You are on page 1of 11

DRUG DESIGN

KOYO DAUN GATAL PAPUA PENGHILANG


RASA NYERI

Oleh :

VENSA PAULIN MUSTAMU Nim: 0130540191

PROGRAM STUDI FARMASI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2016
BAB I

1.1 Latar Belakang


Banyak tanaman lokal di Indonesia yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
Masyarakat Maluku dan Papua menggunakan tumbuhan obat daun gatal dalam
pengobatan rasa sakit, kaku/pegal, sakit kepala, sakit perut, nyeri otot dan sendi, dan
memar (WHO, 2009). Daun ini semacam tanaman perdu yang berasal dari Family
Urticaceae dengan beberapa spesies. Daun ini jika dioleskan ke seluruh tubuh akan
menimbulkan efek yang sangat gatal. Setelah sensasi gatal selama 5 menit maka akan
efek anti nyeri dan pegal yang sangat mujarab. Pada saat daun gatal dioleskan seluruh
tubuh maka asam semut yang ada pada kulit daun akan masuk ke kulit dan memperlebar
pori-pori tubuh. Inilah yang merangsang peredaran darah sehingga menghilangkan rasa
pegal, nyeri, dan capek pada otot dan tubuh.
Pada tahun 1927 Flury menyatakan bahwa tumbuhan yang sejenis dengan daun gatal
mengandung asam format yang terdapat pada rambut-rambut halus daun memberi sensasi
menyengat. Emmelin dan Feldberg di Eropa sudah meneliti Urticaceae dioica untuk
melihat komposisi yang terdapat pada rambut daun ini. Senyawa-senyawa yang
menghasilkan reaksi dalam otot yaitu asetilkolin, histamine, dan 5-hidroksi triptamin (5-
HT) (Kavalali, 2003). Tumbuhan ini juga memiliki kandungan kimia seperti monoridin,
tryptophan, flavonoid, asam format, dan authraguinones sedangkan alkaloid tidak terdapat
dalam tanaman ini (Winduo, 2003). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yasni dan
Puro (2012), tumbuhan Daun Gatal Laportea decumana (Roxb.) Wedd ini memberikan
aktivitas antibakteri yang baik sehingga dapat dikembangkan sebagai obat anti nyeri
dalam sedian minyak gosok, salep atau patch (koyo). Secara etnofarmakologi, tumbuhan
ini sangat baik untuk digunakan/ dimanfaatkan sebagai obat analgesik dan antiinflamasi
topikal (kulit) sebagai obat anti nyeri.
Di Papua tumbuhan ini dipergunakan oleh masyarakat dengan langsung memetik dari
tempat asalnya atau membeli ke pasar tradisional. Tanaman ini tidak lama bertahan
khasiatnya karena duri pada daun (senyawa aktif) gampang rusak/ luruh. Penelitian ini
akan mengembangkan metode pemanfaatan dan pengemasan daun gatal. Formulasi yang
dilakukan dengan membuat senyawa aktif pada daun gatal menjadi sediaan transdermal
patch (koyo). Penghantaran obat ke reseptor atau tempat bekerjanya obat sering
terhambat dengan adanya efek samping obat ataupun karena pelepasan obat tidak sesuai
pada tempat kerjanya. Untuk itu, obat dibuat dalam bentuk controlled release atau sediaan
lepas terkendali. Sediaan lepas terkendali ini mengatur pelepasan obat di dalam tubuh
yang dimaksud untuk meningkatkan efektivitas obat pada reseptornya.
Sediaan sustained release atau sediaan lepas lambat merupakan bagian dari bentuk
controlled release. Sediaan lepas lambat merupakan sediaan yang menyebabkan obat
terlepas ke dalam tubuh dalam waktu yang lama. Untuk membuat sediaan lepas lambat
ini, dibutuhkan eksipien atau bahan tambahan yang dapat membuat zat aktif atau obat
dapat dilepaskan scara perlahan ke dalam tubuh.
Patch adalah salah satu rute pemberian obat secara perkutan yang ditujukan untuk
pemakain luar dengan sistem kontak dengan kulit secara tertutup. Sediaan patch
dibedakan menjadi 2 yaitu trasdermal lokal dan transdermal sistemik.
Sistem penghantaran obat dengan bentuk patch memiliki banyak keuntungan
diantaranya:
1. Menghindari first-pass metabolism di hepar
2. Menjamin kadar darah yang konstan untuk periode waktu yang lama
3. Meningkatkan bioavailabilitas
4. Menurunkan dosis pemberian
5. Menurunkan efek samping yang tidak diinginkan
6. Menurunkan efek samping yang di gastrointestinal
7. Mudah menghentukan bila terjadi efek toksik
8. Meningkatkan kepatuhan pasien
Namun selain memiliki keuntungan ternyata patch juga memiliki banyak kekurangan
diantaranya adalah:
1. Tidak dapat digunakan untuk obat dalam bentuk ionic
2. Tidak dapat mencapai kadr obat yang tinggi dalam darah/plasma
3. BM obat harus kecil
4. Tidak dapat menghantarkan obat dengan cara pulsatile
5. Obat yang mengiritasi tidak dapat dikembangkan dengan bentuk sediaan patch
Respon klinik sesudah pemberian patch memiliki tahapan proses yaitu obat lepas dari
sediaan, berpenetrasi ke dalam kulit dan permeasi menembus kulit sehingga dapat
memberikan aktivitas respon farmakologi.
Dalam pembuatan sediaan patch terdapat beberapa persyaratan diantaranya adalah:
1. Mempunyai kadar air yang relative kecil
2. Permukaan patch harus rata dan tidak mengkerut selama penyimpanan
3. Bahan obat dan bahan tambahan harus terdistribusi merata
4. Mampu melepaskan bahan aktif dalam jumlah yang cukup
5. Mampu berpenetrasi ke dalam kulit sesuai dengan tujuan pengobatan

