You are on page 1of 7

ISSN 2089-0877

PENGARUH FERMENTASI BIJI KAKAO TERHADAP


OLAHAN COKLAT DI KALIMANTAN BARAT
(The Effect of Cocoa Beans Fermentation on Processed Chocolate
In West Kalimantan)

Jhon David H dan Tommy P


Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian Kalimantan Barat
Jalan Budi Utomo No. 45 Siantan Pontianak 78241
E-mail : jhondavidsilalahi@yahoo.com

ABSTRACT. Research studies of fermentation effects on processed


chocolate have been made. The purpose of this study was to see the effect of
different levels of fermentation of cocoa preparations (pasta, fats and
powder) to the chemical quality and flavor. Harvested Cocoa beans will be
treated fermentation. The treatment used was the time of fermentation
namely: (A) Non fermentation, (B) Imperfect fermentation (4 days) and (C)
Perfect fermentation (5 days). The parameters observed was: (a) chemical
quality namely water content, fat content, pH, (b) organoleptic tests namely
color, aroma, taste bitter (bitterness), texture. The results showed that
fermentation of cocoa beans have real impact on levels of fat, water content
and pH. Panelists gave the highest rankings for quality of organoleptic
attributes of pasta, fat and chocolate powder from perfectly fermented
beans. Processing of cocoa beans into refined products had levels of
depreciation for each stage. 100 kg dried cocoa beans could produce 79.0
kilograms of chocolate paste, 48.7 kg of cocoa powder, and 26.5 kg of fat.
Fermentation for 5 days is the best solution to improve the quality of
processed chocolate.
Keywords: Chocolate, cocoa beans, fermentation

1. PENDAHULUAN 2006 hingga tahun 2009 adalah 8.1 persen.


Perkebunan kakao di Indonesia didominasi
Kakao merupakan salah satu
oleh perkebunan rakyat yakni perkebunan
komoditas andalan perkebunan yang
yang dimiliki masyarakat. Kepemilikan
peranannya cukup penting bagi
perkebunan ini rata-rata per petani sangat
perekonomian nasional, juga berperan
kecil yakni 1 Ha per petani. Luas
dalam mendorong pengembangan wilayah
perkebunan kakao yang dimiliki
dan pengembangan agroindustri. Luas
masyarakat sekitar 92,7 persen dari luas
perkebunan kakao di Indonesia terus
total perkebunan kakao di Indonesia pada
meningkat sepanjang 5 tahun terakhir.
tahun 2009 yang mencapai 1.592.982 Ha
Pada tahun 2007 luas perkebunan kakao di (Anonim, 2010). Dari segi kualitas, kakao
Indonesia mencapai 1.379.279 Ha. Luas
Indonesia setara dengan kakao yang
perkebunan ini mengalami pertumbuhan
berasal dari Ghana. Sejalan dengan
sebesar 6.8 persen menjadi 1.473.259 Ha.
keunggulan tersebut, peluang pasar kakao
Luas perkebunan kakao kembali
Indonesia cukup terbuka baik ekspor
bertambah menjadi 1.592.982 Ha atau
maupun kebutuhan dalam negeri.
tumbuh 8.1 persen pada tahun berikutnya.
Meskipun demikian, agribisnis kakao
Secara rata-rata pertumbuhan luas
Indonesia masih menghadapi berbagai
perkebunan kakao di Indonesia dari tahun
masalah kompleks antara lain produktivitas

