Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
PENDAHULUAN
mata pelajaran / kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan. (pasal 1 ayat
(1) Peraturan Pemerintah nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan)
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik peserta didik
dan mata pelajaran yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber
belajar lainnya; dan melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
Dalam kegiatan elaborasi, guru, antara lain, memfasilitasi peserta didik dalam
secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; dan memfasilitasi peserta didik
balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah
dasar tentang beriman kepada malaikat Allah. Hal ini nampak pada belum
malaikat Allah.
Di sisi lain, pembelajaran yang berpusat pada guru, suasana kelas yang
adalah metode smart game. Metode ini menyajikan materi pembelajaran dengan
dengan karakteristik siswa SD, di mana siswa akan merasakan kegembiraan dalam
B. RUMUSAN MASALAH
smart game dan pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan
C. TUJUAN PTK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bahwa metode smart game dan
D. MANFAAT PTK
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan akan bermanfaat bagi siswa, guru,
maupun sekolah.
a. Bagi siswa
malaikat Allah.
b. Bagi guru
menyenangkan
c. Bagi sekolah
BAB II
KAJIAN TEORI
bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi
dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika,
budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan
akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang
agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang
bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk
menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai,
disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini
tersedia
SWT
sekolah.
; al-Quran dan Hadi, aqidah, akhlak, fiqih, tarikh dan kebudayaan Islam. Pendidikan
manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri dan hubungan manusia dengan
alam sekitarnya.
pembelajaran, istilah ini berarti pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik siswa.
yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (dapat disingkat sersan).
Permainan digunakan untuk penciptaan suasana yang semula pasif menjadi aktif,
kaku menjadi luwes, jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan
belajar dapat dicapai secara efektif dan efisien dalam suasana gembira meskipun
bersemangat saat bermain? Tidak pernah merasa lelah untuk aktivitas satu ini.
Namun ketika tiba giliran belajar, mereka cepat sekali merasa jenuh.
Karena itu, dengan permainan, seorang guru dapat mengetahui gejolak serta
agama, orang tua dianjurkan untuk sering-sering bermain dengan anak. Nabi
anak pula. Dalam arti, hendaklah ia memahami, menjadi sahabat dan teman
dijadikan sebagai bagian dari proses belajar. Permainan dirancang menjadi suatu
aksi / kejadian yang dialami sendiri oleh siswa kemudian dalam proses refleksi,
disimpulkan untuk mendapat hikmah yang mendalam. Inilah yang dimaksud dengan
metode smart game. Smart berarti cerdas dan game berarti permainan. Smart game
adalah permainan yang dirancang sedemikian rupa untuk meningkatkan kecerdasan
anak didik.
Kurniawan dalam bukunya Smart Games for Kids menyebutkan 35 jenis permainan
kecerdasan untuk anak, yaitu : tepuk nama; sebanyak mungkin; mengingat aku;
kekuatan pribadi; menghitung acak; acak gambar; tes tiga menit; cerita berantai;
pesan berantai; pijat palu babat; operasi angka berantai; memilih bangun;
konsentrasi titik; mengurut usia; presentasi kelompok; penjahat dan polisi; gajah,
jerapah, dan pohon kelapa; buah apel; tangan kusut; melewati rintangan kecil;
pesan dari bola; cari tempat; sentuhan suara; tebak batu; sesuatu dari sarung;
4. Siswa melakukan permainan tepuk malaikat antar kelompok dengan model tanya
jawab
MATCH
digunakan guru agar siswa saling membantu dalam mempelajari sesuatu. Oleh
karena itu belajar kooperatif ini juga dinamakan belajar teman sebaya.
