You are on page 1of 51

Penyakit Kelenjar Tiroid

PENYAKIT KELENJAR TIROID


Paper Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Persaratan Dalam Mengikuti KKS
Di Bagian Ilmu Bedah RSU. Dr. Pirngadi Medan.
Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah, Universitas Methodist Indonesia,
dan Universitas Malahayati

Oleh,

JASNIMAR (1) NIM. 97310042


(2)
MULYANI M. P. NIM. 97020913
(2)
RYANTI A. TRG. NIM. 98021012
Y. DIDIK PS (3) NIM. 96310071
(3)
YOICE CLOUDIN NIM. 98310001

Pembimbing,

Dr. SUHELMI, Sp. B.

BAGIAN ILMU BEDAH


RSU. Dr. PIRNGADI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAN (1)
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA (2)
DAN UNIVERSITAS MALAHAYATI (3)
AGUSTUS 2004

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 0


Penyakit Kelenjar Tiroid

PENYAKIT KELENJAR TIROID

EMBRIOLOGI

Berasal dari invaginasi tubuler (entoderm) dari dasar lidah (foramen cecum), yang

tumbuh ke bawah, di muka trakea dan tulang rawan tiroid. (1)

ANATOMI

Berat rata-rata 15 gram. Terdiri dari lobus lateral yang memanjang sepanjang sisi

laring, mencapai tingkat garis tengah dari kartilago tiroid dan bergabung dengan istmus yang

menyilang trakea. Lobus piramidalis 80 %, memanjang ke atas dari istmus, dan merupakan

sisi embrionik dari duktus tiroglosal. Suplai arteri: superior dari arteri karotis eksterna, dan

inferior dari trunkus tiroservikalis. (2)

Nervus laringeus rekuren. Cedera mengakibatkan paralisis pita suara. Terletak

dalam sulkus trakeoesofageal: 64% kanan, 77% kiri. Lateral terhadap trakea: 33% kanan,

22% kiri. Anterolateral terhadap trakea: 3% kanan, 2% kiri. Langsung (non-rekuren): 0,5%

kanan. Anterior terhadap arteri tiroidalis inferior: 37% kanan, 24% kiri; 50% tertanam pada

ligamentum Berry di belakang kutub atas dan rentan terhadap cedera akibat traksi pada

glandula. (2)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 1


Penyakit Kelenjar Tiroid

Nervus laringealis superior. Cedera mengakibatkan paralisis otot krikotiroid, yang

membentuk suara halus korda vokalis. Lokasinya di dekat atau di antara kutub atas

pembuluh-pembuluh. (2)

Gambar 1: Kelenjar Tiroid (3)

HISTOLOGI

Terdiri atas folikel-folikel (asinus-asinus) yang dilapisi oleh sel-sel kuboid, berisi

koloid. Folikel secara kasar berbentuk sferis, diameter rata-rata 30um, menyimpan produk

dari sel-sel pembatas kuboid. Sel-sel C interfolikularis; bagian dari sistem APUD;

mensekresi kalsitonin. (1,2,4)

Sel-sel epitel folikel merupakan tempat sintesis hormon tiroid dan mengaktifkan

pelepasannya ke dalam sirkulasi. Zat koloid tiroglobulin merupakan tempat dimana hormon

tiroid disintesis dan pada akhirnya disimpan. Dua hormon tiroid utama yang diproduksi oleh

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 2


Penyakit Kelenjar Tiroid

folikel-folikel adalah tiroksin dan triyodotironin. Kelenjar tiroid juga mempunyai sel

pensekresi hormon lain yaitu sel C (parafolikular) yang terdapat pada dasar folikel dan

berhubungan dengan membran folikel. Secara embriologis sel-sel ini berasal dari badan

ultimobrankial. Sel-sel ini mensekresi kalsitonin yaitu suatu hormon yang dapat

merendahkan kadar kalsium serum dan dengan demikian ikut berperan dalam pengaturan

homeostasis kalsium. Hormon-hormon folikel tiroid berasal dari yodinasi residu tiroksin dari

tiroglobulin. Tiroksin mengandung empat atom yodium (T4) dan triyodotironin mengandung

tiga atom yodium (T3). Tiroksin disekresi dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dengan

triyodotironin, tetapi apabila dibandingkan milligram per milligram, triyodotironin

merupakan hormon yang lebih aktif daripada tiroksin. (1,2,4)

Diantara asinus terdapat stroma jaringan ikat yang kadang-kadang membentuk

septum. Kadang-kadang di dalam stroma terdapat kelompok-kelompok limfosit. (1,2,4)

FISIOLOGI

Fungsi utama kelenjar tiroid adalah mensintesis dan mensekresi hormon tiroid.

Peningkatan hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme dan sebaliknya. (2)

KERJA HORMON TIROID

Efek-efek fisiologi hormon tiroid mencakup peningkatan transkripsi messenger

RNA dan sintesis protein. Langkah ini agaknya diperlukan sebagai rangsangan respirasi sel

selanjutnya. Tiroksin dan triyodorironin keduanya secara khas merangsang pembentukan

energi, proses pemindahan elektron dari sistem enzim pernafasan mitokondria sel.

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 3


Penyakit Kelenjar Tiroid

Rangsangan proses oksidasi oleh hormon tiroid mengakibatkan perangsangan termogenesis.

Kecuali pengaruh termogenesis ini, tiroksin dan triyodotironin juga meningkatkan potensi

kerja epinefrin dengan meningkatkan sensitivitas reseptor beta terhadap katekolamin.

Hormon tiroid juga merangsang perkembangan normal susunan saraf pusat. Apabila tidak

ada hormon ini pada waktu seseorang dilahirkan atau pada masa bayi maka akan terjadi

retardasi mental dan kematangan neurologi terhambat.

Kelenjar tiroid termasuk salah satu alat tubuh yang sensitif dan dapat bereaksi

terhadap berbagai rangsang. Pada masa pubertas, kehamilan dan stress, kelenjar dapat

membesar dan berfungsi lebih aktif. Kadang-kadang hal ini juga terdapat pada waktu haid

normal.

Kelainan yang terjadi adalah hiperplasia epitel tiroid, resorpsi koloid, sel-sel folikel

menjadi lebih tinggi sampai kolumner, kadang-kadang membentuk tonjolan-tonjolan ke

dalam lumen. Jika stress menghilang akan terjadi involusi: sel epitel menjadi rebdah dan

terjadi pengumpulan koloid ke dalam asinus-asinus lagi. (4)

Regulasi aktivasi tiroid. Hipotalamus mensekresi hormon pelepas tirotropin

(TRH) yang menstimulasi sel-sel hipofisis anterior untuk mensekresi TSH, yang

menstimulasi semua proses-proses yang menimbulakn sintesis hormon tiroid. Sekresi TSH

dikendalikan oleh umpan balik dari kadar darah hormon tiroid. (2)

Apabila TSH negatif, seperti pada hipopituitarisme, dapat terjadi atrofi tiroid.

Apabila TSH meningkat, hormon tiroid juga meningkat, yang kemudian melalui mekanisme

feedback akan menekan fungsi hipofisis. Sebaliknya, hormon tiroid berkurang, akan

merangsang hipofisis untuk mengeluarkan TSH lebih banyak. Oleh karena itu apabila

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 4


Penyakit Kelenjar Tiroid

hormon tiroid berkurang, akan menyebabkan sekresi TSH bertambah dan hal ini akan

mengakibatkan hiperplasi dan pembesaran kelenjar tiroid.

Bila kadar yodium dalam kelenjar kurang dari 0,1% (normal: 0,2%), maka akan

terjadi hiperlasia epitel asinus dan vaskularisasi bertambah. Akibatnya simpanan koloid akan

digunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan tiroksin. Pemberian yodium

menyebabkan hilangnya aktivitas epitel tersebut dan koloid akan disimpan lagi dalam

folikel. Proses hiperplasi cenderung terjadi lokal dan tersebar, sehingga timbul tonjolan-

tonjolan (noduli). (1)

Tingkat-tingkat fungsional epitel kelenjar gondok. (1)

1. Tingkat istirahat, misalnya pada struma colloides dan struma Basedowi yang diobat

dengan yodium.

Histologik: - Epitel gepeng

- Folikel-folikel besar

- Koloid merah tua, homogen

2. Tingkat sekresi, misalnya pada tiroid normal.

Histologik: - Sel kuboid

- Koloid tidak begitu merah

3. Tingkat resorpsi, misalnya pada hipertiroidisme yang diobati dengan thiouracil.

Histologik: - Sel torak

- Koloid pucat, vakuolisasi di bagian perifer folikel. (1)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 5


Penyakit Kelenjar Tiroid

BIOSINTESIS

Dalam produksi hormon tiroid dikenal 4 tingkat yang penting:

I. TRAPPING : Plasma I- Tiroid I

II. BINDING : I- oksidasi (I) Monoiodotyrosine (MIT).

MIT + (I) Diiodotyrosine (DIT).

III. COUPLING : DIT + DIT Tetraiodothyronine = Tiroksin (T4).

DIT + MIT Triiodothyronine (T3).

IV. REKEASING : Thyroglobulin proteolisis MIT + DIT + T3 + T4.

T3 + T4 Plasma T3 + T4.

MIT + DIT deiodination Thyrosine + Tiroid I-

Yodium dari makanan dan minuman diabsorpsi dari saluran pencernaan sebagai

yodida (iodide). Tiroid mempunyai daya luar biasa untuk menarik yodida secara selektif,

kemudian dikonsentrasi. Trapping ini mempertahankan iodide gradient melalui

dinding sel antara plasma dan tiroid. Gradien dapat meningkat secara langsung oleh TSH

atau tidak langsung oleh simpanan yodium tiroid yang rendah. (1,4)

Dalam keadaan fisiologik trapped iodide akan dioksidasi menjadi bentuk

dengan valensi yang lebih tinggi mungkin yodium (iodine), yang hanya ada sebentar (tingkat

II). Proses oksidatif yang diatur oleh enzim-enzim, dapat dihambat oleh zat-zat antitiroid

organik seperti thioure (thiouracyl, thiocarbmude), mercaptoimidazolae, derivat alanin dll.

