional

serta mampu lebih mengetahui tentang penyakit-penyakit yang

mengancam kelangsungan hidup seorang misalnya demam berdarah

dengue (DBD) dan dapat menjadi pencegahan awal yang dilakukukan

perawat dalam mengurangi angka kejadian penyakit-penyakit khususnya

penyakit DBD, sehingga salah satu peran perawat sebagai

edukasi/pendidik lebih meluas keseluruh masyarakat secara umum.

43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan

bahwa terdapat beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:


1. Nilai median sebelum dilakukan pendidikan kesehatan terhadap 45

responden murid kelas VII, VIII, IX di SMP Satap Negeri 1 Torue

adalah 32,00
2. Nilai median sesudah dilakukan pendidikan kesehatan terhadap 45

responden murid kelas VII, VIII, IX di SMP Satap Negeri 1 Torue

adalah 38,00
3. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan Uji Wilcoxon

menunjukkan bahwa nilai P = 0,000 (P0,005), berarti H1 ditolak dan

H0 diterima hal ini berarti menunjukkan ada pengaruh pendidikan

kesehata melalui media leaflet tarhadap tingkat pengetahuan siswa

tentang penyakit demam berdarah dengue (DBD) Di SMP Satap

Negeri 1 Torue.
B. Saran
1. SMP Satap Negeri 1 Torue
Hendaknya pihak institusi menyediakan literatur - literatur

tentang DBD di perpustakaan sekolah agar supaya siswa lebih

memahami permasalahan terkait DBD. Juga diharapkan ke pihak

44
sekolah agar lebih sering mengadakan penyuluhan kesehatan yang

serupa, karena hasil penelitian tentang pengaruh penyuluhan kesehatan

ini, terbukti dapat meningkatkan pengetahuan murid kelas VII, VIII,

IX di SMP Satap Negeri 1 Torue tentang penyakit DBD.


2. Institusi Stikes Widya Nusantara Palu
Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan

masukan dalam menambah pengetahuan tentang Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Tarhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Demam

Berdarah Dengue (DBD), sehingga dapat dijadikan sebagai

sumbangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan bagi

pembacanya, melalui perpustakan di instansi pendidikan STIKes

Widya Nusantara Palu.


3. Bagi Peneliti
Disarankan untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti

dengan judul yang hampir sama, kiranya menambahkan sampel dan

variabel yang belum diteliti sehingga menghasilkan penelitian yang

baru dan akurat.

45
46

You might also like