Professional Documents
Culture Documents
Oleh,
Pembimbing,
EMBRIOLOGI
Berasal dari invaginasi tubuler (entoderm) dari dasar lidah (foramen cecum), yang
ANATOMI
Berat rata-rata 15 gram. Terdiri dari lobus lateral yang memanjang sepanjang sisi
laring, mencapai tingkat garis tengah dari kartilago tiroid dan bergabung dengan istmus yang
menyilang trakea. Lobus piramidalis 80 %, memanjang ke atas dari istmus, dan merupakan
sisi embrionik dari duktus tiroglosal. Suplai arteri: superior dari arteri karotis eksterna, dan
dalam sulkus trakeoesofageal: 64% kanan, 77% kiri. Lateral terhadap trakea: 33% kanan,
22% kiri. Anterolateral terhadap trakea: 3% kanan, 2% kiri. Langsung (non-rekuren): 0,5%
kanan. Anterior terhadap arteri tiroidalis inferior: 37% kanan, 24% kiri; 50% tertanam pada
ligamentum Berry di belakang kutub atas dan rentan terhadap cedera akibat traksi pada
glandula. (2)
membentuk suara halus korda vokalis. Lokasinya di dekat atau di antara kutub atas
pembuluh-pembuluh. (2)
HISTOLOGI
Terdiri atas folikel-folikel (asinus-asinus) yang dilapisi oleh sel-sel kuboid, berisi
koloid. Folikel secara kasar berbentuk sferis, diameter rata-rata 30um, menyimpan produk
dari sel-sel pembatas kuboid. Sel-sel C interfolikularis; bagian dari sistem APUD;
Sel-sel epitel folikel merupakan tempat sintesis hormon tiroid dan mengaktifkan
pelepasannya ke dalam sirkulasi. Zat koloid tiroglobulin merupakan tempat dimana hormon
tiroid disintesis dan pada akhirnya disimpan. Dua hormon tiroid utama yang diproduksi oleh
folikel-folikel adalah tiroksin dan triyodotironin. Kelenjar tiroid juga mempunyai sel
pensekresi hormon lain yaitu sel C (parafolikular) yang terdapat pada dasar folikel dan
berhubungan dengan membran folikel. Secara embriologis sel-sel ini berasal dari badan
ultimobrankial. Sel-sel ini mensekresi kalsitonin yaitu suatu hormon yang dapat
merendahkan kadar kalsium serum dan dengan demikian ikut berperan dalam pengaturan
homeostasis kalsium. Hormon-hormon folikel tiroid berasal dari yodinasi residu tiroksin dari
tiroglobulin. Tiroksin mengandung empat atom yodium (T4) dan triyodotironin mengandung
tiga atom yodium (T3). Tiroksin disekresi dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dengan
FISIOLOGI
Fungsi utama kelenjar tiroid adalah mensintesis dan mensekresi hormon tiroid.
RNA dan sintesis protein. Langkah ini agaknya diperlukan sebagai rangsangan respirasi sel
energi, proses pemindahan elektron dari sistem enzim pernafasan mitokondria sel.
Kecuali pengaruh termogenesis ini, tiroksin dan triyodotironin juga meningkatkan potensi
Hormon tiroid juga merangsang perkembangan normal susunan saraf pusat. Apabila tidak
ada hormon ini pada waktu seseorang dilahirkan atau pada masa bayi maka akan terjadi
Kelenjar tiroid termasuk salah satu alat tubuh yang sensitif dan dapat bereaksi
terhadap berbagai rangsang. Pada masa pubertas, kehamilan dan stress, kelenjar dapat
membesar dan berfungsi lebih aktif. Kadang-kadang hal ini juga terdapat pada waktu haid
normal.
Kelainan yang terjadi adalah hiperplasia epitel tiroid, resorpsi koloid, sel-sel folikel
dalam lumen. Jika stress menghilang akan terjadi involusi: sel epitel menjadi rebdah dan
(TRH) yang menstimulasi sel-sel hipofisis anterior untuk mensekresi TSH, yang
menstimulasi semua proses-proses yang menimbulakn sintesis hormon tiroid. Sekresi TSH
dikendalikan oleh umpan balik dari kadar darah hormon tiroid. (2)
Apabila TSH negatif, seperti pada hipopituitarisme, dapat terjadi atrofi tiroid.
Apabila TSH meningkat, hormon tiroid juga meningkat, yang kemudian melalui mekanisme
feedback akan menekan fungsi hipofisis. Sebaliknya, hormon tiroid berkurang, akan
merangsang hipofisis untuk mengeluarkan TSH lebih banyak. Oleh karena itu apabila
hormon tiroid berkurang, akan menyebabkan sekresi TSH bertambah dan hal ini akan
Bila kadar yodium dalam kelenjar kurang dari 0,1% (normal: 0,2%), maka akan
terjadi hiperlasia epitel asinus dan vaskularisasi bertambah. Akibatnya simpanan koloid akan
menyebabkan hilangnya aktivitas epitel tersebut dan koloid akan disimpan lagi dalam
folikel. Proses hiperplasi cenderung terjadi lokal dan tersebar, sehingga timbul tonjolan-
1. Tingkat istirahat, misalnya pada struma colloides dan struma Basedowi yang diobat
dengan yodium.
- Folikel-folikel besar
BIOSINTESIS
T3 + T4 Plasma T3 + T4.
Yodium dari makanan dan minuman diabsorpsi dari saluran pencernaan sebagai
yodida (iodide). Tiroid mempunyai daya luar biasa untuk menarik yodida secara selektif,
dinding sel antara plasma dan tiroid. Gradien dapat meningkat secara langsung oleh TSH
atau tidak langsung oleh simpanan yodium tiroid yang rendah. (1,4)
dengan valensi yang lebih tinggi mungkin yodium (iodine), yang hanya ada sebentar (tingkat
II). Proses oksidatif yang diatur oleh enzim-enzim, dapat dihambat oleh zat-zat antitiroid
Yodium dengan cepat terikat pada tyrosine, membentuk MIT dan DIT. Dua DIT
atau satu MIT dan satu DIT digabung dengan reaksi oksidatif kedua sehingga terbentuk
tiroksin dan T3. T3 dapat pula dibuat dengan jalan deiodinasi tiroksin dalam jaringan non
tiroid. Tiroksin dan T3 disimpan dalam folikel tiroid sebagai thyroglobulin, yang pada
keadaan fisiologik tidak masuk dalam sirkulasi darah. Enzim proteolitik akan menghidrolisis
Hidrolisis ini dipertinggi oleh TSH dan dihambat oleh yodida. Dalam keadaan
fisiologik MIT dan DIT tidak masuk dalam sirkulasi. Enzim tirosine deiodinase akan
menghilangkan yodida dari MIT dan DIT, tetapi tidak dari T3 dan T4. Dalam sirkulasi,
hormon tiroid hampir seluruhnya terikat pada protein plasma, terutama alpha globulin,
PBI dipakai sebagai index untuk menentukan aktivitas sekretorik kelenjar gondok.