Yodium dengan cepat terikat pada tyrosine, membentuk MIT dan DIT. Dua DIT

atau satu MIT dan satu DIT digabung dengan reaksi oksidatif kedua sehingga terbentuk

tiroksin dan T3. T3 dapat pula dibuat dengan jalan deiodinasi tiroksin dalam jaringan non

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 6


Penyakit Kelenjar Tiroid

tiroid. Tiroksin dan T3 disimpan dalam folikel tiroid sebagai thyroglobulin, yang pada

keadaan fisiologik tidak masuk dalam sirkulasi darah. Enzim proteolitik akan menghidrolisis

thyroglobulin menjadi MIT, DIT, T3 dan T4 (tingkat IV).

Hidrolisis ini dipertinggi oleh TSH dan dihambat oleh yodida. Dalam keadaan

fisiologik MIT dan DIT tidak masuk dalam sirkulasi. Enzim tirosine deiodinase akan

menghilangkan yodida dari MIT dan DIT, tetapi tidak dari T3 dan T4. Dalam sirkulasi,

hormon tiroid hampir seluruhnya terikat pada protein plasma, terutama alpha globulin,

disebut protein-bound iodine (PBI).

PBI dipakai sebagai index untuk menentukan aktivitas sekretorik kelenjar gondok.

Normal berkisar antara 4 8 mikogram %. Dalam darah hormon tiroid yang beredar

terutama T4, hanya sedikit T3. T3 tidak terikat terlalu erat dengan protein dan karena itu

cepat berdisosiasi dan jauh lebih bebas berdifusi dalam sel tubuh. T3 lebih poten dari T4,

bekerja lebih cepat, tetapi untuk waktu yang lebih singkat.

Hormon-hormon tiroid diubah secara kimia sebelum diekskresi. Perubahan yang

penting adalah deyodinasi yang bertanggungjawab atas ekskresi 70% hormon yang

disekresi. Tigapuluh persen lainnya hilang dalam feses melalui ekskresi empedu sebagai

glukuronida atau persenyawaan sulfat. Akibatnya yodinasi, 80% tiroksin (T4) dapat diubah

menjadi 3,5,3`-triyodotironin (T3) sedangkan 20% sisanya diubah menjadi reverse 3,3,5-

triyodotironin (RT3) yang merupakan hormon yang metabolik tidak aktif.

Beberapa obat dan keadaan dapat mengubah sintesis, pelepasan dan metabolisme

hormon tiroid. Obat-obat seperti perklorat dan tiosianat dapat menghambat sintesis tiroksin.

Sebagai akibatnya, mereka menyebabkan penurunan kadar tiroksin dan melalui rangsangan

umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hipofisis. Keadaan ini

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 7


Penyakit Kelenjar Tiroid

mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid dan timbulnya goiter. Karena itu, obat-obat ini

dikatakan sebagai goitrogen. Obat-obat lain seperti derivat tiourea dan merkaptoimidazol,

dapat digunakan sebagai obat-obat antitiroid karena dapat menghambat oksidasi yodida,

perubahan monoyodotirosin menjadi diyodotirosin, atau penggabungan yodotirosin menjadi

yodotironin. Obat-obat ini berguna untuk pengobatan keadaan-keadaan kelebihan sekresi

hormon tiroid. Yodium yang diberikan secara akut dan dalam jumlah banyak dapat

menghambat reaksi pengikatan organik dan reaksi penggabungan. Pengunaan yodium dosis

besar secara kontinyu dapat mengakibatkan timbulnya goiter dan hipertiroidisme. Akhirnya,

obat-obat seperti litium karbonat dan glukokortikoid dapat menghambat pelepasan hormon

tiroid.

Perubahan konsentrasi TBG juga dapat menyebabkan perubahan kadar tiroksin

total yang beredar. Peningkatan TBG, seperti pada kehamilan, pemakaian pil kontrasepsi,

dan pada penyakit hati kronik dapat mengakibatkan peningkatan kadar tiroksin yang terikat

pada protein. Sebaliknya, penurunan TBG, misalnya pada penyakit hati kronik, penyakit

sistemik yang berat, sindrom nefrotik dan pemberian glukokortikoid dosis tinggi, dapat

menyebabkan penurunan kadar tiroksin yang terikat pada protein yang beredar.

Perubahan nutrisi seperti yang terlihat pada waktu puasa atau pada waktu diet

tanpa karbohidrat dan protein, dapat juga menurunkan jumlah tiroksin yang teryodinasi

menjadi triyodotironin (T3), dan meningkatkan jumlah tiroksin yang diubah menjadi reverse

triyodotironin (RT3) yang secara metabolik kurang aktif. Perubahan deyodinasi tiroksin

agaknya merupakan mekanisme penyimpanan bahan bakar pada keadaan kekurangan

makanan. (1,4)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 8


Penyakit Kelenjar Tiroid

Gambar 2: Sintesis dan Sekresi Hormon Tiroid (5)

EVALUASI PASIEN DENGAN PENYAKIT TIROID

Riwayat penyakit. Bukti adanya hipersekresi ataukah insufisiensi? Penekanan

tiroid pada struktur-struktur di sekitarnya, misalnya: disfagia, disfonia, dispnea, atau rasa

tercekik? Dengan lama timbulnya massa, kecepatan pertumbuhan dan adanya nyeri?

Pemajanan terhadap radiasi ionisasi dosis rendah adalah paling penting. Memakan obat-obat

goitrogenik? dan juga riwayat keluarga? (2)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 9


Penyakit Kelenjar Tiroid

PEMERIKSAAN FISIK PENDERITA PENYAKIT TIROID

1. Inspeksi umum

Apakah penderita menunjukkan hiper/hipotiroid?

Perhatikan suara, kulit, rambut, mata, suara parau, stridor.

2. Palpasi

Denyut nadi: takikardi, fibrilasi atrial, takikardi pada saat tidur.

Trakea: deviasi.

Kelenjar gondok: rata? Nodular? Bergerak pada saat menelan?

Kelenjar getah bening servikal.

3. Auskultasi

Bising pada penyakit Grave

4. Laringoskopi tidak langsung

Untuk menyingkirkan kemungkinan terkenanya saraf rekuren.

Pada orang usia lanjut hipo dan hipertiroidisme memberi gejala yang atipik. Oleh

sebab itu selalu harus dipertimbangkan pada diagnosis. (6)

PEMERIKSAAN PENYAKIT TIROID

1. Penyinaran sinar X daerah leher dan dada, dapat menemukan:

Goiter substernal

Deviasi/kompresi trakea

Kalsifikasi

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 10


Penyakit Kelenjar Tiroid

2. Tes aktivitas

(i) Total T3, T4. resin uptake dipengaruhi oleh kadar tiroid binding globulin

(TBG) yang beredar, dan obat-obatan yang bersaing untuk pengikat protein seperti

salisilat/epanutin.

Kadar TBG meningkat Kadar TBG menurun


Kehamilan Sindrom nefrotik
Estrogen Penyakit hati
T-4 x resin uptake = Indeks tirosin bebas melenyapkan variabilitas globulin. (6)

Penentuan kadar T4 bebas (fT4) dan TSH sensitif (TSHs) merupakan uji fungsi tiroid

yang paling diandalkan dewasa ini. Penentuan kadar T4 total masih dapat digunakan

dengan memperhatikan faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. (7)

Menurun semu Meningkat semu


Iodine eksogen seperti IVP Obat-obat antitiroid
Pemberian tirosin Defisiensi iodine

Tes Fungsi Tiroid


T4 serum 4,9 12,0 ug/dL
Tiroksin bebas 2,8 + mug/dL
T3 serum 115 190 mug/dL
TSH serum bervariasi sesuai lab. 0,% - 4 uU/mL
FTI serum bervariasi sesuai lab. 6,4 10 %

(ii) Radioiodine uptake; normal 20 35% dalam 24 jam

(iii) Supresi uptake T3 ditemukan sangat normal.

Kegagalan supresi = tirotoksikosis.

Penentuan kadar T3 bebas atau total tidak dapat digunakan untuk uji saring fungsi

tiroid, kecuali untuk menegakkan diagnosis T3 toksikosis. (6,7)

(iv) TSH indeks hipotiroidisme yang sangat sensitif.

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 11


Penyakit Kelenjar Tiroid

(v) Skrening tiroid. Skrening skintilasi dengan yosium 123 ( 123I) atau technetium 99m

(99mTc) menggunakan kamera gamma. Nodul dapat lebih panas daripada bagian

kelenjar sisanya, sebanding dengan bagian kelenjar sisanya, atau hipofungsi atau

dingin. Kebanyakan kanker sebagai nodul dingin tunggal.

(vi) I131/Tc99m scan untuk keadaan fungsional dan jumlah nodul.

Penyidikan seluruh tubuh dengan radionuklid I 131 dan TI201 serta penentuan kadar

Tg berguna dalam pengelolaan karsinoma tiroid berdiferensiasi baik. (6,7)

3. Ultrasonografi: untuk mengetahui gambaran solid/kistik kelenjar.

Ultrasonografi dapat menentukan apakah lesi tersebut kistik ataukah padat. Kebanyakan

karsinoma adalah padat, kebanyakan lesi yang kistik atau campuran adalah jinak. (6)

Morfologi kelenjar dapat diketahui juga dengan: (1) sidik tiroid, (2) CT scan dan MRI.(7)

4. Mendeteksi antibodi sirkulasi

Pada penyakit Hashimoto, penyakit Grave, hipotiroidisme spontan.