Vol. 02, No. 01, Juni 2011 20 BIOPROPAL INDUSTRI


ISSN 2089-0877

kebun masih rendah akibat serangan hama protein dan pembentukan komponen
Penggerek Buah Kakao (PBK), mutu volatil seperti pyrazin yang merupakan
produk masih rendah serta masih belum salah satu komponen flavor yang
optimalnya pengembangan produk hilir diinginkan.
kakao (Anonim, 2007).
Kalimantan Barat merupakan salah 2. METODE PENELITIAN
satu daerah sentra produksi kakao.
Bahan penelitian terdiri dari biji
Padatahun 2008 luas tanaman kakao
kakao, etanol, AgNO3, HCl, n-heksan,
sekitar 9.577 ha dengan produksi 2.081
buffer pH 4.00, buffer pH 7.00, dan buffer
ton. Dengan kondisi ini produktivtas hanya
0,2 ton/ha. Kabupaten Sanggau sebagai pH 9.00 serta bahan kimia lainnya untuk
analisis dan pengujian. Peralatan penelitian
salah satu sentra produksi kakao di
terdiri dari pisau, keranjang, kotak
Kalimantan Barat mempunyai luas areal
fermentasi, tali raffia, gunting. alat
3.919 (40,92% dari total) dan produksi 725
pemasta, alat pres lemak kakao, alat
ton (34,84% dari total) (Anonim, 2009).
pembubuk coklat, kain saring, ayakan
Kendala yang paling utama dalam
bubuk, talang stainlees steell dan peralatan
perbaikan mutu kakao adalah biji kakao
yang digunakan untuk analisis berupa
yang bermutu rendah dan jelek. Yusianto
timbangan analitik, tanur, oven listrik,
dkk. (1997) menyebutkan bahwa
sokhlet, labu ukur dan lain-lain.
rendahnya mutu biji kakao ini terutama
disebabkan oleh cara pengolahan yang Penelitian dilaksanakan di Desa
Pegadang Kecamatam Sekayam
kurang baik, seperti biji kakao yang tidak
Kabupaten Sanggau pada bulan Juli
difermentasi atau proses fermentasi yang
sampai dengan Oktober 2010 dengan
kurang sempurna. Oleh karena itu, untuk
melibatkan 40 orang petani kooperator,
meningkatkan nilai tambah kakao
masing-masing dengan luasan lahan 1
sekaligus meningkatkan pendapatan petani
hektar. Perlakuan dalam penelitian ini
kakao, dilakukan beberapa strategi
adalah lama fermentasi biji kakao, dengan
penelitian pasca panen. Tahap pertama
3 fase yaitu tanpa fermentasi, fermentasi
adalah penelitian untuk menyiapkan sarana
tidak sempurna selama 4 hari dan
dan teknologi pengolahan produk primer
secara kolektif (kelompok) sehingga fermentasi sempurna selama 5 hari
dengan menggunakan bak-bak fermentasi.
dihasilkan peningkatan mutu biji kakao.
Pengeringan dilakukan dengan cara
Tahap kedua adalah penelitian lanjutan
penjemuran selama 7-9 hari dalam keadaan
untuk mengembangkan produk olahan
matahari bersinar penuh (cuaca cerah). Biji
seperti pasta, lemak, dan bubuk coklat.
kakao kering kemudian diolah menjadi
Fermentasi biji kakao
produk setengah jadi coklat, yaitu pasta,
mengakibatkan sifat-sifat cita rasa bubuk
coklat berbeda-beda misalnya intensitas lemak dan bubuk coklat. Diagram alir
proses pengolahan coklat menjadi olahan
cocoa flavor, rasa pahit, astringent dan
coklat setengah jadi dapat dilihat pada
keasaman. Asidifikasi biji kakao oleh asam
Gambar 1.
asetat selama fermentasi berlangsung
sangat penting untuk pengembangan flavor Biji Kakao Penyortiran

atau cita rasa. Perubahan-perubahan ini


Pemisahan kulit Penyangraian
termasuk peptida-peptida dan asam-asam
amino. Fermentasi juga menyebabkan Daging biji / (nib) Pemastaan
berkurangnya polifenol terlarut dan pada
tahap ini juga terjadi pengurangan atau Pengempaan/Pengepresan Pasta Coklat
pengeluaran theobromin dan kafein serta
Bungkil Coklat Lemak Coklat
komponen-komponen volatil (alkohol,
ester dan aldehid). Penyangraian Bubuk Coklat
menyebabkan pengembangan aroma Gambar 1. Diagram alir proses pengolahan
spesifik coklat dengan adanya reaksi coklat menjadi olahan coklat
maillard, karamelisasi gula, degradasi setengah jadi

