You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan
dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan
masih merupakan masalah yang serius. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah
malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat
harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan,
lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium.
Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta memiliki berbagai
sebab yang saling berkaitan. Penyebab malnutrisi menurut kerangka konseptual UNICEF
dapat dibedakan menjadi penyebab langsung (immediate cause), penyebab tidak langsung
(underlying cause) dan penyebab dasar (basic cause).
Program Lembaga Pangan Dunia (WFP) dalam penelitannya pada awal tahun 2008
menyebutkan jumlah penderita gizi buruk dan rawan pangan di Indonesia mencapai angka 13
juta. Meski data pemerintah yang disampaikan oleh Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari
secara resmi menyebutkan penderita gizi buruk hingga tahun 2007 mencapai angka 4,1 juta,
atau naik tiga kali lipat dibanding jumlah penderita yang sama di tahun 2005 yakni 1,67 juta
jiwa.
Di Indonesia, penderita Malnutrisi terdapat di kalangan ibu dan masyarakat yang
kurang mampu ekonominya. Kondisi anak dengan gejala Malnutrisi dianggap kondisi biasa
dan dianggap sepele oleh orang tuanya. Masyarakat di Indonesia, para ibunya berpendapat
bahwa anak yang buncit perutnya bukan kekurngan nutrisi, melainkan karena penyakit
cacingan.
Penderita malnutrisi tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan
mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan penderita yang mengalami komplikasi
serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di rumah sakit.
pemberian terapi di tempat pelayanan kesehatan akan disesuaikan berdasarkan tingkat
keparahan penyakit,pada beberapa kasus bisa diberikan asupan nutrisi melalui
peroral,menggunakan NGT bagi yang tidak memiliki kontraindikasi,dan bisa juga secara
parenteral.
Kematian akibat Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang
mengakibatkan kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan
yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah. Selain itu juga karena adanya
penyakit, terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan
nutrien oleh tubuh.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Kekurangan Energi Dan Protein (Malnutrisi Dan Kecerdasan)?
2. Apa penyebab malnutrisi dan kecerdasan?
3. Bagaimanan dampak malnutrisi dan kecerdasan?
4. Bagaimana cara mencegah malnutrisi?
C. TUJUAN
1. Memahami pengertian malnutrisi.
2. Mengetahui penyebab malnutrisi.
3. Mengetahui dampak malnutrisi.
4. Mengetahui Cara Mencegah Malnutrisi

BAB II
PEMBAHASAN
A.KEKURANGAN ENERGI DAN PROTEIN (MALNUTRISI DAN KECERDASAN)
(Truswell, Stewart. 2003. ABC of Nutrition 4th Edition. London: BMJ Publishing Group)
Energi diperlukan oleh tubuh manusia untuk melangsungkan proses-proses
metabolisme yang ada dalam tubuh. Energi diperlukan untuk proses peredaran dan sirkulasi
darah, denyut jantung, pernapasan, pencernaan dan proses fisiologis lainnya, untuk bergerak
atau melakukan aktivitas fisik. Energi dalam tubuh didapat dari pembakaran karbohidrat,
protein, dan lemak. Oleh karena itu agar pemenuhan energi tercukupi perlu pemasukan
makanan yang cukup dan mengkonsumsi makanan dengan jumlah gizi seimbang. Ketika
asupan bahan makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan tubuh akan energi dan
protein, maka terjadi defisiensi zat gizi makro yang mengakibatkan terjadinya kekurangan
energi protein (KEP).
(James, Dolores C. S., 2004. Nutrition and well being A to Z. USA: Thomson Gale)
Malnutrisi (secara harfiah gizi buruk) didefinisikan sebagai gizi yang tidak
mencukupi, dan sementara kebanyakan orang menginterpretasikan malnutrisi sebagai
kekurangan gizi (undernutrition), kekurangan gizi yang diperlukan sehari-hari, itu juga dapat
berarti overnutrition, yang dapat diartikan sebagai masukan (makanan) yang melebihi dari
apa apa yang tubuh perlukan (James, 2004).
Berdasarkan penjelasan WHO, malnutrisi merujuk pada kekurangan, kelebihan, atau
ketidakseimbangan energi, protein, dan nutrisi yang dikonsumsi. Kekurangan nutrisi biasanya
mengakibatkan berkurangnya berat badan. Sedangkan, kelebihan nutrisi adalah kondisi
kronis di mana makanan yang masuk ke dalam tubuh melebihi jumlah energi yang
dibutuhkan. Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit malnutrisi
energi-protein (MEP), yaitu penyakit yang diakibatkan kekurangan energi dan protein.
Bergantung pada derajat kekurangan energi-protein yang terjadi, maka manifestasi
penyakitnya pun berbeda-beda. MEP ringan sering diistilahkan dengan kurang gizi.
Sedangkan marasmus, kwashiorkor (sering juga diistilahkan dengan busung lapar atau HO),
dan marasmikkwashiorkor digolongkan sebagai MEP berat.

