You are on page 1of 19

Nyeri Menstruasi dan Resiko terjadinya Kanker Ovarium

Epithelial

Abstrak

Tujuan Penelitian Nyeri menstruasi terkait dengan meningkatnya

produksi molekul-molekul inflamasi, seperti prostaglandin. Inflamasi

terkaitdalam patogenis dari beberapa kanker , termasuk di dalamnya

kanker ovarium. Di dalam penelitian ini, kami mengkaji hubungan antara

nyeri menstruasi dan resiko terjadinya kanker ovarium.

Metode Penelitian Kami melakukan penelitian ini dengan menggunakan

metode penelitian case control dengan membandingkan 2,028 kelompok

kasus kanker ovarium dan kelompok control 2,091 dan mengkaji

kelompok center-matched control. Wanita-wanita ditanyai untuk

melaporkan persepsi rasa nyeri menstruasi yang mereka alami pada saat

usia dua puluhan dan pada usia tiga puluh tahunan, persepsi rasa nyeri

ketika tidak menggunakan pil KB ataupun pada saat menyusui. Kita

menganalisa data menggunanakan konsep Model Unconditional Logistic

Regression Analisys untuk mengevaluasi hubungan antara nyeri

menstruasi dan resiko terjadinya kanker ovarium secara keseluruhan, dan

Model Polytomous Logistic Regression untuk mengevaluasi apakah ada

hubungan berbeda antara subtype tumor


Hasil Penelitian Resiko terjadinya kanker ovarium meningkat pada

wanita-wanita dengan nyeri sedang (OR 1.22, 96% CI 1.05-1,42) dan

dengan nyeri parah (OR 1.34, 95% CI 1.09-1.65) dibandingkan dengan

wanita-wanita dengan nyeri ringan ataupun wanita-wanita yang tidak

mengalami nyeri pada masa haid. Hubungan dibedakan dengan subtype

histologist, dengan hubungan yang signifikan untuk nyeri parah dengan

endometrioid 9OR 1.64, 95% CI 1.15-2.34) dan sel tumor bersih (OR 1.91,

95% CI 1.11-3.28.
Prophylactic Salpingectomy dan Prophylactic

Salpingoophorectomy untuk Kanker Epithelial Serous pada

Adneksa Level Tinggi

1. Pendahuluan

Penyakit Kanker Ovarium secara umum berada pada peringkat

kedua penyakit yang ganas pada wanita di Negara-negara berkembang,

yang mana 1-2% kehidupan beresiko mengalami penyakit ini. Di seluruh

dunia,lebih dari 100.000wanita mati setiap tahun dikarenakan

kankerovarium, membuat penyakit ini berada di posisi kelimapenyebab

kematian pada wanita di bagian barat dunia dan menjadi penyakit kanker

ganas yang paling mematikan, yang secara keseluruhan yang mampu

bertahandari penyakit ini selama 5 tahun sekitar 45%.

Di Amerika Serikat, ada 22,000 kasus baru dan 14,000 penderita

kanker ovarium berakhir dengan kematian setiap tahun, membuat

penyakit ini menjadi penyebab kematian yang paling banyak yang berasal

dari kanker ginekologi. Di Eropa, dengan angka sama ada 66,700 kasus

kanker dan 41,900 kanker ovarium.

Kanker ovarium epithelial (EOC) adalah tipe histologist yang paling

banyak (80-85%) dan Serous merupakan subtype yang paling umum

(75% dari kanker ovarium epithelial). Kanker Serous kelas tinggi ini

berhubungan dengan angka kematian yang tinggi barangkali dari


perkembangan permukaannya dan penyebaran intraperitoneal yang lebih

dini.

2. Deteksi dini kanker ovarium

Kanker ovarium epithelial didiagnosa pada stadium lanjut pada

60% pasien,dengan kemampuan bertahanhidup 5 tahun serendah 25%

ketika stadium lanjut dipertimbangkan. Meskipun demikian ketika penyakit

ini diagnosa pada stadium awal, yang mampu bertahan hidup selama 5

tahun diatas 90%.

