Professional Documents
Culture Documents
Step 1
Emphysema subcutis : di tandai dengan adanya udara dalam pleura dalam jaringan subkutan, Karena
cedera thorax
Afebris : kondisi dimana suhu tubuh mengalami penurunan suhu dari sebelumnya
Learning objektif
Jawababan
Gejala dan tanda yang disebabkan oleh syock hipovolemik akibat non perdarahan serta
perdarahan adalah sama meski ada sedikit perbedaan dalam kecepatan timbulnya syock. Respon
fisiologi yang normal adalah mempertahankan perfusi terhadap otak dan jantung sambil
memperbaiki volume darah dalam sirkukasi dengan efektif. Disini akan terjadi peningkatan kerja
simpatis, hiperventilasi, pembuluh vena yang kolaps, pelepasan hormone stress serta ekspansi
besar guna pengisisan volume pembuluh darah dengan menggunakan cairana intersissial,
intraselulur dan menurunkan produksi urin.
Ringan (<20% volume darah) : eksremitas dingin, waktu pengisisan kapiler meningkat,
diaphoresis, vena kolaps dan cemas.
Sedang (20-40% volume darah): sama, ditambah dengan takikardia, takipnea, oliguria,
hipotensi ortostatik
Berat (>40% volume darah) : sama, ditambah dengan hemodinamik tak stabil, takikardia,
bergejala hipotensi dan perubahan kesadaran
Sumber : Sudoyo dkk, 2009, Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 1 Edisi V, interna publishing.
2. Apa yang menyebabkan distensi vena jugularis kanan dan pada tekanan berapa meningkat serta
cara mengukurnya
Prosedur
Sumber : Waskito, Budi A. (2008). Anamnesa dan pemeriksaan fisik sitem kardiovaskuler.
http://fk.uwks.ac.id%2Felib%2FArsip%2FDepartemen%2FIlmu%2520Kedokteran
%2520Terintegrasi%2520-%2520PBL%2Fanamnesa_pemfisik-kardio-
budiarief.pdf&rct=j&q=pengukuran
%20JVP&ei=FqixTP7gK4nIvQOQuJSABw&usg=AFQjCNHABfBtSHZ4Mfhtb8BIiHhbiYPy_
Q&cad=rja (kamis,16 april 2015)
Sumber : Wilkison, 2000, primary trauma care manual, A Manual for Trauma Management in
District and Remote Locations, Published by Primary Trauma Care Foundation. http:
http://www.primarytraumacare.org/wp-content/uploads/2011/09/PTC_ENG.pdf
Daerah maksilofasial dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama adalah wajah bagian atas,
di mana patah tulang melibatkan frontal dan sinus. Bagian kedua adalah midface tersebut.
Midface dibagi menjadi bagian atas dan bawah. Para midface atas adalah di mana rahang atas Le
Fort II dan III Le Fort fraktur terjadi dan / atau di mana patah tulang hidung, kompleks
nasoethmoidal atau zygomaticomaxillary, dan lantai orbit terjadi. Bagian ketiga dari daerah
maksilofasial adalah wajah yang lebih rendah, dimana patah tulang yang terisolasi ke rahang
bawah.
Komplikasi pada maxillofacialis dapat terjadi sesuai dengan pada bagian daerah yang
mengenainya.
Sumber:http://www.scribd.com/doc/49847044/TRAUMA-CURIGA-MAXILO-FACIAL-
REVISI-BARU-1#scribd
5. Termasuk tension pneumothorax atau hematothorax atau efusi pleura (diagnosis pada scenario)
Tension Pneumothoraks atau Pneumothoraks Ventiel : komplikasi ini terjadi karena tekanan
dalam rongga pleura meningkat sehingga paru mengempis lebih hebat, mediastinum tergeser
kesisi lain dan mempengaruhi aliran darah vena ke atrium kanan. Pada foto sinar tembus dada
terlihat mediastinum terdorong kearah kontralateral dan diafragma tertekan kebawah sehingga
menimbulkan rasa sakit. Keadaan ini dapat mengakibatkan fungsi pernafasan sangat terganggu
yang harus segera ditangani kalau tidak akan berakibat fatal.
1. Pneumotoraks Terbuka: Gangguan pada dinding dada berupa hubungan langsung antara ruang
pleura dan lingkungan atau terbentuk saluran terbuka yang dapat menyebabkan udara dapat
keluar masuk dengan bebas ke rongga pleura selama proses respirasi.
