You are on page 1of 8

Penentuan Tetapan .....

(Heri Budi Wibowo dan Luthfia HA)

PENENTUAN TETAPAN KECEPATAN DAN SUHU REAKSI UNTUK


MEMILIH PROSES PEMBUATAN BUTADIEN
(DETERMINATION OF REACTION RATE CONSTANT AND
TEMPERATURE FOR SELECTING BUTADIENE PROCESSES)
Heri Budi Wibowo, Luthfia Hajar Abdillah
Peneliti Bidang Propelan, Pustekroket, Lapan
e-mail: heribw@gmail.com
ABSTRACT
Effort to control butadiene production is important because it is the main raw
material of butadiene synthetic rubber and elastomer production that imported in large
quantities. Butadiene can also be used as primary raw material for the manufacture of
HTPB (Hydroxy Terminated Polybutadiene), a binder propellant which has a fairly high
strategic value. Reaction rate constant of butadiene reaction is determined using Gibbs
energy equilibrium. Operational reaction temperature is determined using the
temperature at zero Gibbs energy of reaction (spontantly reaction). The method of
butadiene synthesis is the method that has been applied at comercial production of
butadiene. Based on the analysis and discussion, it could be concluded that the
reaction rate constant can be determined based on the thermodynamic value of Gibbs
energy formation. Manufacture of butadiene with basic material butane, Liquid
Petroleum Gas (LPG) is faster than the process with the basic material of ethanol,
however, is more sensitive to temperature changes. The reaction temperature generally
can be carried out at 500-600oC. Simulation results reaction rate constant (k) as a
function of temperature for each type of the following processes: Haundry Process:
0.629 exp(-2178/T), Phillips Process: 2,536 exp(-4714/T), Zeon Process: 0.987 exp(-
3346/T).
Keywords: Butadiene, Butane, Ethanol, Propellant binder
ABSTRAK
Upaya penguasaan produksi butadien menjadi penting karena butadien
merupakan bahan baku utama produksi karet sintetis maupun elastomer yang diimpor
dalam jumlah sangat besar. Butadien juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
utama pembuatan Hydroxy Terminated Polybutadiene (HTPB), suatu binder propelan
yang memiliki nilai strategis cukup tinggi. Penelitian bertujuan menganalisis metode
proses pembuatan butadien yang paling efisien melalui penentuan suhu reaksi dan
tetapan kecepatan reaksinya. Penelitian dilakukan dengan menentukan tetapan
kecepatan reaksi pembuatan butadien menggunakan prinsip kesetimbangan energi
Gibbs. Penentuan suhu reaksi operasional digunakan prinsip suhu pada nilai energi
Gibbs adalah nol (terjadi reaksi spontan). Metode proses yang disediakan adalah
metode proses yang telah ada dan digunakan untuk produksi butadien di dunia.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan bahwa
tetapan kecepatan reaksi dapat ditentukan berdasarkan besaran-besaran
termodinamiknya berbasis energi Gibbs pembentukan. Pembuatan butadien dengan
bahan dasar butana, Liquid Petroleum Gas (LPG) lebih cepat daripada proses dengan
bahan dasar etanol, namun lebih sensitif terhadap perubahan suhu. Suhu reaksi
secara umum dapat dijalankan pada suhu 500 600C. Tetapan kecepatan reaksi (k)
sebagai fungsi suhu hasil simulasi untuk masing-masing tipe proses adalah sebagai
berikut : Proses Haundry : 0,629 exp(-2178/T), Proses Phillips : 2,53672 exp(-4714/T) ,
Proses Zeon : 0,9871 exp(-3346/T).
Kata kunci: Butadien, Butana, Etanol, Binder propelan
35
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 9 No. 1 Juni 2014 :35-42