(Junal penelitian gizi dan makanan oleh :Amelia, Lies Karyadi, Sri Muljoti,da~At shiti
Larnid)
Kurang energi protein (KEP) merupakan salah satu masalah gizi utama yang masih
banyak ditemukan pada anak berusia dibawah lima tahun (balita). Kurang energi protein yang
terjadi pada usia balita diketahui dapat mengganggu pertumbuhan fisik, perkembangan
mental dan kecerdasan anak.Berbagai penelitian yang telah dilakukan di beberapa negara.
adanya hubungan erat antara keadaan gizi pada periode pertumbuhan pesat
denganperkembangan otak. Penelitian yang dilakukan di Bogor pada tahun 1960 terhadap 31
anak berumur 9 sampai 15 tahun dimana 10 anak sebelumnya pernah mcnderita KEP
menunjukkan bahwa keadaan gizi kurang yang terjadi pada usia dini mengakibatkan
hambatan pada perkembangan fisik dan intelektual

B.PENYEBAB MALNUTRISI DAN KECERDASAN


Krisis ekonomi dan politik yang terjadi menyebabkan meningkatnya kemiskinan disertai
dengan pendidikan rendah, menurunnya ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Hal ini
tentunya berdampak pada ketersediaan pangan tingkat rumah tangga, prilaku/asuhan ibu dan
anak, serta pelayanan kesehatan. Ketika hal tersebut terjadi dengan tidak normal maka akan
berdampak pada asupan gizi dan terjadi infeksi penyakit yang berakibat pada malnutrisi
dalam hal gizi buruk.
Meningkatnya kemiskinan akan berakibat pada rendahnya tingkat pendidikan.
Kemiskinan yang dialami oleh sekelompok masyarakat mengaharuskan mereka untuk tidak
melanjutkan pendidikan sampai taraf yang seharusnya. Sehingga pengetahuan yang didapat
akan terbatas. Pengetahuan yang terbatas akan menyebabkan seseorang tidak memerhatikan
asupan makanan yang dikonsumsi oleh dirinya sendiri maupun keluarganya. Hal ini
dikarenakan mereka hanya berpikir untuk bagaimana mendapatkan uang untuk makan
seadanya dalam rangka melangsungkan hidup mereka. Akibatnya orang tua tidak bisa lagi
mengasuh anaknya dengan baik.
Kekurangan makanan yang bergizi dan pola asuh ibu yang tidak memperhatikan
kecukupan gizi terkadang memilih bekerja dibanding mengurus anak lambat laun akan
mengakibatkan rendahnya asupan gizi dari yang seharusnya diterima anak. Begitu pula
lingkungan yang tidak memadai untuk tinggal, seadanya ditambah dengan ketidaktahuan ibu
muda dalam hal kesehatan akan meninggikan kemungkinan terjadinya infeksi pada bayi dan
anak.
Anak seharusnya mendapatkan cukup makanan yang bergizi, kalori dari karbohidrat
untuk beraktivitas, dan protein sebagai pembangun badan. Bukan hanya menjadi otot, tapi
yang lebih penting, otak. Ketidakmampuan badan membentuk otak ini tidak hanya tercermin
dari kurangnya headcircumference (lingkar kepala) akan tetapi juga dari kenyataan bahwa
fungsinya akan berkurang. Terlebih pada saat balita anak sedang aktif-aktifnya. Untuk asupan
anak normal saja seharusnya juga barangkali sudah kurang. Apalagi balita dengan kurang
gizi. Mula-mula memang kekurangan tidak terlihat, namun lambat laun bila terjadi
kekurangan asupan zat gizi makro (protein, karbohidrat dan lemak) maka otot sebagai sumber
protein mulai dipecah. Mulai dari anggota gerak, badan sampai bokong, dan terakhir kepala.