Dalam kerjasama di kelas, partisipasi yang diharapkan dari siswa adalah saling
membantu satu sama lain, berdiskusi dan berargumentasi satu sama lain, saling
pembelajaran kooperatif tercipta kerjasama yang baik antar anggota tim, ada
4) Terdapat kegiatan komunikasi tatap muka baik antar anggota dalam kelompok
interaksi positif, sesama siswa dapat saling mengenal, saling menghargai pendapat
melalui adu argumentasi dan belajar menerima hasil evaluasi. Pada akhirnya dapat
bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Model
pembelajaran yang berdimensi sosial dan hubungan antara manusia. Belajar secara
belajar sosial.
berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja
kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang
berikut:
1) Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis
dua tinggal dua tamu. Beberapa teknik pembelajaran kooperatif lainnya, yaitu
dan Jigsaw.
tipe Make a Match. Tipe ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu
keunggulan tipe ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu
konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan, siswa yang dapat
sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan satu bagian kartu jawaban
4) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda
7) Kesimpulan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Kebulen III tahun
Siswa kelas ini memiliki karakteristik yang beragam, baik dari prestasi belajar
besar siswa mengikuti belajar di Madrasah pada sore hari, ada beberapa yang tidak.
2009 sejak bulan Pebruari sampai April 2009. penelitian tindakan kelas dilaksanakan
Malaikat Allah
Malaikat Allah
Siklus III Pertemuan III (Rabu, 1 April 2009) Nama-nama dan Tugas-Tugas
Malaikat Allah
a. OBJEK TINDAKAN
Ada tiga hal yang menjadi objek tindakan dalam penelitian ini, yaitu:
terhadap siswa (observing student), yakni partisipasi dan kreatifitas siswa dalam
pembelajaran.
c. Output (hasil tindakan) berupa respon siswa terhadap pembelajaran dengan metode
permainan dan hasil tes formatif setiap siklus dengan kriteria keberhasilan sebagai
berikut:
60 79.9 % = baik
40 59.9 % = cukup
20 39.9 % = kurang
b. RENCANA KEGIATAN
penggunaan metode smart game dan pembelajaran kooperatif tipe make a match
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam tentang nama-nama dan tugas-tugas
malaikat Allah.
dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart yaitu siklus spiral yang terdiri dari empat
Secara umum alur pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini
observasi, jurnal harian dan hasil evaluasi yang dilakukan sejak awal penelitian (pre
pembelajaran dengan metode smart game dan pembelajaran kooperatif tipe make a
analisis data yang digunakan adalah model alur, yaitu reduksi data, penyajian data
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan setting SDN Kebulen III Jatibarang
menggunakan metode smart game dan pembelajaran kooperatif tipe make a match.
dengan guru kelas, yang membantu pelaksanaan observasi dan refleksi selama
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi) disajikan dalam tiga siklus sebagai
berikut:
Tabel 1
Siklus I (Pertama)
adalah:
1. Dalam model pembelajaran make match, pada siklus ini hanya dilakukan 2 babak,
Allah
2. Dalam model pembelajaran make match, beberapa siswa masih belum memahami
3. Dalam model pembelajaran make match, beberapa siswa enggan bila mendapatkan
soal.
pembelajaran make a match paling tidak dilakukan 5 babak sehingga siswa belajar
secara maksimal. Perbedaan jenis kelamin juga perlu diperhatikan agar partisipasi
siswa dalam pembelajaran selanjutnya lebih maksimal. Persiapan kartu soal dan
jawaban juga perlu diperhatikan agar tidak ada siswa yang tidak mendapatkan
Tabel 2
Siklus II (Kedua)
yaitu;
game dengan permainan tepuk malaikat, ditemukan beberapa siswa yang belum
mencari pasangan antara tugas malaikat Izrail dan Israfil, malaikar Raqib dan Atid,
dan malaikat Ridwan dan Malik. Hal ini sebagai akibat dari hafalan siswa yang
belum sempurna.
Dalam siklus ini, sudah tidak ditemukan lagi adanya keengganan siswa
yang mendapatkan pasangan dengan perbedaan jenis kelamin. Guru juga sudah
saja ditemukan jumlah siswa yang ganjil sehingga dimungkinkan adanya siswa yang
tidak mendapatkan pasangan. Dalam sisklus ini juga permainan make a match
dilakukan dalam 5 babak sehingga siswa belajar lebih maksimal, walaupun ada
beberapa siswa yang mendapatkan kartu yang sama dalam babak berikutnya.
tepuk malaikat.
