You are on page 1of 4

62 M.

Muhaimin / Fabrikasi Nanofiber Komposit Nanoselulosa/PVA dengan Metode Electrospinning

Fabrikasi Nanofiber Komposit Nanoselulosa/PVA dengan Metode


Electrospinning

Muhammad Muhaimin1*, Wijayanti Dwi Astuti1, Harini Sosiati 2 and Kuwat Triyana1, 2
1
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281, Indonesia
2
Grup Riset Nanomaterial, Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281,
Indonesia.
* Email: mu.minul.muhaimin@mail.ugm.ac.id

Abstrak Fabrikasi nanofiber komposit nanoselulosa dan polyvinyl alcohol (PVA) telah dilakukan dengan metode
electrospinning. Pada penelitian ini, nanoselulosa berbentuk nanowishkers yang diperoleh dari ekstraksi serat alam
melalui proses hidrolisa. Selulosa nanowishkers yang dihasilkan selanjutnya didispersikan melalui proses ultrasonic
pada suhu 30C dengan variasi waktu 10 menit dan 30 menit (selanjutnya masing-masing disebut UC-10 dan UC-30).
Fabrikasi nanofiber komposit nanoselulosa/PVA dilakukan dengan menggunakan dua variasi larutan yaitu larutan
dengan konsentrasi nanoselulosa. Nanofiber komposit pertama dibuat dengan konsentrasi 3% nanoselulosa UC-10/PVA
(menghasilkan nanofiber komposit A) dan nanofiber komposit kedua dibuat dengan 5% nanoselulosa UC-30/PVA
(menghasilkan nanofiber komposit B). Proses electrospinning dilakukan pada tegangan 15 kV, jarak antara ujung
jarum dan pelat kolektor (TCD) 13 cm dan diameter jarum syringe 0,5 mm. Morfologi nanoselulosa dan nanofiber
komposit nanoselulosa/PVA diamati menggunakan scanning electron microscopy (SEM), sedangkan kandungan selulosa
dianalisis puncak serapannya menggunakan Fourier transform infrared (FTIR) spectroscopy. Hasilnya menunjukkan
bahwa komposit nanofiber A memiliki morfologi nanofiber yang tidak seragam dengan diameter antara 100 nm 500
nm dan terjadi aglomerasi di sepanjang nanofiber, sedangkan komposit nanofiber B memiliki morfologi nanofiber
yang relatif seragam dengan diameter antara 100 nm 200 nm dan terbentuk nanofiber yang halus. Nanofiber komposit
nanoselulosa yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi.

Kata kunci: serat alam, nanoselulosa, nanofiber, komposit, electrospinning

Abstract A composite nanofiber of nanocellulose/polyvinyl alcohol (PVA) has been fabricated by electrospinning
technique. In this study, the nanocellulose was in the form of nanowishkers obtained from the extraction of natural fibers
through a hydrolysis process. The produced cellulose nanowishkers were subsequently dispersed through ultrasonic
process at a temperature of 30 C and for 10 minutes (hereinafter called as UC-10) and 30 minutes (hereinafter called as
UC-30). Furthermore, the fabrication of the composite nanofiber nanocellulose/PVA was performed using two variations
of the solution based on nanosellulose concentration. The first composite nanofiber was made with a concentration of
3% nanoselulosa UC-10/PVA (composite nanofiber A) and the second one was made with 5% nanoselulosa UC-
30/PVA (composite nanofiber B). Electrospinning process was carried out at 15 kV and the distance between the
needle tip and the collector plates (TCD) was set to be 13 cm, while the diameter of syringe needle was 0.5 mm. The
morphology of cellulose nanowhiskers and composite nanocellulose/PVA nanofiber were observed using scanning
electron microscopy (SEM). The absorption peaks related to cellulose were identified by Fourier transform infrared
(FTIR) spectroscopy . The results showed that composite nanofiber "A" has a non-uniform nanofiber morphology with
diameter between 100 nm - 500 nm and agglomeration occurred along the nanofiber, whereas composite nanofiber "B"
has a relatively uniform morphology nanofiber with diameter between 100 nm - 200 nm with smooth nanofiber surface.
The produced composite nanofibers from this research can be utilized for various applications in the future.