(Krishnan, Manikandan., Rajalakshmi, P.V., Kalaiselvi, K., 2012. A study of protein energy
malnutrition in the school girls of rural population. International journal of Nutrition,
Pharmacology, Neorological Disease. Vol 2. Issue 2. Diakses pada: http://www.ijnpnd.com.
Diakses tanggal: 26 september 2012)
Menurut Khrisnan et.all, penyebab keterlambatan pertumbuhan berakar dari kemiskinan
dan ketiadaan pendidikan. Tingkat malnutrisi dapat diperhitungkan dengan mendidik orang
tua berkenaan dengan kebutuhan perihal gizi dasar anak-anak mereka dan memberi harapan
kepada mereka untuk mengonsumsi makanan bergizi dengan biaya rendah yang tersedia
ditempat mereka.Untuk lebih jelas melihat penyebab dari malnutrisi, disajikan diagram
berikut:

(penelitian dari jurnal Rosita Hayatu Saadah, Rahmatina B Herman, Susila satri dari Andalas
journal of health)

Pemberian gizi yang kurang baik terutama terhadap anak-anak, akan menurunkan
potensi sumber daya pembangunan masyarakat.Salah satu indikator untuk menilai
tinggi rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia adalah adalah Indeks
Pembangunan Manusia (Human Development Indeks/HDI) Tiga faktor utama penentu
HDI yaitu, pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Ketiga faktor tersebut erat kaitannya
dengan status gizi masyarakat. Karena, anak yang memperoleh makanan yang adekuat
sejak dari kandungan (status gizi baik) akan tumbuh dan berkembang dengan
optimal sesuai usianya dan mempunyai umur harapan hidup yang baik (kesehatan).
Rendahnya status gizi anak akan membawa dampak negatif pada peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Kekurang gizi kronis berhubungan erat dengan pencapaian
akademik murid sekolah yang semakin rendah. Anak-anak yang stunting(pendek) karena
kurang gizi ternyata lebih banyak yang terlambat masuk sekolah, lebih sering absen
dan tidak naik kelas.

Fase usia sekolah membutuhkan asupan makanan yang bergizi untuk


menunjang masa pertumbuhan dan perkembangannya. Selain untuk kebutuhan energi,
asupan makanan yang bergizi juga mempengaruhi perkembangan otak, apabila makanan
tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung
lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme otak.

Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, pertumbuhan badan akan terganggu, badan
lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Jumlah sel dalam batang otak
berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia
dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak..Anak
yang kurang gizi mudah mengantuk dan kurang bergairah yang dapat mengganggu proses
belajar di sekolah dan menurun prestasi belajarnya, daya pikir anak juga berkurang
karena pertumbuhan otak tidak optimal.

Rendahnya status gizi jelas berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Oleh karena
status gizi merupakan faktor yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap prestasi
seseorang. Gizi merupakan salah satu faktor penting dalam memberikan kontribusi terhadap
kualitas sumber daya manusia.

