Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan yang bersifat zoonosis (menular
ke manusia). Lebih dari 55.000 kasus rabies pada manusia dilaporkan setiap tahun di dunia .
Rabies disebabkan oleh virus rabies, dari genus Lyssavirus, memiliki ukuran
diameter 75 nm dan panjang 180 nm. Virus rabies dikeluarkan bersama air liur hewan yang
terinfeksi dan ditularkan melalui gigitan, cakaran atau melalui kulit yang terluka. Kasus klinis
rabies pada hewan maupun manusia selalu berakhir dengan kematian. Penyakit Rabies
menimbulkan dampak psikologis seperti kepanikan, kegelisahan, kekhawatiran, kesakitan dan
ketidaknyamanan pada orang-orang yang terpapar. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan pada
daerah tertular terjadi karena biaya penyidikan, pengendalian yang tinggi, serta tingginya biaya
post-exposure treatment.Disamping itu, kerugian akibat pembatalan kunjungan wisatawan,
terutama di daerah yang menjadi tujuan wisata, seperti Kota Tomohon, dapat saja terjadi jika
tingkat kejadian rabies sangat tinggi.
2. Tujuan
a. Tidak adanya kasus kematian karena rabies
b. Menurunnya kasus gigitan hewan penular rabies
c. Terlaksanannya penenangganan pasien gigitan hewan penular rabies
sesuai standar.
BAB II
Tatalaksana Rabies
1. Rabies atau dikenal degan penyakit anjing gila adalah penyakit infeksi yang
bersifat akut pada susunan saraf.
2. Pada hewan, penyakit Rabies dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu bentuk diam/tenang (Dumb
Rabies) dan bentuk ganas (Furious Rabies).
Tanda tanda Rabies bentuk diam/tenang (Dumb Rabies) :
a. Suka bersembunyi di tempat yang gelap dan sejuk
b. Terjadi kelumpuhan tubuh, hewan tidak dapat mengunyah dan menelan makanan, rahang
bawah tidak dapat dikatupkan dan air liur menetes berlebihan
c. Kejang berlangsung singkat dan kadang sering tidak terlihat
d. Tidak ada keinginan menyerang atau mengigit, kematian akan terjadi dalam beberapa
jam.
a. Hewan menjadi tidak ramah, agresif dan tidak lagi menurut pemiliknya
b. Air liur keluar berlebihan, nafsu makan hilang, suara menjadi parau
c. Menyerang dan menggigit apa saja yang dijumpai
d. Bila berdiri sikapnya kaku, ekor dilengkungkan ke bawah perut diantara kedua paha
belakangnya
e. Anak anjing menjadi lebih lincah dan suka bermain, tetapi bila dipegang akan menggigit
dan menjadi ganas dalam beberapa jam
f. Kejang-kejang kemudian lumpuh, biasanya mati setelah 4-7 hari timbul gejala atau paling
lama 12 hari setelah penggigitan.
a. Stadium permulaan rabies sulit diketahui, sehingga perlu diperhatikan riwayat gigitan
hewan penular rabies seperti anjing, kucing dan kera
b. Timbul gejala-gejala lesu, nafsu makan hilang, mual, demam tinggi, sakit kepala, dan
tidak bisa tidur
c. Rasa nyeri di tempat bekas luka gigitan dan nampak kesakitan serta menjadi gugup,
bicara tidak karuan, dan selalu ingin bergerak
d. Rasa takut pada air yang berlebihan, peka suara keras dan cahaya serta udara
e. Air liur dan air mata keluar berlebihan, pupil mata membesar
4. Cara penularan
Semua hewan berdarah panas rentan terhadap rabies serta berpotensi menularkan rabies
pada manusia. Hewan-hewan yang biasa menyebarkan penyakit rabies adalah anjing, kucing,
kera. Lebih dari 90% kasus rabies pada manusia ditularkan oleh anjing.
