You are on page 1of 15

REAKSI KIMIA PADA

SIKLUS LOGAM TEMBAGA

1. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari perubahan kimia yang terjadi pada siklus logam Cu
2. Mempelajari stoikiometri larutan pada siklus logam tembaga

2. Landasan Teori

Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan antara bahan
senyawa kimia. Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat dalam reaksi
disebut sebagai reaktan. Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan
kimiawi, dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-
ciri yang berbeda dari reaktan. Secara klasik, reaksi kimia melibatkan perubahan yang
melibatkan pergerakan elektron dalam pembentukan dan pemutusan ikatan kimia,
walaupun pada dasarnya konsep umum reaksi kimia juga dapat diterapkan pada
transformasi partikel-partikel elementer seperti pada reaksi nuklir. Menurut hukum
konservasi, bahwa dalam reaksi kimia biasa tidak ada materi yang hilang meskipun
mungkin berubah. Jumlah atom dalam pereaksi harus tetap sama dengan yang
dihasilkan, betapa pun atom-atom itu berubah untuk membentuk pola molekul yang
baru. Apabila suatu persamaan memenuhi syarat-syarat itu, dapat dikatakan
persamaan itu setimbang. Sehingga, agar reaksi antara Hg dan O di atas menjadi
persamaan yang setimbang, maka persamaannya menjadi 2HgO 2Hg + O2

Cara membaca persamaan reaksi kimia di atas adalah : 2 molekul merkuri


oksida (HgO) yang terdiri darisatu atom merkuri (Hg) dan satu atom oksigen (O)
menghasilkan dua molekul merkuri (Hg) yang masing-masing terdiri atas satu atom
merkuri (Hg), dan satu molekul oksigen (O2) yang terdiri atas dua atom oksigen (O2).

Angka 2 di depan lambang Hg menyatakan jumlah molekul, bukan jumlah atom.


Sementara untuk menyatakan jumlah atom ditulis di belakang bawah lambang reaksi.
Ciri-ciri Terjadinya Reaksi Kimia :

1. Terbentuknya gelembung gas.

Gas yang diproduksi dalam reaksi kimia terkadang menyebabkan terbentuknya


gelembung. Gelembung bisa muncul dari pemanasan suatu cairan atau pembentukan
gas dalam cairan. Kedua kejadian ini merupakan reaksi kimia yang umum terjadi.

2. Terbentuknya Endapan.

Ketika mencampurkan dua zat yang larut dalam pelarut, kemudian terbentuk
padatan di bagian bawah larutan, ini menandakan terjadinya reaksi kimia dalam
larutan tersebut. Pembentukan endapan ini terkadang berupa partikel yang sangat
kecil (mikro) yang melayang-layang dalam larutan sehingga tidak kasat mata. Untuk
memastikannya kamu bisa meyenterkan cahaya pada larutan tersebut. Fenomena ini
dikenal dengan nama Efek Brown (Brown Effect)

3. Terjadinya Perubahan Warna.

Beberapa senyawa kimia memiliki kecenderungan untuk menyerap dan


memancarkan warna. Kemampuan menyerap dan memancarkan warna ini sangat
spesifik untuk beberapa zat. Sehingga ketika terjadi perubahan (konversi) zat dari
reaktan menjadi produk (senyawa baru) maka akan terjadi perubahan warna. Bisa saja
dari dua reaktan yang tidak berwarna akan menghasilkan produk senyawa berwarna,
atau dari reaktan yang berwarna membentuk produk yang tidak berwarna. Kejadian
ini menunjukkan terjadinya perubahan kimia (Reaksi Kimia).

4. Perubahan Temperatur.

Setiap senyawa kimia memiliki energi dalam. Energi dalam ini merupakan energi
ikatan kimia dalam sebuah senyawa. Pemutusan ikatan memerlukan energi,
sedangkan pembentukan ikatan kimia melepaskan energi. Ketika reaksi kimia yang
terjadi melibatakan lebih banyak pembentukan ikatan kimia daripada pemutusan
ikatan kimia, maka energi akan berlebih dan dilepaskan sebagai panas dan temperatur
naik. Namun jika reaksi kimia melibatkan lebih banyak pemutusan ikatan
dibandingkan pembentukan ikatan, maka energi akan kurang dan diserap dari
lingkungan menyebabkan dingin dan penurunan temperatur.

