You are on page 1of 21

ANALISA WILAYAH

Laporan
Pembuatan peta manual Analisis fisik fungsi kawasan
Kecamatan Bukit Barisan

Oleh :
Kelompok 7
1. RAHMI FITRI
2. YESTITA KARISNA
3. VANDY FAHRUL
4. ANIDYA RAHMI
5. UJANG SHALEH
6. ADI PRATAMA

Program Studi Pendidikan Geografi


Jurusan Geografi

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Swt yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan analisa wilayah kecamatan Bukit Barisan berkenaan
dengan analisis fungsi kawasan ini tepat pada waktunya.

Laporan ini di susun sebagai tugas mata kuliah analisa wilayah. Dalam
penulisan laporan ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah analisa
wilayah yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan
penulis ini.

Karena sifat & keterbatasan manusia, penulis menyadari bahwa laporan ini
masih banyak kekurangannya. Untuk itu, penulis mengharapkan saran-
saran serta kritik dari semua pihak baik dari dosen pembimbing maupun
dari pembaca laporan ini.

Akhir kata penulis mendoakan agar kita semua senantiasa berada dalam
lindungan Allah SWT dan semoga rahmat serta hidayahNya selalu bersama
kita semua.

Padang, Mei
2014

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengelolaan fungsi kawasan di setiap daerah berbeda beda,
sehingga analisis kemampuan lahan sangatlah diperlukan. Dimana
penentuan Kemampuan lahan harus didasarkan pada pertimbangan
faktor biofisik lahan dalam pengelolaannya, agar tidak terjadi
degradasi lahan selama digunakan. Makin rumit pengelolaan yang
diperlukan, maka makin rendah kemampuan lahan untuk jenis
penggunaan yang direncanakan.
Ada beberapa hal-hal yang mendasar dalam analisis fungsi
kawasan serta kemampuan lahan, sehingga diperlukan daya dukung
seperti : peta kondisi tanah, kemiringan lereng, curuh hujan , geologi,
bahaya banjir, DAS, drainase, dan penggunaan tanah. Hal itu
merupakan bahan yang mendasar dalam penentuan ataupun
pengambilan keputusan dalam fungsi kawasan dan kemampuan lahan
di suatu daerah.

B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari pembuatan peta analisa wilayah adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui perbedaan fungsi kawasan serta kemampuan lahan
2. Mengetahui metode serta langkah kerja dalam menganalisis fungsi
kawasan serta kemampuan lahan
3. Mengetahui perangkat yang digunakan saat menganalisis fungsi
kawasan serta kemampuan lahan dalam suatu kasus
4. Mengetahui dasar pembagian fungsi kawasan
5. Mengetahui bagaimana cara menarik kesimpulan dalam menganalis
fungsi kawasan serta kemampuan lahan dalam suatu kasus

C. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang di pergunakan dalam pembuatan peta manual
dalam analisa wilayah adalah :
Alat :
1. Spidol permanen , twin pen ,
2. Rol Sablon
3. Kertas minyak
4. Selotip
5. Pewarna (spidol warna , pensil warna ) dll

Bahan :
Bahan yang digunakan adalah peta dasar dalam pembuatan peta
manual analisis fungsi kawasan , diantaranya adalah :
1. Peta Topografi
2. Peta Jenis Tanah
3. Peta Geologi

D. Langkah Kerja
Langka kerja dalam membuat peta manual fungsi kawasan untuk
analisa wilayah, yaitu:

PETA GEOLOGI

PETA PETA ANALISIS


TOPOGRAFI FUNGSI KAWASAN
KECAMATAN BUKIT
PETA LERENG BARISAN

PETA TANAH Metode Non


PETA CURAH Parametrik
HUJAN Metode
PETA OVERLAY
CURAH HUJAN + PETA
TANAH GEOLOGI
PETA OVERLAY
PETA
CURAH HUJAN +
GEOLOGI
TANAH +LERENG
PETA
DATA CURAH GEOLOGI
PETA

