You are on page 1of 2

The Effect of Social Confrontation on Individuals Intentions

to Internally Report Fraud

A. Latar Belakang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melaporkan hasil studi eksperimental yang
menyediakan bukti tentang dampak konfrontasi sosial dengan supervisor yang terlibat dalam
penipuan, niat pelaporan atau menerima laporan internal yang berbeda. Penelitian ini meneliti
dampak konfrontasi dari dua jenis tindakan penipuan, yaitu penyalahgunaan aset dan
kecurangan pelaporan keuangan. Bukti tentang efek konfrontasi sosial pada niat pelaporan
untuk dua penerima laporan internal yang berbeda, membantu karyawan mengenai apa yang
harus dilakukan apabila menemukan penipuan.

Manajer berinvestasi dalam pengendalian internal, dengan tujuan untuk mencegah dan
mendeteksi kecurangan. Pengawasan yang mahal, pencegahan dan deteksi yang sulit,
umumnya membuat pengawasan menjadi tidak lengkap. Hal tersebut membuat manajer dan
akademisi menyadari bahwa karyawan yang menyadari kesalahan seperti penipuan, dapat
memainkan peran penting diawal pendeteksian (ACFE 2006, 2004; Beu dan Buckley 2001,
2004; Graham 1986; Hooks et. al., 1994). Hal ini menyebabkan banyak perusahaan
bergantung pada karyawan di semua tingkatan untuk mendeteksi dan melaporkan kecurangan
(Nitsch et., al. 2005).

Karyawan dapat memanikan peran penting dalam deteksi dini penipuan dalam
organisasi (Nitsch et. al., 2005). Bentuk paling umum dari deteksi awal penipuan adalah dari
tip atau insentif. Hal ini menunjukkan bahwa, karyawan selain mereka terlibat langsung
dalam penipuan, mereka juga sadar akan perilaku penipuan mereka (Albrecht et. al.,2007).
Penelitian ini berfokus pada situasi dimana konfrontasi sosial tidak ada atau terjadi namun
tidak berhasil. Artinya, dalam menanggapi konfrontasi sosial, supervisor dianggap tidak
terlibat dalam penipuan, tidak memberikan penjelasan atau kemauan untuk melaporkan
kepada manajemen.

B. Kajian Teori

1. Kaplan dan Schultz (2007)

Niat melaporkan berada diantara tiga piliha pelaporan internal yang berbeda, yaitu
antara kesalahan yang terkait dengan akuntansi dan kesalahan yang terkait dengan isu-isu
penggunaan komputerisasi.

2. Newell dan Stutman (1988:271)

Konfrontasi sosial adalah jenis tertentu dari rangkaian komunikasi, dimulai ketika
seseorang berkomunikasi dengan orang lain yang perilakunya telah melanggar atau
melanggar peraturan atau harapan untuk perilaku yang sesuai dengan situasi.
3. Report Recipient Power (Rehg et. al., 2008:223)

Dasar yang menyebabkan terjadinya whistleblowing adalah upaya mempengaruhi


yang mencoba untuk membujuk anggota organisasi untuk menghentikan kesalahan. Adanya
upaya untuk mempengaruhi menandakan bahwa ada keterlibatan hubungan kekuasaan.

C. Rumusan Masalah

Sejauh karyawan memiliki norma individu yang baik, maka ia akan melapor ke
supervisor apabila ia menemukan perilaku kecurangan. Akan tetapi, niat supervisor akan
lebih kuat untuk melaporkan ke internal auditor terlepas dari konfrontasi sosial terjadi atau
tidak. Maka, hipotesis pada penelitian ini adalah ketika sebuah konfrontasi sosial gagal
terjadi, niat individu untuk melaporkan penipuan kepada supervisor, supervisor akan
lebih kuat dari niat mereka untuk melaporkan penipuan kepada auditor internal.
Sebaliknya, ketika konfrontasi sosial tidak terjadi, niat individu untuk melaporkan
penipuan ke supervisor, menyebabkan niat supervisor tidak lebih kuat dari niat mereka
untuk melaporkan penipuan ke auditor internal.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini menguji hipotesis menggunakan eksperimen dengan model 2x2 antara
subjek dan desain yang sepenuhnya melintasi jenis penipuan, penyalahgunaan aset atau
kecurangan pelaporan keuangan dan konfrontasi sosial dengan bertemu pelanggar atau tidak
bertemu dengan pelanggar. Peserta adalah mahasiswa M.B.A dari universitas ternama.
Sebanyak 96 peserta menyelesaikan instrumen. Usia rata-rata partisipan dalam penelitian ini
adalah 28 tahun dengan pengalaman kerja lebih dari enam tahun dan dua pertiga dari peserta
adalah laki-laki.

Penelitian ini menggunakan dua variabel independen, yaitu type of fraudulent act dan
social confrontation. Variabel type of fraudulent act dioperasionalkan peserta dengan dua
kategori, yaitu penyalahgunaan aset dan kecurangan pelaporan keuangan. Responden akan
menerima bahan kasus yang menggambarkan terjadinya salah satu dari dua jenis tindakan
penipuan yang terjadi. Sedangkan variabel social confrontation, dimanipulasi pada dua
tingkatan, yaitu terjadi konfrontasi sosial dan tidak terjadi konfrontasi sosial.

Pengukuran variabel dependen penelitian ini adalah peserta disediakan pilihan untuk
melaporkan niat ke supervisor atau internal auditor. Pelaporan niat diberi nilai dengan skala
likert 7 poin, nilai 1 untuk sangat tidak menyukai dan nilai 7 untuk sangat menyukai. Skor
yang positif akan menunjukkan pelaporan niat untuk supervisor yang lebih besar dari niat
pelaporan untuk internal auditor. Skor yang negatif akan menunjukkan niat pelaporan untuk
auditor internal lebih besar dari niat pelaporan untuk supervisor.

You might also like