1.2 Perbedaan dengan Sediaan Konvensional


Bentuk sediaan transdermal telah diperkenal untuk menyediakan pengiriman obat
yang dikontol melalui kulit ke dalam sirkulasi sistemik. Sediaan transdermal merupakan
salah satu bentuk system penghantaran obat dengan cara ditempel melalui kulit. Rute
penghantaran obat secara transdermal merupakan rute alternatif untuk beberapa obat dan
mempunyai banyak keuntungan dibandingkan penghantaran obat secara konvensional,
antara lain dapat memberikan efek obat dalam jangka waktu yang lama, pelepasan obat
dengan dosis konstan, menghindari metabolisme lintas pertama di hati, cara penggunaan
mudah, dan dapat mengurangi frekuensi pemberian obat.
Melalui bentuk sediaan transdermal jumlah pelepasan obat yang diinginkan dapat
dikendalikan, durasi penghantaran aktivitas terapeutik dari obat, dan target penghantaran
obat ke jaringan yang dikehendaki. Tujuan dari pemberian obat secara transdermal adalah
obat dapat berpenetrasi ke jaringan kulit dan memberikan efek terapeuti yang diharapkan.
Perbedaan dari obat konvnsional dan transdermal drug delivery system adalah obat
pada transdermal, setelah diabsorbsi obat yang terdapat disirkulasi darah langsung
mengalami eliminasi. Sedangkan pada obat pemberian topikal, obat yang berada pada
jaringan target akan di distribusikan kemudian masuk ke aliran darah setelah itu baru
mengalami eliminasi.
BAB II

2.1 Mekanisme Kerja Obat dalam Tubuh


Daun gatal memiliki kandungan kimiawi seperti monoridin, tryptophan, histidine,
alkaloid, flavonoid, authraguinones, dan asam formiat. Miang atau rambut-rambut halus pada
daunnya mengandung (protein asing) atau senyawa kimia tertentu dan jika terkena
permukaan kulit akan gatal dan bentol. Sehingga bila terkena daun ini rasanya seperti digigit
semut dan mengeluarkan asam formiat. Tubuh akan merespon keberadaan benda asing ini
yang dianggap sebagai racun dengan mengeluarkan antihistamin yang ditandai dengan
bentol-bentol. Miang pada daun tersebut akan menusuk kulit lalu terjadi pembengkakan
(bentol) artinya terjadi pelebaran pembuluh darah. Pegal-pegal disebabkan karena
penumpukan asam laktat dari proses oksidasi yang kurang sempurna. Menumpuknya asam
laktat ini membuat otot terasa nyeri.