BIOPROPAL INDUSTRI 21 Vol. 02, No. 01, Juni 2011


ISSN 2089-0877

Parameter yang diamati, meliputi Tabel 2. Analisis mutu organoleptik pasta


kadar air, kadar lemak dan pH untuk bubuk coklat (uji rangking)
coklat. Selain itu, dilakukan juga uji Perlakuan
organoleptik produk seperti warna, aroma, Non Fermentasi Fermentasi
Parameter
fermentasi tidak sempurna
tekstur, dan rasa pahit (bitterness) serta sempurna
dianalisis menggunakan analisis sidik Warna 3 2 1
ragam, dilanjutkan dengan uji Duncan jika Aroma 2 2 1
hasil berbeda nyata. Rasa pahit 2 2 1
(bitterness)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2 merupakan uji rangking dari
Pasta Coklat panelis menunjukkan bahwa panelis
Pasta coklat atau cocoa liquor dibuat menyukai pasta yang dibuat dari biji yang
dari biji kakao kering melalui beberapa difermentasi sempurna, baik dari segi
tahapan proses sehingga biji kakao yang warna, aroma, dan rasa pahit. Panelis
semula padat menjadi bentuk cair atau menilai bahwa pasta coklat dari biji yang
semi cair. Pasta coklat dapat diproses lebih difermentasi sempurna berwarna coklat
lanjut menjadi lemak dan bubuk coklat. bata, dengan aroma khas coklat dan rasa
Mula-mula, pecahan nib hasil pahit yang juga khas coklat. Misnawi
penyangraian dilumatkan (dihaluskan) (2005) menyatakan bahwa fermentasi
dengan menggunakan mesin pelumat tipe merupakan tahapan pengolahan yang
silinder atau pemasta kasar menghasilkan sangat penting untuk menjamin
pasta kasar yang kemudian dilumatkan lagi terbentuknya cita rasa coklat yang baik.
dengan menggunakan silider berputar atau Praktek fermentasi yang salah dapat
refiner sampai diperoleh pasta coklat menyebabkan kerusakan cita rasa yang
dengan kehalusan tertentu. tidak dapat diperbaiki dengan
Kandungan kadar lemak pasta coklat memodifikasi pengolahan selanjutnya,
yang didapatkan dalam ketiga perlakuan demikian juga jika fermentasi biji tidak
adalah sangat tinggi 50,97%-59,47% dilakukan, aroma khas coklat tidak akan
(Tabel 1). Sebagian besar lemak coklat muncul dan biji kakao memiliki rasa sepat
tersusun dari lemak jenuh (60%), terutama dan pahit yang berlebihan.
asam lemak stearat. Sepertiga lemak coklat Lemak Coklat
termasuk kelompok asam lemak oleat yang Lemak coklat atau cocoa butter
dikenal memiliki efek positif bagi merupakan lemak nabati alami yang
kesehatan jantung. mempunyai sifat unik, yaitu tetap cair pada
Tabel 1. Analisis mutu kimia pasta coklat suhu di bawah titik bekunya sehingga
Perlakuan pabrik makanan coklat perlu menggunakan
Parameter Non Fermentasi Fermentasi teknik tempering khusus untuk mengubah
(%) fermentasi tidak sempurna struktur kristal lemak coklat sedemikian
sempurna rupa agar lemak tetap padat meskipun
Kadar lemak 50,97a 55,34b 59,47c sudah mencapai titik lelehnya, yaitu 34-
Kadar air 2,15 2,19 2,07
Ket.: Angka yang diikuti huruf yang sama pada 350C. Lemak coklat mempunyai warna
lajur yang sama tidak berbeda nyata pada uji putih kekuningan dan berbau khas coklat
sidik ragam ( = 0,05) (Mulato dkk., 1999).
Untuk uji mutu kimia pasta coklat Lemak coklat dikeluarkan dari pasta
diperoleh kadar lemak tertinggi dan kadar coklat dengan cara dikempa atau dipres.
air terendah pada perlakuan fermentasi Mula-mula, pasta kakao dimasukkan ke
sempurna, yaitu masing-masing 59,47 dan dalam alat kempa hidrolis yang memiliki
2,07. Hal ini menunjukkan bahwa dinding silinder yang diberi lubang-lubang
perlakuan yang terbaik adalah dengan sebagai penyaring. Cairan lemak akan
fermentasi sempurna selama 5 hari. keluar melewati lubang-lubang tersebut,
Analisis mutu organoleptik pasta coklat sedangkan bungkil coklat sebagai hasil
(uji rangking) dapat dilihat pada Tabel 2. sampingnya akan tertahan di dalam

