You are on page 1of 16

2.2.

ALAT UKUR Q (Q-METER)

2.2.1. Pendahuluan

Untuk mengukur beberapa sifat listrik dari sebuah kumparan atau kapasitor
digunakan alat ukur Q atau Q meter.

Prinsip kerja dari alat ukur ini didasarkan pada karakteristik sebuah rangkaian
resonansi seri, dimana tegangan pada kumparan atau kapasitor sama dengan
tegangan yang disuplai dikalikan harga Q rangkaian. Jika sebuah tegangan yang
nilainya konstan dihubungkan ke rangkaian, maka sebuah voltmeter yang
dihubungkan ke sebuah kapasitor dapat dikalibrasi, sehingga langsung menunjukkan
harga Q.

2.2.2. Rangkaian Resonansi Seri

Pada gambar 1, ditunjukkan sebuah rangkaian resonansi seri, dimana


hubungan tegangan dan arus dapat diperoleh :
VL

XL L V I XL
Kumpara
L IR
V I
n R V

XC C
VC
VC

Gambar 1 : Rangkaian Resonansi


Seri

Impedansi rangkaian seri adalah :

atau

Dimana : dan

Pada saat rangkaian seri beresonansi nilai impedansi sama dengan nilai
tahanan atau Z = R, sehingga hubungan berikut diperoleh, yaitu :

atau ; ;

, jadi : ;
Dimana : V = Tegangan input ( Volt ) ; I = Arus rangkaian
( Ampere )

VC = Tegangan pada kapasitor ( Volt )

VL = Tegangan pada kumparan ( Volt )

XC = 1/ C = reaktansi kapasitif ( )

XL = L = Reaktansi induktif ( )

R = Tahanan kumparan ( )

Menurut defenisi harga penguatan rangkaian adalah Q, yang besarnya :

Dari persamaan ( 14 -1), jika harga tegangan input V dijaga konstan dan
besarnya diketahui, maka sebuah voltmeter yang dihubungkan pada sebuah kapasitor
dapat secara langsung dikalibrasi dalam harga Q rangkaian.

2.2.3.Rangkaian dasar Alat Ukur Q

Pada gambar 2, ditunjukkan sebuah rangkaian praktis untuk mengukur harga Q

Kumparan yg
tidak diketahui
L R

Cd
osilator RSH V VC Alat
Kapasitor pencatat Q
Alat pencatat penggetar
kalikan
dengan Q
Gambar 2 : Rangkaian Dasar Alat
Ukur Q
Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa :
Sebuah osilator rangkuman lebar dengan rangkuman frekuensi 10 KHz sampai 500
MHz mengalirkan arus ke sebuah tahanan shunt RSH yang bernilai rendah sekitar 0.02
.

Tahanan shunt ini memberikan tahanan yang hampir sama dengan nol dalam
rangkaian osilator dan menyatakan sebuah sumber tegangan yang besarnya V
dengan tahanan dalam yang sangat kecil dan biasanya dapat diabaikan.

Tahanan V pada tahanan shunt, berhubungan dengan tahanan V pada rangkaian


gambar 1, dan diukur dengan alat ukur termokopel yang diberi tanda kalikan Q
dengan .

Tegangan pada kapasitor variabel, berhubungan dengan tegangan VC pada rangkaian


gambar 1, dan diukur dengan sebuah voltmeter elektronik yang skalanya dikalibrasi
langsung dalam nilai Q.

Untuk melakukan pengukuran, maka kumparan yang nilainya tidak diketahui


dihubungkan ke terminal uji, dan rangkaian disetalakan kekeadaan resonansi dengan
mengatur osilator pada suatu frekuensi tertentu dengan cara mengubah sebelumnya
kapasitor pada suatu nilai yang diinginkan dan mengatur frekuensi osilator.

Pembacaan Q pada alat pencatat, harus dikalikan dengan indeks yang diatur dari
kalikan Q dengan , untuk mendapatkan nilai Q yang sebenarnya.

Q yang ditunjukkan ( yang merupakan pembacaan resonansi pada alat ukur Q


rangkaian ) disebut dengan Q rangkaian, karena kerugian kapasitor penggentar,
voltmeter dan tahanan sisipan seluruhnya sudah termasuk dalam rangkaian
pengukuran.

