You are on page 1of 3

RASULULLAH s.a.

w telah bersabda yang bermaksud:


Bacalah surah Yassin karena ia mengandungi keberkatan, yaitu:
1. Apabila orang lapar membaca surah Yaasin, ia boleh menjadi kenyang.
2. Jika orang tiada pakaian boleh mendapat pakaian.
3. Jika orang belum menikah akan mendapat jodoh.
4. Jika dalam ketakutan boleh hilang perasaan takut.
5. Jika terpenjara akan dibebaskan.

KONTRIBUSI ISLAM dalam KG


Ajaran Islam memerintahkan agar umatnya senantiasa menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Dalam salah satu haditsnya, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: Seandainya tidak
akan merepotkan umatku, maka aku akan perintahkan kepada mereka untuk
membersihkan gigi pada setiap akan shalat.(HR Bukhari dan Muslim).
Islam memahami bahwa menjaga kesehatan gigi dan mulut akan sangat menentukan
kualitas hidup manusia. Tak heran jika seabad setelah Rasulullah SAW wafat, para dokter
Muslim di era keemasan terdorong untuk turut mengembangkan ilmu kedokteran gigi
(dentistry). Sejatinya, pengobatan gigi telah diterapkan manusia dari peradaban Lembah
Indus bertarikh 7.000 hingga 5.500 SM.
Namun, ilmu kedokteran gigi justru berkembang pesat pada era kejayaan peradaban
Islam. Henry W Noble (2002) dalam Tooth transplantation: a controversial story, History
of Dentistry Research Group, Scottish Society for the History of Medicinemengakui
bahwa para dokter Muslim di zaman kekhalifahan merupakan perintis dalam
pengembangan ilmu kedokteran gigi.

Peradaban Barat saja baru mengembangkan ilmu kedokteran gigi secara khusus pada
abad ke-17 M. Buku pertama tentang ilmu kedokteran gigi di Barat baru hadir tahun 1530
M bertajuk "Artzney Buchlein". Buku teks kedokteran gigi dalam bahasa Inggris baru
muncul tahun 1685 karya Charles Allen berjudul Operator for the Teeth.Bahkan,
masyarakat Amerika baru mengenal adanya dokter gigi pada abad ke-18 M. John Baker
merupakan dokter pertama yang praktik di benua itu. Baker merupakan dokter gigi yang
berasal dari Inggris. Amerika baru memiliki dokter gigi sendiri pada tahun 1779 M
bernama Isaac Greenwood.

Lucunya, peradaban Barat mengklaim Pierre Fauchard - berkebangsaan Prancis yang


hidup di abad ke-17 sebagai "bapak ilmu kedokteran gigi modern". Padahal, menurut
Noble, 700 tahun sebelum Fauchard hidup, seorang dokter Muslim bernama Abu al-
Qasim Khalaf ibn al-Abbas Al-Zahrawi alias Abulcasis (930 M - 1013 M) telah sukses
mengembangkan bedah gigi dan perbaikan gigi.Keberhasilannya yang telah memukau
para dokter gigi modern itu tercantum dalam Kitab Al-Tasrif. Kitab itu tercatat sebagai
teks pertama yang mengupas bedah gigi secara detail. "Dalam kitabnya itu, Abulcasis
juga secara detail menggambarkan keberhasilannya dalam melakukan penanaman
kembali gigi yang telah dicabut," papar Noble.

Al-Zahrawi juga tercatat sebagai dokter yang mempelopori penggunaan gigi palsu atau
gigi buatan yang terbuat dari tulang sapi. Kemudian geligi palsu itu dikembangkan lagi
mengunakan kayu - seperti yang digunakan oleh presiden pertama Amerika Serikat,
George Washington 700 tahun kemudian. Sumbangan penting dokter Muslim di era
kejayaan dalam pengembangan ilmu kedokteran juga diungkapkan Salma Almahdi
(2003) dalam tulisannya berjudul Muslim Scholar Contribution in Restorative Dentistry
yang dimuat dalam Journal of the International Society for the History of Islamic
Medicine. Menurut Almahdi, dokter gigi Muslim dari abad ke-10 M lainnya yang
mengembangkan >dentistry adalah Abu Gaafar Amed ibnu Ibrahim ibnu Abi Halid al-
Gazzar.