Penentuan antibodi anti-TPO dan anti-Tg selain membantu menegakkan diagnosis

penyakit autoimun, juga berguna untuk memprediksi hasil pengobatan ablatif

hipertiroidisme (pembedahan atau terapi iodium radioaktif). (6)

Etiologi kelainan tiroid (Imunologik):

Antibodi antireseptor TSH (TRAb)

Antibodi antitiroglobulin (anti-Tg)

Antibodi antimikrosomal/anti-TPO (7)

5. Kalsitonin. Dapat meningkat secara spontan pada kasus karsinoma tiroid medular.

Pentagastrin dan/tes infusi kalsium digunakan untuk mendeteksi kasus familial dini pada

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 12


Penyakit Kelenjar Tiroid

sindrom MEA II, bila calcitonin meningkat secara mencolok pada keadaan respon

terhadap infus tersebut. (6)

6. Tiroglobulin. Dapat digunakan pada beberapa kasus kanker tiroid dan dapat digunakan

untuk penilaian lanjutan setelah pengobatan. (6)

7. Biopsi jarum. Biopsi jarum halus merupakan teknik yang dapat diandalkan dalam

mendiagnosis karsinoma tiroid. Aspirasi jarum halus berguna dalam diagnosis dari

tiroiditis dan dalam memisahkan penyakit jinak dari keganasan. (6)

Penyebab Kadar Tiroksin Serum Rendah


Hipotiroidisme
Protein serum pengangkut turun
Produksi TBG turun
Defisiensi TBG yang diturunkan
Penyakit hari menahun
Kehilangan TBG
Nefrosis dan dialysis ginjal
Protein loosing nepropathy
Penyakit sistemik
Obat-obatan
Androgen
L- Asparaginase
Glukokorikoid
Hambatan pengikatan T4 oleh protein
Penyakit sistemik
Obat-obatn:
Salisilat
Difenilhidantion
Fenklofenak
Pengobatan dengan T3 eksogen berlebihan

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 13


Penyakit Kelenjar Tiroid

Penyebab Kadar Tiroksin Serum Tinggi


Hipertiroidisme
Protein serum pengangkut meningkat
TBG berlebihan
Efek estrogen endogen
Kehamilan dan neonatus
Tumor yang mensekresi estrogen
Penyakit non-tiroid
Penyakit hati
Porfiria akut intermiten
Mola hidatidosa
Obat-obatan
Estrogen (pasca-menopause, kontrasepsi oral, topikal)
5-fluorourasi;
Klofibrat
Metadon dan heroin
Peningkatan pengikatan albumin dan TBPA
Familial dysalbuminaemic hypertiroksinaemia
Kelebihan TBPA
Keturunan
Neoplasma ektopik
Imunoglobulin anti-T4 (artefak)
Status hipertiroksinemia selintas
Penyakit akut
Penyakit psikiatri akut
Hiperemesisi gravidarum
High altitude exposure
Obat-obatan
Amfetamin
Amiodaron
Radiokontras mengandung iodium
Resistensi jaringan perifer terhadap T4

PENYAKIT-PENYAKIT KELENJAR TIROID

Menurut angka-angka yang dapat dikumpulkan dari suatu lembaga yang terutama

merawat penderita-penderita penyakit kelenjar gondok, frekuensi kelainan-kelinan kelenjar

gondok adalah sebagai berikut: (1)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 14


Penyakit Kelenjar Tiroid

1/3 kasus berupa hipertiroidisme: 85% penyakit Graves (penyakit Basedow) dan 15%

struma noduler toksik.

2/3 kasus berupa struma non toksik: 80% struma adenomatosa koloid multipel, 10%

adenoma soliter, 4% karsinoma, dan sisanya kista tiroid dan tiroiditis.

KELAINAN KONGENITAL

1. Duktus/kista thyroglossus

Pada segala usia. Dibentuk oleh sisa-sisa sepanjang perkembangan tubuler kelenjar

gondok.

Makroskopik: Kista pada garis tengah leher bagian depan, berisi cairan jernih

Mikrokopik: bila kista terletak pada leher bagian atas, kista dilapisi oleh epitel

skwamosa, sedang bila letaknya di bagian bawah, sel epitel mirip dengan epitel folikel.

Khas: terdapat folikel limfoid dekat epitel. Bila terjadi infeksi sekunder, maka dapat

terjadi abses. Kadang-kadang memecah ke kulit, membentuk fistel. Jarang sekali

menjadi ganas.

2. Hipoplasi/aplasi tiroid

Disebabkan kekurangan yodium pada ibu. Kadang-kadang tiroid normal pada waktu

dilahirkan, tetapi kemudian tidak berkembang karena kekurangan yodium pada masa

anak-anak. Pada semua keadaan ini didapati gangguan mental dan pertumbuhan

(kretinisme)

3. Penurunan yang abnormal.

Di dasar lidah disebut struma linguae, jika di substernal/mediastinum: ektopik. (1)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 15


Penyakit Kelenjar Tiroid

KELAINAN REGRESIF

1. Atrofi

Dapat terjadi pada usia muda atau tua. Yang terjadi pada usia tua jarang menimbulkan

gejala insufisiensi tiroid. Pada usia muda biasanya disebabkan oleh panhipopituitarisme.

Dapat menimbulkan gejala insufisiensi sehingga terjadi miksedema. (1)

Mekanisme: karena TSH berkurang, mula-mula sebagai kompensasi akan terjadi

hiperplasi kelenjar, tetapi akhirnya akan menjadi atrofik.

Mikroskopik: tiroid fibrotik, seperti yang terjadi pada stadium akhir proses radang.

Parenchyma rusak sama sekali. Kadang-kadang epitel mengalami degenerasi berubah

jadi besar, sitoplasma banyak dan bergranula, disebut sel Hurthle. (1)

2. Amiloidosis

Merupakan salah satu bagian dari pada amiloidosis umum, tiroid membesar, amiloid

mula-mula berkumpul dalam stroma jaringan ikat, terutama di sekitar pembuluh darah,

biasanya tidak terdapat gejala-gejala insufisiensi. (1)

3. Pigmentasi

Pada hemochromatosis generalisata, terdapat kelompok-kelompok hemosiderin dan

lipofuscin di dalam kelenjar-kelenjar, juga dalam kelenjar tiroid. Tidak menggangu

fungsi tiroid. (1)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 16


Penyakit Kelenjar Tiroid

RADANG

1. TIROIDITIS

Tiroiditis pada umumnya ditandai oleh pembesaran, peradangan dan disfungsi kelenjar

tiroid. Ada beberapa tipe tiroiditis dan telah dikenal berbagai klasifikasi. Yang palimg

sederhana di antara klasifikasi tersebut adalah pembagian tiroiditis menjadi: (1) akut

(supuratif), (2) subakut, (3) menahun: Limfositik (Hashimoto), Non-spesifik, dan

Fibrous-invasif (residif). (7)

2. TIROIDITIS AKUT SUPURATIF

Berasal dari fokus radang di sekitarnya atau tempat lain pada tubuh, lebih sering pada

wanita

Etiologi: Biasanya stafilokok atau streptokok. Infeksi dapat terjadi melalui aliran darah,

penyebaran langsung dari jaringan sekitarnya, saluran getah bening, trauma langsung

dan duktus tiroglosus yang persisten. Kelainan yang terjadi dapat disertai terbentuknya

abses atau tanpa abses. Abses ini dapat menjurus ke mediastinum, bahkan dapat pecah ke

trakea dan esophagus.

Gejala Klinis: Gejala klinis berupa nyeri leher mendadak, malaise, demam, menggigil

dan takikardia. Nyeri bertambah pad pergerakan leher dan gerakan menelan. Daerah

membengkak dengan tanda-tanda peradangan lain dan sangat nyeri tekan.

Pemeriksaan laboratorium: menunjukkan leukositosis, LED meninggi, sidikan tiroid

memperlihatkan daerah nodul dingin.

Pengobatan: Tanpa pengobatan, penyakit ini dapat menjadi hebat yaitu dengan

terbentuknya abses yang kemudian mudah pecah. Kadang-kadang ada juga yang sembuh

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 17


Penyakit Kelenjar Tiroid

spontan. Pengobatan utama adalah penggunaan antibiotik. Kokus gram positif biasanya

dapat diatasi dengan penisilin atau derivat-derivatnya, tetrasiklin, atau kloramfenikol.

Kadang-kadang diperlukan tindakan lanjutan yaitu bila terbentuk abses. Kalau jelas hal

ini menyangkut satu lobus, perlu lobektomi (dengan lindungan antibiotik). Bila infeksi

sudah menyebar melalui kapsul dan mencapai jaringan sekitarnya, perlu insisi dan

drainase. (1,7)

3. TIROIDITIS SUBAKUT

Nama yang umum dipakai untuk tiroiditis subakut adalah tiroiditis De Quervain dengan

banyak sinonim antara lain: non-infectious tiroiditis, granulomatous cell tiroiditis.

Kelinan itu terutama mengenai wanita, paling banyak pada umur antara 31 50 tahun.

Inflamasi tiroid biasanya terjadi 2 4 minggu sesudah infeksi saluran pencernaan atas.

Etiologi: Etiologi yang jelas sampai sekarang tidak diketahui, diduga oleh virus. Pada

beberapa kasus dijumpai antibodi autoimun. Telah dibuktikan pada beberapa kasus

adanya imunitas yang cell mediated terhadap antigen tiroid.

Perjalanan penyakit khas yaitu pada permulaan penyakit, pasien mengeluh nyeri di

leher bagian depan menjalar ke telinga, demam, malaise, disertai gejala hipertiroidisme

ringan atau sedang. Kadar tiroksin serum tinggi tetapi ambilan I 131 rendah. Pada kurang

lebih 25% kasus tidak disertai nyeri.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan tiroid yang membesar, nyeri tekan, biasanya disertai

takikardia berkeringat, demam, tremor dan tanda-tanda lain hipertiroidisme.