5. Pemancaran Cahaya.

Reaksi kimia terkadang melepaskan energi dalam bentuk cahaya. Contoh reaksi
kimia ini ialah pada kunang-kunang yang memancarkan cahaya ketika malam.

6. Terjadi Perubahan Volume.

Ketika suatu senyawa baru (produk) terbentuk, maka senyawa reaktan akan
berkurang secara drastis. Pembentukan senyawa baru dan pengurangan reaktan ini
dapat menyebabkan terjadinya perubahan densitas yang drastis sehingga Volume
berubah.

7. Perubahan Konduktivitas.

Beberapa reaksi kimia daapat menghasilkan atau mengubah ion menjadi senyawa
lain. Hal ini akan berpengaruh kepada perubahan konduktivitas dari suatu sistem.

8. Terjadi perubahan Bau.

Beberapa senyawa kimia (seperti amoniak) memiliki bau yang menyengat. Maka
pembentukan amoniak atau senyawa berbau lainnya akan menyebabkan terjadinya
perubahan bau pada sistem.

9. Perubahan Rasa

Senyawa kimia yang memiliki rasa tertentu akan mengakibatkan perubahan rasa
ketika bereaksi. Ini dapat dengan mudah diamati ketika kita merebus ubi, awalnya
rasa ubi tidak terlalu manis, kemudian setelah direbus akan terbentuk glukosa yang
memiliki rasa manis.
10. Terjadi perubahan Titik Didih dan Titik Beku.

Umumnya hal ini terjadi pada kristal. Untuk mengetahui sebuah kristal telah
bereaksi atau belum, dapat menggunakan titik didih dan titik bekunya.

Bidang kimia yang mepelajari aspek-aspek kuantitatif unsur dalam suatu


peristiwa atau reaksi disebut STOIKIOMETRI (bahasa Yunani : Stoichea = unsur,
metrain = mengukur), jadi Stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut
hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi kimia. Pada persamaan reaksi
kimia berlaku Hukum Kekekalan Massa, yang dikemukakan oleh Lavoise. Pada
tahun 1774 ia melakukan penelitian dengan memanaskan timah dengan oksigen dalam
wadah tertutup. Dengan mengamati secara teliti, ia berhasil membuktikan bahwa
dalam reaksi kimia itu tidak terjadi perubahan massa. Hukum Kekekalan Massa it
menyatakan bahwa setiap reaksi kimia, massa zat-zat setelah bereaksi adalah sama
dengan zat sebelum reaksi.
Dalam mereaksikan suatu zat, diperlukan juga adanya ketelitian dalam
menghitung banyaknya suatu zat yang akan direaksikan. Dalam percobaan kali ini
harus ditentukan berapa mol Cu dan volume HNO3 yang digunakan agar reaksi dapat
berlangsung. Konsep mol digunakan untuk menyatakan jumlah zat yang bereaksi.
Secara umum mol merupakan satuan jumah zat yang menyatakan jumlah partikel zat
yang sangat besar. Dimana 1 mol adalah banyaknya zat yang mengandung jumlah
partikel yang sama dengan jumlah atom yang terdapat dalam 12 gram C-12, yaitu
6,02 x 1023.

Kemolalan atau molalitas adalah banyaknya mol zat terlarut dalam kg zat pelarut.
Massa satu mol zat sama dengan mass atom relatif/massa molekul relative dalam
gram. Rumus mol suatu unsur/senyawa dirumuskan sebagai berikut.

m
Ar
Untuk unsur : n = atau m = n x Ar

m
Untuk senyawa : n = Mr atay m = n x Mr
Keterangan: n = mol uns r/senyawa
u

m = massa unsur/senyawa

Ar = massa atom relative

Mr =massa molekul relative

Volume merupakan ukuran besarnya ruang yang ditempati oleh suatu zat yang
dilambangkan (V) dengan satuan liter (L). Avogadro menyatakan bahwa volume
setiap mol gas pada suhu (273K) dan tekanan 1 atm (76 cmHg) mempunyai volume
22,4 liter. Sehingga kondisi tersebut dinamakan sebagai keadaan standar/STP (Standar
Temperatur and Preassure) yang dituliskan dengan 0oC, 1 atm. Hubungan volume gas
dengan mol dapat dituliskan sebagai berikut.

V
V = n x 22,4 atau n = 22,4

Keterangan : V = volume gas STP

n = mol unsur/senyawa

Volume gas untuk keadaan tidak STP, maka dapat dihitung dengan menggunakan
rumus.

