You are on page 1of 33

PELAYANAN KESEHATAN KOMUNITAS DULU DAN KINI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Keperawatan Komunitas

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

Emi Rosanty NPM 22010160156

Agus Suryana NPM 22010160157

Hari Heryadi NPM 22010160158

Wiwin Yudiah NPM 22010160159

Rini Rosmawati NPM 22010160160

Dewi NPM 22010160161

Tita Mulyani NPM 22010160162

Suyani NPM 22010160163

Fajriatun Dhalia NPM 22010160164

Rini Riandini NPM 22010160165

Wini Winuraeni NPM 22010160166

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN 2017
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia ,1999. Pedoman kerja
puskesmas.
Efendi, Ferry. Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Effendy, Nasrul. 1997. Dasar-Dasar Keperawatan Komunitas Edisi 2.
Mubarak, Wahit Iqbal. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Konsep dan Aplikasi
dalam Kebidanan. Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal. 2006. Teori dan Aplikasi dalam Peraktik dengan
Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik dan Keluarga. Jakarta :
CV Sagung Seto
Suharyati, Samba. 2014. Nursing Center Konsep dan Aplikasi. Bandung :
Yayasan Nursentra.
Sumijatun, S.kp, MARS, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan
Komunitas. Jakarta : EGC
http://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/arsip/detail/442 (Diakses
pada tanggal 16 Maret 2017, pukul 15.00 WIB).
http://indonesia-implementationresearch-uhc.net/index.php/13-forum-
diskusi/50-anareg-1c (Diakses pada tanggal 16 Maret 2017, pukul 15.00 WIB).
http://dokumen.tips/documents/1-konsep-model-nursing-center.html.
(Diakses pada tanggal 16 Maret 2017, pukul 15.00 WIB).

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini mungkin ada
sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman serta
bimbingan dari dosen, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.

Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses


pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak
lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, dorongan dan doa. Tidak lupa pula kami mengharap kritik
dan saran untuk perbaikan makalah kami ini.

Jatinangor, 18 Maret 2017.

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................ 1
D. Metode Penulisan ..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Puskesmas
1. Batasan Puskesmas............................................................................... 3
2. Perbedaan Puskesmas yang Lama dengan Puskesmas di Era BPJS..... 8
3. Program Kesehatan Masyarakat di Puskesmas dalam Era BPJS.......... 12
B. Nursing Center
1. Konsep Nursing Center......................................................................... 18
2. Aplikasi Nursing Center....................................................................... 23
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 30
B. Saran.......................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan merupakan salah satu upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam rangka pencapaian tujuan
yang diharapkan, penyelenggaraan pelayanan kesehatan ini harus memenuhi
berbagai syarat diantaranya tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima
dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau dan bermutu.
Salah satu wujud dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan ini
adalah pusat kesehatan masyarkat (Puskesmas). Puskesmas merupakan wadah
utama dan pertama sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan
terdepan yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan secara menyeluruh
dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah kerja tertentu,
hingga terwujudnya masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk
melaksanakan pola hidup sehat.
Pada tanggal 23 Maret 2002 untuk pertama kalinya kita dikenalkan
dengan metode pelayanan kesehatan khususnya keperawatan yang baru yaitu
Nursing Center. Konsep nursing center ini dicetuskan pertama kali dalam
seminar nasional keperawatan yang diselenggarakan dalam rangka
memperingati sewindu Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran. Penerapan nursing center pertama
diujicobakan pada tingkat pelayanan kesehatan di wilayah kerja kecamatan.
Dari hasil uji coba ini dihasilkan buku pedoman teknis dan pengelolaan
Nursing Center.
Apapun dan bagaimanpun bentuk pelayanan kesehatan tujuan akhirnya
adalah terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang menjadi batasan puskesmas ?
2. Bagaimana perbedaan puskesmas yang lama dengan puskesmas yang
baru ?
3. Bagaimana program kesehatan masyarakat di puskesmas pada era BPJS ?
4. Bagaiman konsep nursing center ?
5. Bagaimana aplikasi nursing center ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui batasan puskesmas.

1
2. Untuk mengetahui perbedaan puskesmas yang lama dan puskesmas yang
baru.
3. Untuk mengetahui program kesehatan masyarakat di puskesmas pada era
BPJS.
4. Untuk mengetahui konsep nursing center.
5. Untuk mengetahui aplikasi nursing center.
D. Sistematika Penulisan
Bab I merupakan pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan
makalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan. Bab II pembahasan
yang terdiri dari batasan puskesmas, perbedaan puskesmas yang lama dan
puskesmas yang baru, program kesehatan masyarakat di puskesmas dalam era
BPJS, konsep nursing center dan aplikasi nursing center. Terakhir bab IV
berisi kesimpulan dan saran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Puskesmas
1. Batasan Puskesmas
a. Pengertian Puskesmas
Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah satuan organisasi
fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
menyeluruh (meliputi promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitative), terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh
masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan
hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna,
dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat.
Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan
kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat
kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada
perorangan.
Pelayanan kesehatan puskesmas dilaksanakan dengan tujuan
pemerataan pelayanan kesehatan, agar dapat menjangkau seluruh
lapisan masyarakat melalui fasilitas yang sederhana, murah dan
terjangkau.
b. Visi Puskesmas
Tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia
sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa
depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni
masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Indikator kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup 4
indikator utama, yakni ; lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan

3
pelayanan kesehatan yang bermutu serta derajat kesehatan penduduk
kecamatan.
c. Misi Puskesmas
1) Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya.
2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
di wilayah kerjanya.
3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
d. Kedudukan Puskesmas
1) Kedudukan puskesmas dalam sistem kesehatan kabupaten;
a) Kedudukan dalam administrasi
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah daerah
tingkat II dan bertanggung jawab langsung baik teknis maupun
administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan daerah tingkat II.
b) Kedudukan dalan jenjang sistem rujukan pelayanan kesehatan.
Pada urutan tingkat pelayanan kesehatan dalam sistem
rujukan, puskesmas berkedudukan pada tingkat fasilitas
pelayanan kesehatan pertama.
2) Kedudukan dalam hierarki pelayanan kesehatan
Sesuai dengan system kesehatan Nasional (SKN)
puskesmas berkedudukan pada fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama. Maksud dari pelayanan kesehatan tingkat pertama
adalah fasilitas, sedangkan dalam hal pengembangan pelayanan
kesehatan, puskesmas dapat meningkatkan dan mengembangkan
diri kearah moderenisasi system pelayanan kesehatan disemua lini
baik promotif, preventife, curative, maupun rehabilitative sesua
kebijakan renstra daerah tingkat II dibidang kesehatan.