1 PENDAHULUAN termokimia berbasis struktur molekul


Indonesia sebagai negara yang senyawa yang bereaksi dan senyawa
sedang berkembang pada saat ini produknya (Coulson dan Ricardson,
berusaha untuk memenuhi kebutuhan 1983); (Kirk dan Othmer, 1982);
berbagai bahan kimia untuk melancarkan (Levenspiel, 1976); (McKetta, 1983);
proses industrialisasi. Bahan tersebut (Perrys dan Green, 1999). Besaran-
dapat berupa bahan baku, bahan besaran yang dapat diperoleh adalah
setengah jadi maupun bahan pembantu tetapan kecepatan reaksi, suhu dan
untuk industri. Pada kenyataannya tekanan operasi. Besaran-besaran
sampai saat ini banyak sekali bahan tersebut dapat diperoleh dengan cepat.
kimia yang belum dapat dipenuhi Apabila data parameter
sendiri dan harus mengimpor dari perancangan diperoleh, maka
negara lain. Salah satu bahan baku perancangan produksi butadien skala
industri yang belum tercukupi di pilot dapat dirancang dengan baik
Indonesia adalah butadien (Wibowo, menggunakan teknologi yang akan
2009). digunakan. Dengan demikian upaya
Kegunaan penting dari butadien perancangan produksi butadien dapat
adalah untuk industri karet sintetis, lebih cepat terealisasi di Indonesia (Kirk
untuk bahan elastomer, bahan dan Othmer, 1982); (Levenspiel, 1976).
Acrylonitrile-Butadiene-Styrene Rubber Tujuan pembahasan ini adalah untuk
(ABS), serta yang penting adalah bahan menentukan parameter yang dibutuhkan
baku pembuatan HTPB untuk bahan untuk merencanakan kondisi operasi
baku propelan roket yang memiliki nilai untuk tiap proses pembuatan butadien
strategis tinggi sehingga sangat sulit yang tersedia (tetapan kecepatan reaksi
diperoleh. Butadien menjadi sangat dan suhu reaksi), sehingga dapat dipilih
dibutuhkan pada masa sekarang, karena proses pembuatan butadien yang
harga karet alam mahal, sehingga terbaik.
butadien sebagai pengganti karet alam
dalam pembuatan karet sintesis maupun 2 TEORI
pada industri ban (Wibowo, 2009). Butadien merupakan senyawa
Kebutuhan akan butadien di Indonesia hidrokarbon dengan rumus C4H6,
terus meningkat. Perkiraan kebutuhan berupa gas pada suhu kamar dan
butadien d Indonesia tahun 2010 adalah tekanan atmosferis. Butadien memiliki
20 juta ton per tahun. Oleh karena itu, dua ikatan rangkap dengan struktur
kebutuhan penguasaan teknologi CH=CH-CH=CH2. Dalam pembuatan
pembuatan produksi butadien menjadi butadien ada beberapa macam proses di
penting. antaranya (Aries dan Newton, 1955);
Tersedia beberapa metode untuk (Faith dan Clark, 1975); (McKetta dan
membuat butadien dengan mekanisme Cunningham, 1983); (Reid dan
yang berbeda-beda. Di dalam penguasaan Prauswitz, 1987) :
teknologi proses produksi, maka
dibutuhkan pengetahuan awal kondisi Proses Haundry Catadiene
reaksi dan kinetikanya (kecepatan reaksi). Pembuatan butadien dari
Data kinetik pembuatan butadien belum dehidrogenasi etil alkohol digunakan 2
tersedia di literatur, sehingga diperlukan tahap reaksi, yaitu reaksi dehidrogenasi
penelitian eksploratif untuk mendapatkan dengan tekanan 1,3 atm dan suhu sekitar
parameter tersebut. Namun hal tersebut 325 oC menghasilkan asetaldehid.
membutuhkan waktu yang lama. Oleh Katalisator yang dapat digunakan
karena itu, parameter kondisi reaksi adalah katalis 72,4% MgO, 18,4% Fe2O3,
dapat didekati dengan simulasi 4,6% CuO dan 4,6% K2O. Reaksi tahap
menggunakan teori termodinamika dan kedua dengan reaksi etanol dengan
36
Penentuan Tetapan ..... (Heri Budi Wibowo dan Luthfia HA)

asetaldehid yang diperoleh pada reaksi maka kecepatan reaksi kimia adalah
tahap pertama menghasilkan butadien perubahan berkurangnya konsentrasi A
(Wallas, 1995); (Wibowo, 2009). atau B terhadap waktu. Besarnya
kecepatan reaksi adalah fungsi tetapan
(2-1) kecepatan reaksi dengan konsentrasi
reaktannya. Nilai tetapan kecepatan
(2-2) reaksi merupakan fungsi faktor
frekuensi A dan energi aktivasi sepeti
Proses Philips ditunjukkan oleh persamaan (2-6).
Proses Philips menggunakan
bahan baku butana dengan melalui dua A+B C (2-6)
tahap reaksi. Reaksi oksidasi butana
menjadi butena, dilanjutkan dengan dCA/dt = kCACB (2-7)
reaksi oksidasi butena menjadi butadien
(Wallas, 1995); (Wibowo, 2009). k=A exp(-Ea/RT) (2-8)