PV = n . R . T

Keterangan: P = Tekanan gas (atm)

V = Volume gas (liter)

T = Suhu (Kelvin)

n = mol unsur/senyawa

R = Tetapan gas ideal (0,082 L atm mol-1 K-1)


3. Alat dan Bahan

A. Alat :
1. Neraca elektronik
2. Gelas beker
3. Kaca arloji
4. Steambath / alat pemanas
5. Cawan penguap
6. Batang pengaduk (spatula)
7. Gelas ukur
8. Penjepit
9. Pipet tetes
10. Botol semprot

11. Lap dan Tissue

B. Bahan :
1. Tembaga (Cu) 0,21 gram
2. Larutan HNO3 4 M
3. Larutan NaOH 1 M
4. Air suling
5. Larutan H2SO4 2 M
6. Fe dalam bentuk serbuk

4. Cara Kerja
Untuk mengamati peristiwa kimia yang terjadi akan kita gunakan
sepotong kecil logam Cu. Disini Cu yang saya gunakan yaitu potongan-
potongan kabel. Adapula serangkaian cara kerja dalam percobaan ini yaitu :

Langkah 1 : Reaksi Logam Cu dan Asam Nitrat

Ditimbang dengan teliti seberat 0,21 gram logam Cu, kemudian dimasukan logam
Cu ke dalam gelas kimia 250 ml. Dihitung HNO 3 yang diperlukan menggunakan
persamaan reaksi antara logam Cu dan asam nitrat. Diambil larutan HNO 3 4 M
dengan gelas ukur dan pipet tetes. Dituang larutan HNO3 yang sudah diukur ke dalam
gelas kimia 250 ml yang berisi logam Cu (kerjakan dalam lemari asam, karena gas
yang terbentuk beracun). Ditutup galas kimia dengan kaca arloji. Diamati perubahan
yang terjadi pada logam Cu dan asam nitrat

Langkah 2 : Penambahan Larutan NaOH

Dihitung NaOH 1 M yang diperlukan. Diambil NaOH 1 M yang di perlukan


dengan gelas ukur dan pipet tetes. Dibuka tutup gelas kimia. Dituang larutan NaOH 1
M ke dalam gelas kimia dari langkah 1. Saat dituang larutan NaOH l ke dalam gelas
kimia, larutan sambil diaduk dengan batang pengaduk. Diamati perubahan yang
terjadi dalam proses ini.

Langkah 3 : Pemanasan

Diambil air suling sebanyak 50 ml. Ditambahkan air suling ke dalam gelas kimia
dari langkah 2. Dipanaskan gelas kimia beserta isinya dengan kompor listrik, dimana
selama pemanasan larutan diaduk secara perlahan-lahan. Dilanjutkan pemanasan
hingga mendidih serta tidak terjadi perubahan yang dapat teramati lagi. Dikeluarkan
batang pengaduk dari larutan, disemprot dengan aquades untuk melepas partikel yang
melekat. Kemudian dibiarkan gelas kimia dan isinya dingin selama kurang lebih 5
menit. Dituangkan cairan bening dalam gelas kimia ke dalam gelas kimia yang lain
(dekantasi). (Hati-hati agar padatan yang ada tidak ikut terbuang). Dicuci/dekantasi
padatan dalam gelas kimia dengan penambahan 50 ml air suling, kemudian biarkan
zat padat kembali mengendap. Dilanjutkan dekantasi lagi. Diulangi proses
pencucian/dekantasi dengan air suling. Disimpan hasil langkah 3 untuk langkah
berikutnya.

Langkah 4 : Penambahan Larutan H2SO4

Dihitung larutan H2SO4 yang diperlukan dengan persamaan reaksi. Diambil


larutan H2SO4 yang diperlukan dengan gelas ukur dan pipet tetes. Ditambahkan
larutan H2SO4 ke dalam gelas kimia dari langkah sebelumnya, diaduk sampai tidak
terlihat perubahan yang dapat diamati lagi. Disimpan larutan untuk langkah
berikutnya.
Langkah 5 : Penambahan logam Fe

Dihitung logam Fe yang diperlukan dengan persamaan reaksi. Diambil serbuk


logam Fe menggunakan kaca arloji. Ditambahkan serbuk logam Fe ke dalam gelas
kimia dari langkah sebelumnya. Kemudian ditutup gelas kimia dengan kaca
arloji.Sesekali digoyang gelas kimia tersebut. Dibiarkan reaksi kimia berlangsung
hingga Fe habis bereaksi. Ini bisa dilihat dari tidak timbulnya gas lagi. Disimpan hasil
ini untuk percobaan berikutnya.

