You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN

POST AMPUTASI TRANSFEMORAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Departemen Surgikal


di Ruang 14 RSSA Malang

Oleh:
ANGGARA NOVANANTA PUTRA
NIM. 150070300113010

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
AMPUTASI

2.1 Pengertian Amputasi


Amputasi berasal dari bahasa latin yaitu amputate yang berarti pancung.
Dalam ilmu kedokteran diartikan sebagai membuang sebagian atau seluruh
anggota gerak, sesuatu yang menonjol atau tonjolan alat (organ) tubuh
(Harnawatiaj, 2008). Amputasi adalah perlakuan yang mengakibatkan cacat
menetap (Henry, 2009).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
amputasi adalah perlakuan berupa penghilangan seluruh atau sebagian
ekstremitas atau sesuatu yang menonjol yang mengakibatkan cacat menetap
2.2 Etiologi Amputasi
1. Penyebab amputasi adalah dead (dying), penyakit pembuluh darah
perifer bertanggung jawab terhadap hampir 90% dari seluruh amputasi.
Penyebab lainnya adalah trauma parah, luka bakar, dan frost bite.
2. Dangerous, penyakit yang tergolong berbahaya adalah tumor ganas,
sepsis yang potensial lethal dan crush injury. Pada crush injury pelepasan
torniquet atau penekanan lain akan berakibat pada kegagalan ginjal
(crush syndrome).

3. Damn nulsance, ada keadaan dimana mempertahankan anggota gerak


dapat lebih buruk daripada tidak mempunyai anggota gerak sama sekali.
Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh nyeri, malformasi berat, sepsis
berulang atau kehilangan fungsi yang berat. Kombinasi antara
deformitaas dan kehilangan sensasi khususnya merupakan masalah yang
berat dan pada alat gerak bawah cenderung untuk menyebabkan ulserasi
karena tekanan (Henry, 2009).

2. 3 Epidemiologi Amputasi

Di Amerika Serikat data statistik menunjukkan prevalensi amputasi yang


bervariasi mulai dari 350.000-1 juta, dengan insiden antara 20.000 sampai
30.000 pertahun. Terdapat kecenderungan peningkatan jumlah amputasi tiap
tahun yang disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah populasi manula
yang umumnya menderita penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus dan
penyakit pembuluh darah perifer lainnya. Usia puncak insiden amputasi adalah
50-75 tahun dan terutama berkaitan dengan penyakit pembuluh darah dengan
atau tanpa diabetes mellitus. Pada kelompok usia muda amputasi disebabkan
karena trauma atau sekuelenya. Pada anak-anak, 60% disebabakan oleh karena
amputasi kongenital dan amputasi bedah umumnya disebabkan karena trauma
atau keganasan.

Sekitar 75% amputasi terjadi pada pria. Baik amputasi yang terjadi karena
pekerjaan, penyakit dan penyebab lain, insidennya lebih tinggi pada pria. 85%
amputasi terjadi pada ekstremitas bawah (Aldiyanza, 2008).

2.4 Klasifikasi Amputasi


2.4.1 Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :
a. Amputasi selektif/terencana. Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit
yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau
secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan
alternatif terakhir.
b. Amputasi akibat trauma. Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat
trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah
memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum
klien.
Menggunakan instrumen MESS (Mangled Extremity Severity Score), jika
nilai 7 indikasi di amputasi
Kategori Nilai
a. Kerusakan skeletal/jaringan
1
lunak
2
Energi rendah
3
Energi medium
Energi tinggi
1
b. Iskemia pada tungkai
Nadi tidak ada/menurun,
2
perfusi normal 3
Nadi (-), parastesia, CRT
menurun
0
Akral dingin, paralisis, sensasi
1
(-), baal 2
c. Syok
Tek. Sistolik >90 mmHg 0
Hipotensi yang transien 1
Hipotensi yang persisten 2
d. Usia
< 30 tahun
30-50 tahun
>50 tahun
Pada kasus >6 jam, nilai
dikalikan 2

c. Amputasi darurat. Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim


kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang
cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan
kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
2.5.2 Jenis amputasi yang dikenal adalah :
a. Amputasi terbuka. Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang
berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
Amputasi terbuka dilakukan pada luka yang kotor, seperti luka perang atau
infeksi berat antara lain gangrene, dibuat sayatan dikulit secara sirkuler
sedangkan otot dipotong sedikit proximal dari sayatan kulit dan digergaji
sedikit proximal dari otot.
b. Amputasi tertutup. Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih
memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat
dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan
tulang. Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya
meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga
kekuatan otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan
persiapan untuk penggunaan protese (mungkin). Amputasi tertutup dibuat
flap kulit yang direncanakan luas dan bentuknya secara teliti untuk
memperoleh kulit penutup ujung putung yang baik dengan lokasi bekas
pembedahan