2.2 Bioavaibilitas
Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui suatu rangkaian
proses. Proses tersebut meliputi (1) disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat; (2)
pelarutan obat; (3) absorpsi melewati membran sel menuju sirkulasi sistemik. Di dalam
proses disintegrasi obat, pelarutan dan absorpsi, kecepatan obat mencapai sistem sirkulasi
ditentukan oleh tahapan yang paling lambat dalam rangkaian tersebut.
Tahap yang paling lambat di dalam suatu rangkaian proses kinetik disebut tahap
penentu kecepatan (rate limiting step). Untuk obat-obat yang mempunyai kelarutan kecil
dalam air, laju pelarutan serigkali merupakan tahap yang paling lambat, oleh karena itu
mengakibatkan terjadinya efek penentu kecepatan terhadap bioavailablitas obat. Tetapi
sebaliknya, untuk obat yang mempunyai kelarutan besar dalam air, laju pelarutannya cepat
sedangkan laju lintas atau tembus obat lewat membran merupakan tahap paling lambat atau
merupakan tahap penentu kecepatan.
2.3 Zat Tambahan Obat (Pengisi, Pengikat, Pelicin, Penghancur, Pemanis, Pengharum,
Pewarna)
1. Metilselulosa
Metilselulosa berwarna putih, bubuk berserat atau butiran, tidak berbau dan
berasa. Metilselulosa praktis tidak larut dalam aseton, metanol, kloroform, etanol
(95%), eter, larutan garam jenuh, toluena, dan air panas. Larut dalam asam asetat
glasial dan campuran etanol dan kloroform. Dalam air dingin, metilselulosa
membengkak dan terdispersi perlahan untuk membentuk opalescent, kental, dan
dispersi koloid. Metilselulosa digunakan sebagai coating agent, emulsifying agent,
suspending agent, disintegrant, bahan pengikat tablet, agen peningkat viskositas.
Metilselulosa tidak kompatibel dengan aminakrin hidroklorida, chlorocresol,
klorida merkuri, fenol, resorsinol, tannic acid, perak nitrat, klorida setilpiridinium, p-
hidroksibenzoat asam, paminobenzoic acid, metilparaben, propil paraben, dan
butilparaben. Garam asam mineral (terutama asam polibasa), fenol, dan tanin akan
mengental dalam metilselulosa, meskipun hal ini dapat dicegah dengan penambahan
etanol (95%) atau glikol diasetat. Konsentrasi tinggi dari elektrolit dapat
meningkatkan viskositas. Metilselulosa juga tidak kompatibel dengan oksidator kuat
2. Propilenglikol
Propilenglikol tidak berwarna, kental, praktis berbau, cair, rasa sedikit pedas
menyerupai gliserin. Kelarutan propilenglikol adalah terlarut dengan aseton,
kloroform, etanol (95%), gliserin, dan air, larut pada 6 bagian eter, tidak larut dalam
minyak mineral tetapi akan larut dalam beberapa minyak esensial. Pengawet
antimikroba, desinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, agen penstabil, water-
miscible cosolvent. Propilenglikol tidak kompatibel dengan reagen pengoksidasi
seperti kalium permanganate (Rowe et al., 2009).
3. Mentol
Mentol rasemat adalah campuran dari bagian yang sama dari (1R, 2S, 5R)
dan (1S, 2R, 5S) -isomers mentol. Mentol bersifat mengalir bebas atau bubuk kristal
aglomerasi, tidak berwarna, prismatik, kristal mengkilap acicular, massa heksagonal
dengan bau yang khas dan rasa yang kuat. Bentuk kristal dapat berubah karena
sublimasi dalam wadah tertutup. Mentol tidak kompatibel dengan butil kloral hidrat,
kamper, kloralhidrat, trioksida kromium, b-naftol, fenol, kalium permanganate,
pirogalol, resorsinol, dan timol. Formulasi yang mengandung 1% b/b mentol dalam
krim berair dilaporkan memiliki kstabilan hingga 18 bulan bila disimpan pada suhu
ruangan. Mentol harus disimpan dalam wadah yang tertutup pada temperatur tidak
melebihi 25C, karena mudah tersublimasi.
Mentol banyak digunakan dalam obat-obatan dan produk perlengkapan mandi
sebagai agen penambah rasa atau penambah aroma. Mentol juga memiliki
karakteristik peppermint, l-mentol, yang terjadi secara alami memberikan rasa dingin
atau sensasi menyegarkan yang dimanfaatkan dalam berbagai sediaan topikal.
Saat digunakan untuk penambah rasa pada tablet, mentol umumnya dilarutkan
dalam etanol (95%) dan disemprotkan ke granul tablet dan tidak digunakan sebagai
eksipien padat. Mentol telah diteliti dapat meningkatkan penetrasi di kulit dan juga
digunakan dalam parfum, produk tembakau, permen karet dan sebagai agen
terapeutik. Bila diaplikasikan pada kulit, mentol melebarkan pembuluh darah,
menyebabkan sensasi dingin diikuti oleh efek analgesik. Mentol dapat mengurangi
gatal dan digunakan dalam krim, lotion, dan salep. Ketika diberikan secara oral dalam
dosis kecil mentol berguna sebagai karminatif (Rowe et al., 2009).