Keywords: natural fibers, nanocellulose, nanofiber, composites, electrospinning

I. PENDAHULUAN pengisi) [2]. Serat nanoselulosa digunakan sebagai fillers


Pengembangan komposit saat ini mengarah pada untuk meningkatkan sifat mekanik komposit.
bahan-bahan yang memiliki keunggulan sifat seperti Pembuatan nanofiber komposit nanoselulosa
mudah diperoleh, mudah diproses, ringan, kuat, memiliki diproduksi dalam bentuk membran untuk berbagai
sifat mekanik yang baik dan dapat terurai secara alami. aplikasi. Sehingga perlu dilakukan perlakuan khusus
Sifat-sifat tersebut dapat diperoleh pada komposit yang untuk mereduksi ukuran selulosa (diameter dan panjang)
berasal dari selulosa alam. Struktur selulosa alam pada sebagai fillers hingga skala nanometer. Mereduksi ukuran
umumnya disusun sebagai mikrofibril yang terhubung selulosa hingga skala nanometer dapat mempermudah
secara teratur membentuk serat selulosa dan memiliki penyatuan fillers dengan matriks sehingga meningkatkan
kelebihan pada beberapa sifat mekanik yang kompleks sifat mekanik komposit dan sifat-sifat struktur komposit
[1]. Secara umum komposit tersusun atas komponen [3,4]. Untuk mendapatkan nanoselulosa dapat dilakukan
matriks (bahan pengikat) dan komponen fillers (bahan dengan berbagai perlakuan kimia, seperti proses hidrolisa
menggunakan larutan H2SO4 [5]. Sementara itu, untuk

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014
ISSN: 0853-0823
M. Muhaimin / Fabrikasi Nanofiber Komposit Nanoselulosa/PVA dengan Metode Electrospinning 63

memperkecil diameter komposit nanofiber dapat adalah proses penguapan pelarut dan pembekuan fiber
menggunakan metode electrospinning [6-8]. (jet solidification).
Electrospinning merupakan metode yang relatif mudah, Beberapa parameter yang mempengaruhi morfologi
sederhana, dan efektif untuk membentuk nanofiber. dan keseragaman ukuran fiber yang dihasilkan pada
Penelitian pembuatan serat polimer berskala nano proses electrospinning diklasifikasikan ke dalam dua
(polymer nanofibers) dengan metode electrospinning kategori [15] yaitu: (1) sifat larutan polimer yang
sudah banyak dilaporkan [9-12]. Akan tetapi, penelitian digunakan (berat molekul, konsentrasi larutan, viskositas,
terkait pembuatan serat nanoselulosa dengan metode konduktivitas, konstanta dielektrik, dan tegangan
electrospinning masih relatif sedikit yang dilaporkan. Hal permukaan), dan (2) parameter electrospinning, meliputi
ini dikarenakan tidak mudahnya dalam pembuatan larutan besar medan listrik, besar beda potensial, laju aliran
polimer selulosa alam yang dapat menghasilkan produk larutan, dan jarak ujung tip ke kolektor (TCD = tip to
serat nanoselulosa yang baik, yaitu (1) diameter serat colector distance).
konsisten dan terkontrol, (2) tidak ada cacat pada
permukaan serat (defect-free fibers), dan (3) serat tunggal III. EKSPERIMEN
yang kontinu (tidak teraglomerasi). A. Pembuatan nanowishkers selulosa
Dalam penelitian ini, ada dua tahap eksperimen yang Pada dasarnya, mikroselulosa dan nanoselulosa tidak
dilakukan. Tahap pertama adalah fabrikasi serat selulosa terbentuk (terpisah) dalam suatu larutan (Gambar 2a).
nanowhiskers untuk memudahkan pembuatan larutan Selulosa hasil hidrolisa H2SO4 di-centrifuge untuk
umpan electrospinning. Selulosa nanowhiskers dibuat memisahkan mikroselulosa dan nanoselulosa dengan sisa
melalui perlakuan hidrolisa asam (H2SO4). Tahap kedua pelarutnya. Proses centrifuge dilakukan dengan kecepatan
adalah fabrikasi nanofiber komposit nanoselulosa dari putar 7.000 rpm selama 5 menit. Selulosa yang terpisah
nanowishkers yang dihasilkan. Dalam hal ini, selulosa dengan pelarutnya kemudian diambil dan selanjutnya
nanowhisker digunakan sebagai fillers pada matriks PVA dibilas menggunakan aquades. Proses centrifuge
(polyvinyl alcohol). dilakukan sebanyak 5 kali untuk menetralkan keasaman
larutan (pH) selulosa. Pada proses ini dihasilkan selulosa
II. LANDASAN TEORI dalam bentuk wishkers berukuran mikro dan nano.
Pada prinsipnya, electrospinning memanfaatkan gaya Bagian mikroselulosa akan mengendap di dasar wadah,
elektrostatik yang muncul dari partikel bermuatan akibat sedangkan bagian nanoselulosa tidak mengendap seperti
adanya tegangan tinggi antara ujung tip (jarum tabung pada Gambar 2b. Pemisahan mikroselulosa dan
syring /spinneret) dengan kolektor fiber. Bagian utama nanoselulosa dilakukan dengan menggunakan pipet.
alat electrospinning tersusun atas sumber tegangan tinggi Selulosa nanowishkers yang dihasilkan selanjutnya
DC, tabung siring (spinneret), jarum berdiameter kecil didispersikan melalui proses ultrasonic pada suhu 30C
dan plat kolektor dari bahan logam. Elektroda positif dan variasi waktu 10 menit dan 30 menit (selanjutnya
dihubungkan pada ujung jarum sehingga larutan masing-masing disebut UC-10 dan UC-30). Kedua
bermuatan positif dan elektroda negatif dihubungkan sampel selulosa nanowishkers tersebut selanjutnya
pada plat kolektor sebagai tempat terkumpulnya fiber. digunakan sebagai fillers pada matriks PVA.
Salah satu susunan alat electrospinning sederhana
ditunjukkan pada Gambar 1. (b)
(a)