3) Kedudukan dalam sistem kesehatan secara nasional


Puskesmas berkedudukan sebagai ujung tombak pelayanan
kesehatan nasional.

4
4) Kedudukan dalam sistem pembangunan nasional
Puskesmas berkedudukan sebagai salah satu unsur
pembangunan dalam bidang kesehatan yang terdepan dan pada
dasarnya saling tergantung satu dengan lainnya dalam unsur
pembangunan sektor terkait di tingkat kecamatan.
e. Wilayah kerja Puskesmas
Wilayah kerja puskesmas bisa satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik
dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan
dalam menentukan wilayah kerja puskesmas.
Luas wilayah kerja yang masih efektif bagi sebuah puskesmas di
daerah pedesaan adalah suatu area dengan jari jari 5 km, sedangkan luas
wilayah kerja yang dipandang optimal adalah area dengan jari jari 3
km.
Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata rata
30.000 penduduk setiap puskesmas.
Lokasi wilayah kerja puskesmas bisa :
1) Daerah Pedesaan
2) Daerah Perkotaan
3) Daerah Industri
4) Daerah Pernbatasan
5) Daerah Masyarakat Terasing
6) Daerah Transmigrasi/Pemukiman baru
7) Daerah gugus Kepulauan
Variasi lingkungan lokasi wilayah kerja Puskesmas perlu
mendapat perhatian dalam upaya menjangkau dan memenuhi kebutuhan
penduduk wilayah kerjanya. Untuk menyesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat, masing masing lokasi yang spesifik mempunyai corak
tersendiri, baik jenis pelayanannya, maupun strategi untuk menjangkau
masyarakat seluas mungkin serta cara melindungi kesehatan
masyarakat wilayah kerjanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi
lingkungan.
Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas
perlu ditunjang dengan pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang

5
disebut puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Khusus untuk
kota besar dengan jumlah penduduk satu juta jiwa atau lebih, wilayah
kerja puskesmas dapat meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota
kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih,
merupakan puskesmas pembinaan yang berfungsi sebagai pusat rujukan
bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.
Dalam perkembangannya batasan-batasan diatas semakin kabur seiring
dengan berlakunya Undang Undang Otonomi Daerah yang lebih
mengedepankan desentralisasi.
Dengan otonomi, setiap daerah kabupaten kota mempunyai
kesempatan untuk mengembangkan puskesmas sesuai Rencana Strategi
(Renstra) Kesehatan Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Bidang Kesehatan sesuai situasi dan
kondisi daerah tersebut. Konsekuensinya adalah perubahan struktur
organisasi kesehatan serta tugas pokok dan fungsi yang
menggambarkan lebih dominannya aroma kepentingan daerah, dengan
catatan setiap kebijakan yang tetap mengacu kepada Renstra Kesehatan
Nasional. Disisi lain, pemerintah daerah dituntut melakukan akselerasi
disemua sektor penunjang upaya pelayanan kesehatan (Hatmoko,
2006).
f. Fasilitas penunjang Puskesmas
Dalam memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh
puskesmas membutuhkan fasilitas penunjang, sebagai berikut :
1) Bidan Desa
Pada setiap desa yang belum ada fasilitas pelayanan
kesehatannya, ditempatkan seorang bidan yang bertempat tinggal
didesa tersebut dan bertanggung jawab langsung kepada kepala
puskesmas. Wilayah kerja bidan desa adalah satu desa dengan
jumlah penduduk rata rata 3000 jiwa.
2) Puskesmas Pembantu

6
Unit pelayanan kesehatan sederhana dan berfungsi untuk
menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil.
3) Puskesmas Keliling
Merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi
dengan kendaraan beroda empat atau perahu bermotor dan peralatan
kesehatan, peralatan komunikasi, serta sejumlah tenaga dari
puskesmas.
Kegiatan puskesmas keliling :
a) Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat didaerah
terpencil atau sulit dijangkau oleh pelayanan puskesmas.
b) Melakukan penyelidikan tentang kejadian luar biasa.
c) Dapat dipergunakan sebagai alat transfortasi pasien rujukan bagi
kasus darurat.
d) Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat
audiovisual.
4) Puskesmas Perawatan
Puskesmas perawatan adalah puskesmas yang diberi tambahan
ruangan dan fasilitas untuk menolong pasien gawat darurat, baik
berupa tindakan operatif terbatas maupun rawat inap sementara.
Kriteria :
a) Puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari rumah sakit.
b) Puskesmas mudah dicapai dengan kendaraan bermotor.
c) Puskesmas dipimpin oleh seorang dokter dan telah mempunyai
tenaga yang memadai.
d) Penduduk wilayah kerja puskesmas dan penduduk tiga wilayah
puskesmas disekitarnya berjumlah 20.000 jiwa per puskesmas.
e) Pemerintah daerah bersedia menyediakan dana rutin yang
memadai.

2. Perbedaan Puskesmas yang lama dengan Puskesmas di era BPJS


Pada bulan November 1967, diadakan seminar yang membahas dan
merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi
dan kemampuan rakyat Indonesia. Kesimpulan dari seminar ini adalah
disepakatinya sistem puskesmas, yang terdiri dari titik A, B dan C.

7
Puskesmas tipe A dipimpin oleh dokter secara penuh, Puskesmas tipe B
dipimpin oleh dokter tidak secara penuh, Puskesmas tipe C dipimpin oleh
tenaga paramedis.
Kemudian depkes menyiapkan rencana induk pelayanan kesehatan
terpadu di Indonesia, dan akhirnya pada tahun 1968 dicetuskan bahwa
puskesmas merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang
kemudian dikembangkan oleh pemerintah (DEPKES) menjadi pelayanan
kesehatan masyarakat, yang memberikan pelayanan kurative dan
prefentive menyeluruh dan mudah dijangkau dakam wilayah kerja
kecamatan, Kota Madya atau Kabupaten (Notoatmojo S, 2003).
Pada awalnya pelayanan kesehatan atau program pokok di
Puskesmas mencakup 17 kegiatan usaha yakni, pelayanan rawat jalan,
kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berencana, kesehatan gigi, kehatan
gizi, kesehatan sekolah, kesehatan lingkungan, kesehatan jiwa, pendidikan
kesehatan, perawatan kesehatan masyarakat, pencengan dan
pemberantasan penyakit menular, kesehatan olah raga, kesehatan lanjut
usia, kesehatan mata, kesehatan kerja, laboratorium (sederhana),
pencatatan dan pelaporan. Pada era BPJS ketujuh belas program tersebut
mendapatkan penambahan satu program yaitu pembinaan pengobatan
tradisional. Hal tersebut dikembangkan berdasarkan program pokok
pelayanan kesehatan dasar seperti yang dinjurkan oleh WHO, yang dikenal
dengan basic seven. Basic seven tersebut terdri atas materal and child
health care, medical care, environment sanitation, health education,
simple laboratory, comunicable desease control dan simple statistik.