Dokter gigi asal Afrika Utara itu memaparkan metode perbaikan gigi secara detail dalam
Kitab Zad al-Musafir wa qut al-Hadir. Kitab itu lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
sebagai Viaticum oleh Constantine the African di Universitas Salerno - yang berada di
Selatan Italia. "Kitab yang ditulis Al-Gazzar merupakan yang pertama yang mengupas
tentang perawatan gigi busuk/rusak," papar Almahdi.

Dalam kitabnya, Al-Gazzar menyatakan bahwa hal pertama yang perlu dilakukan untuk
mengobati gigi yang busuk adalah membersihkannya. Kemudian, papar dia, gigi itu diisi
dengan gallnut, madu, kemenyan, terbinth yang mengandung damar, pohon cedar yang
mengandung damar, pellitory atau pengasapan dengan akar colocynthis.Al-Gazzar pun
merekomendasikan senyawa arsenik untuk gigi yang berlubang. Campuran ini juga
mampu mengatasi pembusukan gigi serta mengendurkan dan meredakan ketegangan
syaraf. Dokter Muslim lainnya yang memberi sumbangan penting bagi ilmu kedokteran
gigi adalah Ibnu Sina lewat karyanya yang sangat fenomenal bertajuk he Canon of
Medicine. Menurut Almahdi, Ibnu Sina terpengaruh oleh Al-Gazzar dalam pengobatan
gigi.

Meski begitu, Ibnu Sina mengembangkan sendiri pengobatan gigi dengan caranya
sendiri. Baik Al-Gazzar maupun Ibnu Sina sepakat bahwa kebusukan pada gigi
disebabkan oleh "cacing gigi". Namun pendapat itu dipatahkan oleh dokter Muslim
lainnya dari abad ke-12 M bernama Gaubari. Dalam Book of the Elite yang ditulisnya,
Gaubari menyatakan bahwa dalam kenyataannya cacing gigi tak pernah ada. Sejak abad
ke-13 M, teori cacing gigi akhirnya tak lagi diterima dalam kedokteran Islam.

Kontribusi peradaban Islam lainnya yang tak kalah penting dalam kedokteran gigi
diberikan oleh Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Ar-Razi. Dokter legendaris di era
keemasan peradaban Islam itu juga secara khusus mengembangkan perawatan kesehatan
gigi. Ar-Razi terbilang sebagai dokter Muslim pertama yang memberi sumbangan bagi
ilmu kedokteran gigi.Menurut Almahdi, Ar-Razi mencoba merekomendasikan metode
yang dikembangkan Galen - dokter dari peradaban Yunani - dalam melepas gigi rusak
dengan cara dibor. Untuk mengurangi rasa sakit saat gigi dibor, dokter terkemuka di kota
Baghdad itu menganjurkan agar lubang gigi ditetesi minyak.

Selain mengkaji masalah gigi, dokter Muslim di era kekhalifahan pun sudah mengkaji
kesehatan mulut, salah satunya soal lidah. Organ penting yang dibiasa digunakan untuk
mengunyah, menelan dan berbicara itu mendapat perhatian khusus dari Ibnu Sina. Dalam
Canon the Medicine, Ibnu Sina mengkaji berbagai penyakit lidah dan
penyembuhannya.Menurut Almahdi, dalam kitabnya yang sangat lengkap itu Ibnu Sina
menerangkan tentang anatomi lidah serta penyakit-penyakit yang sering dialami organ
lidah baik secara sensorik maupun motorik. Ibnu Sina membahas masalah lidah secara
mendalam dalam empat belas bab.

Betapa sumbangan peradaban Islam bagi dunia kedokteran sungguh begitu luar biasa.
Namun, kontribusi penting para dokter Muslim itu kerap dinihilkan dan disembunyikan
peradaban Barat. Tak heran, bila pencapaian para ilmuwan Muslim di era kejayaan itu
juga tak diketahui masyarakat Islam di era modern ini. Sungguh ironis memang.

You might also like