Gambar 2. Larutan selulosa, (a) hasil hidrolisa, (b) hasil


centrifuge.
Gambar 1. Skema Alat Electrospinning [13].
B. Proses electrospinning larutan PVA
Larutan PVA konsentrasi 10 % dibuat dengan
Secara umum proses electrospinning terbagi menjadi
melarutkan PVA padat ke dalam aquades dan dipanaskan
tiga tahap yang diperkenalkan sebagai jet modeling [13].
pada suhu 90oC selama 1 jam disertai pengadukan
Tahap pertama adalah proses inisiasi, yaitu terbentuknya
menggunakan magnetic stirrer. Proses electrospinning
tetesan larutan pada ujung jarum hingga larutan mulai
dilakukan terhadap larutan PVA pada tegangan 15 kV
terpancar menuju kolektor. Tahap kedua adalah proses
dengan menggunakan jarum syring berukuran 0,5 mm.
penipisan (thining) diameter fiber. Semakin jauh jarak
Jarak antara ujung jarum dengan kolektor (TCD) pada
ujung tip dengan kolektor, akan mengkibatkan penurunan
saat proses electrospinning adalah 13 cm. Alat
ukuran diameter fiber [14]. Sementara itu, tahap ketiga
electrospinning yang digunakan adalah bukan

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014
ISSN: 0853-0823
64 M. Muhaimin / Fabrikasi Nanofiber Komposit Nanoselulosa/PVA dengan Metode Electrospinning