Pemeriksaan transvaginal/pelvis menggambarkan ovarium dan

serum CA 125 antigen telah dikajiyang bertujuan menegakkan strategi

untuk deteksi dini kanker ovarium. Namun sekarang ini tak ada bukti

bahwa serangkaian pemeriksaan scanning ultrasound atau pengukuran

CA 125 dapat mengurangi kematian akibat kanker ovarium epithelial.

2.1 CA 125 Antigen

Pengkajian pemeriksaan bakal kanker ovarium pertama

menggunakan CA 125 dipublikasikan pada tahun 1992 by Einhorn dkk.

Mereka mendeteksi 175 wanita dengan level CA 125 dari 5550 wanita

swedia yang beruisia diatas 50 tahun. Dari 175 wanita itu diadapati 6

wanita yang menderita kanker ovarium.Skates dkk mendemontrasikan

bahwa mengelevasi CA 125 level pada wanita yang tidak mengalami

kanker membuat wanita itu memiliki profil yang statis atau datar
bersamaan denganwaktu, dimana pada wanita yang mengalami kanker

dielevasi CA 125 maka keganasan cenderung meningkat.

Penelitanpenelitian yang berhasil menunjukkan CA 125 pada perbaikan

pengurangan35 U/ml memiliki sensitivitas yang rendah pada stadium I

penyakit ini

2.2 Pemeriksaan Transvaginal Ultrasound (TVS)

Pada Universitas Kentucky percobaan screening/deteksi kanker

ovarium, deteksi TVS tahunann dilakukan pada 25, 327 wanita.

Sensitivitas dilaporkan untuk kanker ovarium primer adal;ah sekitar 81%,

kekhususan 98%, nilai prediksi positif 14.01% dan nilai prediksi negative

99.9% dengan 9.3 operasi dilakukan dari setiap kasus yang terdeteksi.

Serum CA 125 meningkat (.35U/ml ) pada setiap deteksi pada 13 dari 15

pasien (87%) yang berada pada stadium 3 kanker ovarium epithelial tetapi

hanya tiga dari 15 pasien tersebut (sekitar20%) yang berada pada

stadium 1 atau 2. Hasilnya setuju dengan apa yang diperoleh pada

penelitian Japanese Shizuoka Cohort Study pada deteksi Kanker

Ovarium.

2.3 CA 125 vs TVS

Pada percobaan deteksi kanker The prostate, Lung, Colorectal and

Cancer Screening Trial, sebuah control yang acak dari 78216 wanita yang

berusia 55-74 tahun di lakukan pemeriksaan tahunan dengan CA 125

(menggunakan potongan 35U/ml ) dan pemeriksaan TVS versi tanpa


pemeriksaan (perawatan biasa) tak ditemukan perbedaan

dalamangkakematian antara keduagrup tapi ada angka yang pesakitan

yang signifikan (5.1%) dalam group yang melakukan pemeriksaan.

Kebanyakan dari operasi yang tidakpenting berdasarkan penemuan

ultrasound-positif yang salah. Hasil awal dari percobaan pemeriksaan

kanker ovarium United Kongdom Collaborative Trial of Ovarian Cancer

Screening dengan target yang sama dilaporkan hasil yang meningkat

dengan menggunakan algoritma berdasarkan tes CA 125 dan juga

dengan pemeriksaan sekunder TVU (multimodal screening) menjadi

pemeriksaan ultrasound saja. Untuk pemeriksaan kanker ovarium inpasif

yang utama, multi modal screening memiliki sensitivitas 89%

sebagaimana dibandingkan pada sensitivitas ultrasound based strategy,

yang hanya 75%.

Pada sekarang ini tak ada bukti serangkaian pemeriksaan scanning

ultrasound atau pengukuran dari CA 125 menurunkan angka kematian

dari kanker ovarium. Tak juga ada bukti bahwa ada sebuah sistem deteksi

yang efektif untuk mendiagnosa kanker ovarium pada stadium awal.