Tabel 3
Tidak ada kendala berarti dalam siklus III. Hanya beberapa siswa
mencari pasangan antara tugas malaikat Izrail dan Israfil, malaikar Raqib dan Atid,
dan malaikat Ridwan dan Malik. Tetapi dapat diatasi dengan bimbingan guru dalam
(dua) siswa yang tidak mengikuti sama sekali, yaitu siswa S21 dan S39 dan 11
siswa yang tidak mengikuti keseluruhan siklus, yaitu siswa S5, S8, S10, S11, S16,
S17, S18, S20, S22, S23, dan S42. Oleh karena itu peneliti menetapkan subyek
Dari hasil pre tes dan penilaian tes tulis dalam 3 siklus, diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 4
Tabel 5
Dari data tersebut, diketahui bahwa nilai rata-rata pada saat dilakukan pre
tugas-tugas malaikat Allah masih dalam kategori sangat kurang. Sebagian besar
siswa (65.51%) mendapat nilai berkategori sangat kurang, yakni 19 orang, kategori
kurang 6 orang (20.69%), kategori cukup 2 orang (6.90%), kategori baik 0 orang
Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, nilai rata-rata 71.24. Pada siklus I ini
sekali, yakni 11 orang, kategori baik 5 orang (17.24%), kategori cukup 4 orang
(13.80%), kategori kurang 6 orang (20.69%) dan kategori sangat kurang 3 orang
(10.34%). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas berkategori
Pada siklus ini, tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran semakin
meningkat. Sebagian besar siswa mendapat nilai berkategori baik sekali, yakni 14
orang (37.93%) dan berkategori kurang sekali hanya 1 orang (3.45%). Dari data di
atas, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas berkategori baik dan 96.55%
Tingkat pemahaman siswa terhadap materi sangat baik. Nilai rata-rata kelas 89.72.
Sebagian besar siswa mendapat nilai berkategori baik sekali (18 orang, 62.07%),
hanya 1 orang (3.45%). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata
kelas berkategori baik sekali dan 96.55% siswa mendapat nilai berkategori cukup ke
atas. 3.45% (1 orang) siswa yang yang mendapat nilai sangat kurang merupakan
siswa yang belum lancar membaca dan menulis. Dan ini menunjukkan bahwa
Perbandingan persentase perolehan nilai pre tes dan ketiga siklus dapat
positif dan negatif. Kesan positif yaitu respon baik siswa terhadap pembelajaran.
jurnal harian siswa tersebut dapat diperoleh dari data sebagai berikut:
Tabel 6
Kesan Siswa terhadap Pembelajaran dengan Metode Smart Game dan
Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match
Kesan siswa
Kategori SIKLUS SIKLUS SIKLUS
% % %
I II III
POSITIF 29 100 29 100 29 100
BIASA 0 0 0 0 0 0
NEGATIF 0 0 0 0 0 0
Data di atas dapat dikonversikan dalam grafik berikut;
metode smart game dan pembelajaran kooperatif tipe make a match mendapatkan
respon yang positif dari siswa. Rata-rata respon positif siswa dari ketiga siklus
adalah 100 %.
Partisipasi siswa dalam pembelajaran dapat dilihat dari perolehan poin pada
pembelajaran kooperatif tipe make a match. Poin yang dikemukakan di sini hanya
poin pada siklus II dan III yang dilakukan 5 babak. Sedangkan pada pembelajaran
diperbandingkan.
Tabel 7
Dari poin rata-rata siswa pada pembelajaran kooperatif tipe make a match di
atas, dapat disimpulkan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat tinggi.
Pada siklus II, rata-rata poin 91.03 naik menjadi 95.86 pada siklus III.
Format Observasi
Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran
bahwa setelah dilakukan tindakan pada Siklus I, II, dan III dengan menggunakan
metode smart game dan pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat
Allah SWT..
Jika dibandingkan dengan hasil pre test, terjadi peningkatan sangat signifikan
grafik 1. persentase perolehan nilai dan grafik 2. peningkatan nilai rata-rata siswa).