Normal berkisar antara 4 8 mikogram %. Dalam darah hormon tiroid yang beredar
terutama T4, hanya sedikit T3. T3 tidak terikat terlalu erat dengan protein dan karena itu
cepat berdisosiasi dan jauh lebih bebas berdifusi dalam sel tubuh. T3 lebih poten dari T4,
penting adalah deyodinasi yang bertanggungjawab atas ekskresi 70% hormon yang
disekresi. Tigapuluh persen lainnya hilang dalam feses melalui ekskresi empedu sebagai
glukuronida atau persenyawaan sulfat. Akibatnya yodinasi, 80% tiroksin (T4) dapat diubah
menjadi 3,5,3`-triyodotironin (T3) sedangkan 20% sisanya diubah menjadi reverse 3,3,5-
Beberapa obat dan keadaan dapat mengubah sintesis, pelepasan dan metabolisme
hormon tiroid. Obat-obat seperti perklorat dan tiosianat dapat menghambat sintesis tiroksin.
Sebagai akibatnya, mereka menyebabkan penurunan kadar tiroksin dan melalui rangsangan
umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hipofisis. Keadaan ini
mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid dan timbulnya goiter. Karena itu, obat-obat ini
dikatakan sebagai goitrogen. Obat-obat lain seperti derivat tiourea dan merkaptoimidazol,
dapat digunakan sebagai obat-obat antitiroid karena dapat menghambat oksidasi yodida,
hormon tiroid. Yodium yang diberikan secara akut dan dalam jumlah banyak dapat
menghambat reaksi pengikatan organik dan reaksi penggabungan. Pengunaan yodium dosis
besar secara kontinyu dapat mengakibatkan timbulnya goiter dan hipertiroidisme. Akhirnya,
obat-obat seperti litium karbonat dan glukokortikoid dapat menghambat pelepasan hormon
tiroid.
total yang beredar. Peningkatan TBG, seperti pada kehamilan, pemakaian pil kontrasepsi,
dan pada penyakit hati kronik dapat mengakibatkan peningkatan kadar tiroksin yang terikat
pada protein. Sebaliknya, penurunan TBG, misalnya pada penyakit hati kronik, penyakit
sistemik yang berat, sindrom nefrotik dan pemberian glukokortikoid dosis tinggi, dapat
menyebabkan penurunan kadar tiroksin yang terikat pada protein yang beredar.
Perubahan nutrisi seperti yang terlihat pada waktu puasa atau pada waktu diet
tanpa karbohidrat dan protein, dapat juga menurunkan jumlah tiroksin yang teryodinasi
menjadi triyodotironin (T3), dan meningkatkan jumlah tiroksin yang diubah menjadi reverse
triyodotironin (RT3) yang secara metabolik kurang aktif. Perubahan deyodinasi tiroksin
makanan. (1,4)
tiroid pada struktur-struktur di sekitarnya, misalnya: disfagia, disfonia, dispnea, atau rasa
tercekik? Dengan lama timbulnya massa, kecepatan pertumbuhan dan adanya nyeri?
Pemajanan terhadap radiasi ionisasi dosis rendah adalah paling penting. Memakan obat-obat
1. Inspeksi umum
2. Palpasi
Trakea: deviasi.
3. Auskultasi
Pada orang usia lanjut hipo dan hipertiroidisme memberi gejala yang atipik. Oleh
Goiter substernal
Deviasi/kompresi trakea
Kalsifikasi
2. Tes aktivitas
(i) Total T3, T4. resin uptake dipengaruhi oleh kadar tiroid binding globulin
(TBG) yang beredar, dan obat-obatan yang bersaing untuk pengikat protein seperti
salisilat/epanutin.
Penentuan kadar T4 bebas (fT4) dan TSH sensitif (TSHs) merupakan uji fungsi tiroid
yang paling diandalkan dewasa ini. Penentuan kadar T4 total masih dapat digunakan
Penentuan kadar T3 bebas atau total tidak dapat digunakan untuk uji saring fungsi
(v) Skrening tiroid. Skrening skintilasi dengan yosium 123 ( 123I) atau technetium 99m
(99mTc) menggunakan kamera gamma. Nodul dapat lebih panas daripada bagian
kelenjar sisanya, sebanding dengan bagian kelenjar sisanya, atau hipofungsi atau
Penyidikan seluruh tubuh dengan radionuklid I 131 dan TI201 serta penentuan kadar
Ultrasonografi dapat menentukan apakah lesi tersebut kistik ataukah padat. Kebanyakan
karsinoma adalah padat, kebanyakan lesi yang kistik atau campuran adalah jinak. (6)
Morfologi kelenjar dapat diketahui juga dengan: (1) sidik tiroid, (2) CT scan dan MRI.(7)
5. Kalsitonin. Dapat meningkat secara spontan pada kasus karsinoma tiroid medular.
Pentagastrin dan/tes infusi kalsium digunakan untuk mendeteksi kasus familial dini pada
sindrom MEA II, bila calcitonin meningkat secara mencolok pada keadaan respon
6. Tiroglobulin. Dapat digunakan pada beberapa kasus kanker tiroid dan dapat digunakan
7. Biopsi jarum. Biopsi jarum halus merupakan teknik yang dapat diandalkan dalam
mendiagnosis karsinoma tiroid. Aspirasi jarum halus berguna dalam diagnosis dari
Menurut angka-angka yang dapat dikumpulkan dari suatu lembaga yang terutama
1/3 kasus berupa hipertiroidisme: 85% penyakit Graves (penyakit Basedow) dan 15%
2/3 kasus berupa struma non toksik: 80% struma adenomatosa koloid multipel, 10%
KELAINAN KONGENITAL
1. Duktus/kista thyroglossus
Pada segala usia. Dibentuk oleh sisa-sisa sepanjang perkembangan tubuler kelenjar
gondok.