Asupan gizi yang baik berperan penting dalam mencapai pertumbuhan badan yang
optimal. Pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pertumbuhan otak yang
sangat menentukan kecerdasan seseorang. Dampak akhir dari konsumsi gizi yang baik
dan seimbang adalah meningkatnya kualitas sumber daya manusia.

Keadaan status gizi dan indeks prestasi merupakan gambaran apa yang
dikonsumsi anak sekolah dasar dalam jangka waktu yang lama, dapat berupa gizi
kurang maupun gizi lebih. Zat-zat gizi seperti karbohidrat, protein, maupun zat gizi
lainnya khusunya zat besi, dalam metabolisme tubuh berperan dalam proses berpikir atau
proses penalaran serta daya konsentrasi dan sangat berkaitan erat dengan efisiensi
belajar.
(Andriani Elisa Pahlevi Jurnal Kesehatan Masyarakat)
Faktor penyebab langsung terjadinya kekurangan gizi adalah ketidakseimbangan gizi
dalam makanan yang dikonsumsi dan terjangkitnya penyakit infeksi. Penyebab tidak
langsung adalah ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak dan pelayanan
kesehatan. Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan
ketrampilan keluarga serta tingkat pendapatan keluarga kegiatan penyuluhan dan sejenisnya,
pada dasarnya merupakan usaha perbaikan yang menggunakan cara mendidik masyarakat
sehingga dapat mengatasi masalah gizinya.
Berdasarkan hasil analisis hubungan pendidikan ibu dengan status gizi kurang
menggunakan uji chi square diperoleh nilai p sebesar 0,0001 dengan CC sebesar 0,536. Nilai
p< 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada hubungan antara pendidikan
ibu dengan status gizi pada anak kelas 4, 5 dan 6 di SD Negeri Ngesrep 02 Kecamatan
Banyumanik Kota Semarang tahun 2011, dengan kekuatan hubungan sedang.
Menurut Proverawati dan Asfuah (2009), tingkat pendidikan formal merupakan faktor
yang ikut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan menekuni pengetahuan yang
diperoleh. Masukan gizi anak sangat tergantung pada sumber-sumber yang ada di lingkungan
sosialnya, salah satu yang menentukan adalah ibu. Peranan orang tua, khususnya ibu, dalam
menyediakan dan menyajikan makanan bergizi bagi keluarga, khususnya anak menjadi
penting. Kualitas pelayanan ibu dalam keluarga ditentukan oleh penguasaan informasi dan
faktor ketersediaan waktu yang memadai. Kedua faktor tersebut antara lain faktor determinan
yang dapat ditentukan dengan tingkat pendidikan, interaksi sosial dan pekerjaan.
Berdasarkan hasil analisis hubungan pendapatan keluarga dengan status gizi
menggunakan uji chi square diperoleh nilai p sebesar 0,0001 dengan CC sebesar 0,563. Nilai
p< 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada hubungan antara pendapatan
keluarga dengan status gizi pada anak kelas 4, 5 dan 6 di SD Negeri Ngesrep 02 Kecamatan
Banyumanik Kota Semarang tahun 2011, dengan kekuatan hubungan sedang.
Pendapatan merupakan pengaruh yang kuat terhadap status gizi. Setiap kenaikan
pendapatan umumnya mempunyai dampak langsung terhadap status gizi penduduk.
Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan.
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua
dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder. Jika yang erat
antara penyakit infeksi dengan kejadian malnutrisi. Terjadi interaksi yang sinergis antara
malnutrisi dengan kejadian infeksi, infeksi akan mempengaruhi status gizi. Secara patologis
mekanismenya adalah penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya
absorbsi, dan kebiasaan mengurangi makanan saat sakit, peningkatan kehilangan cairan atau
zat gizi akibat penyakit diare, mual atau muntah akibat perdarahan yang terus-menerus,
meningkatnya kebutuhan akibat sakit dan parasit yang terdapat di dalam tubuh (Supariasa, et
al., 2002).
Berdasarkan hasil analisis hubungan tingkat konsumsi energi dengan status gizi
menggunakan uji chi square diperoleh nilai p sebesar 0,0001 dengan CC sebesar 0,542. Nilai
p kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada hubungan antara
tingkat konsumsi energi dengan status gizi pada anak kelas 4, 5 dan 6 di SD Negeri Ngesrep
02 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang tahun 2011, dengan kekuatan hubungan sedang.