Vol. 02, No. 01, Juni 2011 22 BIOPROPAL INDUSTRI


ISSN 2089-0877

silinder. Hasil lemak coklat yang diperoleh komponen-komponen mudah menguap dan
sangat dipengaruhi oleh kondisi pasta beraroma khas coklat, termasuk di
coklat sebagai bahan baku kempa, seperti dalamnya golongan alkohol, eter, furan,
kadar lemak minimal 40-45%, kadar air tiazol, piron, asam, ester, aldehida, imin,
4%, dengan ukuran partikel pasta kurang amin oksazol, pirazin dan pirol (Misnawi,
dari 75 mm (Anonim, undated). Rendemen 2005).
lemak yang diperoleh dari pengempaan
Bubuk Coklat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
Bubuk coklat atau cocoa powder
lain suhu, kadar lemak, kadar air dan
diperoleh melalui proses penghalusan
pengempaan (Atmawinata, dkk. 1998).
bungkil (cocoa cake) hasil pengempaan.
Tabel 3. Analisis mutu kimia lemak coklat Untuk memperoleh ukuran yang seragam,
Perlakuan setelah penghalusan perlu dilakukan
Parameter Non Fermentasi Fermentasi pengayakan. Bubuk coklat relatif sulit
(%) fermentasi tidak sempurna
sempurna
dihaluskan dibandingkan bubuk atau
Kadar lemak 95,47a 95,57a 98,87c tepung dari biji-bijian lain karena adanya
Kadar air 0,06 0,07 0,05 kandungan lemak. Lemak yang tersisa di
Ket.: Angka yang diikuti huruf yang sama pada dalam bubuk mudah meleleh akibat panas
lajur yang sama tidak berbeda nyata pada uji gesekan pada saat dihaluskan sehingga
sidik ragam ( = 0,05).
menyebabkan komponen alat penghalus
Berdasarkan kebutuhan kandungan bekerja tidak optimal. Pada suhu yang
lemak pada bubuk kakao berkisar 10-22% lebih rendah dari 340C, lemak menjadi
(bergantung pada jenis bubuk kakao yang tidak stabil menyebabkan bubuk mudah
diinginkan), maka recoveri lemak menjadi menggumpal dan membentuk bongkahan
lemak kakao seharusnya mencapai 78-90% (lump) (Mulato dkk., 2002).
(Mulato dan Widyotomo, 1999). Venter Proses fermentasi dapat menurunkan
dkk. (2007) mendapatkan hasil kakao kadar bahan bukan lemak, sehingga secara
sebesar 89% ada proses pengepresan relatif kadar lemak akan meningkat
umpan pasta. Analisis mutu organoleptik (Yusianto dkk., 1997). Hal ini juga tampak
lemak coklat berdasarkan rangking dapat pada bubuk coklat yang dibuat. Kadar
dilihat pada Tabel 4. lemak semakin meningkat dengan semakin
lamanya waktu fermentasi. Hasil analisis
Tabel 4. Analisis mutu organoleptik
mutu kimia bubuk coklat dapat dilihat pada
lemak coklat (uji rangking)
Perlakuan
Tabel 5.
Non Fermentasi Fermentasi Tabel 5. Analisis mutu kimia bubuk coklat
Parameter
fermentasi tidak sempurna Perlakuan
sempurna
Non Fermentasi Fermentasi
Warna 3 2 1 Parameter
fermentasi tidak sempurna
Aroma 2 2 1 sempurna
Rasa pahit 2 2 1
Kadar lemak 25,37a 31,57b 40,45c
(bitterness)
(%)
Fermentasi dimaksudkan untuk Kadar air 5,67a 4,13b 3,23c
(%)
menumbuhkan cita rasa, aroma dan warna pH 6,75c 5,45b 5,75b
yang baik karena selama fermentasi terjadi Ket.: Angka yang diikuti huruf yang sama pada
penguraian senyawa polifenol, protein, dan lajur yang sama tidak berbeda nyata pada
gula oleh enzim yang menghasilkan uji sidik ragam ( = 0,05).
senyawa calon aroma, perbaikan rasa dan
Hasil analisis kadar lemak dalam
perubahan warna (Widyotomo S. 2001).
bubuk coklat yang berkisar 25-40%bb
Komponen cita rasa khas coklat
masih relatif tinggi untuk standar bubuk
terbentuk selama penyangraian (roasting).
coklat. Umumnya kadar lemak dalam
Selama penyangraian, senyawa-senyawa
bubuk coklat berkisar 10-22% (Mulato,
pembentuk cita rasa bereaksi satu sama
dkk., 2004). Kadar lemak bubuk coklat
lain melalui reaksi Maillard, menghasilkan
yang masih relatif tinggi mungkin