Persepsi yang Salah terhadap Resiko Kanker

Ovarium pada wanita yang berada pada peningkatan resiko

untuk terjadinya kanker ovarium herediter

Abstrak

Penelitian ini mengkaji tentang demografi social, medis dan prediktor

psikologis akurasi resiko yang dirasakan pada wanita yang mengalami

peningkatan resiko genetic untuk terjadinya kanker ovarium. Wanita

wanita berpartisipasi dalam penelitian kohort yang luas yang mana wanita

wanita tersebut berada pada peningkat resiko kanker tuba falopi dan

kanker ovarium, mereka pribadi tidak memiliki riwayat penyakit kanker dan

memiliki 1 ovarium pada pendaftaran kohort yang memenuhi syarat.

Wanita wanita tersebut mengisi kuesioner sendiri dan menghadiri

wawancara pada pendaftaran. Sekitar 2,868 wanita tidak terkena kanker

pada pendataan kohort, 561 memenuhi syarat. Ada 335 wanita (59.8%)

memperkirakan dengan tinggi terhadap kanker ovarium mereka,

sementara 215 wanita (38,4%) secara akurat memperkirakan resiko

mereka dan 10 (1.8%) menaksir terlalu rendah resiko kanker ovarium ini.

Wanita wanita yang tidak mengetahui status mutasi mereka tampaknya

lebih memperkirakan terlalu tinggi resiko mereka terhdap kanker

ovariumini (OR 1.74, 95% CI 1.10, 2.77, p=0.018), sementara yang selain

itu yang memiliki kecemasan-khusus terhadap kanker yang lebih tinggi


(OR 1.05,95% CI 1.02, 1.08,p<0.001) dan/atau sorang ibu yang telah

didiagnosa dengan kanker ovarium (OR 1.98, 95% C 1.23, 3.18, p=0.005).

diantara kelompok wanita yang tidak mengetahui tentang staus mutasi

mereka ini, 63.3% memperkirakan dengan terlalu tinggitentang resiko ini

dan nilai mean perkiraan resiko seumur hidup mengalami perkembangan

kanker ovarium adalah 42.1%, dibandingkan dengan nilai mean resiko

objektif 6.4%. sejumlah besar wanita yang berada pada beresiko

peningkatan terjadinya kanker ovarium memperkirakan terlalu berlebihan

tentang resiko mereka ini. Ini merupakan perhatian, khususnya hanya

pada wanita yang berada pada kelompok peningkatan resiko pada nilai

sedang; untuk wanita pada sub kelompok ini, intervensi dibutuhkan untuk

mengurangi kemungkinan penderitaan psikologis yang tidak perlu dan

meminimalisasi perjanjian pemeriksaan atau operasi yang tidak penting.


Pengetahuan Gejala danFaktor Resiko kanker Ovarium

dalam Populasi Wanita Wanita dan Penyedia Layanan

Kesehatan

Kanker ovarium bertanggung jawab atas banyaknya kematian

setiap tahun dibandingkan dengan kombinasi semua penyakit kanker

ginekologi lainnya. Sebuah lembaga kanker The AmericanCancer Society

(2015) memperkirakan 21.290 wanita akan didiagnosa dengan kanker

ovarium dan 14.180 wanita diperkirakan mati dikarenakan menderita

kanker ovarium pada tahun 2015. Di Amerika Serikat rata rata yang

bertahan hidup selama5 tahun sekitar 35% ketika didiagnosa berada pada

kanker stadium IIIC, denganhitungan 75% pada diagnose awal (American

Society Cancer, 2015). Wanita-wanita yang didiagnosa pada stadium awal

rata-rata mampu bertahan hidup lebih tinggi dari lima tahun. Namun begitu

tak ada tes-tes deteksi yang terpercaya yang bisa diterima dan hanya

15% wanita wanita dengan kanker ovarium yang didiagnosa pada stadium

awal (Gajjar, Ogden, Mujahid, & Razvi, 2012;Jayde & Boughton , 2012)
Kanker Ovarium