Makroskopik: Kista pada garis tengah leher bagian depan, berisi cairan jernih
Mikrokopik: bila kista terletak pada leher bagian atas, kista dilapisi oleh epitel
skwamosa, sedang bila letaknya di bagian bawah, sel epitel mirip dengan epitel folikel.
Khas: terdapat folikel limfoid dekat epitel. Bila terjadi infeksi sekunder, maka dapat
menjadi ganas.
2. Hipoplasi/aplasi tiroid
Disebabkan kekurangan yodium pada ibu. Kadang-kadang tiroid normal pada waktu
dilahirkan, tetapi kemudian tidak berkembang karena kekurangan yodium pada masa
anak-anak. Pada semua keadaan ini didapati gangguan mental dan pertumbuhan
(kretinisme)
KELAINAN REGRESIF
1. Atrofi
Dapat terjadi pada usia muda atau tua. Yang terjadi pada usia tua jarang menimbulkan
gejala insufisiensi tiroid. Pada usia muda biasanya disebabkan oleh panhipopituitarisme.
Mikroskopik: tiroid fibrotik, seperti yang terjadi pada stadium akhir proses radang.
jadi besar, sitoplasma banyak dan bergranula, disebut sel Hurthle. (1)
2. Amiloidosis
Merupakan salah satu bagian dari pada amiloidosis umum, tiroid membesar, amiloid
mula-mula berkumpul dalam stroma jaringan ikat, terutama di sekitar pembuluh darah,
3. Pigmentasi
RADANG
1. TIROIDITIS
Tiroiditis pada umumnya ditandai oleh pembesaran, peradangan dan disfungsi kelenjar
tiroid. Ada beberapa tipe tiroiditis dan telah dikenal berbagai klasifikasi. Yang palimg
sederhana di antara klasifikasi tersebut adalah pembagian tiroiditis menjadi: (1) akut
Berasal dari fokus radang di sekitarnya atau tempat lain pada tubuh, lebih sering pada
wanita
Etiologi: Biasanya stafilokok atau streptokok. Infeksi dapat terjadi melalui aliran darah,
penyebaran langsung dari jaringan sekitarnya, saluran getah bening, trauma langsung
dan duktus tiroglosus yang persisten. Kelainan yang terjadi dapat disertai terbentuknya
abses atau tanpa abses. Abses ini dapat menjurus ke mediastinum, bahkan dapat pecah ke
Gejala Klinis: Gejala klinis berupa nyeri leher mendadak, malaise, demam, menggigil
dan takikardia. Nyeri bertambah pad pergerakan leher dan gerakan menelan. Daerah
Pengobatan: Tanpa pengobatan, penyakit ini dapat menjadi hebat yaitu dengan
terbentuknya abses yang kemudian mudah pecah. Kadang-kadang ada juga yang sembuh
spontan. Pengobatan utama adalah penggunaan antibiotik. Kokus gram positif biasanya
Kadang-kadang diperlukan tindakan lanjutan yaitu bila terbentuk abses. Kalau jelas hal
ini menyangkut satu lobus, perlu lobektomi (dengan lindungan antibiotik). Bila infeksi
sudah menyebar melalui kapsul dan mencapai jaringan sekitarnya, perlu insisi dan
drainase. (1,7)
3. TIROIDITIS SUBAKUT
Nama yang umum dipakai untuk tiroiditis subakut adalah tiroiditis De Quervain dengan
Kelinan itu terutama mengenai wanita, paling banyak pada umur antara 31 50 tahun.
Inflamasi tiroid biasanya terjadi 2 4 minggu sesudah infeksi saluran pencernaan atas.
Etiologi: Etiologi yang jelas sampai sekarang tidak diketahui, diduga oleh virus. Pada
beberapa kasus dijumpai antibodi autoimun. Telah dibuktikan pada beberapa kasus
Perjalanan penyakit khas yaitu pada permulaan penyakit, pasien mengeluh nyeri di
leher bagian depan menjalar ke telinga, demam, malaise, disertai gejala hipertiroidisme
ringan atau sedang. Kadar tiroksin serum tinggi tetapi ambilan I 131 rendah. Pada kurang
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tiroid yang membesar, nyeri tekan, biasanya disertai
Pemeriksaan laboratorium yang sering dijumpai tanpa leukositosis, laju endap darah
(LED) yang meninggi. Pada 2/3 jumlah kasus, kadar hormon tiroid meninggi karena
pelepasan hormon tiroid yang berlebihan akibat destruksi kelenjar tiroid oleh proses
inflamasi. Hal ini pula yang menyebabkan rendahnya ambilan I 131. Antibodi anti-tiroid
biasanya tidak ada atau terdapat sepintas (transient) dengan titer sangat rendah. Kelainan
histologis yang khas adalah adanya sel-sel raksasa. Keadaan tersebut kemudian diikuti
periode hipotiroidisme selama 2 4 minggu. Kadar tiroksin rendah atau normal, ambilan
I131 masih tetap rendah. TSH normal atau sedikit meninggi. Perbaikan fungsi tiroid
Diagnosis banding tiroiditis subakut adalah: (1) peradangan akut ke dalam nodul tiroid,
(2) tiroiditis piogenik yang akut. Pada yang pertama, nyeri biasanya lebih terlokalisir,
tidak ditemukan gejala sistemik. Pada keadaan kedua, perlu dipikirkan apabila selain
Pengobatan. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri sehingga pengobatan yang diberikan
hanya bersifat simtomatis. Pada umumnya dapat diberikan asetosal untuk mengurangi
rasa nyeri. Pada keadaan berat dapat diberikan glukokortikoid misalnya prednison
dengan dosis awal 50 mg/hari, respons terapeutik biasanya tampak sesudah 24 jam,
selanjutnya dapat menetap. Pada masa hipotiroidisme dapat diberikan L-tiroksin 0,05
0,1 mg/hari yang kalau perlu dapat dinaikkan dosisnya dengan 0,05 mg tiap 3 5
4. TIROIDITIS HASHIMOTO
Tiroiditis Hashimoto merupakan suatu tiroiditis autoimun. Nama lainnya adalah struma
tahun. Pada penyakit ini tidak terjadi penyembuhan spontan. Sukar sekali dibedakan
dengan karsinoma.