(2-3)
Menurut teori Lecathelier, reaksi
(2-4) kimia pada dasarnya adalah suatu
reaksi kesetimbangan, artinya kecepatan
reaksi arah ke kanan (k1) dan ke kiri (k-1)
Proses Nippon Zeon
sama besar. Reaksi kimia bergeser ke
Proses ini hampir sama dengan
kiri atau ke kanan tergantung pada
proses philips namun hanya berbeda
suhu reaksi dan pengambilan hasil
pada umpan yang masuk, yaitu berupa
reaksi. Tetapan kecepatan reaksi kimia
campuran butana dan butena.
(K) pada dasarnya adalah rasio tetapan
Karakteristik utama proses nippon zeon,
kecepatan reaksi ke kanan dibagi
penggunaan gas buang sebagai umpan
dengan kecepatan reaksi ke kiri.
reaktor. Reaksi dapat terjadi pada suhu
500 - 621 C dan tekanan 0,2 atm. A+B C (2-9)
Katalis yang digunakan adalah chromina
alumina, campuran Al2O3 dan Cr2O3 K = k1/k-1 (2-10)
(Wallas, 1995); (Wibowo, 2009).
Untuk mengetahui tetapan
(2-5) kesetimbangan, maka berdasarkan teori
termodinamika dikatakan bahwa
Teori reaksi kimia tetapan kesetimbangan berhubungan
Reaksi kimia menurut teori dengan kecepatan gerak molekul. Secara
tumbukan adalah merupakan suatu termodinamika, kecepatan gerak
tumbukan antar molekul yang bereaksi molekul untuk bereaksi kimia disebut
sehingga terjadi produk reaksi kimia. dengan energi Gibbs (G). Besarnya
Tumbukan antar molekul akan terjadi energi Gibbs menunjukkan besarnya
reaksi jika memenuhi jumlah energi gerakan molekul untuk bereaksi.
yang dibutuhkan yang disebut dengan Semakin besar energi Gibbs maka reaksi
energi aktivasi. Menurut Arhenius, kimia membutuhkan energi tambahan
terjadinya reaksi kimia ditentukan oleh karena gerak molekul yang lambat.
frekuensi tumbukan yang diperlukan Reaksi kimia terjadi secara spontan jika
dan energi aktivasi yang diperlukan energi Gibbs adalah kurang dari atau
untuk terjadinya reaksi kimia (Aries dan sama dengan nol. Jika energi Gibbs
Newton, 1955); (Brownell dan Young, positif maka untuk terjadinya reaksi
1979); (Peters dan Timmehaus, 1980). kimia diperlukan energi tambahan dari
Apabila reaksi kimia A + B produk, luar (reaksi endotermis) (Aries dan
37
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 9 No. 1 Juni 2014 :35-42