Kanker Ovarium Epithelial adalah penyebab paling umum dari semua

kanker ginekologi yang berakhir pada kematian. Penyakit ini secara

tipekal muncul pada periode pasca menopause wanita, dengan keluhan

distensi dan nyeri perut hanya beberapa bulan. Banyak wanita mengalami

penyakit yang lanjut (International federation of Gynecology dan Obstetric

FIGO stadium III) dengan standard perawatan bertahan dengan operasi

dan kemoterapi platimum-cytotoxic. Walaupun tindakan ini dapat

mengobati untuk banyak pasien pada stadium awal, banyak wanita

dengan penyakit lanjut akan mengalami banyak episode-episode penyakit

kambuh kembali dengan penyakit yang lebih pendek berkelanjutan

dengan interval yang bebas. Episode-episode ini memuncak dengan

terjadinya resistensi kemoterapi dan akhirnya terjadi obstruksi usus, yang

merupakan penyebab kematian yang paling sering. Bagi wanita yang

penyakitnya berlanjut pada respon kemotrapi denganobatplatinum,

penyakit ini dapat dikontrol selama 5 tahunatau lebih. Tindakan target

seperti obat-obatan antiangiogenic atau poly (ADP-ribose) polymerase

inhibitors menawarkan peningkatan kemampuan bertahan hidup.

Kemanjuran deteksi didesain untuk mendeteksi penyakit di tahap awal

dan pada tahap pengobatan hal tidak terbukti manjur. Dengan kunci hasil

diharapkan pada tahun 2015.


Epidemiologi dan Genetik

Setiap tahun 220. 000 wanita di seluruh dunia mengalami kanker ovarium

epithelial. Di inggris, 7000 wanita mengalami kanker ini (yang mana 4200

wanita mati setiap tahun). Usia standard kejadian dari penyakit ini

diperkirakan 9.4 tahun per 100 populasi di berbagai daerah berkembang,

dan 5 dari 100.000 populasi diberbagai daerah lainnya. Di Inggris resiko

seumur hidup berkembangnya kanker ovarium adalah sekitar satu dari 60

kasus. Median usia dari pasien penyakit ini terdaftar dalam uji coba secara

acak adalah berusia 58 tahun, beberapa ada yang usianyalebih muda

daripada median usia diagnosis (63 tahun) dalampopulasi keseluruhan.

Wanita dengan predisposisi genetik mengarah ke kanker ovarium

didiagnosa sekitar 10 tahun lebih awal daripada usia median diagnosis.

Penemuan penelitian epidemilogis menunjukkan bahwa resiko

kanker ovarium menurun dengan status anovulasi, seperti kehamilan atau

penggunaan pil KB atau melalui tuba ligasi-mengurangi reflukjs produk

menstruasi kepada ovarium. Stimulasi suprafisiologi untuk mengobati

ketidaksuburan terkait juga, namun tidak terbukti, untuk meningkatkan

resiko perbatasan tumor ovarium.

Dalam pandangan penyebaran penggunaan kontrasespsi oral oleh

generasi pasca perang, insiden kanker ovarium diharapkan lebih menurun

pada wanita usia 50-70 tahun. Beberapa bukti untuk hal ini telah

dilaporkan pada wanita usia 50-64 tahun dan wanita pada usia 40-49
tahun, dimana ada terjadi tren yang menurun antara tahun 1993 dan

2008. Endometriosis dan polisitis ovarium telah terhubung dengan dengan

kanker ovarium.
Menkonsumsi Teh Menurunkan Resiko Kanker

Ovarium

Abstrak

Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan antara meminum the

dan resiko kanker ovarium diantara wanita wanita Cina dibagian selatan,

sebuah penelitian Case Control dilakukan di daerah Cina bagian selatan

dalam kurun waktu 2006-2008.

Metode Penelitian: lima ratus orang pasien yang secara histology

dipastikan mengidap penyakit kanker ovarium epithelial dan 500 kelompok

control (Mean usia 59 tahun) yang direkrut dari empat rumah sakit umum

di Guangzhou. Informasi terkait frekuensi, kuantitas dan durasi minum the,

jumlah dari daun teh kering yang diseduh, beserta kebiasaan minum the

dan karekteristik gaya hidup di peroleh secara tatap muka langsung dari

partisipan menggunakan kuesioner yang valid dan terpercaya. Data

dianalisa menggunakan model Logistic Regression Analis untuk mengkaji

hubungan antara variable dan resiko kanker ovarium.