Etiologi penyakit ini adalah otoimun; antibodi antimikrosomal dan antitiroglobulin dapat
diukur.
Patologi: Pada keadaan ini, kelenjar tiroid biasanya membesar sangat lambat, tidak
Manifestasi klinis: Usia rata-rata adalah 50 tahun, pembengkakan lokal, nyeri, dan nyeri
tekan, kadang-kadanh ada nyeri spontan. Pasien bisa eutiroid atau hipotiroid dan jarang
hipertiroid. Titer antibodi biasanya tinggi dan ada imunitas cell mediated terhadap
Diagnosis: Diagnosis hanya bisa ditegakkan dengan pasti secara histologis melalui
biopsi. Biopsi dengan jarum berbentuk nodular jika dicurigai kanker. Biopsi terbuka
untuk limfoma jika kelenjar membesar pada supresi. Diagnosis presumtif dapat dibuat
atas dasar gambaran klinis dan tingginya titer antibodi yaitu lebih dari 1/32 untuk
pengangkatan, tetapi operasi ini sebaiknya ditunda karena kelenjar tiroid tersebut dapat
mengecil sejalan dengan waktu. Pemberian tiroksin dapat mencegah hal tersebut. Di
KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 20
Penyakit Kelenjar Tiroid
samping itu, tiroksin juga dapat diberikan pada keadaan hipotiroidisme. Hipotiroidisme
dapat terjadi pada beberapa pasien tetapi prosesnya lambat. Bila terjadi hipertiroidisme
struma dan mengurangi titer antibodi. Tetapi mengingat efek samping dan kenyataan
bahwa aktivitas penyakit dapat kambuh kembali sesudah pengobatan dihentikan, maka
pemakaian obat golongan ini tidak dianjurkan pada keadaan biasa. Gejala penekanan
yang nyata diatasi dengan tiroidektomi subtotal dengan pembesaran trakea. Nodular
Asimetrik, keras seperti kayu, paling jarang ditemukan, penyebabknya tidak diketahui
Makroskopik: Besar dapat normal, tetapi konsistensi sangat keras, asimetrik, noduler,
Mikroskopik: Tidak khas. Apabila proses sudah lanjut, maka parenkim sangat atrofik, di
Manifestasi klinis: Lebih sering pada wanita, biasanya muncul pada dekade keenam,
HIPOTIROIDISME
masalah, penyakit ini dapat diklasifikasikan sebagai: (1) primer, bila timbul akibat proses
patologis yang merusak kelenjar tiroid, atau (2) sekunder, akibat defisiensi sekresi TSH
hipofisis. (4)
juvenilis (timbulnya sesudah usia 1 tahun 2 tahun), atau (3) hipotiroidisme kongenital,
apabila kekurangan hormon tiroid terjadi sebelum atau segera sesudah penderita dilahirkan.
mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid. Hal ini merupakan akibat
pembedahan atau ablasi radioisotop, atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang
beredar dalam sirkulasi. Cacat perkembangan dapat juga menjadi penyebab tidak
terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital. Goiter sering terlihat
pada penderita hipotiroidisme dengan cacat herediter dalam biosintesis hormon tiroid; pada
penderita seperti ini terjadi peningkatan pelepasan TSH yang menyebabkan pembesaran
tiroid. Goiter dapat juga terlihat pada penderita tiroiditis Hashimoto, suatu penyakit
autoimun dimana ditemukan infiltrasi limfosit dan destruksi kelenjar tiroid yang dikaitkan
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis hipotiroidisme bentuk dewasa dan bentuk juvenilis antara lain:
lelah, suara parau, tidak tahan dingin, keringat berkurang, kulit dingin dan kering, wajah
membengkak dan gerakan lamban. Aktivitas motorik dan intelektual lambat, dan relaksasi
lambat dari refleks tendon. Wanita yang menderita hipotiroidisme sering mengeluh
hipermenore.
Hipotiroidisme kongenital atau kretinisme mungkin sudah timbul sejak lahir, atau
menjadi nyata dalam beberapa bulan pertama dari kehidupan. Manifestasi dini kretinisme
antara lain ikterus fisiologik yang menetap, tangisan parau, konstipasi, somnolensia dan
pendek, profil kasar, lidah menjulur keluar, hidung yang lebar dan rata, mata yang jaraknya
jauh, rambut jarang, kulit kering, perut menonjol dan hernia umbilikalis. (4)
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
TES LABORATORIUM
kadar tiroksin dan triyodotironin serum yang rendah, BMR yang rendah, dan peningkatan
kolesterol serum. Kadar TSH serum mungkin tinggi mungkin pula rendah, tergantung dari
jenis hipotiroidisme. Pada hipotiroidisme primer, kadar TSH serum akan tinggi, sedangkan
hasil tes pengambilan resin T3 dan tiroksin rendah. Sebaliknya, ketiga pengukuran tersebut
KOMPLIKASI
diketahui dan tidak diobati adalah retardasi mental. Keadaan ini dapat dicegah dengan
memperbaiki hipotiroidisme secara dini. Karena itu para ahli medis yang merawat bayi baru
PENGOBATAN
dosis rendah sejumlah 50 ug/hari dan setelah beberapa hari atau minggu sedikit demi sedikit
ditingkatkan sampai akhirnya mencapai dosis pemeliharaan maksimal sejumlah 200 ug/hari.
Pengukuran kadar tiroksin serum dan pengambilan resin T3 dan kadar TSH penderita
hipotiroidisme primer dapat digunakan untuk menentukan manfaat terapi pengganti. (4)
GOITER
Goiter (struma) adalah istilah untuk pembesaran kelenjar gondok. Stress, melalui
hipofisis dapat menyebabkan hiperfungsi dari pada kelenjar gondok. Sesudah masa
hiperfungsi ini harus terjadi involusi agar kelenjar dapat menjadi normal lagi. Apabila
involusi ini tidak terjadi, maka akan terjadi hipertrofi, hiperplasi, dan kelenjar tiroid akan
Goiter familial adalah efek enzim yang diturunkan, biasanya otosomal resesif.
