Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Imam Nawawi berkata dalam kitab Al-Majmu Syarah Al-Muhadzdzab :
Setiap orang yang shalat, baik imam, makmum, maupun orang yang shalat sendirian, baik
wanita, anak-anak, musafir, shalat fardhu, shalat sunnah, shalat dengan duduk, berbaring
dan sebagainya, dianjurkan membaca doa iftitah setelah takbirotul ihram.
(Al-Majmu Syarah Al-Muhadzdzab 3/593)
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiam antara takbir dan bacaan Al Qur'an." Abu
Zur'ah berkata, Aku mengira Abu Hurairah berkata, 'Berhenti sebentar, lalu aku berkata,
"Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku! Tuan berdiam antara takbir dan bacaan. Apa yang
tuan baca diantaranya?. Beliau bersabda: "Aku membaca; (Ya Allah, jauhkanlah antara aku
dan kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah,
sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah,
cucilah kesalahanku dengan air, salju dan es yang dingin)."
(HR. Bukhari 702; Muslim 940; Abu Dawud 663)
Dari Ali bin Abu Thalib Biasanya apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam shalat, beliau
membaca (do'a iftitah) sebagai berikut:
(Aku hadapkan wajahku kepada Allah, Maha pencipta langit dan bumi dengan keadaan ikhlas
dan tidak mempersekutukanNya. Sesungguhnya shalatku, segala ibadahku, hidupku dan
matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya, dan
karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan berserah diri kepadaNya. Ya Allah,
Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Engkaulah
Tuhanku dan aku adalah hambaMu. Aku telah menzhalimi diriku dan aku mengakui dosa-
dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang
berwenang untuk mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Dan tunjukilah kepadaku
akhlak yang paling bagus. Sesungguhnya tidak ada yang dapat menunjukkannya melainkan
hanya Engkau. Dan jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada
yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau. Labbaik wa sa'daik (Aku patuhi
segala perintahMu, dan aku tolong agamaMu). Segala kebaikan berada di tanganMu.
Sedangkan kejahatan tidak datang daripadaMu. Aku berpegang teguh denganMu dan
kepadaMu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampun dariMu dan aku bertobat
kepadaMu)." (HR. Muslim 1290; Abu Dawud 649; NasaI 887)
Dari Ibnu Umar dia berkata; "Ketika kami shalat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, tiba-tiba seseorang mengucapkan
(Maha Besar Allah, dan segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, dan Maha Suci Allah,
baik waktu pagi dan petang)." Lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya:
"Siapakah yang mengucapkan kalimat tadi?" Seorang sahabat menjawab; "Saya wahai
Rasulullah." Beliau bersabda: "Sungguh aku sangat kagum dengan ucapan tadi, sebab pintu-
pintu langit dibuka karena kalimat itu." Kata Ibnu Umar; "Maka aku tak pernah lagi
meninggalkannya semenjak aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
mengucapkan hal itu." (HR. Muslim 943; Abu Dawud 651; An-NasaI 875)
"Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri untuk shalat malam, beliau bertakbir
dan membaca: (Maha Suci Engkau Ya Allah, aku memuji-Mu, Maha Berkah akan nama-Mu,
Maha Tinggi kekayaan dan kebesaran-Mu, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain
Engkau), " lalu membaca: (Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya), " (HR. Tirmidzi 225)
Dari 'Abdah
bahwa Umar bin al-Khaththab dahulu mengeraskan (bacaan) kalimat-kalimat tersebut. Dia
membaca, Ya Allah, Mahasuci Engkau dan dengan memujimu, Mahaberkah NamaMu,
"Mahaluhur kemuliaanMu, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau.
)(HR. Muslim 606; Abu Dawud 658
Imam Nawawi Asy-SyafiI berkata dalam kitab Al-Majmu Syarah Al-Muhadzdzab : Tentang
bacaan doa iftitah, telah kami sebutkan sebelumnya, bahwa bacaan doa iftitah adalah :
(Al-Majmu Syarah Al-Muhadzdzab 3/601)
[Raudhotuth Thalibin 1/509]
Pendapat Imam Nawawi ini bertentangan dengan dengan pendapat Imam SyafiI dalam kitab
Al-Umm yang penulis kutipkan di atas (pen.)
[Fathul Muin 1/177].
Allah Maha Besar dengan benar-benar Maha Besar. Segala Puji bagi Allah dengan
sebanyak-banyaknya. Dan Allah Maha suci pagi dan sore. Saya menghadapkan muka saya
kepada Tuhan pencipta langit dan bumi dengan rendah hati dan sejujur-jujurnya sebagai
seorang muslim, bukan sebagai seorang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup
dan matiku bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tiada sekutu bagiNya. Begitulah saya
diperintah, dan saya sebahagian dari orang islam (orang-orang yang berserah diri)
Kemudian ia membaca :
Maha suci Engkau ya Allah dan dengan segala puji-Mu. Maha suci namaNya, maha Tinggi
kemuliaanMu dan Maha besar PujianMu, dan tidak ada Tuhan selainMu
(HR. Abu Dawud 775 , Tirmidzi, Hakim dari Aisyah)
[Ihya Ulumiddin 1, hal. 508-509]
Pendapat Imam Ghazali ini berbeda dengan pendapat Imam SyafiI dalam kitab Al-Umm
yang penulis kutipkan di atas (pen.)