Pemeriksaan laboratorium yang sering dijumpai tanpa leukositosis, laju endap darah

(LED) yang meninggi. Pada 2/3 jumlah kasus, kadar hormon tiroid meninggi karena

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 18


Penyakit Kelenjar Tiroid

pelepasan hormon tiroid yang berlebihan akibat destruksi kelenjar tiroid oleh proses

inflamasi. Hal ini pula yang menyebabkan rendahnya ambilan I 131. Antibodi anti-tiroid

biasanya tidak ada atau terdapat sepintas (transient) dengan titer sangat rendah. Kelainan

histologis yang khas adalah adanya sel-sel raksasa. Keadaan tersebut kemudian diikuti

periode hipotiroidisme selama 2 4 minggu. Kadar tiroksin rendah atau normal, ambilan

I131 masih tetap rendah. TSH normal atau sedikit meninggi. Perbaikan fungsi tiroid

terjadi dalam 2 4 bulan, kadang-kadang lebih lama. Penyembuhan biasanya sejajar

dengan perbaikan uji tangkap iodium.

Diagnosis banding tiroiditis subakut adalah: (1) peradangan akut ke dalam nodul tiroid,

(2) tiroiditis piogenik yang akut. Pada yang pertama, nyeri biasanya lebih terlokalisir,

tidak ditemukan gejala sistemik. Pada keadaan kedua, perlu dipikirkan apabila selain

ditemukan tanda-tanda sistemik peradangan, juga terdapat fluktuasi pada perabaan

kelenjar tiroid, serta tidak menghasilkan perbaikan pada pemberian glukokortikoid.

Pengobatan. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri sehingga pengobatan yang diberikan

hanya bersifat simtomatis. Pada umumnya dapat diberikan asetosal untuk mengurangi

rasa nyeri. Pada keadaan berat dapat diberikan glukokortikoid misalnya prednison

dengan dosis awal 50 mg/hari, respons terapeutik biasanya tampak sesudah 24 jam,

selanjutnya dosis diturunkan bertahap dalam waktu 1 4 minggu kemudian dihentikan.

Glukokortikoid selain mengurangi gejala juga mempercepat terjadi remisi yang

selanjutnya dapat menetap. Pada masa hipotiroidisme dapat diberikan L-tiroksin 0,05

0,1 mg/hari yang kalau perlu dapat dinaikkan dosisnya dengan 0,05 mg tiap 3 5

minggu sampai eutiroidisme tercapai. (7)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 19


Penyakit Kelenjar Tiroid

4. TIROIDITIS HASHIMOTO

Tiroiditis Hashimoto merupakan suatu tiroiditis autoimun. Nama lainnya adalah struma

limfomatosa, tiroiditis autoimun. Yang terserang terutama wanita berumur antara 30 50

tahun. Pada penyakit ini tidak terjadi penyembuhan spontan. Sukar sekali dibedakan

dengan karsinoma.

Etiologi penyakit ini adalah otoimun; antibodi antimikrosomal dan antitiroglobulin dapat

diukur.

Patologi: Pada keadaan ini, kelenjar tiroid biasanya membesar sangat lambat, tidak

terlalu besar, simetris, regular dan padat.

Manifestasi klinis: Usia rata-rata adalah 50 tahun, pembengkakan lokal, nyeri, dan nyeri

tekan, kadang-kadanh ada nyeri spontan. Pasien bisa eutiroid atau hipotiroid dan jarang

hipertiroid. Titer antibodi biasanya tinggi dan ada imunitas cell mediated terhadap

antigen tiroid. Kelainan histopatologisnya dapat bermacam-macam yaitu antara lain

infiltrasi limfosit yang difus, obliterasi folikel tiroid dan fibrosis.

Diagnosis: Diagnosis hanya bisa ditegakkan dengan pasti secara histologis melalui

biopsi. Biopsi dengan jarum berbentuk nodular jika dicurigai kanker. Biopsi terbuka

untuk limfoma jika kelenjar membesar pada supresi. Diagnosis presumtif dapat dibuat

atas dasar gambaran klinis dan tingginya titer antibodi yaitu lebih dari 1/32 untuk

antibodi mikrosomal atau 1/100 untuk antibodi tiroglobulin.

Pengobatan: Biasanya tidak diperlukan pengobatan karena strumanya kecil dan

asimtomatik. Bila kelenjar tiroid sangat besar mungkin diperlukan tindakan

pengangkatan, tetapi operasi ini sebaiknya ditunda karena kelenjar tiroid tersebut dapat

mengecil sejalan dengan waktu. Pemberian tiroksin dapat mencegah hal tersebut. Di
KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 20
Penyakit Kelenjar Tiroid

samping itu, tiroksin juga dapat diberikan pada keadaan hipotiroidisme. Hipotiroidisme

dapat terjadi pada beberapa pasien tetapi prosesnya lambat. Bila terjadi hipertiroidisme

dapat diberikan obat antitiroid. Pemberian glukokortikoid dapat menyebabkan regresi

struma dan mengurangi titer antibodi. Tetapi mengingat efek samping dan kenyataan

bahwa aktivitas penyakit dapat kambuh kembali sesudah pengobatan dihentikan, maka

pemakaian obat golongan ini tidak dianjurkan pada keadaan biasa. Gejala penekanan

yang nyata diatasi dengan tiroidektomi subtotal dengan pembesaran trakea. Nodular

supresi (jika kanker dapat disingkirkan) atau tiroidektomi. (1,2,7)

5. STRUMA RIEDEL (LIGNEOUS TIROIDITIS)

Asimetrik, keras seperti kayu, paling jarang ditemukan, penyebabknya tidak diketahui

Makroskopik: Besar dapat normal, tetapi konsistensi sangat keras, asimetrik, noduler,

terdapat perlekatan dengan jaringan sekitarnya

Mikroskopik: Tidak khas. Apabila proses sudah lanjut, maka parenkim sangat atrofik, di

antara jaringan parut terdapat kelompok-kelompok limfosit, tetapi tidak sampai

membentuk folikel seperti pada penyakit Hashimoto.

Manifestasi klinis: Lebih sering pada wanita, biasanya muncul pada dekade keenam,

biasnya timbul gejala-gejala penekanan misalnya dysphagia, pemeriksaan BMR, PBI,

RaI normal, kadang-kadang menurun.

Terapi: Penggantian hormon. Pembedahan berbahaya karena bidangnya bersatu;

mungkin penting untuk menghilangkan kompresi. (1)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 21


Penyakit Kelenjar Tiroid

HIPOTIROIDISME

Terdapat beberapa tipe hipotiroidisme. Tergantung dari lokasi timbulnya permulaan

masalah, penyakit ini dapat diklasifikasikan sebagai: (1) primer, bila timbul akibat proses

patologis yang merusak kelenjar tiroid, atau (2) sekunder, akibat defisiensi sekresi TSH

hipofisis. (4)

Tergantung dari usia awitan hipotiroidisme, maka penyakit ini dapat

diklasifikasikan sebagai: (1) hipotiroidisme dewasa atau miksedema, (2) hipotiroidisme

juvenilis (timbulnya sesudah usia 1 tahun 2 tahun), atau (3) hipotiroidisme kongenital,

apabila kekurangan hormon tiroid terjadi sebelum atau segera sesudah penderita dilahirkan.

Beberapa kasus hipotiroidisme beberapa mempunyai kelenjar tiroid yang

mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid. Hal ini merupakan akibat

pembedahan atau ablasi radioisotop, atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang

beredar dalam sirkulasi. Cacat perkembangan dapat juga menjadi penyebab tidak

terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital. Goiter sering terlihat

pada penderita hipotiroidisme dengan cacat herediter dalam biosintesis hormon tiroid; pada

penderita seperti ini terjadi peningkatan pelepasan TSH yang menyebabkan pembesaran

tiroid. Goiter dapat juga terlihat pada penderita tiroiditis Hashimoto, suatu penyakit

autoimun dimana ditemukan infiltrasi limfosit dan destruksi kelenjar tiroid yang dikaitkan

dengan antibodi antitiroid mikrosomal sel atau antitiroglobulin. Pasien dengan

hipotiroidisme sekunder mungkin menderita tumor hipofisis dan defisiensi hormon-hormon

trofik hipofisis lainnya. (4)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 22


Penyakit Kelenjar Tiroid

MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis hipotiroidisme bentuk dewasa dan bentuk juvenilis antara lain:

lelah, suara parau, tidak tahan dingin, keringat berkurang, kulit dingin dan kering, wajah

membengkak dan gerakan lamban. Aktivitas motorik dan intelektual lambat, dan relaksasi

lambat dari refleks tendon. Wanita yang menderita hipotiroidisme sering mengeluh

hipermenore.

Hipotiroidisme kongenital atau kretinisme mungkin sudah timbul sejak lahir, atau

menjadi nyata dalam beberapa bulan pertama dari kehidupan. Manifestasi dini kretinisme

antara lain ikterus fisiologik yang menetap, tangisan parau, konstipasi, somnolensia dan

kesulitan makan. Selanjutnya anak menunjukkan kesulitan untuk mencapai perkembangan

normal. Anak yang menderita hipotiroidisme kongenital memperlihatkan tubuh yang

pendek, profil kasar, lidah menjulur keluar, hidung yang lebar dan rata, mata yang jaraknya

jauh, rambut jarang, kulit kering, perut menonjol dan hernia umbilikalis. (4)

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Pemeriksaan radiologi rangka menunjukkan tulang yang mengalami keterlambatan

dalam pertumbuhan, disgenesis epifisis dan keterlambatan perkembangan gigi. (4)

TES LABORATORIUM

Tes-tes laboratorium yang digunakan untuk memastikan hipotiroidisme antara lain:

kadar tiroksin dan triyodotironin serum yang rendah, BMR yang rendah, dan peningkatan

kolesterol serum. Kadar TSH serum mungkin tinggi mungkin pula rendah, tergantung dari

jenis hipotiroidisme. Pada hipotiroidisme primer, kadar TSH serum akan tinggi, sedangkan

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 23


Penyakit Kelenjar Tiroid

hasil tes pengambilan resin T3 dan tiroksin rendah. Sebaliknya, ketiga pengukuran tersebut

akan rendah pada kasus hipotiroidisme sekunder. (4)

KOMPLIKASI

Komplikasi utama dari hipotiroidisme kongenital dan juvenilis yang tidak

diketahui dan tidak diobati adalah retardasi mental. Keadaan ini dapat dicegah dengan

memperbaiki hipotiroidisme secara dini. Karena itu para ahli medis yang merawat bayi baru

lahir dan bayi kecil harus menyadari kemungkinan ini. (4)

PENGOBATAN

Pengobatan hipotiroidisme antara lain dengan pemberian tiroksin, biasanya dalam

dosis rendah sejumlah 50 ug/hari dan setelah beberapa hari atau minggu sedikit demi sedikit

ditingkatkan sampai akhirnya mencapai dosis pemeliharaan maksimal sejumlah 200 ug/hari.