Menurut Supariasa, et al (2002), tingkat konsumsi energi itu berpengaruh secara langsung
pada status gizi. Energi itu diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak. Energi diperlukan
untuk pertumbuhan, metabolisme, utilisasi bahan makanan dan aktivitas. Kebutuhan energi
disuplai terutama oleh karbohidrat dan lemak, sedangkan protein untuk menyediakan asam
amino bagi sintesis protein sel dan hormon maupun enzim untuk mengukur metabolisme.
C.DAMPAK MALNUTRISI DAN KECERDASAN
Malnutrisi memiliki dampak yang sangat luas cakupannya, seperti yang telah
dijelaskan diatas, malnutrisi merujuk pada kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan
energi, protein, dan nutrisi yang dikonsumsi. Kekurangan nutrisi biasanya mengakibatkan
berkurangnya berat badan. Sedangkan, kelebihan nutrisi adalah kondisi kronis di mana
makanan yang masuk ke dalam tubuh melebihi jumlah energi yang dibutuhkan. Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dampak malnutrisi terdiri dari kekurangan nutrisi
(undernutrition) dan kelebihan nutrisi (overnutrition). Adapun dampak dari malnutrisi ialah
sebagai berikut:
(Kekurangan dan kelebihan gizi sama bahayanya. 2012. Diakses pada:
http://www.blogdokter.net/tag/undernutrisi)
a. Undernutrition (kekurangan Gizi)
Kekurangan gizi mempunyai konsekuensi jangka panjang. Anak-anak yang menderita
penyakit kekurangan gizi menjadi lebih mungkin untuk mempuyai pertumbuhan yang lambat,
perkembangan yang tertunda, perkembangan di sekolah sulit, dan tingginya tingkat kesakitan
bahkan malnutrisi mereka bisa berlanjut sampai dewasa (James, 2004). Definisi dari gizi
buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Ditandai
dengan status gizi sangat kurus dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala
marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor. Bila jumlah asupan zat gizinya sesuai
dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh disebut seimbang (gizi baik), tetapi bila
asupan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh rebih rendah maka disebut gizi kurang,
sedangkan bila asupan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sangat kurang disebut gizi buruk.
Keadaan kurang zat gizi tingkat berat yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan
protein dalam waktu cukup lama yang ditandai dengan berat badan menurut umur yang
berbeda.. Seperti yang disebutkan diatas gejala gizi buruk ada tiga yaitu marasmus,
kwashiorkhor dan marasmik kwashiorkor.
Marasmus memiliki ciri-ciri seperti : anak sangat kurus, wajah seperti orangtua,
cengeng dan rewel, rambut tipis, jarang, kusam, kulit keriput tulang iga tampak jelas, pantat
kendur dan keriput, perut cekung.
Kwashiorkor memiliki ciri-ciri seperti :wajah bulat dan sembab, cengeng dan rewel,
apatis rambut tipis, warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit kedua punggung
kaki bengkak, bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat.
Marasmik kwashiorkhor ciri-cirinya adalah sangat kurus, rambut jagung dan mudah
rontok, perut buncit, punggung kaki bengkak, cengeng.