2.5.3 Berdasarkan Tingkatan Amputasi


a. Estremitas atas. Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan
kanan atau kiri. Hal ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti
makan, minum, mandi, berpakaian dan aktivitas yang lainnya yang
melibatkan tangan. Ekstremitas atas, terdiri dari telapak, pergelangan
tangan, lengan bawah, siku dan lengan atas.
b. Ekstremitas bawah. Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai
semua atau sebagian dari jari-jari kaki yang menimbulkan penurunan
seminimal mungkin kemampuannya. Ekstremitas bawah terdiri dari : jari
kaki dan kaki, proksimal sendi pergelangan kaki, tungkai bawah, tungkai
atas, sendi panggul, lutut, hemipeivektomi. Adapun amputasi yang sering
terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak amputasi yaitu :
I. Amputasi dibawah lutut (below knee amputation).Ada 2 metode
pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemic limb dan
inschemic limb.
II. Amputasi diatas lutut Amputasi ini memegang angka
penyembuhan tertinggi pada pasien dengan penyakit vaskuler
perifer.
c. Nekrosis. Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi
konservatif, bila tidak berhasil dilakukan reamputasi dengan level yang
lebih tinggi.
d. Kontraktur. Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump
amputasi serta melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur
sendi karena sendi terlalu lama diistirahatkan atau tidak di gerakkan.
e. Neuroma. Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu rendah
sehinggam elengket dengan kulit ujung stump. Hal ini dapat dicegah
dengan memotong saraf lebih proximal dari stump sehingga tertanam di
dalam otot.
f. Phantom sensation. Hampir selalu terjadi dimana penderita merasakan
masih utuhnya ekstremitas tersebut disertai rasa nyeri. Hal ini dapat
diatasi dengan obat-obatan, stimulasi terhadap saraf dan juga dengan
cara kombinasi (Aldiyanza, 2008).

2.5 Patofisiologi Amputasi (terlampir)


2.6 Manifestasi Klinis
a. Kehilangan anggota gerak (ektremitas atas atau bawah)
b. Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung
saraf yang dekat dengan permukaan.
c. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia varikosa
dengankeronitis.
d. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau aterom)
e. Busitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)
f. Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.
g. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan
(Henry, 2009).
2.7 Penatalaksanaan Amputasi
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka
amputasi dan menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan
dengan kulit yang sehat. Pada lansia mungkin mengalami kelembatan
penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya.
Percepatan penyembuhan dapat dilakukan dengan penanganan yang lembut
terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan
kompres lunak (rigid) dan menggunakan teknik aseptik dalam perawatan luka
untuk menghindari infeksi.
2.7.1. Balutan rigid tertutup
Balutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of paris yang
dipasang waktu dikamar operasi. Pada waktu memasang balutan ini harus
direncanakan apakah penderita harus imobilisasi atau tidak dan pemasangan
dilengkapi tempat memasang ekstensi prosthesis sementara (pylon) dan kaki
buatan. Balutan ini sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata,
menyangga jaringan lunak dan mengontrol nyeri dan mencegah kontraktur.
Kaoskaki steril dipasang pada sisi steril dan bantalan dipasang pada daerah
peka tekanan. Sisa tungkai (punting) kemudian dibalut dengan gips elastic yang
ketika mengeras akan memberikan tekanan yang merata. Hati-hati jangan
sampai menjerat pembuluh darah. Gips diganti sekitar 10-14 hari. Bila terjadi
peningkatan suhu tubuh, nyeri berat atau gips mulai longgar harus segara
diganti.