Hasil penelitian : subjek kelompok kontrol menunjukkan level konsumsi

teh yang lebih tinggi dan prevalens (78.8%) daripada pasien kanker

ovarium (51.4%). Secara teratur meminum teh hijau,teh hitam dan atau

teh oolongberhubungan dengan penurunan resiko kanker ovarium, rasio

yang disesuaikan menjadi 0.29(95% keyakinan interval 0.22-0.39) setelah


menghitung faktur pembaur.. ketika dibandingkan dengan bukan

peminumtehdosis terbalik semu-respon hubungan diobservasi selama

beberapa tahun waktu minum, jumlah cangkir tehdan jumlah tehyang di

konsumsi, begitu juga jumlah daunteh kering yang di seduh (p<0.01)

Kesimpulan: mengkonsumsi the secara teratur berhubungan dengan

dengan resiko penurunan kanker ovarium bagi wanita wanita China

dibagian selatan.

1. Pendauhulan

Kanker Ovarium berada di posisi ke delapan kanker yang umum

terjadi pada wanita dan kanker ginekologi yang kedua yang umum terjadi,

terhitung 140.000 kematian setiap tahun di seluruh dunia. Insiden kanker

ovarium per 100.000 wanita hanya 3.8 ada di China, jauh lebih rendah

daripada Negara Negara barat seperti Amerika (8.8) dan Australia (7.7).

Perbedaan besar rata rata antara Negara-negara yang

menyarankan makanan, gaya hidup dan faktor lingkungan mempengaruhi

etiologi kanker ovarium, terpisah dari faktor genetic dan faktor resiko

keluarga. Karena kanker ovarium memiliki beberapa gejala pada masa

tahapan awal. Ini secara tipikal didiagnosa di stadium lanjut. Pengobatan

keganasan sulit dan controversial. Namun, strategi yang dapat

meningkatkan pencegahan primer adalah tak ternilai harganya.


Tehh adalah minuman yang dikonsusmsi luas diseluruh dunia. Ada

pertimbangan minat dalampermainan peran yang protektif oleh tehhini

dankomponennya, baik dalam hal vitro maupunvivo. Penelitian

eksperimental telah menunjukkan property pencegahan kemoteapi

terhadap semua stadium enakan property anti karsiogenesis dengan

penekanan promosi tumor dan inflamasi, dikarenakan property

antioksiden terhadap radikal bebas, hambatan signal transduksi dan

ekspresi nuklir oncogene, terjebaknya karsinogen utama dan termasuk

apoptosis dan tertahannya siklus sel.

Disamping lanjutan penelitian laboratorium dan penilitianpada

hewan, bukti epidemiologis masih muncul dan ekivokal, terutama terkait

dengan polakonsumsi tehh yang berbeda dan kebiasaan antara populasi

dan terutama kurang akurat pengukuran pembukaan dalam banyak

penelitian. Sebuah pencarian kepustakaan melokasikan 12 orang

penelitian observasi mengkaji tentang konsumsi tehh dengan resiko

kanker ovarium tetapi hasilnya tidak konsisten. Lebih lanjut, konsusmsi

tehh dalam jangka waktu panjang jarang di kaji. Tipikal kanker

membutuhkan banyak tahun untuk berkembang, informasi tentang

keterbukaan pembukaan konsusmsi the jangka panjang sangatlah

penting. Mengambil isu ini dalam pertimbangan, penelitian case control

terbaru ini bertujuan untuk menginvestigasi apakah mengkonsumsi tehh

memiliki hubungan etiologi dengan resiko kanker ovariumdiantara wanita


wanita Cina dibagian selatan, meninjau praktik minum tehh yang khusus

pada daerah ini di China.


Faktor Resiko Hormonal dan Resiko Kanker Ovarium

Epithelial infasif oleh Paritas

Paritas atau para adalah faktor protektif yang mapan untuk kanker

ovarium (Hankinson dan Danforth,2006). Dalam sebuah kolaborasi

analisis 12 penelitian case control, wanita wanita dengan setidaknya

mengalami satu kali kehamilan cukup bulan secara signifikan memiliki

resiko yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita nullipara atau

wanita yang belum pernah mengalami melahirkan dengan usia kehamilan

lebih dari 28 minggu (OR = 0.60,95% confidence interval (CI): 0.-0.76) dan

setiap tambahan kehamilan cukup bulan menurunkan resiko lebih lanjut

(Ptrend <0.001) (Whitemore dkk, 1990) hasil yang sama telah ditemukan

juga dalam Penelitian kohort (Adam dkk, 1994).