Dampak Gizi Buruk Terhadap Perkembangan Otak Janin


(Damiati. 2010. Peranan Pengetahuan Gizi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui Terhadap
Kecerdasan Anak Melalui Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. JPTK, UNDIKSHA, Vol. 7,
No. 1, Januari 2010 : 73 80)
Pada waktu hamil perkembangan otak janin dipengaruhi oleh gizi, keadaan malnutrisi
akan menjadi besar pengaruhnya apabila terjadi dalam kandungan, karena periode ini semua
organ tubuh mengalami pertumbuhan yang pesat. Jika ibu hamil kekurangan zat gizi akan
menyebabkan berkurangnya zat-zat gizi yang ditransfer kepada janin. Selain itu pembentukan
plasenta akan menjadi abnormal sehingga secara langsung atau tidak langsung dapat
menyebabkan kesulitan dalam mentransfer zat-zat gizi kepada janin. Dengan sendirinya akan
menghambat pembelahan sel dalam otak. Kekurangan gizi saat hamil dapat juga
menyebabkan kelahiran dengan berat badan lahir rendah. Bayi yang lahir dengan berat badan
rendah dalam perjalanan hidupnya akan lebih parah lagi, bila tidak diikuti dengan pemberian
makanan yang bernilai gizi tinggi serta lingkungan yang miskin. Kekurangan gizi pada masa
dini perkembangan otak akan menghentikan sintesis DNA yang mengakibatkan berkurangnya
pertumbuhan otak, sehingga sedikit sel-sel otak yang berukuran normaldan dapat dipastikan
akan berpengaruh pada intelektual anak (dalam Damiati(Soetjiningsih, 1995)).
Defisiensi vitamin dan zat-zat gizi tertentu pada awal trimester I yaitu pada periode
pembentukan otak, dapat menyebabkan kegagalan pembentukan organ otak yang sempurna
sehingga dapat mengakibatkan cacat bawaan pada susunan syaraf otak janin. Pada trimester
II defisiensi gizi dapat mengganggu pembentukan neuroblast yang berakibat pengecilan
ukuran kepala janin sehingga terjadi microcephaly yang berkaitan dengan penurunan
kecerdasan.Kekurangan yodium pada gizi ibu hamil dapat menyebabkan kritinisme (kerdil) ,
mental retardation dengan penurunan kecerdasan.
B. Overnutrition (Gizi Berlebih)
Dampak yang ditimbulkan bila asupan gizi melebihi apa yang dibutuhkan oleh tubuh
dalam hal ini malnutrisi ialah obesitas (berat badan lebih) yang akan bermanifestasi jika tidak
ditangani menjadi penyebab diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan penyakit
degenaratif lainnya.
(Sihadi. 2012. Kelebihan Berat Badan Pada Balita. CDK-196/ vol. 39 no. 8, th. 2012)
Berat badan berlebih akan memengaruhi perkembangan tubuh bahkan terhadap kejiwaan dan
sosial anak. Seperti yang Sihadi bahwa dampak kesehatan gizi lebih pada anak umumnya
lebih ringan dibandingkan dengan obesitas pada orang dewasa, sekurang-kurangnya untuk
penyakit pernapasan dan kardiovaskular. Akan tetapi, kasus gizi lebih derajat berat pada anak
mungkin telah disertai gangguan pernapasan, hipertensi, dermatitis dan lain-lain. Dampak
gizi lebih pada anak masih ringan, biasanya terbatas pada gangguan psikososial, yaitu
terbatas dalam pergaulan, keterbatasan kegiatan olahraga dan sebagainya; namun bila
dibiarkan cenderung akan berlanjut menjadi kelebihan berat badan (BB) pada dewasa. Gizi-
lebih dan obesitas dianggap sinyal pertama munculnya penyakitpenyakit non infeksi yang
sekarang ini banyak terjadi di negara maju maupun negara sedang berkembang. Saat ini
prevalensi kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas meningkat sangat tajam di
seluruh dunia mencapai tingkat membahayakan.