Goiter endemik pada lingkungan regional; defisiensi yodium dan memakan goitrogen,
profilaksis dilakukan dengan yodinisasi garam meja. Goiter sporadik merupakan diagnosis
PATOLOGI
Pembesaran difus dan lunak, atau nodular besar. Hiperplasia dini, reversible.
Besarnya bisa mengalami involusi, folikel yang berisi koloid berselang seling dengan
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis. Regio endemik, tidak ada perbedaan jenis kelamin, bila ada
rasio pria:wanita adalah 8:1. Kebanyakan asimtomatik. Disfagia, atau kompresi trakea
dengan gawat pernafasan, terutama dengan ekstensi substernal. Perdarahan: nyeri mendadak
DIAGNOSIS
Tes untuk fungsi biasanya hasilnya normal. Radiografi toraks dan leher untuk
TERAPI
Terapi Goiter difus: Goiter familial berespons terhadap tirotoksin. Goiter yang
diinduksi oleh obat membutuhkan penghentian obat tersebut jika memungkinkan, jika tidak,
berikan tirotoksin. Indikasi pembedahan melipiti obstruksi pernafasan dan kosmetik. Bila
suatu segmen yang berarti dari goiter diangkat, diindikasikan terapi hormon pengganti. (2)
TIROTOKSIKOSIS
Insidens penyakit ini lebih sering pada usia muda, rasio antara wanita dan pria
multinodular goiter yang sudah berlangsung lama. Nodul terdiri dari sel-sel besar tak
beraturan dan koloid yang sedikit, bersifat otonom, tak tergantung dari TSH. (2)
Sekresi yang berlebihan secara primer dari hormon tiroid aktif. (2)
MANIFESTASI KLINIS
Tidak tahan panas, peningkatan keringat dan rasa haus, berat badan menurun
emosi, insomnia, kelemahan otot-otot proksimal, tremor jari-jari yang ekstensi dan abduksi,
refleks tendon dalam yang hiperaktif. Kulit hangat, lembab, merah, rambut halus dan rontok,
menstruasi tidak ada atau sedikit dan diare. Pada pasien lanjut usia terdapat takikardi,
fibrilasi atrium yang sering, dan respons yang buruk terhadap digitalis.
Penyakit graves paling umum pada orang-orang muda, rasio pria:wanita 1:6,
Tanda-tanda pada mata dari minimal sampai berat: (1) spasme kelopak mata atas
dengan retraksi dan gerakan kelopak mata yang lamban, (2) oftalmoplegia eksterna, (3)
eksoftalmus dengan proptosis, (4) pembengkakan supraorbital dan infraorbital, (5) kongesti
Toksik multinodular goiter. Biasanya setelah usia 50 tahun, beberapa nodul yang
lambat; tirotoksikosis tidak lazim, kecuali jika lesi berdiameter 3 cm. (2,8)
DIAGNOSIS
Penemuan diagnostik yaitu kadar T4 dan/atau T3 dan indeks tiroksin bebas (TFI)
meningkat.
Penyakit Graves. Goiter difus dengan eksoftalmus dan penigkatan fungsi tiroid
adalah diagnostik. Ambilan yodium radioaktif 45% sampai 90%. Uji supresi T3 dapat
Toksik multinodular goiter dan adenoma toksik. Ambilan RAI 40% sampai 55%.
Scan memperlihatkan area panas tunggal atau multipel yang berhubungan dengan nodul
TERAPI
Tidak berpengaruh pada penyakit yang mendasari. Kadar T4 dan/atau T3 membantu dalam
penilaian respons terhadap terapi. Obati penyakit Graves dengan harapan bahwa remisi
alamai akan terjadi setelah pasien menjadi eutiroid. Kurang dari 40% mengalami remisi
yang nyata jangka lama. Untuk pasien diman terjadi tirotoksikosis kembali, atau pasien yang
20% membutuhkan dosis kedua. Cara ini menghindari operasi dengan komplikasi yang
jarang terjadi dan biaya yang lebih rendah. Kerugian: dibutuhakan waktu yang lama untuk
perkembangan dari nodul. Risiko abnormalitas genetik setelah terapi radioyodium adalah
minimal. Strategi kedua adalah RAI dosis tinggi, yang diikuti dengan penggantian tiroid. (2)
RADIOIODIN
4. 60% insidens hipotiroid pada 10 tahun dan insidens ini terus meningkat dengan
PEMBEDAHAN
yang cepat dalam 95%. Kelumpuhan nervus rekuren 0 3%, tetani 1 3%, hipoparatiroid
Pemilihan terapi. Orang muda, hamil atau menyusui diberikan obat-obat antitiroid.
Bila gagal, dilakukan tiroidektomi atau diberikan RAI. Pembedahan lebih disukai pada
penderita muda dengan penyakit yang berat dan goiter yang besar. Pasien usia lanjut
diberikan RAI. Setiap terapi dapat digunakan pada toksik multinodular goiter. Adenoma
KOMPLIKASI PEMBEDAHAN:
parau.
Pasca operasi:
2. Krisis tiroid: Tidak terjadi pada penderita yang eutiroid dengan pemberian obat-obat
Lanjut:
sering terjadi
hipertiroidisme. (7)
1. Berdasarkan jumlah nodul: bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosa
soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut struma multinodosa.
3. Berdasarkan konsistensinya: nodul lunak, nodul kistik, keras dan sangat keras. (7)
PEMERIKSAAN FISIS
Pada pemeriksaan status lokalis, struma nodosa dibedakan dalam hal jumlah nodul:
satu (soliter), atau lebih dari satu (multipel). Konsistensi: lunak, kistik, keras atau sangat
keras. Nyeri pada penekanan: ada atau tidak ada, perlekatan dengan sekitarnya: ada atau
tidak ada. Pembesaran kelenjar getah bening di sekitar tiroid: ada atau tidak ada.
keras sampai sangat keras. Yang multipel biasanya tidak ganas kecuali apabila salah satu
dari nodul tersebut lebih menonjol dan lebih keras dari pada yang lainnya.
kemungkinannya adalah suatu peradangan ke dalam kista, suatu adenoma atau tiroiditis,
tetapi kalau nyeri dan sukar digerakkan kemungkinan besar suatu karsinoma.