BIOPROPAL INDUSTRI 23 Vol. 02, No. 01, Juni 2011


ISSN 2089-0877

disebabkan oleh beberapa hal, seperti suhu adalah 6,75 (Tabel 5). Perbedaan nilai pH
pada saat pengempaan yang kurang dari bubuk mengakibatkan perbedaan warna
35C dan tekanan kempa yang kurang kuat dan kegunaannya. Bubuk coklat dari biji
(karena proses kempa dilakukan secara yang difermentasikan termasuk bubuk
manual) sehingga lemak di dalam pasta natural yang berwarna cenderung lebih
pada saat dikempa tidak sepenuhnya terang daripada bubuk coklat dari biji non
terpisah dan masih terikat dalam bungkil fermentasi. Bubuk coklat natural cocok
coklat. digunakan dalam industri roti, sedangkan
Suhu sangat berpengaruh terhadap bubuk dengan pH di atas 6,0 biasanya
kadar air, dengan penambahan suhu yang digunakan untuk pembuatan minuman,
semakin tinggi sewaktu penyangraian, puding, dan es krim (Anonim, 2005).
maka kadar air bubuk coklat makin kecil Analisis mutu organoleptik bubuk coklat
dan akan memenuhi persyaratan syarat berdasarkan rangking dapat dilihat pada
mutu bubuk coklat (SNI 01-3747-1995), Tabel 6.
yaitu maksimum 5,0%. Kadar air bubuk Pada pH yang mendekati netral,
coklat yang didapatkan sebesar 3,23%bb senyawa-senyawa aroma khas coklat
untuk bubuk coklat yang difermentasi. terbentuk dengan intensif, sedangkan pada
Sementara untuk bubuk coklat non pH rendah (pH > 5,2) pembentukan aroma
fermentasi, kadar air masih diatas 5%bb khas coklat sangat terbatas. Keasaman juga
(Tabel 5). Hal ini kemungkinan lebih memberikan pengaruh cita rasa produk
disebabkan oleh kondisi penyimpanan akhir. Keasaman yang tinggi
yang kurang tepat sehingga produk meninggalkan rasa asam yang tidak
menyerap uap air dari luar. Menurut disukai (Misnawi, 2006).
Winarno (1997), kestabilan optimum
Tabel 6. Analisis mutu organoleptik
bahan makanan dapat tercapai jika kadar
bubuk coklat (uji rangking)
air bahan berkisar 3-7%, karena pada Perlakuan
keadaan tersebut bahan makanan tidak Non Fermentasi Fermentasi
Parameter
mudah terserang oleh ketengikan fermentasi tidak sempurna
(oksidasi) dan lebih tahan terhadap sempurna
serangan mikroorganisme seperti bakteri, Warna 3 2 1
Aroma 3 2 1
kapang, dan khamir. Menurut Lees (1983), Rasa pahit 3 2 1
Minifie (1949) dan Beckett (2000), selama (bitterness)
penyangraian akan terjadi perubahan- Tekstur 3 3 1
perubahan, antara lain perubahan-
Tabel 6 menunjukkan bahwa panelis
perubahan tekstur kulit biji sehingga
lebih menyukai bubuk coklat yang dibuat
memudahkan pengupasan kulit dan
dari biji kakao yang dilakukann fermentasi
pengurangan kadar air.
sempurna, baik dari segi warna, aroma,
Pada proses pengolahan bubuk
rasa pahit, dan tekstur. Panelis menilai
coklat, untuk menghasilkan kadar air
bahwa bubuk coklat yang dibuat dari biji
bubuk coklat kurang dari 5% mudah
kakao dengan fermentasi sempurna
dicapai dan bahkan dalam prakteknya
memiliki warna bubuk coklat bata dengan
kadar air 3% juga dapat dicapai. Kadar air
aroma dan rasa pahit yang khas coklat
bubuk coklat yang cukup tinggi sangat
serta tekstur bubuk yang halus.
tidak di inginkan. Apabila terjadi
Sebelum penyangraian, biji kakao
perubahan suhu dan kelembaban selama
memiliki rasa sepat, pahit, asam dan tanpa
penyimpanan atau pengiriman dapat
ada cita rasa khas coklat. Biji kakao yang
mengakibatkan kondensasi sehingga kadar
telah disangrai memiliki aroma coklat khas
air meningkat dan terjadi pertumbuhan
yang inten dengan rasa sepat, pahit dan
jamur pada bubuk coklat (Ranken, 1986).
asam yang rendah. Kualitas cita rasa coklat
Hasil pengukuran pH menunjukkan
sangat ditentukan oleh kondisi
bahwa pH bubuk coklat yang dibuat dari
penyangraian, khususnya pada waktu dan
biji yang difermentasi sebesar 5,45-5,75,
suhu penyangraian. Senyawa pembentuk
sedangkan pH bubuk coklat non fermentasi
Vol. 02, No. 01, Juni 2011 24 BIOPROPAL INDUSTRI
ISSN 2089-0877