Pengukuran kadar tiroksin serum dan pengambilan resin T3 dan kadar TSH penderita

hipotiroidisme primer dapat digunakan untuk menentukan manfaat terapi pengganti. (4)

GOITER

Goiter (struma) adalah istilah untuk pembesaran kelenjar gondok. Stress, melalui

hipofisis dapat menyebabkan hiperfungsi dari pada kelenjar gondok. Sesudah masa

hiperfungsi ini harus terjadi involusi agar kelenjar dapat menjadi normal lagi. Apabila

involusi ini tidak terjadi, maka akan terjadi hipertrofi, hiperplasi, dan kelenjar tiroid akan

menjadi noduler. (2)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 24


Penyakit Kelenjar Tiroid

Goiter familial adalah efek enzim yang diturunkan, biasanya otosomal resesif.

Goiter endemik pada lingkungan regional; defisiensi yodium dan memakan goitrogen,

profilaksis dilakukan dengan yodinisasi garam meja. Goiter sporadik merupakan diagnosis

pre eksklusionam. (2)

PATOLOGI

Pembesaran difus dan lunak, atau nodular besar. Hiperplasia dini, reversible.

Besarnya bisa mengalami involusi, folikel yang berisi koloid berselang seling dengan

jaringan normal. (2)

MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis. Regio endemik, tidak ada perbedaan jenis kelamin, bila ada

rasio pria:wanita adalah 8:1. Kebanyakan asimtomatik. Disfagia, atau kompresi trakea

dengan gawat pernafasan, terutama dengan ekstensi substernal. Perdarahan: nyeri mendadak

dengan ekspansi cepat jarang membawa ke hipotiroidisme, tetapi tirotoksikosis berkembang

dalam persentase besar dengan riwayat yang panjang. (2)

DIAGNOSIS

Tes untuk fungsi biasanya hasilnya normal. Radiografi toraks dan leher untuk

melihat trakea dan ekstensi substernal. (2)

TERAPI

Terapi Goiter difus: Goiter familial berespons terhadap tirotoksin. Goiter yang

diinduksi oleh obat membutuhkan penghentian obat tersebut jika memungkinkan, jika tidak,

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 25


Penyakit Kelenjar Tiroid

berikan tirotoksin. Indikasi pembedahan melipiti obstruksi pernafasan dan kosmetik. Bila

suatu segmen yang berarti dari goiter diangkat, diindikasikan terapi hormon pengganti. (2)

TIROTOKSIKOSIS

Insidens penyakit ini lebih sering pada usia muda, rasio antara wanita dan pria

adalah 4 berbanding 1. (2)

Penyakit Graves umumnya dianggap sebagai penyakit otoimun sistemik dengan

tirotoksikosis, eksoftalmus, dan miksedema pretibialis. Tiroid membesar secara difus,

permukaannya halus/licin, hiperplastik secara mikroskopik, dengan epitel kolumnar dan

koloid minimal. (2)

Toksik multinodular goiter. Biasanya tumpang tindih dengan nontoksik

multinodular goiter yang sudah berlangsung lama. Nodul terdiri dari sel-sel besar tak

beraturan dan koloid yang sedikit, bersifat otonom, tak tergantung dari TSH. (2)

ETIOLOGI DAN PATOLOGI

Sekresi yang berlebihan secara primer dari hormon tiroid aktif. (2)

MANIFESTASI KLINIS

Tidak tahan panas, peningkatan keringat dan rasa haus, berat badan menurun

dengan meningkatnya nafsu makan, eksitabilitas, gelisah, hiperkinesia dan ketidakstabilan

emosi, insomnia, kelemahan otot-otot proksimal, tremor jari-jari yang ekstensi dan abduksi,

refleks tendon dalam yang hiperaktif. Kulit hangat, lembab, merah, rambut halus dan rontok,

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 26


Penyakit Kelenjar Tiroid

menstruasi tidak ada atau sedikit dan diare. Pada pasien lanjut usia terdapat takikardi,

fibrilasi atrium yang sering, dan respons yang buruk terhadap digitalis.

Penyakit graves paling umum pada orang-orang muda, rasio pria:wanita 1:6,

kelenjar membesar, halus, dan bruit terdengar.

Tanda-tanda pada mata dari minimal sampai berat: (1) spasme kelopak mata atas

dengan retraksi dan gerakan kelopak mata yang lamban, (2) oftalmoplegia eksterna, (3)

eksoftalmus dengan proptosis, (4) pembengkakan supraorbital dan infraorbital, (5) kongesti

dan edema yang merupakan tanda dari keadaan yang berat.

Toksik multinodular goiter. Biasanya setelah usia 50 tahun, beberapa nodul yang

dapat dipalpasi. Eksoftalmus jarang.

Adenoma toksik. Usia 30 50 tahun, riwayat adanya massa yang tumbuhnya

lambat; tirotoksikosis tidak lazim, kecuali jika lesi berdiameter 3 cm. (2,8)

DIAGNOSIS

Penemuan diagnostik yaitu kadar T4 dan/atau T3 dan indeks tiroksin bebas (TFI)

meningkat.

Penyakit Graves. Goiter difus dengan eksoftalmus dan penigkatan fungsi tiroid

adalah diagnostik. Ambilan yodium radioaktif 45% sampai 90%. Uji supresi T3 dapat

dipakai; menurun 50% atau kurang adalah diagnostik.

Toksik multinodular goiter dan adenoma toksik. Ambilan RAI 40% sampai 55%.

Scan memperlihatkan area panas tunggal atau multipel yang berhubungan dengan nodul

yang dapat dipalpasi. (2)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 27


Penyakit Kelenjar Tiroid

TERAPI

Obat-obatan antitiroid antara lain: Propiltiourasil (PTU) dan metimazol (Tapazole).

Tidak berpengaruh pada penyakit yang mendasari. Kadar T4 dan/atau T3 membantu dalam

penilaian respons terhadap terapi. Obati penyakit Graves dengan harapan bahwa remisi

alamai akan terjadi setelah pasien menjadi eutiroid. Kurang dari 40% mengalami remisi

yang nyata jangka lama. Untuk pasien diman terjadi tirotoksikosis kembali, atau pasien yang

tidak mengalami komplikasi disarankan terapi dengan RAI atau pembedahan.


131
Yodium radioaktif. Dosis I diseleksi untuk mendapatkan 8500 rad pada tiroid;

20% membutuhkan dosis kedua. Cara ini menghindari operasi dengan komplikasi yang

jarang terjadi dan biaya yang lebih rendah. Kerugian: dibutuhakan waktu yang lama untuk

mengendalikan penyakit, insidens yang tinggi dari miksedema permanen, dan

perkembangan dari nodul. Risiko abnormalitas genetik setelah terapi radioyodium adalah

minimal. Strategi kedua adalah RAI dosis tinggi, yang diikuti dengan penggantian tiroid. (2)

RADIOIODIN

1. Digunakan untuk penderita yang lebih dari 45 tahun

2. Penderita yang mengalami kekambuhan setelah pembedahan

3. Penderita yang tidak cocok untuk pembedahan

4. 60% insidens hipotiroid pada 10 tahun dan insidens ini terus meningkat dengan

bertambahnya waktu. (6)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 28


Penyakit Kelenjar Tiroid

PEMBEDAHAN

Persiapan. Obat-obat antitiroid diberikan sebelumnya untuk mengendalikan

tirotoksikosis, kemudian ditambahkan yodium 8 10 tetes praoperatif untuk mengurangi

vaskularitas. Beberapa ahli memilih persiapan 5 7 hari hanya dengan propanolol.

Akibat. Mortalitas kurang dari 0,1%. Tiroidektomi subtotal memberikan koreksi

yang cepat dalam 95%. Kelumpuhan nervus rekuren 0 3%, tetani 1 3%, hipoparatiroid

10 30%, berulang kembali 2 12%.

Pemilihan terapi. Orang muda, hamil atau menyusui diberikan obat-obat antitiroid.

Bila gagal, dilakukan tiroidektomi atau diberikan RAI. Pembedahan lebih disukai pada

penderita muda dengan penyakit yang berat dan goiter yang besar. Pasien usia lanjut

diberikan RAI. Setiap terapi dapat digunakan pada toksik multinodular goiter. Adenoma

toksik harus direseksi. (2)

KOMPLIKASI PEMBEDAHAN:

Pada saat pembedahan:

1. Kelumpuhan saraf laringeal rekuren sangat baik dihindari dengan

mengidentifisaki saraf. Paralisis bilateral dan abduktor pita suara (posterior

krikoaritenoid) menyebabkan obstruksi saluran udara. Gangguan unilateral suara

parau.

2. Kelumpuhan saraf laringeal superior suara menjadi lemah.

3. Pneumotoraks aspirasi udara masuk ke dalam mediatinum superior

Pasca operasi:

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 29


Penyakit Kelenjar Tiroid

1. Tetani: Kerusakan atau terangkatnya paratiroid. Timbul perasaan gringingan

perioral 36 48 jam pasca operasi

2. Krisis tiroid: Tidak terjadi pada penderita yang eutiroid dengan pemberian obat-obat

antitiroid pra operatif.