Akhir akhir ini, disarankan bahwa hubungan anatar beeeberapa

faktor reesikokanker ovarium, seperti indeks massa tubuh atau BM atau

penggunaaan pil KB atau alat kontrasepsioral. Mungkin berbeda oleh

paritas status (Ness dkk 2001; Greeer dkk 2006) menemukan BMI yang

tinggi secara signifikan meningkatkan resiko kanker ovarium pada wanita-

wanita nullipara (OR = 2.53, 95% CI: 1.39-4.61 membandingkan dari atas

ke bawah kuartil distribusi BMI) tetapi tidak pada wanita parous atau

wanita yang setidaknya mengalami satu kehamilan cukup bulan (OR=0.96

95% CI: 0.70-1.31 membandingkan dari atas ke bawah quartile distribusi

BMI). Pada populasi yang sama, penggunaan oral kontrasepsi tidak


menurunkan resiko kanker ovarium pada wanita nullipara (OR=0.9, 95%

CI: 0.5-1.7) tetapi ini berhubungan dengan penurunan resiko pada wanita

parous bulan (OR=0.6, 95% CI:0.3-1.1 pada wanita dengan satu

kelahiran/persalinan; OR=0.6, 95% CI: 0.4-1.0 pada wanita dengan dua

kelahiran/persalinan; OR=0.7, 95% CI:0.5-1.0 pada wanita dengan tiga

atau lebih kelahiran/persalinan) (Ness dkk, 2001). Penulis tidak tidak

mengeksplorasi apakah faktor resiko kanker ovarium lainnya berbeda oleh

paritas. Hasil ini berdasarkan pada sampel yang retrospektif yang dapat

mempengaruhi hasil BMI mereka. Sebagai tambahan populasipenelitian

termasuk wanita yang pra menopause dan wanita pasca menopause,

dengan 40% kasus berusia lebih muda dari umur 50 tahun (Ness dkk,

2000) dan hubungan antara BMI atau penggunaan alat KB secara oral

dan resiko kanker ovarium mungkin berbeda antara wanita pra

menopause danwanita pasca menopause (Tungdkk, 2005; Moorman

dkk,2008; Olsen dkk, 2013). Keterbatasan lebih lanjut dari penelitian

Ness dkk (2000,2001) adalah inklusi batas dan kasus kanker ovarium

yang inpasif. Oleh karena halinidisarankan bahwa BMI dan penggunaan

kontrasepsi oral bisa jadi berhubungan dengan kuat dengan batas tumor

(Modugno dkk, 2001: Collaborative Groupon Epidemiological Studies of

Ovarian Cancer, 2012,Olsen dkk, 2013). Karena itu hasil ini butuh

konfirmasi secara luas, aturan data yang prospektif, dengan informasi

status menopause dan penggunaan terapi hormone diantara wanita-

wanita yang menopause. Sebuah penelitianberbeda melaporkan efek


interaksi antara riwayat keluarga dan paritas terhadap resiko kanker

ovarium (Vachon dkk, 2002)

Untuk pengetahuan kita, investigasi yang sistemik apakah paritas

memodifikasi hubungan antara faktor-faktor resiko kanker ovarium lainnya

dan resiko kankerovarium belum dilakukan. Memahami keterkaitan

pengaruh antara paritas dan faktor resiko kanker oavrium lainnya dapat

membantu kepada pemahaman yang lebih baik terhadap mekanisme

biologisdalam perkembangan kanker ovariu. Dalam analisa yang terbaru,

oleh karenaitu kita mengevaluasi apakah adahubunganantara beberapa

faktor resiko yang dikenal untuk kanker ovarium ini berbeda diantara

wanita pasca menopause nullipara dan wanita menopause paraous

menggunakan kombinasi data dengan menggunakan dua prospektif

kohort yang luas.

You might also like