Q efektif dari kumparan yang diukur, akan menjadi sedikit lebih besar dari harga Q
yang ditunjukkan, dan umumnya perbedaan ini dapat diabaikan, kecuali dalam hal
tertentu, dimana tahanan kumparan relatif kecil dibandingkan dengan nilai tahanan
sisipan ( lihat contoh 3 dan contoh 4 ).

Induktansi dari kumparan dapat ditentukan dari nilai frekuensi ( f ) yang diketahui
dan kapasitansi penggetar ( C ), yaitu :

atau
2.2.4. Metoda / Cara Pengukuran

Metoda untuk menghubungkan elemen-elemen yang tidak diketahui ke terminal


uji dari sebuah alat ukur Q, dikelompokkan kedalam 3 jenis hubungan, yaitu :

a. Hubungan Langsung

Pada umumnya, kumparan dapat dihubungkan secara langsung ke terminal


uji, seperti ditunjukkan rangkaian pada gambar 2. Rangkaian dibuat
beresonansi dengan mengatur salah satu frekuensi osilator atau kapasitor
penggetar Q yang ditunjukkan, dan dibaca langsung pada alat ukur
Q rangkaian , kemudian dimodifikasi dengan mengatur kalikan Q dengan
pada alat ukur. Selanjutnya, jika alat ukur diset pada tanda kesatuan,
maka alat ukur Q rangkaian akan membaca langsung nilai Q yang
sebenarnya.

b. Hubungan Seri

Metoda ini digunakan untuk pengukuran impedansi rendah : seperti


tahanan rendah, kumparan kecil dan kapasitor besar. Besaran-besaran
tersebut diatas diukur secara seri dengan rangkaian pengukuran.
Rangkaian hubungan seri ditunjukkan pada gambar 3, dimana elemen yang
akan diukur ditunjukkan oleh Z, yang dihubungkan seri dengan sebuah
kumparan kerja yang stabil pada terminal uji ( umumnya di suplai bersama
instrumen ).

Kumparan L
kerja
Kapasitor
R C1, C2 Voltmeter
penyetalaa
Q
n
Saklar Z Impedan
hubung si rendah
singkat
~
osilator

Gambar 3 : Pengukuran Komponen Impedansi


Rendah Hubungan Seri dengan Alat Ukur Q
Pada hubungan seri ini dilakukan dua pengukuran :

Pengukuran Pertama :

Elemen yang tidak diketahui dihubung singkat oleh sebuah saklar hubung
singkat dan rangkaian dibuat beresonansi untuk menentukan suiatu kondisi
referensi.

Nilai kapasitor penyetelan ( C1 ) dan Q yang ditunjukkan ( Q1 ) dicatat.

Untuk kondisi referensi :

atau

Jika tahanan rangkaian pengukuran diabaikan, maka :

Pengukuran Kedua :

Saklar hubung singkat dilepas dan rangkaian disetalakan kembali, dan


memberikan suatu nilai baru bagi kapasitor penyetelan ( C 2 ) dan perubahan
nilai Q dari Q1 ke Q2.

Untuk pengukuran kedua ini, reaktansi yang tidak diketahui, dapat dinyatakan
dalam nilai baru kapasitor penyetelan ( C2 ) dan induktor L dalam rangkaian,
dan diperoleh :

atau

atau

Dari persamaan ( 14-6), jika :

C1 > C2, maka XS adalah induktif

C1 < C2, maka XS adalah kapasitif


Komponen resistif dari impedansi yang tidak diketahui R S, dapat
dinyatakan dalam reaktansi XS dan nilai Q yang ditunjukkan :

Karena : dan dan

sehingga :

- Jika yang tidak diketahui adalah tahanan murni, maka pengaturan


kapasitor penyetala harusnya tidak akan berubah dalam proses
pengukuran, sehingga C1 = C2, maka persamaan ( 14-7 ) untuk tahanan
berubah menjadi :

Jika yang tidak diketahui adalah induktor kecil LS, maka nilai
induktansi dapat diperoleh dari persamaan ( 14-6 )

Q kumparan diperoleh dari persamaan ( 14-6 ) dan ( 14-7 ), karena


menurut defenisi :

Jika yang tidak diketahui adalah kapasitor besar C S, maka nilainya dapat
ditentukan dari persamaan ( 14-6 ) :
Q kapasitor dapat diperoleh dari persamaan ( 14-10 )

c. Hubungan Paralel

Metoda ini digunakan untuk pengukuran komponen ber impedansi tinggi :


seperti tahanan-tahanan tinggi, induktor tertentu dan kapasitor kecil.