3. Perdarahan: Menyebabkan obstruksi saluran udara dan membutuhkan pembukaan

segera daerah insisi.

Lanjut:

1. Hipotiroidisme: Bila spesimen operatif menunjukkan infiltrasi limfositik ini lebih

sering terjadi

2. Angka rekurensi 8%. (6)

Gambar 3: Eksoftalmus pada penyakit Graves (9)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 30


Penyakit Kelenjar Tiroid

STRUMA NODOSA NON-TOKSIK

Struma nodosa non-toksik adalah struma nodosa tanpa disertai tanda-tanda

hipertiroidisme. (7)

KLASIFIKASI DAN KARAKTERISTIK

Struma nodosa dapat dikalsifikasikan berdasarkan beberapa hal, yaitu:

1. Berdasarkan jumlah nodul: bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosa

soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut struma multinodosa.

2. Berdasarkan kemampuan menangkap iodium radioaktif, dikenal 3 bentuk nodul

tiroid yaitu: nodul dingin, nodul hangat dan nodul panas.

3. Berdasarkan konsistensinya: nodul lunak, nodul kistik, keras dan sangat keras. (7)

PEMERIKSAAN FISIS

Pada pemeriksaan status lokalis, struma nodosa dibedakan dalam hal jumlah nodul:

satu (soliter), atau lebih dari satu (multipel). Konsistensi: lunak, kistik, keras atau sangat

keras. Nyeri pada penekanan: ada atau tidak ada, perlekatan dengan sekitarnya: ada atau

tidak ada. Pembesaran kelenjar getah bening di sekitar tiroid: ada atau tidak ada.

Pada umumnya, pada keganasan nodulnya biasanya soliter dan konsistensinya

keras sampai sangat keras. Yang multipel biasanya tidak ganas kecuali apabila salah satu

dari nodul tersebut lebih menonjol dan lebih keras dari pada yang lainnya.

Apabila suatu nodul nyeri pada penekanan dan mudah digerakkan,

kemungkinannya adalah suatu peradangan ke dalam kista, suatu adenoma atau tiroiditis,

tetapi kalau nyeri dan sukar digerakkan kemungkinan besar suatu karsinoma.

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 31


Penyakit Kelenjar Tiroid

Nodul yang tidak nyeri, apabila multipel dan bebas digerakkan mungkin ini

merupakan komponen struma difus atau hiperplasia tiroid. Namun apabila nodul multipel

tidak nyeri tetapi tidak mudah digerakkan ada kemungkinan itu suatu keganasan. Adanya

limfadenopati mencurigakan suatu keganasan dengan anak sebar. (7)

GAMBARAN KLINIS

Pada umumnya pasien struma nodosa datang berobat karena keluhan kosmetik atau

ketakutan akan keganasan.

Struma nodosa besar, mengeluh adanya gejala mekanis, yaitu penekanan pada

esophagus atau trakea. Biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bial timbul perdarahan di

atas nosul. Diagnosis ditegakkan atas dasar adanya struma yang bernodul dengan keadaan

eutiroid. Pemeriksaan-pemeriksaan selanjutnya diperlukan untuk menentukan diagnosis

yang lebih rinci dan rencana pengobatan selanjutnya. (7)

LANGKAH DALAM PENEGAKAN DIAGNOSIS

Dalam upaya menegakkan diagnosis nodul tiroid, tidak cukup hanya dilakukan

satu macam pemeriksaan saja, khususnya untuk menghindari kesalahan tindakan dalam

pengobatan, umpamanya yang seharusnya tidak dioperasi tetapi dioperasi.

Khusunya pada penegakan diagnosis keganasan, menurut Gobien ketepatan

diagnosis gabungan biopsi + USG + Sidik Tiroid adalah 98%.

Dengan riwayat perjalanan penyakit serta gambaran klinis dan laboratorik yang

khas kita dapat mendiagnosis suatu tiroiditis. Apabila setelah anamnesis dan pemeriksaan

fisik terdapat nodul tiroid yang mencurigakan keganasan, pemeriksaan selanjutnya adalah

sidik tiroid. Apabila didapatkan nodul panas tindakan selanjutnya adalah observasi. Apabila

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 32


Penyakit Kelenjar Tiroid

sidik tiroid menunjukkan menunjukkan nodul dingin, maka tindakan selanjutnya adalah

USG. Dengan pemeriksaan ini didapat hasil: kelainan lokal berupa kista, padat atau

campuran. Pemeriksaan selanjutnya adalah biopsi aspirasi pada kelainan lokal tersebut.

Apabila yang tampak adalah kista, selain diambil cairan untuk pemeriksaan sitologi dapat

juga sekalian diisap cairan untuk mengempiskan.

Kalau pemeriksaan sidik tiroid tidak tersedia atau merupakan kontra indikasi, maka

bisa saja setelah pemeriksaan fisis langsung dilakukan USG. Di sini tidak diseleksi apakah

itu nodul dingin atau bukan. Apabila USG tidak tersedia, dapat dari sidik tiroid langsung

FNA. (7,8)

PEMERIKSAAN SIDIK TIROID

Dari hasil sidik tiroid dapat dibedakan dalam tiga bentuk, seperti telah disinggung

di atas:

1. Nodul dingin bila penangkapan iodium nihil atau kurang dibandingkan sekitarnya.

Hal ini menunjukkan fungsi yang rendah

2. Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya. Keadaan

ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih

3. Nodul hangat bila penagkapan iodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti fungsi

nodul sama dengan bagian tiroid yang lain

Keganasan biasanya terekam sebagai nodul dingin dan soliter, tetapi tidak berarti

bahwa semua nodul dingin adalah keganasan. Liechty mendapatkan bahwa 90% dari nodul

dingin adalah jinak dan 70% dari semua nodul jinak adalah juga nodul dingin. Nodul yang

hangat biasanya bukan keganasan. Namun Alves dkk pada penelitiannya mendapatkan 2

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 33


Penyakit Kelenjar Tiroid

keganasan di antara 24 nodul hangat. Apabila di jumpai nodul yang panas ini hampir pasti

bukan suatu keganasan. (7,8)

PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI (USG)

Dengan pemeriksaan USG dapat dibedakan antara yang padat dan cair, tetapi

belum bias membedakan dengan pasti apakah suatu nodul itu ganas atau jinak.

Kelainan-kelainan yang dapat di diagnosis secara USG adalah:

Kista: Kurang lebih bulat, seluruhnya hipoekoik sonolusen, dindingnya tipis.

Adenoma/nodul padat: iso atau hiperekoik, kadang-kadang disertai halo yaitu suatu

lingkaran hipoekoik di sekelilingnya.

Kemungkinan karsinoma: nodul padat, biasanya tanpa halo.

Tiroiditis: hiperekoik, difus, meliputi seluruh kelenjar. (7,8)

PEMERIKSAAN LAIN PADA KECURIGAAN KEGANASAN TIROID

Khususnya pada keadaan-keadaan yang mencurigakan suatu keganasan,

pemeriksaan-pemeriksaan penting lain yang dapat dilaksanakan adalah:

1. Biopsi Aspirasi Jarum Halus

Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) atau Fine Needle Aspiration (FNA)

mempergunakan jarum suntik no. 22-27.

2. Termografi

Termografi adalah suatu metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada

suatu tempat. Alatnya adalah Dynamic Telethermography. Hasilnya disebut panas

apabila perbedaan panas dengan sekitarnya > 0,9 o C, dan dingin apabila > 0,9 oC. Pada

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 34


Penyakit Kelenjar Tiroid

penelitian Alves dkk didapatkan bahwa yang ganas semua hasilnya panas. Pemeriksaan

ini adalah pemeriksaan yang paling sensitif dan spesifik.

3. Petanda Tumor Marker

Peninggian tiroglobulin (Tg) serum yang mempunyai nilai yang bermakna. Hashimoto

dkk. mendapatkan bahwa 58,6% kasus keganasan tiroid memberikan kadar Tg yang

tinggi. Kadar Tg serum normal adalah antara 1,5 30 ng/ml, pada kelainan jinak rata-

rata: 323 ng/ml dan pada keganasan rata-rata: 424 ng/ml. (7,8)

PENGOBATAN

Pada struma yang besar, yang menyebabkan keluhan mekanis, perlu dilakukan

strumektomi. Selanjutnya untuk nodul tiroid yang bukan tiroiditis atau keganasan maka

pengobatan yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

1. Apabila didapatkan nodul hangat, dapat diberikan preparat L-Tiroksin selama 4 5

bulan dan kemudian sidik tiroid dapat diulang. Apabila nodul mengecil maka terapi

ini dapat diteruskan namun apabila tidak mengecil atau bahkan membesar dilakukan

biopsi aspirasi atau operasi.

2. Nodul panas dengan diameter < 2,5 cm observasi saja, tetapi kalau > 2,5 mm

terapinya adalah operatif karena dikhawatirkan mudah timbul hipertiroidisme

3. Pada kista tiroid, pengobatannya adalah aspirasi yang dapat diulangi sampai

ditemukan nodul kurang dari 10 mm, hati-hati kemungkinan infeksi. Dengan cara ini

penyembuhan dapat terjadi pada 70 85% kasus. Apabila dengan cara ini nodul

tidak mengecil, maka perlu dilakukan strumektomi. (7,8)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 35


Penyakit Kelenjar Tiroid

Nodul Tiroid Non-Toksik

Sidik Tiroid

Panas Hangat Dingin

L-Thyroxin USG
Observasi 4-5 bulan

Kista Padat Campuran

FNA FNA FNA


(+Asp >)
Sidik tiroid
ulangan

Panas Dingin

Observasi FNA

Gambar 4: Langkah-langkah Diagnosis Nodul Tiroid Non-Toksik. (8)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 36


Penyakit Kelenjar Tiroid

NODUL SOLITER

Empat sampai enam persen dari populasi mempunyai nodul tiroid yang dapat

teraba; 50 per sejuta mengalami kanker tiroid; 6 per sejuta meninggal karena kanker

tersebut.