Konsep puskesmas dilahirkan tahun 1968 pada Rapat Kerja


Kesehatan Nasional (Rakerkesnas I) di Jakarta. Waktu itu dibicarakan
upaya pengorganisasian sistem pelayanan kesehatan di tanah air, karena
pelayanan kesehatan tingkat pertama pada waktu itu dirasakan kurang
menguntungkan dan masih berjalan sendiri-sendiri.
Puskesmas pada waktu itu di bedakan menjadi 4 macam yaitu :

8
a. Puskesmas tingkat Desa
b. Puskesmas tingkat Kecamatan
c. Puskesmas tingkat Kawedanan
d. Puskesmas tingkat Kabupaten
Sesuai dengan perkembangan, dikeluarkannya INPRES kesehatan
Nomor 5 tahun 1974, Nomor 7 tahun 1975 dan Nomor 4 tahun 1976
berhasil mendirikan dan menempatkan tenaga dokter diseluruh pelosok
tanah air & konsep wilayah diperkecil yaitu suatu wilayah yang
mempuyai jumlah penduduk 30 000 jiwa saja. Tahun 1979 mulai dirintis
pembangunan puskesmas di daerah-daerah tingkat kelurahan / desa yang
mempunyai jumlah penduduk 30 000 jiwa dan untuk mengkoordinasi
kegiatan-kegiatan yang berada di suatu kecamatan maka salah satu
puskesmas tersebut di tunjuk sebagai penanggungjawab (sebagai
puskesmas induk/pembina) & yang lain disebut puskesmas pembantu. Dua
kategori ini dikenal sampai sekarang.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat, disebutkan bahwa Puskesmas mempunyai
tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya dan berfungsi
menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama diwilayah kerjanya.
Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota, merupakan
bagian dari dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai UPTD dinas kesehatan
kabupaten/kota. Oleh sebab itu, Puskesmas melaksanakan tugas dinas
kesehatan kabupaten/kota yang dilimpahkan kepadanya, antara lain
kegiatan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan
Kabupaten/kota dan upaya kesehatan yang secara spesifik dibutuhkan
masyarakat setempat (lokal spesifik).
Puskesmas yang lama memiliki konsep:
a. Puskesmas seolah menjadi penanggung jawab seluruh masalah
kesehatan.
b. Visi dan misi serta fungsi yang belum jelas.
c. Program yang terlalu banyak.
d. SPM belum optimal digerakkan.

9
Fungsi dan tugas Puskesmas telah diatur dalam Permenkes No 75
Tahun 2014 yang menyatakan bahwa Puskesmas menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.
Dalam Permenkes 75 tahun 2014 pasal 4 dan 5 tercantum bahwa
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan
tugas tersebut, Puskesmas menyelenggarakan fungsi:
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Puskesmas sebagai unit publik yang menjadi bagian dari regulator
yang mengelola kesehatan kewilayahan, dan menjadi ujung tombak
sistem preventif dan promotif. Kegiatan ini banyak didanai oleh
anggaran dari Kementerian Kesehatan dan Pemerintah daerah.
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Puskesmas sebagai penyedia pelayanan kesehatan yang bermitra
dengan BPJS untuk memberikan pelayanan primer berupa kuratif,
promotif, preventif dan rehabilitatif perorangan dalam sistem Jaminan
Kesehatan Nasional. Kegiatan ini khusus untuk peserta BPJS didanai
oleh dana kapitasi, non-kapitasi serta dana lain dari BPJS dan untuk
bukan peserta BPJS didanai oleh Kementerian Kesehatan dan
Pemerintah Daerah. Khususnya untuk program TB dan HIV/AIDS, baik
peserta maupun bukan peserta BPJS masih didanai oleh program
vertikal Kementerian Kesehatan.
Ditargetkan pada tahun 2019, seluruh penduduk Indonesia sudah
tercakup oleh JKN. Manfaat yang didapat dari kepesertaan dalam JKN
adalah pelayanan kesehatan yang diperoleh secara berjenjangpelayanan
kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan fasilitas
kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL).
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pelaksanaan Program JKN menegaskan bahwa pelayanan

10
kesehatan dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
dimaksud adalah pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh FKTP,
yaitu Puskesmas, klinik, dan praktik perorangan, termasuk dokter layanan
primer (DLP).
Pelayanan kesehatan tingkat pertama ini meliputi pelayanan
kesehatan non spesialistik yang mencakup:
a. Administrasi pelayanan
b. Pelayanan promotif dan preventif (perorangan, berupa : penyuluhan
kesehatan perorangan, imunisasi dasar, keluarga berencana, dan
skrining kesehatan).
c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
d. Tindakan medis non spesialistik baik operatif maupun non operatif
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
f. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis
g. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama, dan
h. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) melakukan
pembayaran kepada FKTP berdasarkan kapitasi atas jumlah peserta yang
terdaftar di FKTP bersangkutan. Keberhasilan JKN juga ditentukan oleh
ketersediaan (availability) dan kesiapan (readiness) pelayanan kesehatan.
Pilar JKN harus diperkuat oleh pilar penguatan pelayanan kesehatan, yang
mencakup:
a. Peningkatan akses, terutama untuk FKTP.
b. Optimalisasi sistem rujukan.
c. Peningkatan mutu.
Puskesmas akan semakin disibukkan oleh UKP saat JKN harus
dilaksanakan di Puskesmas. Betapapun Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 75 Tahun 2014 mengamanatkan bahwa Puskesmas harus
melaksanakan prinsip keterpaduan dan kesinambungan, dengan
mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan
UKP.
3. Program kesehatan masyarakat di Puskesmas dalam era BPJS
Program Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS)
diresmikan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 31