2. Keberhasilan secara Kualitatif
pembelajaran kooperatif tipe make a match 100 %. Dan poin rata-rata siswa pada
partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat tinggi. Pada siklus II, rata-rata poin
sebagai berikut:
60 79.9 % = baik
40 59.9 % = cukup
20 39.9 % = kurang
menggunakan metode smart game dan pembelajaran kooperatif tipe make a match
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
bahwa penggunaan metode smart game dan pembelajaran kooperatif tipe make a
malaikat Allah SWT. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan perolehan nilai dari pre tes
dampai siklus III secara signifikan. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan
menggunakan metode smart game dan pembelajaran kooperatif tipe make a match
B. Saran
hal berikut:
1. Bagi guru, untuk meningkatkan kompetensi dan ketuntasan belajar siswa dalam
menyenangkan (joyfull learning) dan bekerja sama dengan orang lain (cooperative
learning) dan penggunaan metode smart game dan pembelajaran kooperatif tipe
2. Bagi peneliti selanjutnya, mengingat manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, maka
dengan materi dan sekolah yang berbeda juga jenjang pendidikan yang berbeda
pula dengan melibatkan subyek yang lebih luas dan metode penelitian yang
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Ariany Syurfah, 2007, Multipple Intelligences for Islamic Teaching, Bandung : Syamil
Publishing
Ina Karlina, S.Pd, Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Sebagai Salah Satu
Strategi Membangun Pengetahuan Siswa, www.google.co.id, didownload pada 26
Januari 2009
Rahmat Aziz, M.Si, Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif dan Kompetitif dalam
Mengembangkan Kreatifitas, www.azirahma.blogspot.com, didownload pada 26
Januari 2009
Slavin, Robert E, Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik, Terj : Nurulita, Bandung:
Nusa media, 2008, Cet. III
Suharsimi Arikunto, Prof., Suhardjono, Prof., Supardi, Prof., 2008, Penelitian Tindakan
Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VI
Yudha Kurniawan, SP, Smart Games for Kids, Jakarta : Wahyu media, 2008, Cet. II
Home
PTK SD
o Semester 1
o Semester 2
o Makalah
PTK SMP
o Semester 1
o Semester 2
o Makalah
PTK SMA/SMU/SMK
o Semester 1
o Semester 2
o Makalah
Kurikulim
o SD
o SMP
o SMA/SMU/SMK
Silabus
o SD
o SMP
o SMA/SMU/SMK
AAAAA
o BBBB
o CCCC
o DDDDD
OLEH
NIP: .
PEMERINTAHAN .
DINAS PENDIDIKAN
.
.
2005
LEMBAR PENGESAHAN
Nama :
NIP :
Gol/Ruang :
Jabatan :
Unit Kerja :
Lokasi Penelitian :
Lama Penelitian : ..
Biaya Penelitian :
.. .
NIP : . NIP: .
Mengetahui
Kepala
..
NIP: .
Karya Tulis Ilmiah hasil penelitian tindakan kelas yang berjudul Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan
Model Pembelajaran PAKEM Pada Siswa Kelas ini telah disetujui dan disahkan
untuk diajukan sebagai bahan penilaian kenaikan pangkat.
Ketua PGRI
Kabupaten
NPA. .
Karya Tulis Ilmiah hasil penelitian tindakan kelas yang berjudul Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan
Model Pembelajaran PAKEM Pada Siswa Kelas ini telah disetujui dan disahkan
untuk diajukan sebagai bahan penilaian kenaikan pangkat.
Kabupaten
NPA. .
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan karya ilmiah ini
dapat terselesaikan pada waktunya.
Dalam penyusunan dan penyelesaian karya ilmiah ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan
demi kesempurnaan penelitian ini dan demi penelitian yang akan datang.
, Mei 2005
Peneliti
ABSTRAK
Halaman
Halaman Judul .................................................................
Lembar Pengesahan ........................................................................
Abstrak ............................................................................................
B. Pembahasan ..................................................................................
A. Simpulan
B. Saran
Lampiran
Halaman
PENDAHULUAN
dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik,
berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang arif dan
bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru
Ketika kegiatan belajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam
bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala
jalannya proses belajar mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik
maupun yang bersumber dari luar anak didik, harus guru hilangkan, dan bukan
arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik.
Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan.
Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak
didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam
pengajaran.
Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda
dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak
didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal.
Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak
didik. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala
dalam sistemnya. Yaitu tujuan, bahan ajar (materi), anak didik, sarana, media,
kualitas (proses dan produk) pembelajaran. Upaya yang dapat dilakukan oleh
diharapkan untuk dikuasai atau dimiliki oleh anak didik baik instructional effect
adalah bagaimana terjadi hubungan antara guru/bahan ajar yang didesain dan
pesan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Arief S Sadiman
Sekolah Dasar, yaitu: PAKEM. Interaksi belajar mengajarnya menuntut anak didik
untuk aktif, kreatif dan senang yang melibatkan secara optimal mental dan fisik
merupakan rentangan kontinum dari yang paling rendah sampai yang paling
tinggi. Tetapi idealnya pada kontinum yang tertinggi baik pelibatan aspek mental
maupun fisik anak didik. Oleh karena itu, interaksi belajar mengajar dengan
(1) Berbuat
instruction, inquiry based learning, project based learning, service learning, and
cooperative learning. Pola interaksi yang mampu mengemas hal tersebut dapat
reflektif.
untuk menjadikan hasil belajar sebagai referensi refleksi kritis tentang dampak
Kemampuan ini dimiliki anak didik, karena dengan pola interaksi pembelajaran
tersebut, dapat membuat anak didik aktif dalam berfikir (mind-on), aktif dalam
Agar hasil ini dapat optimal, guru dituntut untuk mengubah peran dan
fungsinya menjadi fasilitator, mediator, mitra belajar anak didik, dan evaluator.
Ini berarti, guru harus menciptakan interaksi pembelajaran yang demokratis dan
dialogis antara guru dengan anak didik, dan anak didik dengan anak didik (Moh.
dapat membuat pembelajaran lingking (link and math atau life skill) dan
memiliki kemampuan yang utuh yang disebut: Pendidikan Anak Seutuhnya (PAS).
kehidupan dimasa yang akan datang. Tentunya hal ini merupakan tanggung
jawab bersama antara pemerintah, anggota masyarakat dan orang tua. Untuk
mencapai keberhasilan ini perlu dukungan dan partisipasi aktif yang bersifat
seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung
jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus
dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat
yang tercantum dalam proses pembelajaran secara tepat dan sesuai dengan
Tahun Pelajaran
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan
?
2. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran PAKEM terhadap motivasi belajar
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
D. Kegunaan Penelitian
Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat
berguna sebagai:
2. Sumbangan pemikiran bagi guru Pendidikan Agama Islam dalam mengajar dan
Agama Islam.
Model pembelajaran yang bertumpu pada empat prinsip yaitu: aktif, kreatif,
laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan
kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
F. Batasan Masalah
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas tahun pelajaran
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret semester genap tahun pelajaran
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan kisah nabi Ibrahim a.s, dan
KAJIAN PUSTAKA
A. Model PAKEM
Model PAKEM adalah model pembelajaran yang bertumpu pada
empat prinsip, yaitu: aktif, efektif, dan menyenangkan. Model pembelajaran ini
sangat cocok untuk kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang senantiasa
berorientasi pada aktivitas siswa (student centered learning). Model ini dapat
dikembangkan secara sederhana oleh guru dengan memperhatikan prinsip
PAKEM.
Model PAKEM berorientasi pada proses dan tujuan. Orientasi proses dalam
tanggung jawab dibina sejak awal. Kebersamaan dan bekerja sama untuk
tujuannya adalah agar anak belajar lebih mendalam, anak lebih kritis dan kreatif,
makna ini. Meskipun untuk memaknai istilah tersebut pernah didiskusikan oleh
para pendidik, namun bukan berarti makna ini sudah paten. Makna tersebut
a. Aktif
- Selalu mencoba
- Tidak ingin menjadi penonton
b. Kreatif
- Tidak mudah puas dengan hasil kerjanya dan selalu ingin berbuat terus
c. Efektif
d. Menyenangkan
a. Persiapan
Perubahan paradigma pembelajaran sangat terasa saat ini. Dulu guru lebih
Persiapan bagi seorang guru merupakan hal yang mutlak harus dikerjakan. Tanpa
sebelum diajarkan.
Skenario merupakan salah satu dari persiapan yang harus dibuat oleh guru.
pola pembelajaran yang ideal dengan karakter materi yang sedang diajarkan.