2. Pneumotoraks Tertutup: Misal terdapat robekan pada pleura viseralis dan paru atau jalan nafas
atau esofagus, sehingga masuk vakum pleura karena tekanan vakum pleura negatif.
3. Pneumotoraks Valvular: Jika udara dapat masuk ke dalam paru pada proses inspirasi tetapi
tidak dapat keluar paru ketika proses ekspirasi. Akibat hal ini dapat terjadi peningkatan tekanan
intrapleural. Karena tekanan intrapleural meningkat maka dapat terjadi tension pneumotoraks.
Hemotoraks dapat terjadi pada cedera thorax yang jelas. Mungkin akan terjadi
penurunan suara saat bernafas dan harus segera dilakukan ronsen dada. Di tangan dokter yang
berpengalaman, ultrasound dapat mendiagnosa pneumotoraks dan hemotoraks, namun teknik ini
jarang dilakukan sekarang ini. Tuba torakstomi harus dipasang secara hati-hati untuk semua jenis
hemathorax dan pnemuothorak. Dalam 85%, tube toraktomi adalah satu-satunya metode yang
dapat dilakukan. Jika pendarahan terus terjadi maka lebih baik dari sistemik daripada arteri
pulmonary.
Sumber : Kahar Kusumawidjaja, 2000, Pleura dan Mediastinum, Radiologi diagnositik, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta
Ketika syok hipovolemik diketahui maka tindakan yang harus dilakukan adalah
menempatakan pasien dalam posisi kaki lebih tinggi, menjaga jalur pernapasan dan diberikan
resusitasi cairan dengan cepat lewat akses intravena atau cara lain yang memungkinkan seperti
pemasangan kateter CPV (central venous pressure) atau jalur intraarterial.
Cairan yang diberikan adalah garam isotonus yang di tetes dengan cepat (hati-hati terhadap
asidosis hiperkloremia) atau dengan cairan garam seimbang seperti ringers laktat (RL) dengan
jarum infuse yang terbesar. Pemberian 2-4 L dalam 20-30 menit.
Pada keadaan yang berat atau hipovolemia yang berkepanjangan, dukungan inotropik dengan
dopamine, vasopressin atau dobutamin dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan kekuatan
ventrikel yang cukup setelah volume darah di cukupi dahulu. Pemberian norepinefrin infuse tidak
banyak memberikan manfaat pada hipovolemik. Pemberian nasokson bolus 30 mcg/kg dalam 3-5
menit dilanjutkan 60mcg/kg dalam 1 jam dalam dekstros 5% dapat membantu meningkatkan
MAP.
Selain resusitasi cairan, saluran napas pasien juga harus dijaga. Kebutuhan oksigen pasien
harus terpenuhi dan bila dibutuhkan intubasi dapat dikerjakan. Kerusakan organ akhir jarang
terjadi dibandingkan dengan syok septic atau traumatic. Kerusakan organ dapat terjadi pada
susunan saraf pusat, hati dan ginjal dan gagal ginjal maerupakan komplikasi yang penting pada
syok ini.
Sumber : Sumber : Sudoyo dkk, 2009, Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 1 Edisi V, interna
publishing.
Sumber : http://www.scribd.com/doc/58190277/Emfisema-Subkutan#scribd
Sumber : fk.unand.ac.id/images/PANDUAN_MAHASISWA_4.2_2012.pdf
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh
benda tajam atau bennda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut.
Trauma dada dapat merupakan trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat menyebabkan
tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothorks, hematopneumo thoraks. Trauma
thorax adalah troma paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam
atau tumpul. Trauma thorak dapat disebut juga trauma yang terjadi pada toraks yang
menimbulkan kelainan padaorgan-organ di dalam toraks.
Cedera pada dada sering mengancam jiwa dan mengakibatkan satu atau lebih mekanisme patologi
berikut:
1. Hipoksia akibat gangguan jalan napas, cedera pada parenkim paru, sangkar uga, dan otot
pernapasan, kolaps paru dan pnemotoraks
2. Hipovolemia akibat kehilangan cairan pasif dari pembuluh besar, rupture jantung, atau
hemotoraks. Gagal jantung akibat tamponade jantung, kontusio jantung, atau tekanan
intratoraks yang meningkat.
Sumber : Basic Trauma-Cardiac Life Support.Jakarta: Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118
PMI.2005.Pedoman Pertolongan Pertama.Jakarta : Markas Pusat Palang Merah Indonesia
http//:www.chandrarandy.wordpress.com/2012/10/08/konsep-trauma-thorax/