Langkah 6 : Mendapatkan Cu kembali (Recovery Cu)

Didekantasi cairan bening dalam gelas kimia dari padatannya. Dicuci/dekantasi


hasil dengan 50 ml air suling, biarkan padatan mengendap. Kemudian dekantasi
kembali. Diulangi pencucian/proses dekantasi (dua kali). Ditimbang dengan teliti
cawan penguap yang bersih. Catat massanya. Dituangkan padatan dalam gelas kimia
ke dalam cawan penguap. Kemudian dikeringkan hasilnya dengan memanaskan
cawan penguap ini di atas steambath. Ditimbang cawan penguap beserta isinya dan
catat massanya. (Kerjakan dengan hati-hati agar tidak terlalu banyak air yang
digunakan untuk memindahkan sisa padatan yang melekat pada alat yang digunakan).
Dihitung massa Cu. Kemudian hitung rendemennya.

5. Hasil Pengamatan
Langkah I : Reaksi Antara Logam Cu dan Asam Nitrat
1. Logam Cu :
Wujud : Padatan
Bentuk : Potongan kecil atau lempengan kecil
Warna : Kuning kemerahan
Massa : 0,21 gram

2. Larutan HNO3 :
Wujud : Cair
Bentuk : Larutan
Warna : Bening
Volume : 2 ml

3. 3Cu + 8HNO3 3Cu (NO3)2 + 2HNO + 4H2O


Menghasilkan :
- Gelembung gas berwarna kuning kecoklatan
- Adanya bau menyengat
- Perubahan warna logam Cu menjadi putih disekitar logam terdapat
gelembung gas
- Warna larutan menjadi biru

Langkah II : Penambahan Larutan NaOH


1. Larutan NaOH :
Wujud : Cair
Bentuk : Larutan
Warna : Bening
Volume : 18 ml

2. Cu(NO3)2 + 2NaOH Cu(OH)2 + 2NaNO3


Menghasilkan :
- Perubahan warna dari biru terang penjadi biru pekat disertai dengan busa,
gelembung udara dan larutan lebih padat.

- Timbulnya endapan

- Suhu terasa hangat

- Zat yang bereaksi telah terlarut

Langkah III : Pemanasan

1. Larutan Cu(OH)2 setelah ditambah dengan air suling :


Wujud : Cair
Bentuk : Ada endapan
Warna : Biru pekat
Volume : 50 ml

2. Pemanasan larutan Cu(OH)2


Cu(OH)2 CuO + H2O
Menghasilkan:
- Timbulnya bau
- Perubahan warna ( hitam pekat setelah mendidih )
- Adanya endapan berwarna hitam
- Suhu menjadi panas karena adanya proses pemanasan
- Logam Cu pada akhir langkah ini yaitu sebagai endapan

3. Setelah didinginkan timbul endapan yang merupakan CuO. Ada cairan bening
diatas CuO yang merupakan H2O.

Langkah IV : Penambahan Larutan H2SO4

1. Larutan H2SO4 :
Wujud : Cair
Bentuk : Larutan
Warna : Bening
Volume : 3 ml

2. CuO + H2SO4 CuSO4 + H2O


Menghasilkan:
- Adanya perubahan warna endapan yang semula berwarna hitam menjadi
warna biru.
- Zat yang bereaksi telah habis larut.

Langkah V : Penambahan Logam Fe

1. Logam Fe :
Wujud : Padatan
Bentuk : Serbuk halus
Warna : Abu-abu
Massa : 0,21 gram

2. CuSO4 + Fe FeSO4 + Cu
-Perubahan warna menjadi hijau tua yang merupakan wujud dari FeSO4
-Terdapat endapan Cu berwarna coklat kehitaman
-Tidak ada gelembung gas

Langkah VI :