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Teori
1. Pengantar Analisis
Kemampuan lahan (land capability) adalah penilaian lahan secara
sistematik dan pengelompokannya ke dalam beberapa kategori
berdasarkan atas sifat-sifat yang merupkan potensi dan penghambat
dalam penggunaannya secara lestari. Kemampuan lahan didasarkan pada
pertimbangan faktor biofisik lahan dalam pengelolaannya sehingga tidak
terjadi degradasi lahan selama digunakan. Makin rumit pengelolaan yang
diperlukan, makin rendah kemampuan lahan untuk jenis penggunaan
yang direncanakan. Menurut Notohadiprawiro (1991), kemampuan
lahan menyiratkan daya dukung lahan, sedangkan kesesuaian lahan
menyiratkan kemanfaatan. Sehingga yang mempengaruhi kemampuan
lahan yaitu :
Jenis tanah/ geomorfologi dan kondisi geologi
Curah Hujan / iklim
Kemiringan Lahan
Bahaya Areal
Kemampuan Lahan dipandang sebagai kapasitas lahan untuk suatu
macam penggunaan umum, sedangkan Kesesuaian Lahan dipandang
sebagai kenyataan kemungkinan penyesuaian sebidang lahan bagi satu
macam penggunaan tertentu. Kamus Penataan Ruang (2009), Kesesuaian
lahan diartikan sebagai hal sesuai dan tidak sesuainya tanah untuk
pemanfaatan tertentu.
2. Metode Analisis
Menganalisis suatu fungsi kawasan terhadap kemampuan lahan ,
terdapat metode yang dapat digunakan dalam menganalisis hal tersebut ,
diantaranya :
Metode Non Parametrik
Dalam menggunakan metode ini, analisis yang dapat digunakan
berupa data kualitatif atau analisis Matching (mencocokkan atau
membandingkan dengan syarat kesesuain lahan)
Metode Parametrik
Dalam metode ini, analisis yang digunakan berupa data kuantitatif
yang bersifat penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian
atau yang sering disebut mapping unit ( satuan pemetaan ), metode
ini juga di namakan dengan Scoring ( membagi / mengskorkan dalam
pembagian kemampuan lahan )
3. Kelas Kemampuan Lahan
a. Orde
Merupakan lahan yang dapat diolah dan tidak dapat diolah
b. Kelas ( di bedakan menjadi delapan kelas berdasarkan
kemiringan lereng )
Kelas I ( 0 2 % ) : tidak ada factor pembatas yang berarti ( bias
di atasi )
Kelas II ( 3 - 8 % ) : terdapat 1 / 2 faktor pembatas yang tidak
permanen ( lahan efektif untuk dibudidayakan )
Kelas III ( 9 15 % ) : terdapat pada daerah yang tidak
tergenang air
Kelas IV ( 16 25 % ) : berfungsi untuk zona penyangga
Kelas V ( 26 45 % ) : terletak di daerah dataran pantai
Kelas VI ( 46 65 % ) : tidak untuk lahan pertanian
Kelas VII VIII ( > 66 % ) : lahan yang harus di hutankan
c. Sub Kelas ( factor pembatas / penghambat )
Terdiri dari : lereng, tekstur, ketebalan tanah, drainase, permeabilitas
tanah, salinitas, ancaman banjir, sebaran bahan kasar.
4. Evaluasi Fungsi Kawasan
Pengertian Fungsi Kawasan
Kawasan merupakan wilayah yang memiliki fungsi utama lindung
atau budidaya (UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 point 20, 21, dan 22). Kawasan
lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
alam dan sumber daya buatan. Sedangkan kawasan budidaya
adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi untuk dibudidayakan
atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia dan sumber daya buatan. Selain kawasan lindung dan
kawasan budidaya terdapat pula kawasan penyangga. Kawasan
penyangga adalah kawasan yang ditetapkan untuk menopang
