Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
B. Distribusi Ketenagaan
C. Jadwal Kegiatan
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
BAB V LOGISTIK
BAB IX PENUTUP
2 | Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terwujudnya kondisi kesehatan masyarakat yang baik adalah tugas dan tanggung
jawab dari negara sebagai bentuk amanah konstitusi yaitu Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dalam pelaksanaannya negara berkewajiban
menjaga mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Mutu pelayanan kesehatan
sangat ditentukan oleh fasilitas kesehatan serta tenaga kesehatan yang berkualitas.
Untuk mewujudkan tenaga kesehatan yang berkualitas, negara sangat membutuhkan
peran organisasi profesi tenaga kesehatan yang memiliki peran menjaga kompetensi
anggotanya
B. Tujuan Pedoman
Tersedianya pedoman sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan medik
dasar yang profesional dan bermutu di sarana kesehatan
Tujuan khusus:
a. Terlaksananya penilaian terhadap kinerja pelayanan medik dasar di puskesmas
b. Terlaksananya perbaikan berkelanjutan program
c. Meningkatnya kepuasan dan harapan pelanggan terhadap pelayanan kesehatan
di puskesmas
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/Menkes/PER/IX/2010 tentang
Standar Pelayanan Kedokteran;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/PER/X/2011 tentang Izin
Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Tahun 671);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 1400);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Panduan Praktek
klinis Bagi dokter di fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 231);
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
4 | Page
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Tenaga pelaksana yang digunakan untuk pelayanan medik dasar adalah tenaga yang
memiliki surat izin praktek /surat izin kerja ,al;
1,Dokter
2.Tenaga Paramedis
Tenaga baru harus melalui orientasi petugas.Tenaga kesehatan mengikuti seminar dan
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan pelayanan dikoordinir oleh penanggungjawab poli gigi.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
5 | Page
B. Standar Fasilitas
7 | Page
Korentang
Waskom Bengkok (Neirbeken)
Lemari peralatan
Lempeng Kaca Pengaduk Semen
Needle Destroyer
Silinder Korentang Steril
Tempat Pembuangan Kapas (50 x 75 mm)
Tempat Alkohol (Dappen Glas)
Toples Kapas Logam dengan Pegas dan Tutup
(50 x 70 mm)
Tempat Pembuangan Kapas (50 x 75 mm)
Meja kerja
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
8 | Page
b. Layanan bersifat pribadi
c. Pelayanan paripurna
d. Paradigma sehat
e. Pelayanan berkesinambungan
f. Berorientasi pada keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan hak dan
kewajiban pasien, pendidikan pasien dan keluarga sehingga pasien dan
keluarga dan berperan aktif dalam pengambilan keputusan tindakan
kedokteran berdasarkan pengetahuan yang benar dan ilmiah..
g. Pelayanan memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan pasien.
Pencatatan juga dilakukan di register ruang pemeriksaaan gigi, buku konsul bila
dilakukan konsul, buku jenis penyakit gigi dan mulut menurut kelompok umur, serta
buku pencatatan jenis penyakit (diagnosa) dan terapinya.
9 | Page
ALUR PELAYANAN
Pendaftaran
Konseling
laboratorium
Farmasi
Pulang
5. Mekanisme rujukan
1. Rujukan dilakukan kefasyankes terdekat sesuai dengan sistem rujukan
2. Rujukan berdasarkan indikasi medis
6. Kredensial
Kredensial adalah proses menilai dokter/dokter gigi oleh Dinas Kesehatan dengan suatu
kriteria mutu yang ditetapkan .Proses ini bertujuan agar kualitas mutu pelayanan dapat
distandarkan.