Pada hewan penderita Rabies, virus terdapat di susunan syaraf pusat dan ditemukan
dengan jumlah banyak pada air liurnya. Virus ditularkan ke hewan lain atau ke manusia melalui
luka gigitan hewan penderita rabies dan luka yang terkena air liur hewan atau manusia penderita
rabies.
Masa inkubasi penyakit Rabies pada hewan timbul kurang lebih 2 minggu (10-14 hari)
setelah gigitan hewan rabies. Sedangkan pada manusia 2-3 minggu sampai 1 tahun, tergantung
pada lokasi luka gigitan (jauh dekatnya luka dengan susunan syaraf pusat), banyaknya syaraf
pada sekitar luka gigitan, pathogenitas dan jumlah virus yang masuk melalui luka gigitan, jumlah
luka gigitan, serta dalam dan parahnya luka bekas gigitan
Seseorang yang digigit hewan penderita rabies penanganan yang dilakukan harus ditangani
dengan secepat dan sesegera mungkin, hal tersebut bertujuan untuk mengurangi efek maupun
mematikan virus rabies yang masuk ke tubuh melalui luka gigitan :
a. Usaha yang paling efektif untuk dilakukan adalah dengan segera mencuci luka gigitan
dengan air bersih dan sabun atau deterjen selama 5-10 menit dibawah air
mengalir/diguyur. Lalu keringkan dengan kain yang bersih..
b. Luka diberi antiseptik (obat luka yang tersedia misalnya betadine, obat merah, alkohol
70%) lalu dibalut dengan pembalut yang bersih.
c. Penderita luka gigitan harus segera dibawa ke dokter, puskesmas atau rumah sakit yang
terdekat untuk mendapatkan pengobatan sementara maupun perawatan lebih lanjut,
sambil menunggu hasil observasi hewan tersangka rabies.
d. Walaupun sudah dilakukan pencucian luka gigitan, penderita harus dicuci kembali
lukanya di puskesmas atau rumah sakit.
e. Luka gigitan dibalut longgar dan tidak dibenarkan dijahit, kecuali pada luka yang sangat
parah. Jika keadaan terpaksa dilakukan penjahitan, maka harus diberikan serum anti
rabies (SAR) sesuai dosis, selain itu dipertimbangkan perlu tidaknya pemberian vaksin
anti tetanus, maupun antibiotik dan analgetik.
Hewan hewan yang mengigit manusia dan dicurigai menderita rabies, maka harus diambil
tindakan sebagai berikut :
a. Hewan yang menggigit harus ditangkap dan dilaporkan ke instansi terkait ( Dinas
Peternakan dan Pertanian ) untuk dilakukan observasi dan diperiksa kesehatannya selama
10 14 hari.
b. Jika mati dalam observasi maka kepala anjing tersebut dikirim ke laboratorium untuk
kepastian diagnosa penyebab kematian. Tetapi bila hasil observasi negatif rabies yaitu
hewan tetap hidup, maka hewan divaksinasi anti rabies
c. Hewan pasca observasi dan sudah disuntik rabies, dapat dikembalikan kepada
pemiliknya. Apabila tidak diketahui pemiliknya (hewan liar) maka hewan dapat
dimusnahkan atau diberikan pada orang yang berminat memelihara.
d. Bila hewan yang menggigit sulit ditangkap, maka harus dibunuh dan diambil kepalanya
untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.
e. Bila hewan yang menggigit tidak dapat ditemukan, maka orang yang mengalami gigitan
harus dibawa ke rumah sakit atau puskesmas.
6. Pengobatan
Pada hewan tidak ada pengobatan yang efektif, sehingga apabila hasil diagnosa positif rabies,
diindikasikan mati. Sedangkan pada manusia dapat dilakukan pengobatan Pasteur, pemberian
VAR dan SAR sesuai dengan prosedur standar operasi (SOP).
7. Pencegahan Rabies
Kasus zoonosis yaitu penyakit menular dari hewan ke manusia, cara penanganannya dan
pencegahannya ditujukan pada hewan penularnya. Pada manusia, vaksin rutin diberikan kepada
orang-orang yang pekerja dengan resiko tinggi, seperti dokter hewan, pawang binatang, peneliti
khusus hewan dan lainnya.