Nodul yang tidak nyeri, apabila multipel dan bebas digerakkan mungkin ini
merupakan komponen struma difus atau hiperplasia tiroid. Namun apabila nodul multipel
tidak nyeri tetapi tidak mudah digerakkan ada kemungkinan itu suatu keganasan. Adanya
GAMBARAN KLINIS
Pada umumnya pasien struma nodosa datang berobat karena keluhan kosmetik atau
Struma nodosa besar, mengeluh adanya gejala mekanis, yaitu penekanan pada
esophagus atau trakea. Biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bial timbul perdarahan di
atas nosul. Diagnosis ditegakkan atas dasar adanya struma yang bernodul dengan keadaan
Dalam upaya menegakkan diagnosis nodul tiroid, tidak cukup hanya dilakukan
satu macam pemeriksaan saja, khususnya untuk menghindari kesalahan tindakan dalam
Dengan riwayat perjalanan penyakit serta gambaran klinis dan laboratorik yang
khas kita dapat mendiagnosis suatu tiroiditis. Apabila setelah anamnesis dan pemeriksaan
fisik terdapat nodul tiroid yang mencurigakan keganasan, pemeriksaan selanjutnya adalah
sidik tiroid. Apabila didapatkan nodul panas tindakan selanjutnya adalah observasi. Apabila
sidik tiroid menunjukkan menunjukkan nodul dingin, maka tindakan selanjutnya adalah
USG. Dengan pemeriksaan ini didapat hasil: kelainan lokal berupa kista, padat atau
campuran. Pemeriksaan selanjutnya adalah biopsi aspirasi pada kelainan lokal tersebut.
Apabila yang tampak adalah kista, selain diambil cairan untuk pemeriksaan sitologi dapat
Kalau pemeriksaan sidik tiroid tidak tersedia atau merupakan kontra indikasi, maka
bisa saja setelah pemeriksaan fisis langsung dilakukan USG. Di sini tidak diseleksi apakah
itu nodul dingin atau bukan. Apabila USG tidak tersedia, dapat dari sidik tiroid langsung
FNA. (7,8)
Dari hasil sidik tiroid dapat dibedakan dalam tiga bentuk, seperti telah disinggung
di atas:
1. Nodul dingin bila penangkapan iodium nihil atau kurang dibandingkan sekitarnya.
2. Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya. Keadaan
3. Nodul hangat bila penagkapan iodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti fungsi
Keganasan biasanya terekam sebagai nodul dingin dan soliter, tetapi tidak berarti
bahwa semua nodul dingin adalah keganasan. Liechty mendapatkan bahwa 90% dari nodul
dingin adalah jinak dan 70% dari semua nodul jinak adalah juga nodul dingin. Nodul yang
hangat biasanya bukan keganasan. Namun Alves dkk pada penelitiannya mendapatkan 2
keganasan di antara 24 nodul hangat. Apabila di jumpai nodul yang panas ini hampir pasti
Dengan pemeriksaan USG dapat dibedakan antara yang padat dan cair, tetapi
belum bias membedakan dengan pasti apakah suatu nodul itu ganas atau jinak.
Adenoma/nodul padat: iso atau hiperekoik, kadang-kadang disertai halo yaitu suatu
Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) atau Fine Needle Aspiration (FNA)
2. Termografi
Termografi adalah suatu metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada
apabila perbedaan panas dengan sekitarnya > 0,9 o C, dan dingin apabila > 0,9 oC. Pada
penelitian Alves dkk didapatkan bahwa yang ganas semua hasilnya panas. Pemeriksaan
Peninggian tiroglobulin (Tg) serum yang mempunyai nilai yang bermakna. Hashimoto
dkk. mendapatkan bahwa 58,6% kasus keganasan tiroid memberikan kadar Tg yang
tinggi. Kadar Tg serum normal adalah antara 1,5 30 ng/ml, pada kelainan jinak rata-
rata: 323 ng/ml dan pada keganasan rata-rata: 424 ng/ml. (7,8)
PENGOBATAN
Pada struma yang besar, yang menyebabkan keluhan mekanis, perlu dilakukan
strumektomi. Selanjutnya untuk nodul tiroid yang bukan tiroiditis atau keganasan maka
bulan dan kemudian sidik tiroid dapat diulang. Apabila nodul mengecil maka terapi
ini dapat diteruskan namun apabila tidak mengecil atau bahkan membesar dilakukan
2. Nodul panas dengan diameter < 2,5 cm observasi saja, tetapi kalau > 2,5 mm
3. Pada kista tiroid, pengobatannya adalah aspirasi yang dapat diulangi sampai
ditemukan nodul kurang dari 10 mm, hati-hati kemungkinan infeksi. Dengan cara ini
penyembuhan dapat terjadi pada 70 85% kasus. Apabila dengan cara ini nodul
Sidik Tiroid
L-Thyroxin USG
Observasi 4-5 bulan
Panas Dingin
Observasi FNA
NODUL SOLITER
Empat sampai enam persen dari populasi mempunyai nodul tiroid yang dapat
teraba; 50 per sejuta mengalami kanker tiroid; 6 per sejuta meninggal karena kanker
tersebut.
Kelompok berisiko tinggi untuk kanker. Iradiasi pada kepala dan leher: terdapat
peningkatan langsung dalam insidens nodul jinak dan ganas sampai dosis radiasi 1500 rad,
tetapi setelah waktu 25 tahun atau lebih. Iradiasi diberikan pada timus yang membesar, tonsil
dan adenoid, dan untuk jerawat serta hemangioma. Biasanya papiler, lebih sering
berkembang), usia dan jenis kelamin (setiap nodul pada anak-anak atau remaja atau nodul
baru pada pria > 40 tahun atau wanita > 50 tahun tampaknya ganas, beberapa nodul pada
pria adalah jinak), suara berisik, (terlibatnya nervus rekuren), dispnea atau disfagia
(kompresi).
Pemeriksaan fisik. Soliter (kecuali jika ada riwayat radiasi), padat atau keras,
lapisan-lapisan sel-sel folikuler menandakan adenoma folikuler atau karsinoma yang dapat
dibedakan hanya dengan histologi (pembedahan), nodul koloid (diamati kecuali jika
dan pencitraan resonansi magnetic (MRI) akurat. Karena biayanya mahal, maka tidak
digunakan untuk kasus rutin, dicadangkan untuk lesi yang besar dan sulit.