Besaran-besaran tersebut diatas diukur secara paralel dengan rangkaian


penguku-ran. Rangkaian hubungan paralel ditunjukkan pada gambar 4.

Sebelum dihubungkan ke komponen yang tidak diketahui, rangkaian


dibawa ke keadaan resonansi dengan menggunakan sebuah kumparan
kerja yang sesuai, untuk menetapkan nilai-nilai referensi untuk Q dan C
( yaitu : Q1 dan C1 ).

Impedan
si tinggi Kapasitor
Kumpara penyetalaa
L
n kerja Xp Rp nC C Voltmeter
1, 2
Q
R

~
osilator

Gambar 4 : Pengukuran Komponen Impedansi


Tinggi Hubungan Paralel dengan Alat Ukur Q

Kemudian, jika komponen yang diuji dihubungkan ke rangkaian, maka


kapasitor diatur kembali agar beresonansi, sehingga diperoleh suatu nilai
baru bagi kapasitor penyetalaan ( C2 ) dan perubahan nilai Q dari Q 1
menjadi Q2.

Dalam sebuah rangkaian paralel, perhitungan impedansi yang besarnya


tidak diketahui paling baik dinyatakan dalam komponen-komponen paralel
Xp dan Rp, seperti ditunjukkan pada gambar 4.
Pada awal resonansi, dfimana komponen yang tidak diketahui belum dihubungkan ke
rangkaian, maka kumparan L disetalakan oleh kapasitor ( C1 ), jadi :

sehingga :

- Jika komponen atau impedansi yang tidak diketahui dihubungkan ke


rangkaiandan kapasitor disetalakan agar beresonansi, maka reaktansi
kumparan kerja XL sama dengan reaktansi paralel dari kapasitor
penyetalaan ( XC2 ) dan reaktansi yang tidak diketahui ( Xp ), jadi :

setelah disederhanakan berubah menjadi

Jika yang tidak diketahui adalah induktip Xp = Lp, maka persamaan ( 14-14 )
akan memberikan nilai induktansi yang tidak diketahui ( Lp ).

jadi :

- Jika yang tidak diketahui adalah kapasitif, XC = 1 / C p, maka


persamaan ( 14-14 ) akan memberikan nilai kapasitor yang tidak
diketahui ( CP ).
Dalam sebuah rangkaian resonansi paralel, tahanan total pada resonansi adalah
perkalian antara Q rangkaian dengan reaktansi kumparan, jadi :

Dengan mensubsitusikan persamaan ( 14-12 ) kedalam persamaan ( * ),


diperoleh:

Tahanan Rp dari impedansi yang tidak diketahui, paling mudah diperoleh


dengan menghitung konduktansi didalam rangkaian pada gambar 4.

Misalkan GT = konduktansi total rangkaian resonansi

Gp = konduktansi impedansi yang tidak diketahui

GL = konduktansi kumparan kerja

Maka : GT = Gp + GL atau Gp = GT - GL ( 14 - 18 )

Dari persamaan ( 14-17 ), diperoleh :

, maka :

Dengan mensubsitusikan persamaan ( 14-13 ) kedalam persmaan ( ** ),


diperoleh :
setelah disederhanakan, diperoleh :

Selanjutnya harga Q yang tidak diketahui, dapat diperoleh dengan menggunakan


persamaan ( 14-14 ) dan persamaan ( 14-19 ), sehingga :

2.2.5. Sumber - Sumber Kesalahan Dalam Pengukuran

Sumber-sumber kesalahan paling penting yang mempengaruhi ketelitian dan


yang paling sering dilupakan adalah : Pengaruh kapasitansi terbagi ( distributed
capacitance ) atau kapasitansi diri ( self capacitance ) dari rangkaian pengukuran dan
Pengaruh tahanan residu atau tahanan sisipan.

a. Pengaruh Kapasitansi Terbagi ( Cd )

Adanya kapasitansi terbagi didalam sebuah kumparan, akan mengubah harga


Q sebenarnya atau efektif dan induktansi kumparan.