Hal-hal yang dikredensialingkan adalah;
1. Aspek legal: Perizinan ; izin praktek dokter gigi, izin kerja perawat gigi
2. Sarana prasarana sesuai standard
10 | P a g e
4 Demineralisasi Permukaan Halus K.02.0
/Aproksimal
7 Atrisi,Abrasi,Erosi K03.K03.1,K03.2,K0
2.3
11 | P a g e
Kegawatdarur 25 Abses Periapikal K.04.7
atan Gigi
26 Abses Periodontal K.05.2
8.Rekam Medis
Dalam rekam medik gigi data-dat penting yang perlu dicatat,dirangkum
dalam blangko rekam medik gigi adalah;
a. Identitas pasien
a. Nomor file
b. Tanggal pembuatan status
c. Nama
d. Jenis Kelamin
e. Tempat dan tanggal lahir/umur
f. Alamat rumah /nomor telepon dan handphone
g. Pekerjaan
h. Alamat kantor,nomor telepon dan fax
b. Keadaan Umum Pasien
a. Golongan darah
b. Tekanan darah
c. Ada /tidak kelainana haemofilia
d. Ada/tidak penyakit jantung
e. Ada/tidak penyakit diabetes
f. Ada/tidak alergi terhadap obat tertentu
g. Ada/tidak penyakit tertentu seperti Hepatitis,HIV
c. Odontogram
Pemeriksaan terhadap seluruh keadaan gigi dan mulut pasien di
catatkan pada kunjungan pertama atau kesempatan pertama,sehingga
memberikan gambaran keadaan secara keseluruhan.Odontogram
selalu ditempatkan pada lembar pertama rekam medik,setelah data
identitas ,keadaan umum.selanjutnya baru diikuti oleh lembar data
perawatankedokteran gigi yang dilakukan.
Setelah pengisian pertama pembuatan odontogram diulang atau
dilengkapi;
-setiap satu tahun
-setiap kedatangan atau kontrol
-jika pasien akan pindah kota/dokter gigi
-jika sebelum satu tahun banyak restorasi gigi permanen yang
dilakukan.
Pada odontogram berisi data;
a. Tanggal pemeriksaan untuk odontogram
b. Gambar denah gigi (odontogram)
c. Hubungan oklusi
d. Ada atau tidaknya torus palatinus,torus mandibularis
e. Type langit-langit mulut (palatum);Dalam ,sedang ,rendah
f. Ada atau tidaknya diastema sentral
g. Adakah anomali atau ciri-ciri lain.
d. Data Perawatan Kedokteran gigi
Data perawatan kedokteran gigi yang dilakukan dicatat pada setiap
kunjungan secara teliti.
Data perawatan kedokteran gigi berisi:
a. Tanggal kunjungan
b. Gigi yang dirawat
c. Keluhanan dan diagnosa
d. Tindakan yang dilakukan
12 | P a g e
e. Paraf dokter gigi (penting)
f. Hasil Rontgen foto,jika ada
e. Nama dokter gigi yang merawat.
13 | P a g e
14 | P a g e
15 | P a g e
16 | P a g e
]
18 | P a g e
19 | P a g e
20 | P a g e
21 | P a g e
BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan dana dan logistik untuk melaksanakan kegiatan pelayanan medik rawat jalan
direncanakan dalam loka karya mini sesuai dengan tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan
22 | P a g e
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien
lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
23 | P a g e
Puskesmas menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria:
3.1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien
keluar dari puskesmas.
3.2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan
sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit
pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
3.3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi
dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
3.4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
Standar IV. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
Standar:
Puskesmas harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria:
4.1. Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (desain) yang baik, mengacu pada
visi, misi, dan tujuan puskesmas, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis
terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko
bagi pasien sesuai dengan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas.
4.2. Setiap puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait
dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
4.3. Setiap puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua insiden, dan
secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
4.4. Setiap puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk
menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
Standar:
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara
terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Puskesmas .
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja puskesmas serta meningkatkan keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja
puskesmas dan keselamatan pasien
Kriteria:
5.1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
5.2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program meminimalkan
insiden.
24 | P a g e
5.3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari puskesmas
terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
5.4. Tersedia prosedur cepat-tanggap terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang
terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan
jelas untuk keperluan analisis.
5.5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden termasuk
penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah Kejadian Nyaris
Cedera (Near miss) dan Kejadian Sentinel pada saat program keselamatan pasien mulai
dilaksanakan.
5.6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani
Kejadian Sentinel (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk
mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan Kejadian Sentinel.
5.7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola
pelayanan di dalam puskesmas dengan pendekatan antar disiplin. 5.8. Tersedia sumber daya dan
sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan kinerja puskesmas dan perbaikan
keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
5.9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk
mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja puskesmas dan keselamatan pasien, termasuk rencana
tindak lanjut dan implementasinya.
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan pasien
Standar:
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien
untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria:
7.1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang halhal terkait dengan keselamatan pasien.
7.2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada.