Pengobatan, Operasi luas tergantung pada: (1) Jenis patologik. (2) Distribusi
Prinsip dasar: (1) Angkat lobus dan ismus yang terkena pada penyakit invasive
rendah unilateral seperti pada folikular derajat rendah, (2) Lakukan tiroidektomi total untuk:
(a) penyakit yang beragam seperti jenis papilar atau riwayat penyakit sebelumnya telah
mendapat iradiasi leher, (b) kasus karsinoma medular invasif, (c) karsinoma folikular
invasif, (d) karsinoma anaplastik yang dapat dioperasi, (3) Diseksi leher modifikasi bila
kelenjar terkena
Aturan I131 pasca operasi adalah: (1) Tumor residual, (2) Metastase ke paru-paru,
Tirosin. Penderita dengan karsinoma tiroid diberikan tirosin untuk menekan sisa
TUMOR JINAK
Manifestasi klinis. Masa yang tumbuhnya lambat. Dingin, hangat, atau panas. (2)
TUMOR GANAS
Patologi. Papiler, folikuler, meduler, dan anaplastik. Limfoma dan metastase. (2)
KARSINOMA PAPILER
Dua pertiga dari karsinoma tiroid. Puncak pada dekade ketiga dan keempat. Lebih
Patologi. Epitel tiroid kolumner tersusun dalam proyeksi papiler, nuklei Orphan
Annie. Badan psammoma (lapisan deposit kalsium konsentrik). Beberapa mencakup unsur
kompartermen sentral dan mediastinum superior, kemudian jugularis, dan akhirnya paru-
paru. Pada sitologi, ukuran inti bervariasi, nukleoli dan nuklei yang membelah.
Terapi. Lesi berdiameter < 1 cm tanpa invasi melalui kapsul tiroid pada orang
muda, cukup lobektomi dengan hormon tiroid pasca operasi untuk menekan TSH. Lesi
berdiameter > 1 cm terapinya tiroidektomi total atau hampir total. Jika tumor ditemukan di
bagian lateral dari segitiga nodus limfe, diindikasikan untuk dilakukan operasi leher radikal
pelepasan total dari tiroid maka metastase papiler akan terangkat pula sehingga dapat
diterapi dengan yodium radioaktif. Dosis supresif hormon tiroid diberikan untuk seumur
hidup. (2)
KARSINOMA FOLIKULER
Merupakan 18% dari keganasan pada tiroid, puncak insidens pada dekade kelima,
histologi, tetapi sel-sel dapat bergerombol dan tampak ganas dengan kapsul dan invasi
vaskuler. Penyebaran melalui darah ke tulang, paru-paru, atau hati seringkali timbul pada
permulaan.
Manifestasi klinis. Perubahan ini terjadi pada goiter yang telah berlangsung lama.
Pengobatan. Terjadi kontroversi luas mengenai operasi. Beberapa ahli lebih suka
mengangkat lobus dan ismus untuk penyakit ringan, sementara yang lain, lebih menyukai
Pengobatan lain untuk kanker yang berdiferensiasi: L-Tiroksin. Setelah reseksi diterapi
dengan L-tiroksin dalam jumlah cukup untuk menurunkan level TSH yang bersirkulasi.
Terapi radioaktif Yodium. Scan seluruh tubuh dengan RAI, dan pelepasan dari sisa tiroid
131
normal pada leher dan untuk menterapi metastase jauh yang ditemukan dengan I. Alat
radiasi eksternal dapat dipakai untuk invasi pada trakea atau esofagus.
Kemoterapi. Doxorubicin (Adriamisin) untuk lesi metastase yang luas tidak menyebabkan
Terdiri dari sel-sel dengan sitoplasma eosinofilik; sebagian jelas ganas dengan
invasi dan penyebaran nodus, sebagian lainnya tampak jinak. Total tiroidektomi untuk yang
jelas karsinoma, untuk pasien yang mempunyai riwayat radiasi, untuk lesi yang besar, untuk
invasi kapsuler, dan bila berhubungan dengan karsinoma berdiferensiasi. Lobektomi untuk
KARSINOMA MEDULER
familial. Kelompok dari sel-sel dipisahkan oleh area kolagen dan amiloid; dapat berupa
polyhedral dan menyerupai karsinoid atau sel gelendong. Penyebaran regional ke nodus-
Gambaran klinis. Familial dan rata-rata pada awal duapuluhan, ([MEN]-IIA pada
yang lebih tua, MEN-IIB pada anak-anak) otosom dominan. Nodul tunggal atau jamak, pada
umumnya terjadi diare, episode flusing, 2% sampai 4% mempunyai sindrom Cushing yang
berasal dari produksi ACTH ektopik. Hiperkalsemia dan feokromositoma dapat menyertai.
Sindrom karsinoma meduler familial. MEN-IIA: karsinoma meduler multisentrik atau sel C
IIB: karsinoma meduler (biasanya virulen), feokromositoma dan neuron selaput lendir bibir,
lidah, atau konjungtiva; neuroma ganglion dari usus besar; fasies yang khas dan habitus
diagnosis dengan massa di tiroid. Anggota keluarga harus diperiksa juga untuk mendapatkan
kasus dini. Antigen karsinoembrionik (CEA) juga meningkat. Kembali serum yang
meningkat menunjukkan gejala kekambuhan dari tumor. Serum kalsium dan katekolamin
yang positif. diseksi leher jika secara klinis nodus ikut terlibat. Kemoterapi pada metastase
yang progresif. Foekromositoma harus pertama kali di operasi; adrenalektomi bilateral total
KARSINOMA ANAPLASTIK
Dapat timbul sebagai perubahan dari tumor diferensiasi. Rasio pria:wanita terjadi
struktur sel bervariasi dari sel gelondong sampai sel raksasa berinti banyak; mitosis banyak
didapatkan.
Timbul dengan pembesaran tiroid dengan rasa sakit, seringkali melekat; gejala
Diagnosis dengan jarum biopsi, kemudian mulai dengan terapi tambahan. (2)
KARSINOMA METASTATIK
Dua sampai empat persen yang meninggal akibat penyakit keganasan, mempunyai
metastase pada tiroid. Sumber terbanyak tampaknya dari bronkus dan hipernefroma. (2)
BEDAH TIROID
Bedah tiroid dilakukan untuk: (1) mendiagnosis massa di dalam glandula, (2)
mengangkat tumor jinak atau ganas, (3) terapi untuk tirotoksikosis, (4) menghilangkan
baju ekuilateral rendah pada lipatan kulit, lembaran kulit bawah sampai takik manubrium.