2.4 Mekanisme Zat Aktif dan Zat Tambahan


Secara struktural, kulit terdiri dari dua bagian utama; bagian luar, lapisan tipis disebut
epidermis dan bagian dalam yang lebih tebal disebut dermis. Epidermis terdiri dari sel yang
morfologi dan fungsinya berubah secara berkelanjutan dari basal ke permukaan lebih atas.
Kerja ini telah difokuskan pada pembelajaran struktur dari stratum corneum yang terdiri dari
sel mati yang rata (corneocyte), yang mana terisi oleh keratin sepenuhnya. Area antara sel
terisi dengan lipid, yang membentuk fase lamellar sebagai pembentuk barrier alami kulit.
Lipid ini hanya terdiri dari 1% stratum corneum dan SRS penting untuk mempelajarinya
dengan skala waktu yang masuk akal. Komposisi lipid juga berubah sepanjang epidermis,
dengan stratum corneum disusun terutama oleh asam lemak bebas, kolesterol dan ceramides.
Transdermal patch atau plester transdermal atau plester kulit adalah plester adesif
yang mengandung obat yang ditempatkan pada kulit untuk menghantarkan dosis pelepasan
obat berdasarkan waktu melalui kulit dan ke dalam aliran darah. Plester transdermal
digunakan untuk menghantarkan sediaan farmasi dengan variasi luas.
Proses Difusi dari zat aktif obat ketika melewati stratum korneum terbagi menjadi dua
yaitu Rute Transseluller tanpa melewati pori-pori dari kulit dan langsung berdifusi masuk
kedalam kulit karena adanya suatu membran yang membantu dalam proses penetrasi
sedangkan Rute Intraceluller harus melewati pori-pori karena zat aktif menyatu dengan
matriks bersifat hidrofilik.

2.5 Alasan Pemilihan Zat Tambahan


Formulasi sediaan patch transdermal harus dapat diterima untuk aplikasi pada kulit,
stabilsecara fisika kimia, dan kombinasi formulasi yang sesuai untuk tujuan terapetik (Padula,
etal.,2007; Vasilevet al.,2001; Williams, 2003).
Pada sistem ini, obat di dalam eksipien seperti polimer, plasticizer, permeation
enhancer dan perekat diformulasikan menjadi satu, yang kemudian dibiarkan mengering
hingga membentuk matrik. Selanjutnya, matrik ditempelkan pada backing layer
(Venkantraman et al., 2002). Pembuatan patch dengan sistem matrik akan memberikan hasil
patch yang tipis sehingga nyaman digunakan. Untuk itu, peneliti menggunakan sistem matrik
dalam penelitian ini.
Efektivitas suatu patch tidak hanya ditentukan oleh zat aktifnya saja tetapi juga
dipengaruhi oleh komponen bahan tambahan yang digunakan, seperti plasticizer dan
permeation enhancer. Plasticizer ditambahkan ke dalam suatu polimer untuk memodifikasi
karakter fisik patch. Plasticizer dapat mengubah viskoelastik patch dimana patch akan
menjadi lebih lembut, lebih lentur, dan dapat tahan terhadap tahanan mekanik (Bharkatiya et
al., 2010). Adapun plasticizer yang dapat digunakan adalah propilenglikol. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Bharkatiya et al., (2010) konsentrasi propilenglikol yang dapat
digunakan sebagai plasticizer adalah sebesar 40%. Penggunaan propilenglikol dengan
konsentrasi 40% menghasilkan patch dengan daya tarik tinggi yaitu sebesar 37,76 %.
Permeation enhancer adalah eksipien yang ditambahkan ke dalam matrik patch yang
berfungsi untuk meningkatkan kemampuan penetrasi obat ke dalam kulit. Salah satu bahan
yang dapat digunakan sebagai permeation enhancer adalah mentol. Penambahan mentol
dalam formulasi patch ini dapat membantu kelarutan dari bahan aktif (Fox et al, 2011).

2.7 Target Distribusi Zat Aktif dan Zat Tambahan

2.7 Eliminasi dan Ekskresi


a. Eliminasi

b. Ekskresi
Kulit berfungsi sebagai organ pembuang kotoran, keringat yang mengandung
zat-zat yang tidak berguna atau sisa metabolisme dalam tubuh, misalnya Natrium
klorida, urea, asam urat, amonnia, dan sedikit lemak (Primadiati, 2001).
2.8 Rincian Total Biaya Produksi

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp.)


1 Biaya Peralatan Penunjang 4.000.000
2 Biaya Bahan Habis Pakai 2.000.000
3 Biaya Lain-lain 2.000.000
TOTAL KESELURUHAN 5.000.000
BAB III

3.1 Cara Kerja sehingga jadi Obat yang Baru


Metode yang digunakan adalah matriks. Tipe matriks menggunakan suatu
matriks hidrofilik atau hidrofobik untuk menahan senyawa aktif dalam patch itu
sendiri sebelum digunakan dan tidak memiliki lapisan revervoir karena telah menyatu
dengan matriks.
3.2 Gambar Produk dengan Keterangan dan HET
DAFTAR PUSTAKA

You might also like