Selain itu pencegahan rabies pada hewan dapat dilakukan dengan cara :
a. Memelihara anjing dan hewan lainnya dengan baik dan benar. Jika tidak dipelihara
dengan baik dapat diserahkan ke Dinas Peternakan atau para pecinta hewan.
c. Pada hewan virus rabies dapat ditangkal dengan vaksinasi secara rutin 1-2 kali setahun
tergantung vaksin yang digunakan, ke dinas peternakan, pos kesehatan hewan atau dokter
hewan praktek
d. semua anjing/kucing yang potensial terkena, divaksin setelah umur 12 minggu, lau 12
bulan setelahnya, dilanjutkan dengan tiap 3 tahun dengan vaksin untuk 3 tahun, untuk
kucing harus vaksin inaktif
e. Penangkapan/eliminasi anjing, kucing, dan hewan lain yang berkeliaran di tempat umum
dan dianggap membahayakan manusia.
f. Pengamanan dan pelaporan terhadap kasus gigitan anjing, kucing, dan hewan yang
dicurigai menderita rabies.
i. Setiap hewan yang beresiko rabies harus diikat/dikandangkan dan tidak membiarkan
anjing bebas berkeliaran.
j. Menggunakan rantai pada leher anjing dengan panjang tidak lebih dari 2 meter bila tdak
dikandang atau saat diajak keluar halaman rumah.
l. Daerah yang sudah bebas rabies, harus mencegah masuknya anjing, kucing atau hewan
sejenisnya dari daerah yang tertular rabies.
Kerangka acuan program rabies
A. Pendahuluan
Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan yang bersifat zoonosis (menular
ke manusia). Lebih dari 55.000 kasus rabies pada manusia dilaporkan setiap tahun di dunia .
Rabies disebabkan oleh virus rabies, dari genus Lyssavirus, memiliki ukuran diameter 75 nm
dan panjang 180 nm. Virus rabies dikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi dan
ditularkan melalui gigitan, cakaran atau melalui kulit yang terluka. Kasus klinis rabies pada
hewan maupun manusia selalu berakhir dengan kematian. Penyakit Rabies menimbulkan
dampak psikologis seperti kepanikan, kegelisahan, kekhawatiran, kesakitan dan
ketidaknyamanan pada orang-orang yang terpapar. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan pada
daerah tertular terjadi karena biaya penyidikan, pengendalian yang tinggi, serta tingginya biaya
post-exposure treatment.Disamping itu, kerugian akibat pembatalan kunjungan wisatawan,
terutama di daerah yang menjadi tujuan wisata, seperti Kota Tomohon, dapat saja terjadi jika
tingkat kejadian rabies sangat tinggi
B. Latar belakang
Penyakit rabies masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Sulawesi utara termasuk di kota tomohon dan terutama di wilayah kerja
puskesmas kakaskasen. Berdasarkan data di puskesmas setiap bulan ada
kasus gigitan hewan penular rabies terkadang cenderung meningkat dan
juga ada beberapa kasus gigitan yang anjing/kucing yang mengigit telah
dinyatakan positif rabies berdasarkan pemeriksaan laboratorium, dan pasien-
pasien tersebut harus dilakukan penyuntikan vaksin anti rabies (VAR).
C. Tujuan
1. Tidak adanya kasus kematian karena rabies
2. Menurunnya kasus gigitan hewan penular rabies
3. Terlaksanannya penenangganan pasien gigitan hewan penular rabies
sesuai standar.
D. Kegiatan pokok
1. Melakukan penyuluhan pada individu, keluarga, masyarakat tentang penyakit rabies
2. Mencuci luka pasien gigitan hewan penular rabies
3. Melakukan penyuntikan vaksin anti rabies (VAR) pada pasien gigitan hewan penular
rabies
E. Sasaran
1. Penderita gigitan hewan penular rabies
2. Keluarga penderita
3. Masyarakat
Halaman :