Newton, 1955); (Brownell dan Young, maka tetapan kecepatan reaksi dapat
1979). dihitung, termasuk pola hubungan
Besarnya energi Gibbs merupakan tetapan kecepatan reaksi terhadap suhu
fungsi dari entalpi (H) dan entropi (S) reaksi. Untuk mendapatkan suhu reaksi
pada suhu (T) yang ditetapkan seperti ketika reaksi spontan terjadi, maka
ditunjukkan pada persamaan (2-11) dibuat suatu simulasi secara numerik
(Aries dan Newton, 1955); (Brownell dan sampai dengan energi Gibbs reaksi
Young, 1979); (Kirk dan Othmer, 1982). adalah nol.
Nilai entropi suatu larutan didekati Sebagai bahan simulasi, maka
dengan fungsi kesetimbangan dan suhu dihitung nilai G dengan persamaan (2-
campuran seperti ditunjukkan pada 12). Nilai H diperoleh dari data entalpi
persamaan (2-12). pembentukan senyawa dari tabel sifat-
sifat kimia senyawa. Kemudian
Go = Ho + TSo (2-11) berdasarkan nilai H tersebut
ditentukan nilai tetapan kesetimbangan
Pada keadaan standar yaitu kondisi setiap waktu. Berdasarkan tetapan
larutan ideal (encer), maka jarak antar kesetimbangan tersebut setiap waktu,
molekul cukup jauh dan teratur sehingga maka tetapan kecepatan reaksi dapat
nilai So=0, sehingga nilai Go = Ho. dihitung berdasarkan persamaan
Perubahan energi Gibbs setara dengan Arhenius.
perubahan kesetimbangan kimia pada
suhu T, yang dirumuskan dengan 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
persamaan (2-12). Energi Gibbs pada Untuk perhitungan awal nilai
kondisi standar gas ideal dihitung dengan energi Gibbs, maka diperlukan data
menggunakan persamaan (2-13). entlapi pembentukan senyawa yang ada,
baik senyawa pereaksi maupun hasil
reaksi. Nilai entalpi pembentukan
G = Go + nRTlnK (2-12)
senyawa pada suhu 20C ditampilkan
Go = -nRTlnK (2-13) pada Tabel 4-1.

Tabel 4-1: NILAI ENTALPI PEMBENTUKAN


3 METODOLOGI SENYAWA
Untuk mendapatkan nilai suhu
No. Senyawa Hfo (J/kmol)
reaksi dan energi Gibbs serta tetapan
kecepatan reaksi, maka dipilih tiga 1 C4H8 -540000
mekanisme reaksi yang biasa digunakan 2 O2 0
untuk pembuatan butadien. Mekanisme 3 C4H6 109240000
yang digunakan adalah proses Philips, 4 H2O -241814000
proses Houndry Catadiene dan proses 5 C4H10 -125790000
Nippon Zeon. Proses ini dipilih karena 6 C2H5OH -234950000
menggunakan bahan baku yang banyak 7 C2H4O -166200000
tersedia di Indonesia, yaitu gas butana Perhitungan energi Gibbs dan parameter
dari Liquid Petroleum Gas (LPG) dan reaksi untuk masing-masing proses
etanol. adalah sebagai berikut :
Berdasarkan mekanisme reaksi
yang diperoleh dan hukum-hukum Proses Haundry Catadiene
termodinamika dapat diperoleh besaran- Reaksi yang berlangsung
besaran termodinamika seperti entalpi, mengikuti persamaan (2-1) dan (2-2).
entropi, energi Gibbs, Tekanan dan suhu Reaksi akan dipilih reaksi (2-2) karena
jenuhnya, serta tetapan kesetimbangan. prosesnya hanya satu tahap dan dapat
Kemudian berdasarkan hukum atau mewakili reaksi (2-1) dan (2-2). Nilai
teori kinetika dan hukum Arhenius, entalpi pembentukan suatu reaksi kimia
38
Penentuan Tetapan ..... (Heri Budi Wibowo dan Luthfia HA)

adalah entalpi pembentukan senyawa Pada kondisi standar, energi


produk dikurangi dengan total entalpi Gibbs pada keadaan standar adalah
senyawa-senyawa pereaksi. Dengan fungsi suhu dan tetapan kesetimbangan
menggunakan persamaan reaksi (2-2), dengan persamaan (2-1). Nilai tetapan
maka dengan menggunakan basis keseimbangan pada kondisi standar
perhitungan mol adalah 1 (satu) mol adalah K= 0,7703. Selanjutnya nilai
pereaksi, maka jumlah mol (n) dari energi Gibbs reaksi pembentukan
masing-masing senyawa mula-mula, butadien mengikuti persamaan (2-12).
selama reaksi dan sisanya ditunjukkan Hasilnya, Go = n Hfo produk - n
pada Tabel 4-2. Hfo pereaksi = 26762 J/mol.
Pada saat keadaan standar, maka Karena nilai energi Gibbs
nilai entropi adalah nol sehingga nilai merupakan fungsi suhu, maka nilai
Go = Hfo. Nilai entalpi pembentukan energi Gibbs sebagai fungsi suhu dapat
dari butadien merupakan energi selisih ditampilkan sebagai berikut:
entalpi senyawa produk dikurangi
entalpi senyawa pereaksi.