26 | P a g e
Elemen Penilaian Sasaran II
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara lengkap
oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang menyampaikan
hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau
melalui telepon secara
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya beragamterhadap
kesehatan,terdapat disemua tempat baik didalam maupun diluar gedung yang dapat timbul dari
lingkungan tempat kerja,proses kerja,cara kerja,alat dan bahan kerja yang dapat menimbulkan
penyakit akibat kerja.
28 | P a g e
tujuan dari pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan masalah yang ditimbulkannya
adalah agar petugas puskesmas dapat melakukan pengendalian resiko dengan benar sehingga
terhindar dari berbagai masalah yang ditimbulkan akibat pekerjaan
29 | P a g e
3 Limbah infeksius Limbah yang diduga Ditampung dalam wadah yang
mengandung patogen dalam kuat dan tidak bocor,tidak
jumlah cukup untuk boleh dicampur dengan
menyebabkan infeksi limbah lain
misalnya limbah kultur,stok Penyimpanan di pkm tidak
agen infeksius dari boleh lebih dari 48 jam sejak
laboratorium.limbah hasil mulai dari penyimpanan
operasi, limbah pasien dengan Penyimpanan di ruang
penyakit menular khusus,tertutup,ada
pencatatan jumlah timbulan
limbah setiap hari, tidak
mungkin binatang pengerta
masuk,termasuk pembatasan
orang masuk keruang
tersebut.
6 Limbah Kimia Limbah berasal dri zat kimia Jika jumlahnya kecil
misalnya formaldehid,zat pengelolaannya sama
rontgen,dll, dengan limbah infeksius.
30 | P a g e
d.Deteksi dini melalui medical check up;pemeriksaan pekerja sebelum masuk
kerja,pindah,pemeriksaan berkala pada pekerja ,pemeriksaan khusus pada
petugas yang terpajan bahan berbahaya seperti petugas lab,radiologi.
iii. Kuratif:
1. Penatalaksanaan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum
2. Penatalaksanaaan kecelakaan akibat kerja
3. Melakukan pengobatan penyakit akibat kerja
4. Melakukan rujukan kasus
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Bakuan Mutu
31 | P a g e
Mutu pelayanan medik adalah:Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seorang
pasien sebaik-baiknya mealui pengetahuan yang konsisten sesuai dengan pengetahuan
terkini,sehingga probabilitas outcome yang diharapkan meningkat (IOM 1990)
Pelayanan individual ang dilandasi ilmu klinik sebagai kesehatan perorangan meliputi
;aspek pencegahan primer,pencegahan sekundr,pencegahan tersier berupa rehabilitasi
medik.
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, diperlukan
bakuan mutu berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang dapat dijadikan pedoman kerja
bagi tenaga pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan
bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana baru yang
akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis akan
menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
4. Kebijakan mutu dibuat oleh penanggung jawab poli.
5. Standar Operasional Prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga teknis
laboratorium dan disahkan oleh penanggung jawab poli Puskesmas.
6. Indikator mutu pelayanan rawat jalan meliputi;
33 | P a g e
8. SOP pemberian informasi CR 90 %
tentang efek samping dan
risiko pengobatan
9. SOP CR 90 %
pendidikan/penyuluhan
pasien
10. SOP informed consent CR 90 %
11. SOP evaluasi informed CR 90 %
consent, hasil evaluasi,
tindak lanjut
12. SOP rujukan CR 90 %
13. SOP persiapan pasien CR 90 %
rujukan
14. SOP identifikasi dan CR 90 %
penanganan keluhan
15. SOP layanan klinis yang CR 90 %
menjamin kesinambungan
layanan
16. SOP pemberian anestesi CR 90 %
lokal dan sedasi di
Puskesmas
17. SOP asuhan gizi CR 90 %
18. SOP tentang penolakan CR 90 %
pasien untuk menolak atau
tidak melanjutkan
pengobatan
19. SOP alternatif penanganan CR 90 %
pasien yang memerlukan
rujukan tetapi tidak
mungkin dilakukan
Out put
Rekam medik lengkap 100 %
34 | P a g e
Out come
Kepuasan pelanggan 90 %
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dalam melaksanakan pelayanan medik
dasar gig di Puskesmas
Keberhasilan pelayanan medik dasar terkait dengan kepatuhan pemberi layanan terhadap standar
dan prosedur yang ditetapkan
35 | P a g e