2.7.2. Balutan lunak


Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila
diperlukan inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan. Bidai
imobilisasi dapat dibalutkan pada balutan. Hematoma puntung dikontrol dengan
alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
2.7.3 Amputasi bertahap
Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertama-
tama dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis
dan sepsis. Luka didebridemen dan dibiarkan mengering. Jika dalam beberapa
hari infeksi telah terkontrol dank lien telah stabil, dilakukan amputasi definitife
dengan penutupan kulit.
2.7.4 Protesis
Kadang diberikan pada hari pertama pasca bedah sehingga latihan
segera dapat dimulai. Keuntungan menggunakan protesis sementara adalah
membiasakan klien menggunakan protesis sedini mungkin. Kadang protesis
darurat baru diberikan setelah satu minggu luka sembuh. Pada amputasi, untuk
penyakit pembuluh darah proteis sementara diberikan setelah 4 minggu. Protesis
ini bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang hilang. Artinya defek
system musculoskeletal harus diatasi, temasuk defek faal. Pada ekstremitas
bawah, tujuan protesis ini sebagian besar dapat dicapai. Sebaliknya untuk
ekstremitas atas tujuan itu sulit dicapai, bahkan dengan tangan miolektrik
canggih yang bekerja atas sinyal miolektrik dari otot biseps dan triseps.
Management Keperawatan
Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat dibagi dalam tiga tahap
yaitu pada tahap preoperatif, tahap intraoperatif, dan pada tahap post operatif.
a. Pre Operatif . Pada tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih
ditekankan pada upaya untuk mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis
klien dalam menghadapi kegiatan operasi. Pada tahap ini, perawat
melakukan pengkajian yang berkaitan dengan kondisi fisik,khususnya yang
berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani operasi.
b. Intra Operatif. Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap
mempertahankan kondisi terbaik klien. Tujuan utama dari manajemen
(asuhan) perawatan saat ini adalah untuk menciptakan kondisi opyimal klien
dan menghindari komplikasi pembedahan. Perawat berperan untuk tetap
mempertahankan kondisi hidrasi cairan, pemasukan oksigen yang adekuat
dan mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama
operasi dan dimasa pemulihan kesadaran. Khusus untuktindakan perawatan
luka, perawat membuat catatan tentang prosedur operasi yang dilakukan
dan kondisi luka, posisi jahitan dan pemasangan drainage. Hal ini berguna
untuk perawatan luka selanjutnya dimasa postoperatif
c. Post Operatif. Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk
mempertahankan tanda-tanda vital, karena pada amputasi, khususnya
amputasi ekstremitas bawah diatas lutut merupakan tindakan yang
mengancam jiwa. Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama
klien belum sadar secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalas
nafas, mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi kebutuhan cairan
darah yang hilang selama operasi dan mencegah injuri. Daerah luka
diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya perdarahan masif
atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu ketat. Selang
drainase benar-benar tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain tersumbat
oleh clot darah. Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan
tindakan perawatan secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan
mempertahankan kondisi optimum klien. Perawat bertanggungjawab dalam
pemenuhan kebutuhan dasar klien, khususnya yang dapat menyebabkan
gangguan atau mengancam kehidupan klien. Berikutnya fokus perawatan
lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan klien untuk membentuk pola
hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka. Tindakan
keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul
pada klien seperti nyeri Panthom Limb dimana klien merasakan seolah-olah
nyeri terjadi pada daerah yang sudah hilang akibat amputasi. Kondisi ini
dapat menimbulkan adanya depresi pada klien karena membuat klien
seolah-olah merasa tidak sehat akal karena merasakan nyeri pada daerah
yang sudah hilang. Dalam masalah ini perawat harus membantu klien
mengidentifikasi nyeri dan menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh klien
benar adanya.
2.8 Komplikasi
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit.
Perdarahan dapat terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan dapat
menjadi masif. Infeksi dapat terjadi pada semua pembedahan dengan peredaran
darah yang buruk atau adanya kontaminasi serta dapat terjadi kerusakan kulit
akibat penyembuhan luka yang buruk dan iritasi penggunaan protesis.
II.9 Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Riwayat Kesehatan.
Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang
mungkin dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya
penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit
paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.
b. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum
kondisi tubuh klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan
operasi manakala tindakan amputasi merupakan tindakan
terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik
mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan darurat.
Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :
SISTEM TUBUH KEGIATAN
Integumen : Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat
Kulit secara umum. hidrasi.
Lokasi amputasi Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan
akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau
kerusakan progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi
amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau
gangguan venus return.
Sistem Cardiovaskuler Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat
: dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah
Cardiac reserve satu indikator fungsi jantung.
Pembuluh darah Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui
penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.
Sistem Respirasi Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai
adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.
Sistem Urinari Mengkaji jumlah urine 24 jam.
Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine.
Cairan dan elektrolit Mengkaji tingkat hidrasi.
Memonitor intake dan output cairan.
Sistem Neurologis Mengkaji tingkat kesadaran klien.
Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem
motorik dan sensorik daerah yang akan diamputasi.
Sistem Mukuloskeletal Mengkaji kemampuan otot kontralateral.
Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual
Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada
kondisi psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi
kecemasan pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan
dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya
hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping itu juga
dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang
mungkin timbul.
Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan
memperhatikan tingkat persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal
diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah
dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri,
pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran
dan gangguan identitas.
Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama
dan bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan
pemilihan koping konstruktif.
Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya
gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah
klien benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran
yang penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat yang terbaik bagi kesehatan
dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk melakukan tindakan
intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre operatif.
Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan cedera fisik/jaringan dan trauma saraf.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan fungsi otot dan
pergerakan akibat gangren.
c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan
perioperatif.
d. Berduka yang antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan
kehilangan akibat amputasi.
Post Operasi
a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder
terhadap amputasi.
b. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan aliran darah arteri/ vena
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu
makan/anoreksia.
d. Resiko kerusakan Integritas kulit b.d adanya dekubitus akibat tirah baring
lama.
e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot akibat tirah
baring lama post amputasi.
f. Kurang perawatan diri : makan, mandi, berpakaian, berdandan berhubungan
dengan kehilangan bagian tubuh
g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan hilangnya salah satu anggota
badan akibat amputasi..