Tabel 4-2: JUMLAH MOL (N) DARI TIAP SENYAWA SELAMA REAKSI

Konsentrasi C2H5OH + C2H4O C4H6 + 2H2O

Mula-mula 1 1
Berlangsung 1 1 1 2
Sisa 0 0 1 2

Tabel 4-3: NILAI G SEBAGAI FUNGSI SUHU

T (K) G (J/mol)

273 12051,88
373 6663,5584
473 1275,24
496.6667 0
573 -4113,09

14000
12000
10000
8000
G (J/mol)

6000
4000
2000
0
0 200 400 600 800
-2000
-4000
-6000
suhu (K)

Gambar 4-1: Profil nilai G terhadap suhu reaksi


39
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 9 No. 1 Juni 2014 :35-42

Ternyata nilai G pada suhu menggunakan ekstrapolasi grafik ln k vs


kamar bernilai positif, sehingga reaksi -1/T, maka nilai A dan E diperoleh.
pembentukan butadien merupakan Hasilnya diwujudkan dalam persamaan
reaksi endotermis, reaksi tidak dapat berikut:
terjadi secara spontan. Reaksi spontan
terjadi pada suhu 500 K. Dengan K=0,629 exp (-2178/T) (4-1)
memperhatikan gambar hubungan G
fungsi suhu pada Gambar 4-1, maka Dengan menggunakan cara yang sama,
suhu ideal untuk reaksi pembentukan maka setiap proses dapat dihitung dan
butadien adalah 550 600 K. Apabila disarikan dalam bentuk grafik
tetapan kesetimbangan merupakan hubungan ln K terhadap 1/T sebagai
tetapan kecepatan reaksi dengan berikut (Gambar 4-3). Ternyata secara
anggapan reaksi bergeser ke kanan keseluruhan grafik hubungan
seluruhnya, maka nilai tetapan kecepatan menunjukan garis lurus/linier, sehingga
reaksi yang dibutuhkan untuk parameter mengikuti persamaan (2-10) atau tipe
perancangan, diperoleh dari persamaan persamaan Arhenius.
Arhenius k = A exp(-E/RT). Dengan

1,5

1
ln K

0,5

0
0 0,001 0,002 0,003 0,004
1/T

Gambar 4-2: Kurva hubungan ln K terhadap 1/T

15

10
Proses Houndary
5
Proses Phillips
0
0 0,001 0,002 0,003 0,004 Proses Zeon
ln K

-5
Linear (Proses
-10 Houndary)