Kelompok berisiko tinggi untuk kanker. Iradiasi pada kepala dan leher: terdapat

peningkatan langsung dalam insidens nodul jinak dan ganas sampai dosis radiasi 1500 rad,

tetapi setelah waktu 25 tahun atau lebih. Iradiasi diberikan pada timus yang membesar, tonsil

dan adenoid, dan untuk jerawat serta hemangioma. Biasanya papiler, lebih sering

multisentrik. Riwayat keluarga karsinoma medular dominan autosoma.

Evaluasi diagnostik. Harus diseleksi untuk operasi dari nodul-nodul yang

mempunyai risiko menjadi kanker.

Riwayat penyakit. Iradisi eksterna, waktu mula timbul (langsung atau

berkembang), usia dan jenis kelamin (setiap nodul pada anak-anak atau remaja atau nodul

baru pada pria > 40 tahun atau wanita > 50 tahun tampaknya ganas, beberapa nodul pada

pria adalah jinak), suara berisik, (terlibatnya nervus rekuren), dispnea atau disfagia

(kompresi).

Pemeriksaan fisik. Soliter (kecuali jika ada riwayat radiasi), padat atau keras,

terfiksasi. Kelenjar limfe membesar, pikirkan keganasan.

Aspirasi jarum halus untyuk sitologi. Nodul dikategorikan ganas (pembedahan),

lapisan-lapisan sel-sel folikuler menandakan adenoma folikuler atau karsinoma yang dapat

dibedakan hanya dengan histologi (pembedahan), nodul koloid (diamati kecuali jika

simtomatik), atau nondiagnostik (ulang).

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 37


Penyakit Kelenjar Tiroid

Sken isotop atau ultrasonografi. Jarang diindikasikan. Tomografi komputer (CT)

dan pencitraan resonansi magnetic (MRI) akurat. Karena biayanya mahal, maka tidak

digunakan untuk kasus rutin, dicadangkan untuk lesi yang besar dan sulit.

Pengobatan, Operasi luas tergantung pada: (1) Jenis patologik. (2) Distribusi

kelenjar, (3) Manfaat pembedahan umum, (4) Penilaian dokter

Prinsip dasar: (1) Angkat lobus dan ismus yang terkena pada penyakit invasive

rendah unilateral seperti pada folikular derajat rendah, (2) Lakukan tiroidektomi total untuk:

(a) penyakit yang beragam seperti jenis papilar atau riwayat penyakit sebelumnya telah

mendapat iradiasi leher, (b) kasus karsinoma medular invasif, (c) karsinoma folikular

invasif, (d) karsinoma anaplastik yang dapat dioperasi, (3) Diseksi leher modifikasi bila

kelenjar terkena

Aturan I131 pasca operasi adalah: (1) Tumor residual, (2) Metastase ke paru-paru,

(3) Metastase ke tulang.

Banyak tumor gagal mengambil jumlah I131 secara adekuat.

Tirosin. Penderita dengan karsinoma tiroid diberikan tirosin untuk menekan sisa

rangsangan TSH terhadap tumor. (2)

TUMOR JINAK

Adenoma adalah embrional, fetal, folikuler, atau mikrofolikuler. Enam puluh

persen dari spesimen bedah pada nodul tunggal, terbukti jinak.

Manifestasi klinis. Masa yang tumbuhnya lambat. Dingin, hangat, atau panas. (2)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 38


Penyakit Kelenjar Tiroid

TUMOR GANAS

Patologi. Papiler, folikuler, meduler, dan anaplastik. Limfoma dan metastase. (2)

KARSINOMA PAPILER

Dua pertiga dari karsinoma tiroid. Puncak pada dekade ketiga dan keempat. Lebih

virulen pada orang lanjut usia. Rasio wanita:pria adalah 3:1.

Patologi. Epitel tiroid kolumner tersusun dalam proyeksi papiler, nuklei Orphan

Annie. Badan psammoma (lapisan deposit kalsium konsentrik). Beberapa mencakup unsur

folikuler. Tumbuhnya lambat, menyebar ke intraglanduler, dan kelenjar limfe regional,

kompartermen sentral dan mediastinum superior, kemudian jugularis, dan akhirnya paru-

paru. Pada sitologi, ukuran inti bervariasi, nukleoli dan nuklei yang membelah.

Manifestasi kilns. Nodul asimtomatik, bercak kalsium pada radiografi aspirasi

jarum biasanya diagnostik.

Terapi. Lesi berdiameter < 1 cm tanpa invasi melalui kapsul tiroid pada orang

muda, cukup lobektomi dengan hormon tiroid pasca operasi untuk menekan TSH. Lesi

berdiameter > 1 cm terapinya tiroidektomi total atau hampir total. Jika tumor ditemukan di

bagian lateral dari segitiga nodus limfe, diindikasikan untuk dilakukan operasi leher radikal

yang dimodifikasi. Sedangkan operasi leher profilaksis tidak diindikasikan. Dengan

pelepasan total dari tiroid maka metastase papiler akan terangkat pula sehingga dapat

diterapi dengan yodium radioaktif. Dosis supresif hormon tiroid diberikan untuk seumur

hidup. (2)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 39


Penyakit Kelenjar Tiroid

KARSINOMA FOLIKULER

Merupakan 18% dari keganasan pada tiroid, puncak insidens pada dekade kelima,

rasio wanita:pria adalah 3:1.

Patologi. Secara mikroskopis terbungkus kapsul, kebanyakan unisentrik. Folikel

histologi, tetapi sel-sel dapat bergerombol dan tampak ganas dengan kapsul dan invasi

vaskuler. Penyebaran melalui darah ke tulang, paru-paru, atau hati seringkali timbul pada

permulaan.

Manifestasi klinis. Perubahan ini terjadi pada goiter yang telah berlangsung lama.

Biasanya hanya merupakan nodul tunggal. Nyeri dan perlekatan lanjut.

Pengobatan. Terjadi kontroversi luas mengenai operasi. Beberapa ahli lebih suka

mengangkat lobus dan ismus untuk penyakit ringan, sementara yang lain, lebih menyukai

total dan mendekati total tiroidektomi untuk memudahkan skening selanjutnya.

Pengobatan lain untuk kanker yang berdiferensiasi: L-Tiroksin. Setelah reseksi diterapi

dengan L-tiroksin dalam jumlah cukup untuk menurunkan level TSH yang bersirkulasi.

Terapi radioaktif Yodium. Scan seluruh tubuh dengan RAI, dan pelepasan dari sisa tiroid
131
normal pada leher dan untuk menterapi metastase jauh yang ditemukan dengan I. Alat

radiasi eksternal dapat dipakai untuk invasi pada trakea atau esofagus.

Kemoterapi. Doxorubicin (Adriamisin) untuk lesi metastase yang luas tidak menyebabkan

konsentrasi yodium. (2)

TUMOR SEL HURTHLE

Terdiri dari sel-sel dengan sitoplasma eosinofilik; sebagian jelas ganas dengan

invasi dan penyebaran nodus, sebagian lainnya tampak jinak. Total tiroidektomi untuk yang

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 40


Penyakit Kelenjar Tiroid

jelas karsinoma, untuk pasien yang mempunyai riwayat radiasi, untuk lesi yang besar, untuk

invasi kapsuler, dan bila berhubungan dengan karsinoma berdiferensiasi. Lobektomi untuk

yang kecil dan jinak. (2)

KARSINOMA MEDULER

Sel C yang menghasilkan kalsitonin, timbul dari Krista neuralis, APUD.

Posterolateral dari glandula.

Patologi. Mikroskopik sampai 10 cm. Bilateral merupakan srat dari kasus-kasus

familial. Kelompok dari sel-sel dipisahkan oleh area kolagen dan amiloid; dapat berupa

polyhedral dan menyerupai karsinoid atau sel gelendong. Penyebaran regional ke nodus-

nodus di leher dan mediastinum superior, kemudian ke bawah.

Gambaran klinis. Familial dan rata-rata pada awal duapuluhan, ([MEN]-IIA pada

yang lebih tua, MEN-IIB pada anak-anak) otosom dominan. Nodul tunggal atau jamak, pada

umumnya terjadi diare, episode flusing, 2% sampai 4% mempunyai sindrom Cushing yang

berasal dari produksi ACTH ektopik. Hiperkalsemia dan feokromositoma dapat menyertai.

Sindrom karsinoma meduler familial. MEN-IIA: karsinoma meduler multisentrik atau sel C

yang membesar, feokromositoma, atau hiperlpasia meduler dan hiperparatiroidisme. MEN-

IIB: karsinoma meduler (biasanya virulen), feokromositoma dan neuron selaput lendir bibir,

lidah, atau konjungtiva; neuroma ganglion dari usus besar; fasies yang khas dan habitus

yang menyerupai Marfan.

Diagnosis. Peningkatan kadar serum kalsitonin menggunakan radioimunoesai pada

diagnosis dengan massa di tiroid. Anggota keluarga harus diperiksa juga untuk mendapatkan

kasus dini. Antigen karsinoembrionik (CEA) juga meningkat. Kembali serum yang

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 41


Penyakit Kelenjar Tiroid

meningkat menunjukkan gejala kekambuhan dari tumor. Serum kalsium dan katekolamin

harus dipelajari sebelum melakukan operasi.

Pengobatan. Total tiroidektomi dikarenakan multisentrik. 50% mempunyai nodus

yang positif. diseksi leher jika secara klinis nodus ikut terlibat. Kemoterapi pada metastase

yang progresif. Foekromositoma harus pertama kali di operasi; adrenalektomi bilateral total

lebih disukai karena multisentrisitasnya. (2)

KARSINOMA ANAPLASTIK

Dapat timbul sebagai perubahan dari tumor diferensiasi. Rasio pria:wanita terjadi

pada dekade ketujuh dan kedelapan.