11
desember 2013 di istana bogor dan mulai dijalankan pada tanggal 1 januari
2014. Program BPJS ini dirancang 10 tahun sebelumnya dan merupakan
hasil penggabungan dari pengalaman serta pembelajaarn badan
penyelenggara jaminan kesehatan lainnya seperti PT. ASKES, PT.
JAMSOSTEK, PT. TASPEN, dan PT. ASABRI dengan berlandaskan UU
No. 40 Tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional.
BPJS ditujukan untuk memberikan jaminan sosial dan kesehatan
secara lebih merata, adil, dan dirasakan manfaatnya secara nyata oleh
seluruh rakyat Indonesia. Keanggotaan BPJS ini berasal dari 86,4 juta
jamkesmas untuk rakyat miskin, 11 juta jiwa untuk jaminan kesehatan
daerah, 16 juta peserta askes, 7 juta peserta jamsostek serta 1,2 juta peserta
dari unsur TNI dan POLRI. Diharapkan tahun 2019 seluruh rakyat
Indonesia telah menjadi anggota BPJS.
Program pokok puskesmas di era BPJS meliputi :
a. Program Promosi Kesehatan (Promkes) :
Penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM), sosialisasi program
kesehatan, survey perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), penilaian
strata posyandu
b. Program Pencegahan Penyakit Menular (P2M)
Surveilens terpadu penyakit (STP), pelacakan kasus: TBC, kusta,
DBD, malaria, flu burung, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA),
diare, infeksi menular seksual (IMS), penyuluhan penyakit menular.
c. Program Pengobatan
Pengobatan dalam gedung : poli umum, poli gigi (Rawat Jalan),
Apotek, unit gawat darurat (UGD), perawatan penyakit (Rawat Inap),
pertolongan persalinan (Kebidanan). pengobatan luar gedung : Rujukan
kasus, pelayanan puskesmas keliling (Puskel).
d. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) :
ANC (Antenatal Care), PNC (Post Natal Care), pertolongan
persalinan, rujukan ibu hamil risiko tinggi, pelayanan neonatus,
kemitraan dukun bersalin, manajemen terpadu balita sakit (MTBS).
e. Program Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana (KB) :

12
Pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR), imunisasi calon
pengantin (TT Catin), pelayanan kb pasangan usia subur (PUS),
penyuluhan KB.
f. Program Upaya Peningkatan Gizi Masyrakat :
Penimbangan bayi balita, pelacakan dan perawatan gizi buruk,
stimulasi dan deteksi dini tumbuh kembang anak, penyuluhan gizi.
g. Program Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan :
Pengawasan Kesehatan Lingkungan : SPAL (saluran pembuangan
air limbah), SAMI-JAGA (sumber air minum-jamban keluarga),
Pemeriksaan Sanitasi : TTU (tempat-tempat umum), Institusi
Perkantoran, Survey Jentik Nyamuk (SJN).
h. Program Pelayanan Kesehatan Komunitas :
Kesehatan mata, kesehatan jiwa, kesehatan lansia, kesehatan
olahraga, perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas), upaya
kesehatan sekolah (UKS).
i. Program Pencatatan dan Pelaporan :
Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP)
disebut juga sistem informasi dan manajemen puskesmas (SIMPUS).

Diagram 1. Fungsi Puskesmas sebagai Penanggung Jawab Wilayah


dan Fasilitas Pemberi Pelayanan Kesehatan Perorangan

Puskesmas memiliki 2 fungsi yang berbeda: Pertama, fungsi upaya


kesehatan masyarakat (UKM) yaitu Puskesmas sebagai unit publik yang
menjadi bagian dari regulator yang mengelola kesehatan kewilayahan, dan
menjadi ujung tombak sistem preventif dan promotif. Kegiatan ini banyak
didanai oleh anggaran dari Kementerian Kesehatan dan Pemerintah

13
daerah. Kedua, fungsi upaya kesehatan perorangan (UKP) yaitu
Puskesmas sebagai penyedia pelayanan kesehatan yang bermitra dengan
BPJS untuk memberikan pelayanan primer berupa kuratif, promotif,
preventif dan rehabilitatif perorangan dalam sistem Jaminan Kesehatan
Nasional. Kegiatan ini khusus untuk peserta BPJS didanai oleh dana
kapitasi, non-kapitasi serta dana lain dari BPJS dan untuk bukan peserta
BPJS didanai oleh Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Daerah.
Khususnya untuk program TB dan HIV/AIDS, baik peserta maupun bukan
peserta BPJS masih didanai oleh program vertikal Kementerian Kesehatan.
Dampak dari adanya 2 fungsi Puskesmas ini yaitu adanya berbagai
sumber dana yang berbeda untuk satu program yang sama, misalnya untuk
program pengelolaan penyakit tidak menular Puskesmas dapat
memperoleh pendanaan dari BOK maupun Prolanis. Namun di sisi lain,
dapat terjadi kekurangan pendanaan pada beberapa program yang tidak
menjadi prioritas dari pemerintah pusat ataupun BPJS, misalnya untuk
pengelolaan penyakit kronis selain yang tercantum dalam Permenkes
Nomor 19 Tahun 2014. Hal lain yang menjadi sorotan yaitu porsi biaya
operasional dari dana kapitasi yang masih bersisa tetapi tidak dapat
digunakan untuk kegiatan promotif-preventif ke masyarakat karena adanya
perbedaan pemahaman mengenai peraturan penggunaan dana di lapangan.
Tidak optimalnya pemanfaatan dana ini mengesankan dengan banyaknya
dana yang dikucurkan, belum tampak ada peningkatan kinerja pelayanan.
Permenkes nomor 99 tahun 2015 yang diluncurkan Desember 2015 telah
menjawab adanya perbedaan pemahaman tersebut. Pemantauan terhadap
implementasi peraturan tersebut perlu dilakukan untuk memastikan
tercapainya kesamaan pemahaman antara pemerintah pusat dan
daerah.Adapun Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
dilaksanakan mulai 1 Januari 2014 berlandaskan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN). BPJS Kesehatan sebagai badan penyelenggara bidang
kesehatan memiliki kewenangan mengendalikan mutu dan biaya di