electrospinning komersial, namun hasil rekayasa LPPT dan tidak terdispersi secara merata. Ukuran nanoselulosa
UGM. tidak dapat diamati dengan jelas karena masih terjadi
aglomerasi antar nanoselulosa. Pada Gambar 4b dapat
C. Fabrikasi nanofiber komposit nanoselulosa/PVA diamati nanoselulosa wishkers yang lebih homogen dari
Untuk fabrikasi nanofiber komposit nanoselulosa/PVA, pada Gambar 4a dan terdispersi secara sempurna
larutan untuk umpan electrospinning disiapkan dari 1 sehingga ukuran nanoselulosa dapat diidentifikasi dengan
gram PVA yang dimasukkan ke dalam 9 mL larutan jelas, panjang rata-rata 500 nm dan diameter rata-rata
selulosa (UC-10 dan UC-30) dan dipanaskan pada suhu 50 nm. Nanoselulosa UC-10 dan UC-30 selanjutnya
90oC selama 1 jam disertai pengadukan menggunakan digunakan sebagai fillers pada matriks PVA melalui
magnetic stirrer. Larutan umpan electrospinning proses electrospinning.
selanjutnya di-electrospinning pada tegangan yang
diterapkan, ukuran jarum syring, dan TCD pada jarak 13 (b)
cm. Proses ini menghasilkan 2 macam nanofiber
komposit A dan B. Nanofiber komposit A dibuat (a)
dengan konsentrasi 3% nanoselulosa UC-10/PVA dan
komposit nanofiber B dibuat dengan 5% nanoselulosa
UC-30/PVA.
Fourier transform infrared (FTIR, Shimadzu)
spectroscopy digunakan untuk mengklarifikasi puncak-
puncak serapan yang terkait dengan puncak serapan dari
selulosa. Sedangkan morfologi dan distribusi ukuran
nanoselulosa dan nanofiber komposit nanoselulosa/PVA
diamati menggunakan SEM (JSM-6510LA) yang ada di
LPPT UGM. Gambar 4. Pengamatan SEM nanoselulosa hasil hidrolisa
dengan perbedaan waktu perlakuan ultrasonic; (a)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN nanoselulosa UC-10, (b) nanoselulosa UC-30.
Hasil pengujian FTIR pada selulosa murni dan selulosa
hasil hidrolisa disajikan pada Gambar 3. Puncak-puncak Pada Gambar 5 terlihat bahwa fiber PVA yang
serapan (%T rendah) selulosa hasil hidrolisa yaitu ikatan dihasilkan memiliki permukaan yang rata sepanjang
CH2 pada 903 cm1, ikatan CH pada 2924 cm1, ikatan fiber, terbentuk serat tunggal yang kontinu (tidak
CO pada 1065 cm1, 1327 cm1 dan 1242 cm1, dan teraglomerasi), dan tidak ada cacat pada permukaan serat.
ikatan OH pada 3441 cm1. Puncak-puncak serapan di Tetapi, diameter fiber yang terbentuk kurang homogen.
atas menunjukkan adanya ikatan kimia yang Ukuran diameter fiber berkisar antara 100 nm - 150 nm.
teridentifikasi sebagai ikatan kimia penyusun selulosa.
Pada Gambar 3 teramati bahwa puncak-puncak serapan
hasil hidrolisa sama dengan puncak-puncak serapan pada
selulosa murni. Hasil ini menunjukkan bahwa hidrolisa
pada selulosa tidak merusak ikatan kimia penyusun
selulosa yakni ikatan CH2, ikatan CO, ikatan CH, dan
ikatan OH [16].

Gambar 5. Nanofiber PVA hasil electrospinning pada


tegangan 3 kV, diameter jarum 0,5 mm, dan TCD
13 cm.

Hasil pengamatan SEM nanofiber komposit A dapat


diamati pada Gambar 6a. Terlihat bahwa nanofiber yang
dihasilkan memiliki permukaan yang tidak rata, terjadi
aglomerasi di sepanjang fiber, dan terdapat cacat pada
Gambar 3. Uji FTIR selulosa murni dan selulosa hasil permukaan fiber sehingga fiber tampak tidak homogen.
hidrolisa. Hal ini kemungkinan karena nanoselulosa UC-10 yang
digunakan sebagai fillers tidak terdispersi secara
Morfologi selulosa hasil hidrolisa UC-10 dan UC-30 homogen ke dalam larutan spinning sehingga nanofiber
masing-masing ditunjukkan pada Gambar 4a dan 4b. yang dihasilkan kurang baik. Diameter nanofiber yang
Pada Gambar 4a terlihat bahwa selulosa hasil hidrolisa- dihasilkan berkisar antara 100 nm 500 nm.
UC10 berupa nanoselulosa wishkers yang tidak homogen

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014
ISSN: 0853-0823
M. Muhaimin / Fabrikasi Nanofiber Komposit Nanoselulosa/PVA dengan Metode Electrospinning 65