aroma khas coklat, seperti pirazin, Development), Departemen Pertanian


karbonil, dan ester meningkat secara nyata RI.
selama penyangraian dari 35 menit sampai
Anonim. 2005, Biskuit Halal Banyak
65 menit pada suhu 140C (Misnawi,
Ragamnya. Republika Online, 1
2005).
April 2005.
4. KESIMPULAN Anonima. (undated). SOP Produk Olahan
Kakao. http://agribisnis.deptan.go.id.
Pengolahan biji kakao menjadi
produk olahan setengah jadi mengalami Atmawinata, O., Sri Mulato, S.
Widyotomo, dan Yusianto. 1998.
tingkatan penyusutan untuk setiap tahapan.
Teknik Pra Pengolahan Biji Kakao
Biji kakao dengan bahan baku 100 kg biji Segar Secara Mekanis untuk
kakao kering dapat menghasilkan 79,0 kg Mempersingkat Waktu Fermentasi
pasta coklat , 48,7 kg bubuk coklat, dan dan Menurunkan Keasaman Biji,
26,5 kg lemak coklat. Jurnal Penelitian Kopi dan Kakao,
Fermentasi sangat berpengaruh nyata Volume 14, Nomor 1, April 1998.
terhadap mutu kimia dan organoleptik Backet, ST. 2000. The Science of
produk olahan setengah jadi. Hasil analisis Chocolate. RSC Paper Backs
mutu kimia menunjukkan bahwa pasta, Published by The Royal Society of
lemak, dan bubuk coklat yang dibuat dari Chemistry, Thomas Graham House,
Science Park Milton Road.
biji kakao yang difermentasi sempurna
Cambrdge.
memiliki kadar lemak yang lebih tinggi
dibandingkan produk olahan dari biji Khomsan A., 2002, Coklat Baik untuk
Jantung dan Suasana Hati,
kakao yang tidak difermentasi dan yang
http://kolom.pacific.net.id/ind, 1 Mei
difermentasi kurang sempurna. 2002.
Fermentasi secara sempurna
menunjukkan kadar air produk olahan Lees, R. and E. B. Jackson, 1983, Sugar
Confectionary and Chocolate
yang lebih rendah dibangdingkan dengan Manufacture. Leonard Hill, Printed
fermentasi tidak sempurna dan tanpa in Great Britain by Thomson, Litho
fermentasi. Produk setengah jadi berupa Ltd., East Kelbride, Scotland.
pasta, lemak dan bubuk coklat dari biji
Minifie, B.W., 1949, Chocolate Cocoa and
kakao yang difermentasi sempurna adalah Confectionary. Avi Publishing
perlakuan yang sangat di sukai oleh para Company, Inc. Westport,