14
Fasilitas Kesehatan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013.
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) seperti Puskesmas,
Klinik, Dokter Prakter Perorangan dan RS Pratama merupakan tujuan
pertama peserta ketika mendapatkan masalah kesehatan. Sebagai tulang
punggung dalam sistem pelayanan kesehatan program JKN, FKTP
diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan komunitas yang menjadi
tanggung jawabnya dan memberikan pelayanan yang komprehensif mulai
dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Penguatan fungsi
pelayanan primer tidak akan berarti tanpa kompetensi yang memadai dan
komitmen yang tinggi dari FKTP.
BPJS Kesehatan terus berkomitmen kuat untuk selalu meningkatkan
pelayanan kesehatan bagi peserta khususnya di FKTP. Komitmen ini
ditunjukan salah satunya dengan kegiatan Jambore Nasional Pelayanan
Primer II yang secara kontinu dilakukan setiap tahunnya, dan diharapkan
melalui kegiatan ini akan membentuk kemitraan strategis antara BPJS
Kesehatan dengan FKTP dalam upaya memberikan pelayanan terbaik bagi
peserta BPJS Kesehatan dan membangun FKTP yang kuat.
Jambore Pelayanan Primer juga merupakan upaya untuk optimalisasi
fungsi pelayanan kesehatan primer melalui peningkatan kompetensi FKTP
serta pemahaman terhadap program Jaminan Kesehatan Nasional. Jambore
Pelayanan Primer merupakan pertemuan rutin tahunan yang melibatkan
FKTP dan stakeholder yang terlibat dalam pelayanan primer BPJS
Kesehatan. Kegiatan Jambore Pelayanan Primer diharapkan dapat
membentuk kemitraan strategis seluruh stakeholder untuk membangun
pelayanan primer yang kuat, yang pada akhirnya akan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
Salah satu Program kesehatan masyarakat di puskesmas adalah
upaya Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) yang diusung
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Tahun lalu pengembangan Prolanis
menjadi andalan bagi peserta Jambore Pelayanan Primer, sehingga tahun

15
ini fokus Jambore Pelayanan Primer adalah apresiasi bagi FKTP dan Klub
yang mengelola Prolanis.
Prolanis yang kini terus dikembangkan adalah khusus untuk peserta
BPJS Kesehatan yang menyandang diabetes melitus (DM) dan hipertensi.
FKTP secara khusus mengembangkan prolanis, dimana mereka akan
mengajak peserta penyandang DM maupun hipertensi untuk dapat bekerja
bersama-sama dalam mengelolaan penatalaksanaan kesehatan yang baik
sehingga diharapkan akan menghasilkan kualitas hidup yang optimal
walaupun memiliki penyakit DM ataupun hipertensi.
Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan
proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta,
FasilitasKesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangkapemeliharaan
kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatanyang menderita penyakit kronis
untuk mencapaikualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan
kesehatan yang efektif dan efisien.
Tujuan Prolanis adalah mendorong peserta penyandang penyakit
kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator75% peserta
terdaftar yang berkunjung ke FaskesTingkat Pertama memiliki hasil baik
pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 dan hipertensi
sesuai panduan klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya
komplikasi penyakit.Sasaran Prolanis adalah Seluruh Peserta BPJS
Kesehatan penyandang penyakit kronis (Diabetes Melitus Tipe 2 dan
Hipertensi) aktifitas dalam prolanis
Meliputi aktifitas konsultasimedis/edukasi, Home Visit, Reminder,
aktifitas klub dan pemantauan status kesehatan.Penanggungjawab adalah
Kantor Cabang BPJSKesehatan bagian Manajemen Pelayanan rimer.
Pengisian formulir kesediaan bergabung dalam Prolanis oleh calon peserta
Prolanis.
Peserta Prolanis harus sudah mendapat penjelasan tentang program
dan telah menyatakan kesediaannya untuk bergabung. Validasi kesesuaian
diagnosa medis calon peserta peserta Prolanis adalah peserta BPJS yang
dinyatakan telah terdiagnosa DM Tipe 2 dan atau Hipertensi oleh Dokter

16
Spesialis di Faskes TingkatLanjutan. Peserta yang telah terdaftar dalam
Prolanis harus dilakukan proses entri data dan pemberian flag peserta
didalam aplikasi Kepesertaan. Demikianpula dengan Peserta yang keluar
dari program. Pencatatan dan pelaporan menggunakan aplikasiPelayanan
Primer (P-Care).
B. Nursing Center
1. Konsep Nursing Center
a. Pengertian Nursing Center
Nursing Center merupakan Pengelolaan terpadu dalam
pelayanan, pendidikan dan penelitian keperawatan melalui
pemberdayaan seluruh potensi yang ada secara optimal. Dalam
Nursing Center selalu diupayakan untuk memandang keperawatan
sebagai suatu kesatuan yang utuh, sehingga Nursing Center memiliki
karakteristik tertentu (Suharyati, 2002).
b. Karakteristik Nursing Center
Sesuai dengan batasan Nursing Center, maka yang menjadi ciri
utama Nursing Center adalah :
1) Keterpaduan dalam perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi
program pendidikan, pelayanan dan penelitian/pengembangan
keperawatan. Keterpaduan pengelolaan dalam pendidikan, pelayanan
dan penelitian keperawatan diperlukan untuk mencapai sinergisitas
dalam setiap langkah pengelolaan.
2) Dengan keterpaduan pengelolaan maka akan terjadi pemberdayaan
seluruh potensi yang ada secara optimal. Untuk itu diperlukan
adanya kesadaran, keterbukaan dan kebersamaan dalam menghadapi
pelaksanaan tugas pelayanan, pendidikan dan penelitian yang
dipandang sebagai tanggung jawab bersama.
3) Untuk dapat mengoptimalisasikan seluruh potensi yang ada tersebut,
diperlukan persamaan persepsi seluruh personal yang terlibat
terhadap keperawatan komunitas baik eksternal maupun internal
keperawatan komunitas.
4) Secara internal keperawatan, persamaan persepsi dapat diperoleh
melalui membangun masyarakat ilmiah keperawatan komunitas,