Pada Gambar 6b tampak bahwa nanofiber komposit [5] H. Kargarzadeh, I. Ahmad, I. Abdullah, A. Dufresne, S.
B cenderung lebih homogen daripada nanofiber Yasmine, M. Rasha, Effects of hydrolysis conditions on
komposit A. Hal ini dapat dilihat dari permukaan fiber the morphology, crystallinity, and thermal stability of
yang cenderung rata, tidak terdapat cacat pada permukaan cellulose nanocrystals extracted from kenaf bast fibers,
Cellulose, vol. 19, 2012, pp. 855866.
fiber dan tidak terjadi aglomerasi di sepanjang fiber. [6] Z. M. Huang, Y. Z. Zhang, M. Kotaki, and S.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nanoselulosa UC-30 Ramakrishna, A Review on polymer nanofibers by
yang digunakan sebagai fillers pada komposit cenderung electrospinning and their applications in nanocomposite,
lebih baik daripada nanoselulosa UC-10. Composites Science and Technology, vol. 63, 2003, pp.
2223-2253.
[7] A. Frenot and I. S. Chronakis, Polymer nanofibers
(a) assembled by electrospinning, Current opinion in Colloid
and Interface Science, vol. 8, 2003, pp. 64-75.
[8] M.M.R.Chowdhury, Electro spinning Process Nano Fiber
and Their Application, 2009, website:
http://www.cottonbangladesh.com/ElectroSpinning.html,
diakses tanggal 3 Desember 2013.
[9] C. Shin and G. G. Chase, Nanofibers from recycle waste
(b) expanded polystyrene using natural solvent, Polymer
Bulletin, vol. 55, 2005, pp. 209215.
[10] D. Li, A. Babel, S. A. Jenekhe, Y. Xia, Nanofibers of
conjugated polymers prepared by electrospinning with a
two capillary spinneret, Adv. Mater, vol. 16, 2004, pp.
2062-2066.
[11] M. Roso, S. Sundarrajan, D. Pliszka, S. Ramakrishna, M.
Modesti, Multifunctional membranes based on spinning
technologies: The synergy of nanofibers and
nanoparticles, Nanotechnology, vol. 19, 2008, 285707.
[12] S. Ramakrishna, R. Jose, P.S. Archana, A.S. Nair, R.
Balamurugan, J. Venugopal, W. E. Teo, Science and
Gambar 6. Nanofiber komposit nanoselulosa/PVA engineering of electrospun nanofibers for advances in
electrospinning (a) 3 % nanoselulosa UC-10 (b) 5 clean energy, water filtration and regenerative medicine,
% nanoselulosa UC-30. J. Mater. Sci, vol. 45, 2010, pp. 62836312.
[13] A. Akrem, Nanofibrous Nanocomposites via
V. KESIMPULAN Electrospining, Thesis, Bilkent University, Turki, 2011.
Spektroskopi FTIR dan SEM dapat digunakan sebagai [14] W. V. Voigt, Water stable antimicrobial active nanofibres
instrumen analisis untuk mengklarifikasi kandungan generated by electrospinning from aqueous spinning
selulosa dan mengamati morfologi selulosa hasil hidrolisa solutions, Dessertation, RWTH Aachen University,
dan nanofiber komposit nanoselulosa yang dihasilkan Munich, 2009.
melalui metode electrospinning. Fabrikasi komposit [15] C. J. Thompson, G. G. Chase, A.L. Yarin, D. H. Renek er,
Effects of parameters on nanofiber diameter determined
nanofiber dapat dihasilkan dengan menggunakan from electrospinning model, Polymer, vol. 48, 2007, pp.
nanoselulosa UC-30 sebagai fillers pada matriks PVA 6913-6922.
(dengan konsentrasi 5% nanoselulosa/PVA) sehingga [16] J. Shi, S. Q. Shi, H. M. Barnes, C. U. Pittman, A chemical
diperoleh nanofiber berupa membran dengan process for preparing cellulosic fibers hierarchically from
karakteristik yang cukup baik. kenaf bast fibers, Bioresources, vol. 6 (1), 2011, pp. 879-
890.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini didanai oleh Penelitian Unggulan TANYA JAWAB
Perguruan Tinggi Penelitian Kerjasama Institusi Tahun
Anggaran 2013 Universitas Gadjah Mada. Rosita, UGM
? a) Apa pelarut yang digunakan?
PUSTAKA b) Dalam proses sintesisnya, perlukah Pva
[1] L. Heux,, E. Dinand, and M. R. Vignon, Structural aspects dan Sukrosa di ultrasonik?
in ultrathin cellulose microfibrils followed by C-13 CP-
MAS NMR. Carbohydrate Polymers, vol. 40(2), 1999, Muminul Muhaimin, UGM
pp. 115124. @ a) H2SO4.
[2] D. H. L. Chung, Composite Materials, Science and b) Yang diultrasonik hanya nanoselulosa untuk
Applications 2, Springer, London, 2010.
[3] M. M. Bergshoef and G. J. Vansco, Transparent
mendispersikan nanoselulosa.
nanocomposites with ultrathin, electrospun Nylon-4,6
fiber reinforcement, Adv Mater, vol. 11 (16), 1999, pp.
1362-1365.
[4] J. Jamaludin, Effecs of fiber size modification on the
mechanical properties of kenaf fiber reinforced polyester
composite, Thesis, Universiti Teknikal Malaysia Melaka,
Malaysia, 2008.

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 26 April 2014
ISSN: 0853-0823

You might also like