Pada frekuensi dimana kapasitansi diri dan induktansi kumparan beresonansi


( turut bergetar ), maka rangkaian mempunyai impedansi yang benar-benar
tahanan murni ( resistif ) dan karakteristik ini dapat digunakan untuk mengukur
kapasitansi terdistribusi ( Cd ). Cara sederhana untuk mengetahui kapasitansi
terbagi dari sebuah kumparan, dengan melakukan dua macam pengukuran
pada frekuensi yang berbeda :

- Pengukuran pertama : Kumparan yang akan diuji, dihubungkan


langsung ke terminal uji dari alat ukur Q, seperti ditunjukkan pada
gambar 5
Kapasitor
R penyetalaa
Cd
n Q
C1, C2
rangkaian
L
f1, f2
~
osilator

Gambar 5 : Penentuan Kapasitansi Terbagi


Kapasitor penyetalaan diatur ke suatu nilai yang tinggi dan lebih
diinginkan ke posisi maksimalnya dan rangkaian dibuat beresonansi
dengan mengatur frekuensi osilatornya.

Resonansi ditunjukkan oleh defleksi maksimal dari alat ukur Q


rangkaian , dan nilai dari kapasitor penyetalaan ( C 1 ) dan frekuensi
osilator ( f1 ) dicatat.

Frekuensi resonansi dari sebuah rangkaian LC diberikan oleh persamaan :

Pada saat awal resonansi kapasitansi rangkaian adalah sama dengan


( C1 + Cd ), dan frekuensi resonansinya :

- Pengukuran kedua : frekuensi diperbesar menjadi dua kali nilai mula-


mula ( f2 = 2 f1 ) dan rangkaian disetalakan kembali dengan
mengatur kapasitor penggetar ( C2 ) Setelah mengatur osilator dan
kapasitor penyetalaan ( C2 ), kapasitansi rangkaian adalah sama
dengan ( C2 + Cd ), dan frekuensi resonansinya :

karena f2 = 2 f1, maka dari persamaan ( 14-22 ) dan ( 14-23 ) yang


saling berhubungan, diperoleh :
atau

Dari persamaan ( *** ), harga kapasitansi terdistribusi dapat diperoleh


sebagai berikut :

C1 + Cd = 4 ( C2 + Cd ) 3 Cd = C 1 - 4 C 2

Contoh-contoh soal untuk pengaruh kapasitansi diri

Contoh 1 : kapasitansi diri sebuah kumparan akan diukur dengan prosedur


diatas. Pengukuran pertama pada frekuensi f1 = 2 MHz dan
C1 = 460 pF. Pengukuran kedua pada frekuensi f 2 = 4 MHz, yang
memberikan suatu nilai baru untuk kapasitor penyetalaan,
C2 = 100 pF. Tentukan kapasitansi diri Cd.

Penyelesaian :

Dengan menggunakan persamaan ( 14-24 ), diperoleh :

C1 - 4 C 2 460 - 100

Cd = -------------- = ----------------- = 20 pF

3 3
Contoh 2 : Tentukan nilai kapasitansi diri dari sebuah kumparan dengan
melakukan pengukuran berikut : Pada frekuensi f1 = 2 MHz,
kapasitor penyetalaan diatur pada 450 pF. Jika frekuensi
diperbesar menjadi 5 MHz, kapasitor penyetalaan disetalakan
pada 60 pF.