17
dimana seluruh anggota profesi bersatu padu dalam mengembangkan
keperawatan komunitas baik dalam teori maupun praktik.
5) Secara eksternal, persamaan persepsi juga mutlak diperlukan dari
seluruh stake holder yang terkait dengan semua upaya kesehatan
masyarakat melalui kolaborasi dengan berbagai faktor.
c. Nursing Center sebagai Model Keperawatan Komunitas
Model adalah suatu ide/gagasan yang dijelaskan dengan
menggunakan symbol dan visualisasi fisik. Model konseptual
keperawatan merupakan rancangan terstruktur yang terdiri dari berbagai
konsep yang memiliki hubungan spesifik dan dapat digunakan sebagai
landasan dalam praktik keperawatan. Nursing Center sebagai model
keperawatan komunitas beranjak dari berbagai asumsi dasar yang
berkaitan dengan pelayanan, pendidikan, dan penelitian-pengembangan
keperawatan komunitas.
Asumsi Dasar Nursing Center
1) Kualitas pelayanan keperawatan komunitas menjadi tanggung jawab
seluruh anggota profesi keperawatan.
2) Untuk dapat memikul tanggung jawab profesi, maka anggota
keperawatan komunitas dituntut untuk memiliki kemampuan yang
memadai, yang hanya dapat ditumbuhkembangkan melalui proses
pendidikan yang memungkinkan pengembangan potensi maksimal
bagi calon perawat dan pembinaan selama kehidupan karirnya
sebagai perawat.
3) Pelayanan dan pendidikan keperawatan komunitas yang
menggambarkan hubungan antara konsep keperawatan komunitas
sebagai sistem, caring, serta penelitian pendidikan, organisasi profesi
dan pelayanan keperawatan komunitas dalam seluruh proses
pengelolaan; perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
d. Pelayanan Keperawatan Komunitas sebagai Suatu Sistem
Agar pelayanan keperawatn komunitas dapat berlangsung
memadai, diperlukan perhatian terhadap tiga faktor pembentuk system
pelayanan keperawatan yaitu :
1) Penerima jasa layanan keperawatan/klien

18
Klien keperawatan di komunitas dapat berupa
perorangan/individu, kelompok, keluarga, maupun masyarakat.
Klien individu adalah seseorang yang mengalami ganguan kesehatan
baik aktual maupun potensial. Klien kelompok merupakan dua atau
lebih klien dengan masalah kesehatan yang relatip sama, misalnya
kelompok umur, kelompok pekerjaan, atau kombinasi antara
kelompok umur dengan tempat tinggal, serta kelompok sosial
kemasyarakatan. Klien keluarga merupakan sekelompok klien yang
terikat oleh hubungan darah, hokum, dan atau tempat tinggal.
Sedangkan klien masyarakat/ populasi, merupakan sekelompok klien
yang tinggal bersama di suatu wilayah/daerah tertentu, sehingga
saling mempengaruhi dalam masalah kesehatan.
2) Pemberi jasa pelayanan keperawatan
Perawat yang langsung melayani kebutuhan klien di
masyarakat secara lansung dan sesuai dengan kompetensi perwat
yang ada. Kualitas layanan keperawatan sangat tergantung pada
kemampuan perawat yang dibentuk oleh pengetahuan, ketrampilan
dan sikap yang dimilikinya. Kemampuan perawat pemberi
pelayanan, diperoleh bukan hanya dari dalam proses pendidikan,
tetapi juga dari pembinaan dan pengembangan diri selama kehidupan
dirinya sebagai perawat.
3) Pembuat kebijakan keperawatan
Pembuat kebijakan sangat mempengaruhi kualitas layanan,
karena sebagai pembuat keputusan dalam pengelolaan keperawatan,
akan menetapkan kebijakan berbagai komponen pelayanan
keperawatan. Oleh karena itu, pembuat kebijakan/pengelola
pelayanan keperawatan harus memiliki kemampuan dalam :
a) Mengidentifikasi kebutuhan klien dan provider
b) Menetapkan skala prioritas yang tepat
c) Menyusun rencana strategis untuk menyelesaikan masalah
d) Melakukan pembinaan dan evaluasi terhadap seluruh proses
pelayanan

19
e) Melakukan perbaikan rencana dan pelaksanaan kualitas lyanan
yang lebih efektif dan Efisien
e. Tujuan Nursing Center
Tujuan umum Nursing Center adalah terselenggaranya pelayanan,
pendidikan dan penelitian keperawatan yang berkualitas secara efektif
dan efisien.
Tujuan khusus Nursing Center sebagai berikut :
1) Teridentifikasinya kebutuhan klien dan mashasiswa/peserta latihan
baik actual maupun potensial.
2) Tersusunnya rencana pelayanan dan pengalaman belajar lapangan
yang terpadu, dalam hal ini kebutuhan kebutuhan belajar
mahasiswa/.peserta latihan sesuai dengan kebutuhan pelayanan
klien.
3) Terselenggaranya pengalaman belajar lapangan dan pelayanan
keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun bersama.
4) Terselenggarakannya monitoring dan evaluasi pengalaman belajar
dan pelayanan keperawatan.
5) Tersusunnya rencana penelitian keperawatan dan pelaksanaannya
6) Tersusunnya rencana pengembangan keperawatan berdasarkan
kajian ilmiah.
f. Kriteria Nursing Center yang Baik
1) Memenuhi kebutuhan pelayanan keperawatan komunitas dan
kebutuhan belajar mahasiswa/ peserta latihan secara terpadu.
2) Memberikan arahan pengkajian
3) Memberi arah dalam analisa dan perencanaan
4) Memberikan arahan implementasi
5) Memfasilitasi evaluasi
6) Merupakan garis besar kurikulum suatu pendidikan (dalam hal ini
pendidikan keperawatan komunitas)
7) Representasi kerangka kerja penelitian untuk pengembangan teori
maupun praktik
g. Penerima Pelayanan/ Sasaran Kegiatan Nursing Center

20
Sasaran kegiatan merupakan konsep yang jelas tentang siapa atau
apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Untuk dapat mencapai
tujuan Nursing Center, maka yang menjadi sasaran utama adalah
peserta didik/ pelatihan keperawatan dank lien (individu, keluarga,
kelompok khusus maupun masyarakat umum) dari semua umur.
Sedangkan yang dilakukan Nursing Center adalah kegiatan pelayanan,
pendidikan dan atau pelatihan dan penelitian pengembangan
keperawatan.
h. Peran Perawat Nursing Center
Perawat yang terlibat dalam Nursing Center baik yang berasal
dari Puskesmas maupun institusi pendidikan mempunyai empat peran
utama ialah sebagai pemberi pelayanan kepada klien, pendidik
keperawatan untuk mahasiswa/ peserta pelatihan dan peran sebagai
peneliti untuk pengembangan ilmu dan praktik keperawatan serta
pengelola keperawatan.
i. Sumber Kesulitan Nursing Center
Pelaksanaan Nursing Center diperkirakan akan mengalami
berbagai kesulitan/ hambatan baik dari segi sumber, manajemen
maupun metoda dan marketing. Namun demikian dengan komitmen
yang kuat dan dukungan semua pihak kesulitan akan dapat dikurangi
bahkan mungkin dihilangkan. Untuk mendapatkan komitmen yang kuat
diperlukan kesadaran dari semua perawat baik dosen maupun pengelola
serta pelaksana keperawatan bahkan keperawatan merupakan tanggung
jawab bersama.
Fokus Intervensi, merupakan cara/alat utama untuk mencegah
atau menghilangkan masalah. Dengan kata lain focus intervensi
merupakan pengungkit yang dapat digunakan untuk merubah penyebab
situasi ke arah hasil yang diharapkan. Fokus intervensi Nursing Center
ada pada upaya memfasilitasi dan advokasi serta koordinasi serta
kolaborasi seluruh kegiatan Nursing Center untuk mencapai pelayanan
dan pendidikan keperawatan yang berkualitas.
2. Aplikasi Nursing Center