1. Padatan Cu diperoleh setelah dipanaskan di dalam steambath


2. Padatan Cu berwarna merah bata dengan bentuk berupa serbuk

6. Perhitungan

Langkah I : Reaksi Antara Logam Cu dan Asam Nitrat

Cu Cu2+ + 2e- x3

4H + 3e- + NO3- NO + 2H2O x2

3Cu 3Cu2+ + 6e-

8H+ + 6e- + 2NO3-2NO + 4H2O

3Cu+ 8H+ + 2NO3-3Cu2+ + 2NO + 4H2O

3Cu + 8HNO33Cu(NO3)2+ 2NO + 4H2O

Dik :
Logam Cu = 0,21 gram

HNO3 = 4 M

gram 0,21
Mol Cu = Ar = 63,5

= 0,003 mol

8
Mol HNO3 = 3 x 0,003

= 0,008 mol

n
c= v

0,008 0,008
4= V V = 4 = 2 ml

Langkah II : Penambahan Larutan NaOH

Berikut adalah reaksinya :


Cu(NO3)2 + 2NaOH Cu(OH)2 + 2NaNO3
1 : 2 : 1 : 2

Keterangan :

3
mol Cu = mol Cu(NO3)2 = 3 x 0,003 = 0,003 mol

2
mol NaOH = 1 x 0,003 = 0,006 mol
Dengan 1M NaOH yang ada, maka volume NaOH yang dibutuhkan untuk
dicampurkan kedalam Cu(NO3)2 adalah :

mol
M= V

0,006
1= V V = 0,006 L = 6 ml (untuk volume asli)
Karena pada percobaan ini reaksi tidak terjadi sempurna maka ditambahkan
kembali larutan NaOH sebanyak 18 ml sehingga : Volume = 6 + 18 = 24 ml

Langkah III : Pemanasan

Cu(OH)2 CuO + H2O


Dengan hasil :
Cu(OH)2 = Berwarna biru pekat dan mengendap
CuO = Setelah dipanaskan berwarna hitam pekat dan mengendap
H2O = Cairan yang berwarna putih bening

Langkah IV : Penambahan Larutan H2SO4

Larutan asam sulfat adalah larutan yang berwarna bening. Asam sulfat
merupakan bahan baku untuk membuat senyawa senyawa sulfat.
Kegunaannya : elektrolit pada aki kendaraan bermotor, proses pembuatan minyak
bumi, pembuatan berbagai produk industri. Pada percobaan keempat ini
persamaan reaksinya adalah :

CuO + H2SO4 CuSO4 + H2O

1 : 1 : 1 : 1

Dik :

Mol Cu = 0,003 mol

H2SO4 = 2 normalitas

Ekuivalen H2SO4 = 2 H

N = M x ekuivalen H2SO4

2
2=Mx2 M= 2 =1M

Agar CuO terlarut, maka :

n
M= V
0,003
1= V V = 0,003 L = 3 ml

Jadi penambahan H2SO4 ke dalam CuO adalah 3 ml.

Langkah V : Penambahan Logam Fe

Seng (Zn) merupakan unsur transisi periode keempat. Bilangan oksidasi


dari unsur Zn hanya +2, logam Zn memiliki titik leleh cukup rendah dan tidak
bersifat katalis. Persamaan reaksinya adalah :

CuSO4 + Zn ZnSO4 + Cu

Langkah VI : Mendapatkan Cu kembali (Recovery Cu)

Untuk mendapatkan Cu kembali maka setelah dilakukan proses dekantasi


maka dilanjutkan dengan penimbangan :

Cawan penguap yang bersih (berisi label) = 23,77 gram


Cawan penguap beserta isinya (Cu yang sudah kering) = 23,98 gram

Perhitungan massa akhir Cu (dalam %) :


% massa akhir Cu = massa akhir cawan penguap - massa awal cawan penguap / massa
logam Cu x 100%