Penyelesaian :

Karena f2 = 2,5 f1, persamaan ( 14-22 ) dan persamaan ( 14-23 ) dihubungkan


sebagai berikut :

1 2,5

----------------------- = ------------------------

2 L ( C2 + Cd ) 2 L ( C1 + Cd )

disederhanakan menjadi :

1 6,25

-------------- = ----------- atau

C2 + Cd C1 + C d

C1 - 6,25 C2

Cd = ---------------------

5,25

dengan mensubsitusikan harga C1 = 450 pF, C2 = 60 pF, maka harga Cd dapat


diperoleh :

450 - ( 6,25 x 60 )

Cd = --------------------------- = 14,3 pF

5,25
Q efektif dari sebuah kumparan dengan kapasitansi terbagi adalah lebih kecil
dari Q sebenarnya dengan suatu factor yang bergantung pada nilai
kapasitansi diri dari kapasitor penggetar. Dapat ditunjukkan bahwa :

C + Cd

Q sebenarnya = Qe ( ------------- ) ( 14 - 25 )

Dimana ; Qe = Q efektif dari kumparan

C = kapasitansi penggetar

Cd = kapasitansi terbagi

Cataatn : Q efektif biasanya dapat dianggap sebagai Q yang ditunjukkan

b. Pengaruh Tahanan Residu atau Tahanan Sisipan ( RSH )

Pada umumnya tahanan residu atau tahanan sisipan dari rangkaian alat ukur
pada gambar 2, nilainya adalah cukup kecil dan dapat diabaikan. Pada
keadaan tertentu tahanan sisipan ini dapat menambah kesalahan pada
pengukuran Q.

Pengaruh tahanan sisipan terhadap pengukuran tergantung pada besarnya


impedansi yang tidak diketahui, dan juga nilai dari tahanan sisipan tersebut.
Misalnya : tahanan sisipan 0,02 dapat diabaikan, jika dibandingkan
terhadap tahanan kumparan 10 , akan tetapi tahanan sisipan ini dianggap
penting jika dibandingkan terhadap sebuah tahanan kumparan 0,1 .

Pengaruh tahanan sisipan diberikan pada contoh 3 dan contoh 4

Contoh 3 : Sebuah kumparan dengan tahanan 10 dihubungkan dalam


metode pengukuran langsung. Resonansi terjadi pada frekuensi osilator 1,0
MHz dan kapasitor penggetar diatur pada 65 pF. Tentukan persentase
kesalahan yang dihasilkan dalam nilai Q, yang dihitung dengan penyisipan
tahanan sebesar 0,02 .

Penyelesaian :

Q efektif dari rangkaian kumparan adalah :

1 1

Qe = ---------- = -------------

CR 2f CR

= ------------------------------------------ = 245

( 2 ) ( 106 ) ( 65 x 10 -12 ) ( 10 )

Q kumparan yang ditunjukkan adalah :

1 1

Qt = ------------------------------ = ----------------------------

C ( R + 0,02 ) 2 f C ( R + 0,02 )

= ------------------------------------------------------ = 244,5

( 2 ) ( 106 ) ( 65 x 10 -12 ) ( 10 + 0,02 )

245 - 244,5

% kesalahan = ------------------- x 100 % = 0,2 %

245

Contoh 4 : Ulangi soal 3 untuk kondisi berikut : tahanan kumparan adalah


0,1 , frekuensi resonansi 40 MHz dan kapasitor penyetalaan
diatur pada 135 pF.
Penyelesaian :

Q efektif dari rangkaian kumparan adalah :

1 1

Qe = ---------- = -------------

CR 2f CR

= --------------------------------------------------- = 295

( 2 ) ( 40 x 106 ) ( 135 x 10 -12 ) ( 0,1 )

Q kumparan yang ditunjukkan adalah :

1 1

Qt = ------------------------------ = ----------------------------

C ( R + 0,02 ) 2 f C ( R + 0,02 )

= ------------------------------------------------------ = 245

( 2 ) ( 106 ) ( 65 x 10 -12 ) ( 0,1 + 0,02 )

295 - 245

% kesalahan = ------------------- x 100 % = 17 %

255

Sumber-sumber kesalahan lain mencakup induktansi residual dari instrumen


umumnya adalah 0,015 H dan hanya mempengaruhi pengukuran induktor
yang sangat kecil ( < 0,5 H ). Konduktansi voltmeter Q mempunyai pengaruh
pemaralelan yang sangat kecil terha-dap kapasitor penyetalaan pada frekuensi
yang lebih tinggi, akan tetapi pengaruh ini biasanya dapat diabaikan.

You might also like