Makroskopis: tidak berkapsul menyerang struktur yang berdekatan. Histologi:

struktur sel bervariasi dari sel gelondong sampai sel raksasa berinti banyak; mitosis banyak

didapatkan.

Timbul dengan pembesaran tiroid dengan rasa sakit, seringkali melekat; gejala

penekanan sering dijumpai. Metastase menuju paru-paru. Jarang dilakukan reseksi.

Diagnosis dengan jarum biopsi, kemudian mulai dengan terapi tambahan. (2)

LIMFOMA DAN SARKOMA

Jarang didapatkan limfoma primer. Prosedur terbatas pada jaringan diperlukan

untuk diagnosis, diikuti dengan terapi radiasi dan/atau kemoterapi. (2)

KARSINOMA METASTATIK

Dua sampai empat persen yang meninggal akibat penyakit keganasan, mempunyai

metastase pada tiroid. Sumber terbanyak tampaknya dari bronkus dan hipernefroma. (2)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 42


Penyakit Kelenjar Tiroid

BEDAH TIROID

Bedah tiroid dilakukan untuk: (1) mendiagnosis massa di dalam glandula, (2)

mengangkat tumor jinak atau ganas, (3) terapi untuk tirotoksikosis, (4) menghilangkan

gejala-gejala penekanan akibat tiroid. (2)

Teknik operasi. Anestesi endotrakeal, leher ditengadahkan, dilakukan insisi kerah

baju ekuilateral rendah pada lipatan kulit, lembaran kulit bawah sampai takik manubrium.

Fasia servikalis diinsisi pada garis tengah. Otot-otot sternotiroid dan sternohioid diretraksi,

atau jika glandula besar, dipisahkan. Rongga krikotiroid dibuka. Cabang eksterna dari

nervus laringeal superior sampai otot krikotiroid dan otot konstriktor faringeal inferior

dikenali dan diamankan. Pembuluh-pembuluh darah kutub atas diligasi secara terpisah dan

dekat dengan lobus serta dipisahkan. Lobus diretraksi ke medial dan cabang dari arteri

tiroidea inferior diligasi dan dipisahkan dekat kapsula untuk mengamankan suplai darah ke

paratiroid. Nervus laringeal rekuren dipisahkan dari akarnya dengan hati-hati. Pada operasi

untuk penyakit Graves, disisakan 2 4 gram jaringan tiroid posterior dan dilipat berlawanan

dengan trakea, atau lobus dapat diangkat secara total. Paratiroid harus dikenali dan

diamankan beserta suplai darahnya. Ismus dipisahkan dari trakea anterior, tanpa

meninggalkan sisa. Luka ditutup lapis demi lapis. (2)

Goiter intratoraks biasanya adalah perluasan dari jaringan tiroid servikalis ke

dalam rongga dada dan biasanya dapat diangkat melalui insisi servikal. Kadang-kadang

diperlukan reseksi transsternal. (2)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 43


Penyakit Kelenjar Tiroid

KOMPLIKASI

1. Badai Tiroid Terjadi pada pasien yang sebelumnya mengalami tirotoksikosis yang

tidak diterapi atau diterapi secara tidak lengkap. Manifestasi dapat berkembang selama

di ruang operasi atau ruang pemulihan. Hipertermia, berkeringat, takikardi, mual,

muntah, dan nyeri. Tremor dan kegelisahan dapat menjadi delirium atau koma. Terapi

dengan dosis besar dari natrium atau kalium yodida IV, 100 mg kortisol, oksigen dan

dosis besar glukosa, keseimbangan cairan dan elektrolit, selimut hipotermia, dan

propanolol atau penghambat beta lainnya. mortalitas kira-kira 10%. (2)

2. Perdarahan dari luka. Dalam beberapa jam pertama setelah pembedahan. Menyebabkan

gawat pernafasan, karena sejumlah kecil darah saja dalam rongga profunda dekat trakea

dapat menyumbat jalan nafas; Terapi: gawat darurat! Luka dibuka, bekuan darah

dikeluarkan, berikan tekanan, bawa pasien ke ruang operasi dan amankan pembuluh

darah.

3. Cedera nervus laringeal rekuren. Satu sampai tiga persen dari operasi tiroid. Dapat

unilateral atau bilateral, temporer (3-12 bulan) atau permanen. Dengan kelumpuhan

abduktor laringeal, pita suara mengambil posisi medial. Suara menjadi berbisik dan

kasar. Paralisis pita suara bilateral dapat mengganggu jalan nafas. (2)

4. Hipoparatiroidisme. 0,6 sampai 2,8%. Lebih umum dalam prosedur untuk keganasan.

Lebih umum dalam prosedur sekunder. Jarang disebabkan oleh pengangkatan semua

kelenjar. Tampaknya akibat disrupsi dari suplay darah. Risiko diminimalkan dengan

ligasi pembuluh-pembuluh darah pada kapsul tiroid. Devaskularisasi kelenjar dapat

dipotong dan ditanamkan dalam kantung pada sternomastoid. (2)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 44


Penyakit Kelenjar Tiroid

Timbul dalam beberapa hari setelah operasi. Mati rasa di sekeliling mulut, kesemutan

pada ujung-ujung jari, kegelisahan. Tanda Chvostek timbul dini, diikuti oleh tanda

Trousseau dan spasme karpopedal. Dapat menimbulkan tetani. Kalsium serum menurun;

fosfor meningkat. Dapat sementara (berhari-hari) atau menetap.

Terapi dengan 10 mL kalsium glukonat 10% IV perlahan-lahan, kemudian berikan secara

drip untuk memasukkan 2-3 ampul setiap 8 jam. Kalsium oral untuk menyediakan 1,5

2 gram kalsium setiap hari dapat dimulai. Untuk hipoparatiroidisme permanen, akan

dibutuhkan vitamin D (Rocaltrol 0,25 sampai 0,5 ug/d sebagai tambahan terhadap

kalsium). Ukur kalsium dan fosfor. Fosfor tinggi dalam hipoparatiroidisme. Rendah

dalam sindrom tulang lapar. (2)

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 45


Penyakit Kelenjar Tiroid

DAFTAR RUJUKAN

1. Himawan S. Susunan Endokrin. Dalam: Kumpulan Kuliah Patologi. Penerbit Bagian

Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2001; 353

60.

2. Schwartz SI, Tiroid dan Paratiroid. Dalam: Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Edisi

6 Alih Bahasa: Chandranata L., Kumala P. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

1999; 535 52.

3. Http://www.google.com/images/laryng?/html.

4. Price SA., Wilson LM. Penyakit Kelenjar Tiroid. Dalam: Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1995; 1070

80.

5. Http://www.google.com/images/thyroid?/html.

6. Mowschenson M. Peter. Segi Praktis Ilmu Bedah Edisi Ke-2. Penerbit Binarupa

Aksara. Jakarta. 1992; 90 9.

7. Djokomoeljanto R. Kelainan Tiroid Embriologi, Anatomi dan Faalnya. Dalam: Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Ketiga. Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta. 1996; 725 91.

8. Widjoseno-Gardjito. Sistem Endokrin. Dalam: Sjamsuhidajat R., Wim de Jong. Buku

Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1997; 925

44.

9. Http://www.medicastore.com/nuversion/detail_pyk.php?idktg=11&iddtl=124.

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 46


Penyakit Kelenjar Tiroid

KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur dan hati lega, Penulis telah selesai menyusun paper ini guna

memenuhi persyaratan mengakhiri Kepanitraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Bedah RSU.

Dr. Pirngadi Medan dengan judul Penyakit Kelenjar Tiroid.

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada

pembimbing, yaitu Dr. Suhelmi, Sp.B. atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti

Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan serta dalam

penyusunan paper ini.

Bahwasanya hasil usaha penyusunan paper ini masih banyak kekurangannya,

tidaklah mengherankan karena keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis. Kritik dan

saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan, guna perbaikan penyusunan paper

lain di kemudian kesempatan.

Harapan penulis semoga paper ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan

serta dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan Ilmu Bedah dalam klinik dan

masyarakat.

Medan, Agustus 2004

Penulis,

i
KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 47
Penyakit Kelenjar Tiroid

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar i

Daftar Isi . ii

Penyakit Kelenjar Tiroid 1

Embriologi . 1

Anatomi .. 1

Histologi . 2

Fisiologi .. 3

Kerja Hormon Tiroid .. 3

Biosintesis .. 6

Evaluasi Pasien Dengan Penyakit Tiroid 9

Pemeriksaan Fisik Penderita Penyakit Tiroid 10

Pemeriksaan Penyakit Tiroid . 10

Penyakit-Penyakit Kelenjar Tiroid 14

Kelainan Kongenital .. 15

Duktus/Kista Thyroglossus 15

Hipoplasi/Aplasi Tiroid . 15

Penurunan Yang Abnormal 15

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 ii


48
Penyakit Kelenjar Tiroid

Halaman

Kelainan Regresif .. 16

Atrofi 16

Amiloidosis .. 16

Pigmentasi 16

Radang 17

Tiroiditis 17

Tiroiditis Akut Supuratif 17

Tiroiditis Subakut .. 18

Tiroiditis Hashimoto .. 20

Struma Riedel (Ligneous Tiroiditis) 21

Hipotiroidisme 22

Goiter . 24

Tirotoksikosis 26

Struma Nodosa Non-Toksik .. 31

Nodul Soliter .. 37

Tumor Jinak . 38

Tumor Ganas .. 39

Karsinoma Papiler . 39

Karsinoma Folikuler .. 40

Tumor Sel Hurthle . 40

Karsinoma Meduler 41

Karsinoma Anaplastik 42

KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 49iii
Penyakit Kelenjar Tiroid

Halaman

Limfoma Dan Sarkoma . 42

Karsinoma Metastatik 42

Bedah Tiroid 43

Komplikasi . 44

Daftar Rujukan .. 46

iv
KKS SMF. Ilmu Bedah RSU Dr. Pirngadi Medan 2004 50

You might also like