23,98 23,77
% massa akhir Cu = 0,21 x 100 %

0,21
% massa akhir Cu = 0,21 x 100% = 100 %

7. Pembahasan
Percobaan tentang siklus Cu menggunakan beberapa zat yang berfungsi
untuk mengetahui adanya perubahan kimia yaitu logam Cu, larutan HNO3,
larutan NaOH, larutan H2SO4, dan logam Zn.
Percobaan pertama menggunakan logam Cu yag dipotong kecil-kecil dan
larutan HNO3. Adapun persamaaan reaksinya yaitu :
3Cu + 8HNO3 3Cu(NO3)2 + 2HNO + H2O.
Pada percobaan pertama, volume larutan HNO 3 4M yang digunakan
adalah 2 ml tetapi belum terjadi reaksi sehingga ditambah 1 ml lagi dan terjadi
suatu reaksi yang ditandai dengan meleburnya logam Cu oleh larutan HNO 3
dan terjadi perubahan warna pada larutan yang awalnya bening menjadi biru
serta menimbulkan bau yang berbeda dan gas berwarna kecoklatan di gelas
beaker.
Pada percobaan kedua, larutan ditambahkan NaOH. Adapun persamaan
reaksinya yaitu : Cu(NO3)2 + 2NaOH Cu(OH)2 + 2NaNO3
Volume NaOH yang digunakan adalah 18 ml yang kemudian dituangkan
sambil diaduk hingga terjadi reaksi. Perubahan yang terjadi pada larutan yang
awalnya berwarna biru bening menjadi biru pekat dengan peningkatan suhu
serta terbentuknya endapan.
Pada percobaan ketiga dilakukan pemanasan pada larutan dengan
menambahkan 50 ml air suling sambil diaduk hingga terjadi perubahan yang
dapat diamati. Adapun persamaan reaksinya yaitu : Cu(OH)2 CuO + H2O.
Dalam proses pemanasan terjadi perubahan pada larutan yang awalnya
berwarna biru pekat menjadi hitam dan adanya endapan yang terbentuk.
Setelah pemanasan, dilakukan dekantasi larutan sebanyak 2 kali.
Pada percobaan keempat dilakukan penambahan larutan H2SO4. Adapun
persamaan reaksinya yaitu : CuO + H2SO4 CuSO4 + H2O. Larutan H2SO4
yang digunakan sebanyak 3 ml dan sambil diaduk ketika menuangkan. Pada
percobaan ini terjadi perubahan pada endapan yang mulanya berwarna hitam
dan berbentuk endapan menjadi larut dan berwarna biru bening seperti semula
tanpa endapan.
Pada percobaan kelima ditambahkan logam Zn. Adapun persamaan
reaksinya yaitu CuSO4 + Zn Cu + ZnSO 4. Logam Zn dimasukkan kedalam
larutan hingga bereaksi. Perubahan yang terjadi adalah pada larutan yang
mulanya tidak terdapat endapan menjadi ada endapan berwarna merah bata
serta bau yang berbeda. Namun, dalam percobaan ini logam Zn tidak habis
bereaksi.
Pada percobaan terakhir dilakukan untuk mendapatkan Cu kembali
(Recovery Cu). Pada percobaan ini dilakukan dekantasi larutan sebanyak 4
kali dan dilakukan pemanasan endapan Cu menggunakan cawan penguap yang
telah ditimbang terlebih dahulu. Setelah itu, dilakukan perhitungan massa dan
rendemen endapan Cu yang sudah dikeringkan. Perhitungan yang diperoleh
dari massa logam Cu adalah sebanyak 0,21 gram dan rendemannya sebesar
100%. Sehingga dapat diketahui bahwa banyak logam Cu saat dekantasi tidak
ada yang ikut terbuang bersama larutan.
8. Kesimpulan
a. Dalam percobaan tentang beberapa reaksi kimia dengan menggunakan siklus
tembaga (Cu) maka dapat diperoleh kesimpulan tentang beberapa peristiwa
yang menandakan berlangsungnya suatu reaksi kimia, yakni :
Habisnya zat yang bereaksi
Timbulnya gas
Terjadinya perubahan warna larutan
Timbulnya endapan
Terciumnya bau yang baru
b. Pada perubahan atau reaksi kimia berlaku hukum kekekalan massa yang
dikemukakan oleh LAVOISIER yakni massa zat sebelum reaksi sama atau
tetap dengan massa sesudah reaksi.Karena proses dekantasi yang tidak
sempurna maka logam Cu sedikit mengalami kekurangan.
c. Perhitungan zat zat yang terlibat dalam reaksi menggunakan konsep
STOIKIOMETRI.

DAFTAR PUSTAKA

Staf Kimia Dasar.2016.Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Jurusan Kimia FMIPA,


Universitas Udayana : Bukit Jimbaran, Bali.

Admin. 2016. Ciri-Ciri Reaksi yang Paling Sering Terjadi.


http://www.mystupidtheory.com/2015/10/10-ciri-ciri-reaksi-kimia-yang-paling.html.
(Diakses pada tanggal 4-11-2016).

You might also like