Intervensi Keperawatan
Pre Operasi
No. Analisa Data Diagnosa NOC NIC
keperawatan
1. Ds: Pasien Nyeri (akut) Setelah dilakukan Mandiri
1. Catat lokasi,
mengatakan berhubungan asuhan keperawatan
frekwensi dan
nyeri pada dengan cedera selama 3x24 jam
intensitas nyeri
daerah luka. fisik/jaringan dan pasien dapat
Do: trauma saraf. mentoleransi nyeri (skala 0-10). Amati
- Wajah dan nyeri berkurang. perubahan
meringis Dengan kriteria hasil: karakteristik nyeri,
- nadi: 120x/mnt -Px. Tampak rileks misalnya kebas dan
- RR: 25x/mnt Nadi: 60-100x/mnt kesemutan.
TD: RR:16-24x/mnt 2. Tinggikan bagian
170/90mmHg TD:120/80mmHg yang sakit dengan
Skala nyeri berkurang meninggikan tempat
0-2. tidur atau bantal
guling sebagai
penyangga.
3. Tingkatkan
kenyamanan klien
(rubah posisi
sesering mungkin,
dan beri pijatan
punggung). Dotong
penggunaan teknik
manajemen stres
(napas dalam,
visualisasi).
4. Berikan pijatan
lembut pada sisa
tungkai (puntung)
sesuai toleransi bila
balutan telah
dilepas.
5. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik

2. Data Subjetif: Kecemasan Setelah dilakukan1. Memberikan


- pasien sering berhubungan tindakan keperawatan bantuan secara fisik
menanyakan dengan kurang selama 3 jam pasien dan psikologis,
tentang pengetahuan mampu mengontrol memberikan
prosedur tentang kegiatan tingkat ansietasnya dukungan moral.
tindakan yang perioperatif. serta mampu2. Menerangkan
akan dilakukan. mengkomunikasikan prosedur operasi
Data Objektif: perasaan negatifnya dengan sebaik-
- nadi: 120x/mnt dengan tepat. Dengan baiknya.
- RR: 25x/mnt KH: 3. Mengatur waktu
- TD: Nadi: 60-100x/mnt khusus dengan klien
170/90mmHg RR:16-24x/mnt untuk berdiskusi
- Tampak TD:120/80mmHg tentang kecemasan
bingung Pasien tampak rileks klien.
4. Bina hubungan
saling percaya
dengan pasien dan
keluarga pasien.
5. Kolaborasi: beri
obat untuk
mengurangi ansietas
sesuai kebutuhan
3. Ds: - Berduka Setelah dilakukan1. Anjurkan klien untuk
Do: wajah yang antisipasi asuhan keperawatan mengekspresikan
pasien tampak (anticipated selama 1x24 jam klien perasaan tentang
murung. griefing) mampu dampak
Pasien tidak berhubungan mendemontrasikan pembedahan pada
ingin melihat dengan kesadaran akan gaya hidup.
tubuh yang kehilangan akibat dampak pembedahan2. Berikan informasi
telah di amputasi. pada citra diri dengan yang adekuat dan
amputasi. KH: rasional tentang
Pasien menyadaridan alasan pemilihan
menerima kondisi tindakan pemilihan
tubuhnya saat ini, amputasi.
pasien tampak3. Beri informasi
tenang. bahwa amputasi
merupakan tindakan
untuk memperbaiki
kondisi klien dan
merupakan langkah
awal untuk
menghindari
ketidakmampuan
atau kondisi yang
lebih parah.
4. Fasilitasi untuk
bertemu dengan
orang dengan
amputasi yang telah
berhasil dalam
penerimaan
terhadap situasi
amputasi.