Asas fleksibilitas, artinya lebih lentur dalam memahami kondisi yang akan
dihadapi. Seorang guru tidak bisa kaku dalam menerapkan pola pembelajaran di
kelas. Berbagai hambatan dalam proses pembelajaran akan dihadapi. Untuk itu,
tidak hanya terpaku pada satu metode yang ada. Jika hal itu sudah diantisipasi
sudah dipersiapkan cara pelayanannya. Seorang guru tidak bisa membuat anak
sama seperti gerigi sisir, tetapi disesuaikan dengan karakter dan kepribadian
yang khas yang dimiliki anak. Sebagaimana berbagai teori sudah disepakati oleh
para pakar pendidikan bahwa setiap anak mempunyai modalitas belajar atau
gaya belajar yang berbeda. Modalitas belajar yang dimiliki anak ada tiga, yaitu
Modalitas belajar anak cenderung pada karakter alamiah yang dimiliki. Anak
yang mempunyai gaya belajar visual, cenderung senang dengan cara melihat,
baik itu gambar maupun bagan. Anak yang mempunyai gaya belajar auditoria,
menyentuh.
Selain perbedaan gaya belajar, anak juga mempunyai perbedaan kecerdasan.
Jika selama ini orang lebih banyak membicarakan teori yang dikembangkan oleh
ahli psikologi, Alfred Bine, yaitu intelgensi tunggal yang sering disebut
intelligence quotient (IQ). Saat ini muncul teori intekgensi majemuk yang sering
disebut multiple intelligences. Teori ini dirumuskan oleh Prof. Howard Gardner.
kekurangan sendiri, jelas tidak bijak bagi guru (terutama orang tua) untuk
memaksa anak yang tidak ingin pada bidang-bidang tertentu. Orang tua atau
sendiri. Teori Gardner juga mengingatkan kita agar sejak pendidikan usia muda,
pendekatan yang terbaik. Guru serta orang tua dapat mendampingi anak di
kegembiraan.
b. Proses
Setiap anak mempunyai karakter dan keinginan yang berbeda untuk itu apa
pertama dan tangan kedua. Sumber belajar tangan pertama, artinya sumber
belajar yang langsung dialami oleh siswa, seperti pengalaman kunjungan belajar,
peristiwa yang dialami atau dilihat, situs bersejarah, nara sumber, dan
belajar yang sudah dihasilkan oleh orang lain, misalnya: buku paket atau
Seorang guru dalam model PAKEM tidak boleh selaku menganggap buku paket
belajar yang dihasilkan oleh siswa dan segala yang ada di sekitar.
seorang guru bisa menggali potensi yang ada pada siswa dengan memberikan
Agar anak lebih berwawasan luas, pertanyaan yang diberikan oleh guru
baik oleh guru. Pertanyaan yang timbul dari anak itu didorong oleh kebutuhan
psikologis alamiah, yaitu rasa ingin tahu (curiosity). Banyaknya pertanyaan yang
seperti ini, seorang guru harus memberikan umpan balik seketika. Dengan
demikian, akan muncul keingintahuan yang lebih besar. Dalam kondisi seperti
Sesuatu yang sangat berarti bagi seorang anak adalah ketika apa yang
Mungkin karena tidak ada tempat atau mungkin dianggap kurang layak untuk
diberikan penghargaan. Agar anak tumbuh motivasi yang lebih besar, hasil
Persaingan dan kerja sama perlu diciptakan sejak dini. Persaingan dalam hal ini
potensinya. Setiap anak harus bisa mengembangkan potensi yang ada pada
dirinya dan guru sangat berperan untuk menggali dan mengembangkan potensi
ini. Di sisi lain harus diciptakan kerja sama yang baik. Perbedaan yang satu
dengan yang lain mampu mewujudkan rasa saling menghargai dan mampu
3. Kegiatan PAKEM
proses sosial, belajar harus menyenangkan, belajar harus selalu aktif, dan belajar
unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling
2000:5).
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai
keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa,
moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam
Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara
guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal
balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya
mengajar PAI meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,
pengajaran PAI.
C. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang
aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi
belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa yang termotivasi dalam
belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan
2. Macam-macam Motivasi
a. Motivasi Intrinsik
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga
dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar
(Usman, 2000:29).
adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang
dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu.
pokok
3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan
motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya
maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan
b. Motivasi Ekstrinsik
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang
prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
2) Pace Making (membuat tujuan sementara atau dekat): Pada awal kegiatan
TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk
tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin
5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.