panelis. Connecticut.
DAFTAR PUSTAKA Misnawi, 2006, Pengaruh Konsentrasi
Anonim, 2010, Perkembangan Agrobisnis
Alkali dan Suhu Koncing terhadap
Kakao di Indonesia, PT. Data Cita rasa, Kekerasan, dan Warna
Consult, http://www.datacon.co.id/- Permen Coklat, Jurnal Penelitian
Agri2010kakao.html. Kopi dan Kakao Indonesia, Vol.
22 No 2, 119 135.
Anonim, 2009, Kalimantan Barat dalam
Angka, Badan Pusat Statistik Provinsi Misnawi, 2005, Peranan Pengolahan
Kalimantan Barat. Terhadap Pembentukan Citarasa
Coklat, Warta Pusat Penelitian Kopi
Anonim, 2007, Prospek dan Arah
dan Kakao, Vol. 21 (3). Oktober
Pembangunan Agrisbisnis Kakao,
2005, Jember.
Badan Pengembangan dan Penelitian
Pertanian (Indonesian Agency for Mulato, S., S. Widyotomo, Misnawi,
Agricultural Research and Sahali, dan E. Suharyanto, 2004,

BIOPROPAL INDUSTRI 25 Vol. 02, No. 01, Juni 2011


ISSN 2089-0877

Petunjuk Teknis Pengolahan Produk Experimental Evaluation of High


Primer dan Sekunder Kakao, Bagian Pressure Expression of Cocoa Nibs,
Proyek Penelitian dan Pengembangan Journal of Food Engineering, 80,
Kopi dan Kakao, Pusat Penelitian 1157-1170.
Kopi dan Kakao Indonesia.
Widyotomo S., 2001, Karakteristik Biji
Mulato, S., Widyotomo, S., 1999, Kinerja Kakao Kering Hasil Pengolahan
Alat dan Mesin Produksi Lemak dan dengan Metode Fermentasi dalam
Bubuk Coklat Skala Kelompok Tani, Karung Plastik, Pelita Perkebunan,
Makalah Seminar Evaluasi Hasil 2001, 17 (2), 72 84.
Penelitian ALSINTAN, Bogor.
Winarno, F.G., 1997, Kimia Pangan dan
Ranken, M.D., 1986, Food Industries Gizi, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Manual, 21st Edition, Leonard Hill Jakarta.
Glasgow and London. Published in
Yusianto, H. Winarno, dan T. Wahyuni,
The USA and Canada by Kapitan
1997, Mutu dan Pola Citarasa
Szabo Publishers, Washington D.C.
Beberapa Klon Kakao Lindak, Pelita
Venter, M. J., Kuipers, N. J. M., de Haan, Perkebunan, 13 (3), hal. 171-187.
A. B., 2007, Modelling and

Vol. 02, No. 01, Juni 2011 26 BIOPROPAL INDUSTRI

You might also like