21
Tujuan umum Nursing Center adalah tercapainya masyarakat sehat
dengan indikator kemandirian keluarga melalui pelayanan, pendidikan dan
penelitian keperawatan yang berkualitas secara efektif dan efisien.
a. Fokus Intervensi Nursing Center
Merupakan cara atau alat utama untuk mencegah atau menghilangkan
masalah. Dengan kata lain fokus intervensi merupakan pengungkit yang dapat
digunakan untuk merubah penyebab situasi ke arah hasil yang diharapkan. Fokus
intervensi Nursing Center ada pada upaya memfasilitasi, advokasi, koordinasi serta
kolaborasi seluruh kegiatan Nursing Center untuk mencapai pelayanan dan
pendidikan keperawatan yang berkualitas.
b. Konsekuensi
Penerapan suatu model keperawatan selalu diikuti berbagai
konsekuensi baik yang berkenaan dengan proses maupun hasil.
Konsekuensi utama yang berkenaan dengan proses pelaksanaan Nursing
Center adalah perubahan sikap dan pola pikir yang sangat mendasar dimana
pemikiran tentang keperawatan yang terkotak-kotak (memisahkan antara
pendidikan, pelayanan, dan penelitian) menjadi harus berfikir sistem
dengan melihat keperawatan sebagai suatukesatuan yang utuh antara
pendidikan, pelayanan dan penelitian-pengembangan.
Sedangkan konsekuensi yang berkenaan dengan hasil adalah
kemungkinan kegagalan di berbagai segi yang perlu diantisipasi dan direncanakan
cara penanggulangannya. Penyebab kegagalan utama diperkirakan
karena kurangnya komitmen dan sikap mental seluruh komponen yang
terkait terhadap ide dasar bahwa pendidikan dan pelayanan serta penelitian
keperawatan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Komitmen yang kurang dapat
terjadi karena kurangnya keyakinan tentang manfaat Nursing Center bagi dirinya
atau institusinya. Oleh karena itu, sosialisasi perlu dilakukandengan baik
kepada semua pihak yang terkait.
c. Tahap Pengembangan Nursing Center
Karena Nursing Center merupakan hal yang baru, maka
pegembangan Nursing Center dilakukan mengikuti proses adopsi yang terdiri
dari tahapan:

22
1) Initial (persiapan)
Dalam tahap initial atau tahap persiapan dilakukan
sosialisasi tentang konsep Nursing Center ke semua pihak terkait
untuk memperoleh komitmen dan dukungan.
2) Beginning (awal)
Dalam tahap awal mulai diidentifikasi dan dipersiapkan
berbagai faktor pendukung pelaksanaan Nursing Center baik
perangkat keras maupun perangkat lunak sesuai dengan
kebutuhan pelayanan, pendidikan, dan penelitian keperawatan.
3) Working (kerja)
Nursing Center dalam tahap ini sudah dapat dimulai sesuai
kesiapansumber dan kebutuhan yang ada. Pada tahun pertama
biasanya kegiatan difokuskan kepada pelayanan dan pendidikan.
Sedangkan kegiatan penelitian baru dapat dimulai setelah
kegiatan pelayanan dan pendidikan berlangsung. Hal ini
dilakukan untuk memperolehdata dasar dari hasil pendataan atau survei
mawas diri yang dilakukan oleh masyarakat didampingi oleh staf
puskesmas, mahasiswa atau peserta pelatihan dan dosen.
4) Terminal
Dalam tahap terminal dilakukan evaluasi dan perbaikan atau
modifikasi sesuai hasil tahap kerja yang telah dilakukan. Evaluasi
dan modifikasi dilakukan baik terhadap perencanaan maupun proses
pelaksanaan hasil yang didapat. Dalam tahap terminal perlu
dilakukan bersama oleh semua pihak yang terkait (Pendidikan,
Dinas Kesehatan, Puskesmas, Pemda serta sektor lainnya).
5) Adoption
Nursing Center yang telah berlangsung beberapa waktu
yang telah dievaluasi serta dianggap bermanfaat bagi kesehatan
masyarakat, biasanya akan dikembangkan di daerah lain. Pada tahap
ini Nursing Center yang lama dapat melakukan fungsi pendampingan
dan bimbingan bagi Nursing Center yang baru memasuki tahap persiapan
dan awal.

23
d. Nursing Center di Puskesmas
Puskesmas sesuai dengan peraturan yang berlaku merupakan
unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja (Depkes RI, 2006).
e. Nursing Center sebagai Tempat Praktek Mandiri/Berkelompok Perawat
Ide penerapan Nursing Center sebagai model praktik mandiri
muncul karena dua alasan kuat yaitu:
1) Keperawatan sebagai profesi yang seharusnya melakukan pelayanan
kepada masyarakat dengan praktik keperawatan mandiri, ternyata di
lapangan belum ada.
2) Disahkannya UU keperawatan tentang legalitas praktik
keperawatan mandiri.
Kedua alasan tersebut di atas mendorong pemikiran agar PPNI
Provinsi Jawa Barat membuat proyek percontohan praktik
keperawaan mandiri dalam bentuk praktik bersama (beberapa perawat
bergabung di suatu tempat praktik).
f. Operasionalisasi Nursing Center
Jenis kegiatan utama Nursing Center :
1) Pelayanan keperawatan
2) Pendidikan
3) Penelitian
4) Sistem informasi kesehatan
g. Kegiatan Pelayanan Nursing Center
Bentuk pelayanan dalam lingkup Nursing Center:
1) Asuhan keperawatan individu
2) Follow up care (home care)
3) Active case finding keluarga rawan
4) Asuhan keperawatan kelompok khusus (sekolah, panti, home industry)
5) Asuhan keperawatan komunitas
6) Evidence based
h. Monitoring dan Evaluasi
1) Laporan triwulan
2) Pertemuan rutin setiap 2 bulan sekali
3) Monitoring terhadap:
a) Keluarga mandiri
b) Survey kepuasan