Fasia servikalis diinsisi pada garis tengah. Otot-otot sternotiroid dan sternohioid diretraksi,
atau jika glandula besar, dipisahkan. Rongga krikotiroid dibuka. Cabang eksterna dari
nervus laringeal superior sampai otot krikotiroid dan otot konstriktor faringeal inferior
dikenali dan diamankan. Pembuluh-pembuluh darah kutub atas diligasi secara terpisah dan
dekat dengan lobus serta dipisahkan. Lobus diretraksi ke medial dan cabang dari arteri
tiroidea inferior diligasi dan dipisahkan dekat kapsula untuk mengamankan suplai darah ke
paratiroid. Nervus laringeal rekuren dipisahkan dari akarnya dengan hati-hati. Pada operasi
untuk penyakit Graves, disisakan 2 4 gram jaringan tiroid posterior dan dilipat berlawanan
dengan trakea, atau lobus dapat diangkat secara total. Paratiroid harus dikenali dan
diamankan beserta suplai darahnya. Ismus dipisahkan dari trakea anterior, tanpa
dalam rongga dada dan biasanya dapat diangkat melalui insisi servikal. Kadang-kadang
KOMPLIKASI
1. Badai Tiroid Terjadi pada pasien yang sebelumnya mengalami tirotoksikosis yang
tidak diterapi atau diterapi secara tidak lengkap. Manifestasi dapat berkembang selama
muntah, dan nyeri. Tremor dan kegelisahan dapat menjadi delirium atau koma. Terapi
dengan dosis besar dari natrium atau kalium yodida IV, 100 mg kortisol, oksigen dan
dosis besar glukosa, keseimbangan cairan dan elektrolit, selimut hipotermia, dan
2. Perdarahan dari luka. Dalam beberapa jam pertama setelah pembedahan. Menyebabkan
gawat pernafasan, karena sejumlah kecil darah saja dalam rongga profunda dekat trakea
dapat menyumbat jalan nafas; Terapi: gawat darurat! Luka dibuka, bekuan darah
dikeluarkan, berikan tekanan, bawa pasien ke ruang operasi dan amankan pembuluh
darah.
3. Cedera nervus laringeal rekuren. Satu sampai tiga persen dari operasi tiroid. Dapat
unilateral atau bilateral, temporer (3-12 bulan) atau permanen. Dengan kelumpuhan
abduktor laringeal, pita suara mengambil posisi medial. Suara menjadi berbisik dan
kasar. Paralisis pita suara bilateral dapat mengganggu jalan nafas. (2)
4. Hipoparatiroidisme. 0,6 sampai 2,8%. Lebih umum dalam prosedur untuk keganasan.
Lebih umum dalam prosedur sekunder. Jarang disebabkan oleh pengangkatan semua
kelenjar. Tampaknya akibat disrupsi dari suplay darah. Risiko diminimalkan dengan
Timbul dalam beberapa hari setelah operasi. Mati rasa di sekeliling mulut, kesemutan
pada ujung-ujung jari, kegelisahan. Tanda Chvostek timbul dini, diikuti oleh tanda
Trousseau dan spasme karpopedal. Dapat menimbulkan tetani. Kalsium serum menurun;
drip untuk memasukkan 2-3 ampul setiap 8 jam. Kalsium oral untuk menyediakan 1,5
2 gram kalsium setiap hari dapat dimulai. Untuk hipoparatiroidisme permanen, akan
dibutuhkan vitamin D (Rocaltrol 0,25 sampai 0,5 ug/d sebagai tambahan terhadap
kalsium). Ukur kalsium dan fosfor. Fosfor tinggi dalam hipoparatiroidisme. Rendah
DAFTAR RUJUKAN
60.
2. Schwartz SI, Tiroid dan Paratiroid. Dalam: Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Edisi
6 Alih Bahasa: Chandranata L., Kumala P. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
3. Http://www.google.com/images/laryng?/html.
4. Price SA., Wilson LM. Penyakit Kelenjar Tiroid. Dalam: Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1995; 1070
80.
5. Http://www.google.com/images/thyroid?/html.
6. Mowschenson M. Peter. Segi Praktis Ilmu Bedah Edisi Ke-2. Penerbit Binarupa
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Ketiga. Penerbit Fakultas Kedokteran
Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1997; 925
44.
9. Http://www.medicastore.com/nuversion/detail_pyk.php?idktg=11&iddtl=124.
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur dan hati lega, Penulis telah selesai menyusun paper ini guna
memenuhi persyaratan mengakhiri Kepanitraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Bedah RSU.
pembimbing, yaitu Dr. Suhelmi, Sp.B. atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan serta dalam
tidaklah mengherankan karena keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis. Kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan, guna perbaikan penyusunan paper
Harapan penulis semoga paper ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan
serta dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan Ilmu Bedah dalam klinik dan
masyarakat.
Penulis,
i
KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 47
Penyakit Kelenjar Tiroid
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi . ii
Embriologi . 1
Anatomi .. 1
Histologi . 2
Fisiologi .. 3
Biosintesis .. 6
Kelainan Kongenital .. 15
Duktus/Kista Thyroglossus 15
Hipoplasi/Aplasi Tiroid . 15
Halaman
Kelainan Regresif .. 16
Atrofi 16
Amiloidosis .. 16
Pigmentasi 16
Radang 17
Tiroiditis 17
Tiroiditis Subakut .. 18
Tiroiditis Hashimoto .. 20
Hipotiroidisme 22
Goiter . 24
Tirotoksikosis 26
Nodul Soliter .. 37
Tumor Jinak . 38
Tumor Ganas .. 39
Karsinoma Papiler . 39
Karsinoma Folikuler .. 40
Karsinoma Meduler 41
Karsinoma Anaplastik 42
KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 49iii
Penyakit Kelenjar Tiroid
Halaman
Karsinoma Metastatik 42
Bedah Tiroid 43
Komplikasi . 44
Daftar Rujukan .. 46
iv
KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 50