D.PENCEGAHAN
Terdapat lima tingkat pencegan Malntrisi Energi Protein (MEP) yang sedang aktif
dipromosikan di dunia, yaitu:
1. Growth monitoring WHO telah menemukan grafik pertumbuhan sederhana
melalui kartu menuju sehat. Kartu ini dibawah oleh ibu ke klinik terdekat untuk
menimbang anaknya secara teratur dan mendapatkan nasihat dari petugas
kesehatan.
2. Oral Rehydration Formula dari UNICEF banyak menyelamatkan kehidupan dari
gastroentritis ialah: NaCl 3.5 g, NaHCO3 2.5 g, KCl 1.5 g, glukosa 20 g (or
sukrosa 40 g) dan air bersih 1 liter.
3. Breast feeding Pemberian ASI pada bayi sampai berumur 6 bulan atau lebih.
4. Immunisation Imunisasi harus dilaksanakan untuk memberi pertahanan tubuh
terhadap campak, tetanus, pertusis, dipteri, polio, dan TB.
5. Family Planning Keluarga berencana dapat menekan laju pertumbuhan penduduk
sehingga dapat memperbaiki krisis ekonomi politik sebagai masalah dasar
penyebab mallnutrisi

BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN

Energi diperlukan oleh tubuh manusia untuk melangsungkan proses-proses metabolisme yang
ada dalam tubuh. Energi diperlukan untuk proses peredaran dan sirkulasi darah, denyut
jantung, pernapasan, pencernaan dan proses fisiologis lainnya, untuk bergerak atau
melakukan aktivitas fisik. Energi dalam tubuh didapat dari pembakaran karbohidrat, protein,
dan lemak. Oleh karena itu agar pemenuhan energi tercukupi perlu pemasukan makanan yang
cukup dan mengkonsumsi makanan dengan jumlah gizi seimbang. Ketika asupan bahan
makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan tubuh akan energi dan protein, maka
terjadi defisiensi zat gizi makro yang mengakibatkan terjadinya kekurangan energi protein
(KEP).

B. SARAN

Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan kasus gizi buruk terlambat
seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan disaat penderita gizi buruk belum
mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus gizi buruk merebak barulah pemerintah
melakukan tindakan ( serius ). Keseriusan pemerintah tidak ada artinya apabila tidak
didukung masyarakat itu sendiri. Sebab, perilaku masyarakat yang sudah membudaya selama
ini adalah, anak-anak yang menderita penyakit kurang mendapatkan perhatian orang tua.
Anak-anak itu hanya diberi makan seadanya, tanpa peduli akan kadar gizi dalam makanan
yang diberikan. Apalagi kalau persediaan pangan keluarga sudah menipis. Tanpa data dan
informasi yang cermat dan lengkap sebaiknya jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa
adanya gizi buruk identik dengan kemiskinan. Dan seharusnya para ibu mengupayakan
sesuatu yang terbaik untuk anaknya yang nantinya anak tersebut dapat menolong sang ibu.
Ibu jangan mudah menyerah hadapilah semuanya itu, saya yakin pasti akan ada jalan
keluarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Damiati. 2010. Peranan Pengetahuan Gizi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui Terhadap Kecerdasan
Anak Melalui Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. JPTK, UNDIKSHA, Vol. 7, No. 1, Januari
2010 : 73 80.

James, Dolores C. S., 2004. Nutrition and well being A to Z. USA: Thomson Gale

Krishnan, Manikandan., Rajalakshmi, P.V., Kalaiselvi, K., 2012. A study of protein energy
malnutrition in the school girls of rural population. International journal of Nutrition,
Pharmacology, Neorological Disease. Vol 2. Issue 2. Diakses pada: http://www.ijnpnd.com.
Diakses tanggal: 26 september 2012.

Sihadi. 2012. Kelebihan Berat Badan Pada Balita. CDK-196/ vol. 39 no. 8, th. 2012.

Truswell, Stewart. 2003. ABC of Nutrition 4th Edition. London: BMJ Publishing Group.

Kekurangan dan kelebihan gizi sama bahayanya. 2012. Diakses pada:


http://www.blogdokter.net/tag/undernutrisi

http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas

http://jurnal.fk.unand.ac.id

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/2218/2368

You might also like