6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar
dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan
bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila
guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat
belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar,
misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain
sebagainya.
D. Prestasi Belajar
dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah
siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat
untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang
diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar
PAI adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif
METODOLOGI PENELITIAN
yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan
(2000) (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung
pada: (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara
pelaku peneliti dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam
guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam
bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan
Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat
kecil.
Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang
Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa
sudah cukup.
. Tahun pelajaran
2. Waktu Penelitian
semester genap .
3. Subyek Penelitian
pokok bahasan kisah nabi Ibrahim a.s, dan nabi Ismail a.s.
B. Rancangan Penelitian
2002:82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya
yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam
sebagai berikut:
1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-
benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam
3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan
4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart
(dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang
satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
siklus berikutnya.
D. Analisis Data
Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga
maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan
yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan
secara klasikal dikatakan tuntas belajar jika jumlah siswa yang tuntas
secara individu mencapai 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari
klasikal jika siswa yang mendapat nilai 65 lebih dari atau sama dengan 85%,
sedangkan seorang siswa dinyatakan tuntas belajar pada pokok bahasan atau
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang
pada tanggal 4 Maret 2005 di Kelas VI jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan
mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.1. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
pembelajaran model PAKEM diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah
70,00 dan ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada 15 siswa dari 22 siswa
sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama
secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai
dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa
baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan
c. Refleksi
tujuan pembelajaran
d. Refisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat
berikutnya.
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam
3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.
pada tanggal 11 Maret 2005 di Kelas VI dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal
sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus
II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan
mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II.
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah
77,73 dan ketuntasan belajar mencapai 79,01% atau ada 17 siswa dari 22 siswa
sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan
belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus
Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan
c. Refleksi
3) Pengelolaan waktu
d. Revisi Rancangan
2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam
kesimpulan/menemukan konsep.
5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal
latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.
3. Siklus III
a. Tahap perencanaan
terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.
pada tanggal 18 .. 2005 di Kelas dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal
mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II,
sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan
mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III.
Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut.
82,73 dan dari 22 siswa telah tuntas sebanyak 19 siswa dan 3 siswa belum
mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah
tercapai sebesar 86,36% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini
mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar
pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam
c. Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses
belajar berlangsung.
d. Revisi Pelaksanaan
dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan
proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan
revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya
adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan
PAKEM memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal
ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi
yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III)
yaitu masing-masing 68,18%, 79,01%, dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan
belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa
pembelajaran PAI pada pokok bahasan kisah nabi Ibrahim a.s, dan nabi Ismail a.s
siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat
dikategorikan aktif.
ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing
dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit,
memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga
siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran PAKEM dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PAI.
siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (68,18%), siklus II (79,01%), siklus III
(86,36%).
pertanyaan.
cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik
sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.
Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha
Nasional.
Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang:
Aneka Ilmu.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Hasibuan K.K. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: University Press.
Univesitas Negeri Surabaya.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI,
Universitas Terbuka.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lampiran 1
2 60 13 50
3 80 14 70
4 60 15 70
5 70 16 80
6 80 17 70
7 70 18 50
8 50 19 60
9 70 20 100
10 40 21 70
11 90 22 70
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Jumlah Siswa yang tuntas : 15
Jumlah Siswa yang tidak tuntas : 7
Skor Maksimal Ideal : 2200
Skor Tercapai : 1540
Rata-rata Skor Tercapai : 70,00
Prosentase Ketuntasan : 68,18
Lampiran 3
2 70 13 70
3 90 14 90
4 80 15 90
5 80 16 90
6 90 17 80
7 90 18 60
8 60 19 80
9 90 20 100
10 60 21 80
11 100 22 80
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Jumlah Siswa yang tuntas : 19
Jumlah Siswa yang tidak tuntas : 3
Skor Maksimal Ideal : 2200
Skor Tercapai : 1820
Rata-rata Skor Tercapai : 82,73
Prosentase Ketuntasan : 86,36
inShare