3.3.2. Post Operasi


No. Analisa Data Diagnosa NOC NIC
keperawatan
1. Ds: Pasien Gangguan rasa Setelah 1. Evaluasi nyeri :
mengatakan nyeri nyaman: Nyeri dilakukanasuhan berasal dari sensasi
pada bagian berhubungan dengan keperawatan selama panthom limb atau
tubuh yang insisi bedah sekunder 3x24 jam pasien dari luka insisi. Bila
diamputasi. terhadap amputasi. dapat mentoleransi terjadi nyeri panthom
Do: nyeri dan nyeri limb
- Wajah meringis berkurang. Dengan2. Ajarkan klien
- nadi: 120x/mnt kriteria hasil: memberikan tekanan
- RR: 25x/mnt -Px. Tampak rileks lembut dengan
- TD: Nadi: 60-100x/mnt menempatkan
170/90mmHg RR:16-24x/mnt puntung pada
TD:120/80mmHg handuk dan menarik
Skala nyeri handuk dengan
berkurang 0-2. berlahan.
3. Ajarkan teknik
distraksi relaksasi
untuk
menanggulangi
nyeri.
4. Beri analgesic
( kolaboratif )
2. Ds: - Resiko tinggi Setelah dilakukan
1. Pantau tanda vital,
Do: perubahan perfusi asuhan keperawatan palpasi nadi perifer,
Terdapat jaringan perifer selama 1x24 jam perhatikan kekuatan
sianosis berhubungan dengan menunjukkan perfusi dan kesamaan.
Suhu penurunan aliran jaringan yang baik
2. Lakukan
Ekstremitas darah arteri/ vena dengan kriteria hasil: pengkajian
dingin Sianosis (-) neurovascular
Denyut Suhu ekstermitas periodic misalnya
proksimal dan hangat sensasi, gerakan,
perifer distal Denyut proksimal nadi, warna kulit dan
lemah dan perifer distal suhu.
N: 50x/mnt kuat 3. Inspeksi
Warna kulit N: 60-100x/mnt balutan/drainase,
pucat Warna kulit perhatikan jumlah
normal. dan karakteristik
balutan.
4. Berikan tekanan
langsung pada sisi
perdarahan, bila
terjadi perdarahan
segera hubungi
dokter.
5. Evaluasi tungkai
bawah yang tidak
dioperasi dari
adanya inflamasi
6. Kolaborasi
Berikan cairan
IV/darah sesuai
order
Gunakan kaoskaki
antiembolitik untuk
kaki yang tidak
dioperasi.
Pantau pemeriksaan
laboratorium :
Hb/Ht
Pt/APTT.

3. Ds: pasien Perubahan nutrisi Setelah dilakukan1. Berikan informasi


mengatakan kurang dari kebutuhan asuhan keperawatan tentang kebutuhan
adanya sensasi tubuh b.d penurunan selama 3x24 jam nutrisi dan
rasa pahit di nafsu kebutuhan nutrisi bagaimana cara
lidahnya makan/anoreksia. pasien terpenuhi memenuhinya
Do: dengan kriteria hasil:2. Berikan asupan
-adanya sisa -rasa pahit di lidah(-) makanan dalam
makanan di piring -sisa makanan (-) porsi sedikit tapi
pasien -Bising Usus (-) sering
-Bising usus -Konjungtiva dan3. Beri asupan
hiperaktif mukosa berwarna makanan tinggi
-konjungtiva dan merahmuda kalori tinggi protein
mukosa pucat -annoreksia(-) 4. Kolaborasi dengan
Menolak untuk ahli gizi dalam
makan menentukan
kebutuhan nutrisi
pasien untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Aldiavanza. (2008). Amputasi. Diambil tanggal 12 Februari 2010 dari
http://www.Askep- amputasi/html.
Harnawatiaj. (2008). Asuhan keperawatan pada Amputasi. Diambil tanggal 12
februari 2010 dari http:/www.askep-/2008/04/06.html.
Henry. (2009). Penatalaksanaan Amputasi. Jakarta: EGC.

You might also like