24
c) Mutu pelayanan keperawatan
4) Laporan tahunan
i. Kegiatan Pelayanan Keperawatan Nursing Center
Jenis kasus yang ditangani di Nursing Center : mencakup semua
kasus yang mempunyai risiko kesehatan utama di wilayah kerja puskesmas (10
penyakit utama).
Jenis pelayanan Nursing Center terbagi menjadi pelayanan
dalam gedung dan pelayanandi luar gedung. Pelayanan dalam gedung
merupakan pelayanan yang dilakukan di puskesmas, yang mencakup:
1) Direct care
2) Konseling Kesehatan
3) Health education
Pelayanan di luar gedung merupakan pelayanan yang
dilakukan di luar puskesmas. Pelayanan luar gedung mencakup:

1) Pengumpulan data komunitas dan keluarga (evidence based )


2) Pengorganisasian dan pengembangan masyarakat
3) Health education
4) Pelatihan-pelatihan kesehatan (kader kesehatan, guru UKS,
tenaga kerja)
5) Pelayanan kesehatan kelompok khusus (gerontik, usia sekolah,
tenaga kerja, pra sekolah)
6) Pelayanan keperawatan keluarga: follow up care keluarga dengan
risikotinggi dan pelayanan keperawatan pada keluarga rawan
j. Kegiatan Nursing Center
1) Kegiatan Pendidikan
a) Bimbingan praktek mahasiswa keperawatan
b) Pelaksanaan ujian kasus mahasiswa
c) Bimbingan teknis perencanaan kegiatan puskesmas
d) Pelatihan-pelatihan kesehatan dan keperawatan
2) Kegiatan Penelitian
a) Penelitian kesehatan yang terkait dengan kasus-kasus yang dijumpai di
Nursing Center
b) Penelitian mengenai manajemen kesehatan dan asuhan keperawatan
c) Bimbingan kegiatan penelitian bagi mahasiswa, tenaga puskesmas, dan
dosen
3) Kegiatan Sistem Informasi Kesehatan
a) Layanan penyediaan data kesehatan masyarakat
b) Layanan pengelolaan data kesehatan masyarakat (pengolahan
dan analisisdata)

25
c) Penyebaran informasi hasil penelitian melalui jurnal ilmiah
d) Penyebarn informasi kesehatan melalui media massa
e) Pembuatan leaflet, brosur, dan CD yang berkaitan dengan
promosi kesehatan
k. Ketenagaan di Nursing Center
Koordinator : Penanggung jawab program puskesmas
Pelaksana :
1) Tenaga pendidikan (staf pengajar)
2) Tenaga puskesmas : perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lain
Sarana dan Fasilitas di Nursing Center
1) Buku-buku pedoman dari dinas kesehatan.
2) Ruangan khusus Nursing Center yang dilengkapi dengan tempat
tidur tindakan, meja/ ruang konseling, komputer.
3) Sarana : map family folder, buku register, rak follow up care,
media penyuluhan dan konseling (buku, lembar balik, poster,
leaflet, audiovisual), format rujukan, peta wilayah kegiatan
keperawatan komunitas.
l. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Nursing Center
1) Faktor pendukung
Yang menjadi faktor pendukung utama dalam pelaksanaan
Nursing Center adalah:
a) Komitmen pengambilan kebijakan baik di Institusi
Pendidikan maupun Dinas Kesehatan Provinsi
Kabupaten/Kota sehingga memperlancar dana,fasilitas dan
puskesmas baik untuk pelatihan perawat, penyediaan sarana
dan prasarana (ruangan, CHN kit, alat transportasi, family
folder dll).
b) Kolaborasi lintas sektor (pendidikan, pelayanan, pemerintah
daerah dan DPRD, organisasi profesi/PPNI dan sektor
lainnya yang terkait) yangdirasakan sangat mendukung
pelaksanaan Nursing Center.
2) Faktor penghambat

Masih adanya persepsi yang keliru baik dari masyarakat luas,


profesi kesehatanlain maupun anggota profesi keperawatan tentang

26
profesi keperawatan dan lingkupkerjanya. Hal ini terjadi karena
perubahan keperawatan dari vokasi menjadi profesiyang relatif
baru.

27
BAB 1V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Puskesmas merupakan salah satu organisasi fungsional yang


menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh (meliputi
promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif), terpadu merata, dapat
diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat
dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat
guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat.
Puskesmas dulu dan kini semakin menampakkan perbedaan baik dari
visi, misi, program, sistem pembiayaan, maupun bentuk pelayanannya
terhadap masyarakat. Puskesmas kini menyelenggarakan UKM sebagai
regulator kesehatan kewilayahan dengan pendanaan dari kemenkes dan
pemda, serta UKP sebagai penyedia pelayanan kesehatan yang bermitra
dengan BPJS .
Peran serta aktif masyarakat merupakan salah satu factor pendukung
keberhasilan dari tujuan2 yang dicanangkan Puskesmas, sehingga
memunculkan satu bentuk kepedulian dari program keperawatan melalui
metode baru pelayanan kesehatan berbasis keperawatan integral yaitu nursing
center.
Nursing center secara umum bertujuan mencapai derajat masyarakat
sehat dengan indicator kemandirian keluarga melalui pelayanan, pendidikan
dn penelitian yang berkualitas secara efektif dan efisien melalui upaya
memfasilitasi, advokasi, koordinasi serta kolaborasi seluruh kegiatan nursing
center yang merupakan fungsi dan peran perawat sebagai pelayan masyarakat
di bidang kesehatan.

28
B. SARAN

1 Puskesmas diharapkan dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan


kesehatan dan pengelolaan sistem kesehatan dengan memasukkan unsur
caring di dalamnya sehingga tujuan yang diinginkan akan dapat tercapai
dengan lebih baik.
2 Pemerintah pun diharapkan dapat memberikan bantuan untuk peningkatan
sarana dan prasarana pada puskesmas sampai ke unsur SDMnya.
3 Sosialisasi program nursing center sebagai bentuk kepedulian dari profesi
keperawatan agar difasilitasi oleh pemerintah melalui berbagai
lembaganya sehingga masyarakat akan semakin sadar terhadap kebutuhan
hidup sehat dan semakin memahami mengenai keberadaan nursing center
dan keuntungannya bagi masyarakat.

29

You might also like