-15 Linear (Proses


Phillips)
-20 Linear (Proses
Zeon)
-25
1/T

Gambar 4-3: Nilai ln K vs 1/T untuk berbagai proses


40
Penentuan Tetapan ..... (Heri Budi Wibowo dan Luthfia HA)

Berdasarkan hasil tersebut, maka molekul dapat menjadi molekul lain


nilai tetapan kecepatan reaksi pem- atau reaksi kimia. Diperlukan kajian
bentukan butadien tiap-tiap proses adalah lebih lanjut untuk penggunaan katalisator
sebagai berikut, Proses Haundry : k = karena tiap katalisator memiliki
0,629 exp(-2178/T), Proses Phillips : k = karakteristik dan pola bekerja yang
2,53672 exp(-4714/T) , Proses Zeon : k = berbeda-beda sehingga tidak dapat
0,9871 exp(-3346/T). digeneralisasikan. Dengan adanya
Nilai tersebut menunjukkan katalisator yang optimal, maka
bahwa kecepatan reaksi secara umum dimungkinkan diperoleh reaksi spontan
proses Phillips lebih besar dibanding pada suhu yang lebih rendah dari 400C
dengan kecepatan reaksi proses Haundry sehinggga pabrikasi menjadi lebih
maupun proses Zeon. Perubahan suhu murah.
sangat sensitif terhadap proses phillips
karena akan memberikan perubahan 5 KESIMPULAN
kecepatan reaksi yang sangat besar. Berdasarkan hasil analisis dan
Apabila melihat suhu reaksi spontan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan
yang terjadi yaitu pada suhu 521C bahwa tetapan kecepatan reaksi dapat
pada proses Zeon, suhu 506C pada ditentukan berdasarkan besaran-
proses Phillips dan suhu 496C pada besaran termodinamiknya berbasis
proses Haundry, maka seluruh proses energi Gibbs pembentukan. Nilai
terjadi pada suhu yang hampir sama, tetapan kecepatan reaksi pembentukan
yaitu pada suhu sekitar 500C. Dengan butadien tiap-tiap proses dirumuskan
demikian, semua proses membutuhkan sebagai berikut: Proses Haundry: k =
energi awal pemanasan yang cukup 0,629 exp(-2178/T), Proses Phillips: k =
besar. Namun bila dilihat dari sensitifitas 2,53672 exp(-4714/T) , Proses Zeon: k =
suhu terhadap kecepatan reaksi, apabila 0,9871 exp(-3346/T).
dianggap tidak terdapat dekomposisi Nilai tersebut menunjukkan
selama reaksi berlangsung, maka reaksi bahwa kecepatan reaksi secara umum
Phillips terlalu sensitif terhadap suhu, proses Phillips lebih besar dibanding
sehingga pilihan yang baik adalah dengan kecepatan reaksi proses Haundry
proses Haundry atau proses Zeon. maupun proses Zeon. Dilihat dari
Semua proses pembuatan sensitifitas suhu terhadap kecepatan
butadien membutuhkan suhu awal yang reaksi, apabila dianggap tidak terdapat
tinggi dan bersifat endotermis. dekomposisi selama reaksi berlangsung,
Sensitifitas suhu menjadi penting maka reaksi Phillips terlalu sensitif
karena peralatan dengan suhu yang terhadap suhu, sehingga pilihan yang
tinggi di atas 400C memerlukan desain baik adalah proses Haundry atau proses
yang khusus dan sangat mahal, bisa Zeon.
empat kali dari biaya pada suhu 100C.
Oleh karena itu, diperlukan peralatan DAFTAR RUJUKAN
proses yang memiliki material yang Aries, R.S., and Newton, R.D., 1955.
berbeda. Selain itu, proses pada suhu Chemical Enginering Cost
tinggi akan membutuhkan pemanas Estimation, Mc. Graw Hill Book
yang cukup mahal. Beberapa pemecahan Company, New York.
yang mungkin diperlukan adalah dengan Brownell, L.E., and Young, E.H., 1979.
menggunakan katalisator sedemikian Process Enginering Design, 3rd
sehingga reaksi spontan dapat terjadi Edition, Willey Eastern Ltd. New
pada saat suhu reaksi lebih rendah. Delhi.
Fungsi katalisator adalah menurunkan Coulson, J.H., and Ricardson, J.F.,
energi aktivasi, yaitu energi yang 1983. Chemical Engineering Design,
diperlukan agar tumbukan antar vol 6, Pergason Press Oxford.
41
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 9 No. 1 Juni 2014 :35-42

Faith, Keyes, and Clark, 1975. Book, 7th Edition, Mc. Graw Hill
Industrial Chemical, 4 Edition,
th Book Company inc., New York.
John Wiley and Sons Inc., New Peters, M.S., and Timmerhaus, 1980.
York. Plant design and Economy for
Kirk, R.E. and Othmer, D.F., 1982. Chemical Enggeneers, 3rd
Encyclopedia of Chemical Edition, Mc Graw Hill Book
Tecnology, 3rd Edition, vol. 4, Company Inc., Singapore.
Interscienci Publishing Inc., New Reid, R.C., Prauswitz, J.M., 1987. The
York. Property of gases and Liquids, 4th
Levenspiel, O., 1976, Chemical Reaction Edition, Mc. Graw Hill Book
Enginering, 2rd Edition, John company Inc., New York.
wiley and Sons Inc., New York. Wallas, S.M., 1995. Chemical Proses
McKetta, J. J. and Cunningham, W. A., Equipment, Buterworth Publisher,
1983. Enchyclopedia of Chemical USA.
Processing and Design, vol 9, Mc. Wibowo, H. B., 2009. Pembuatan
Graw HillBook.Co, Tokyo. Poliuretan Sebagai Bahan Baku
Perrys, R.H., and Green, D., 1999. Propelan, SIPTEKGAN XIII, Bogor.
Perrys Chemical Engginers Hand

42

You might also like