keberadaan kawasan lindung sehingga fungsi lindungannya tetap
terjaga. (Nugraha, dkk 2006: 62). Kawasan penyangga ini merupakan
batas antara kawasan lindung dan kawasan budidaya. Penggunaan
lahan yang diperbolehkan hutan tanaman rakyat atau kebun dengan
sistem wanatani (agroforestry) dengan pengolahan lahan sangat
minim (minimum tillage). Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi
kawasan merupakan pengklasifikasian lahan berdasarkan
karakteristik fisiknya berupa lereng, jenis tanah dan curah hujan harian
rata-rata menjadi kawasan lindung, penyangga, budidaya tanaman
tahunan dan budidaya tanaman semusim, dimana setiap kawasan
mempunyai fungsi utama yang spesifik
Macam- macam fungsi kawasan
Macam Fungsi Kawasan ditetapkan berdasarkan besarnya nilai
skor kemampuan lahan dan kriteria khusus lainnya, sebagaimana
kriteria dan tata cara yang ditetapkan dalam Buku Petunjuk
Penyusunan Pola RLKT (Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah).
Berikut ini fungsi Kawasan berdasarkan kriteria tersebut:
a. Kawasan Lindung (Kode A)
b. Kawasan Penyangga (Kode B)
c. Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan (Kode C)
d. Kawasab Budidaya Tanaman Semusim (Kode D)
a) Kawasan Fungsi Lindung (A)
Kawasan fungsi lindung adalah suatu wilayah yang keadaan
sumberdaya alam air, flora dan fauna seperti hutan lindung, hutan
suaka, hutan wisata, daerah sekitar sumber mata air, alur sungai,
dan kawasan lindung lainnya sebagimana diatur dalam Kepres 32
Tahun 1990. Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi
lindung, apabila besarnya skor kemampuan lahannya 175, atau
memenuhi salah beberapa syarat sebagai berikut :
a. Mempunyai kemiringan lahan lebih dari 40 %
b. Jenis tanahnya sangat peka terhadap erosi (regosol, litosol,
organosol, dan renzina) dengan kemiringan lapangan lebih dari
15 %
c. Merupakan jalur pengaman aliran air/sungai yaitu sekurang-
kurangnya 100 meter di kiri-kanan sungai besar dan 50 meter
kiri-kanan anak sungai.
d. Merupakan perlindungan mata air, yaitu sekurang-kurangnya
radius 200 meter di sekeliling mata air.
e. Merupakan perlindungan danau/waduk, yaitu 50-100 meter
sekeliling danau/waduk.
f. Mempunyai ketinggian 2.000 meter atau lebih di atasa
permukaan laut.
g. Merupakan kawasan Taman Nasional yang lokasinya telah
ditetapkan oleh pemerintah.
h. Guna keperluan/kepentingan khusus dan ditetapkan sebagai
kawasan lindung.
Guna kepentingan khusus dan ditetapkan oleh pemerintah
sebagai kawasan lindung. Dalam menetapkan kawasan lindung
selain ditetapkan berdasarkan karakteristik lahannya, dapat juga
ditetapkan berdasarkan nilai kepentingan obyek, dimana setiap
orang dilarang melakukan penebangan hutan dan mengganggu
serta merubah fungsinya sampai pada radius atau jarak yang telah
ditentukan. Kawasan lindung yang ditetapkan berdasarkan
keadaan tersebut di atas disebut sebagai kawasan lindung
setempat. Kawasan lindung setempat yang dimaksud adalah :
1) Sempadan Sungai yaitu kawasan sepanjang kanan kiri sungai
termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi sungai. Berdasarkan Keputusan Presiden No.
32 Tahun 1990 ditetapkan bahwa sempadan sungai sekurang-
kurangnya 100 meter di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di
kanan kiri anak sungai yang berada di luar permukiman. Untuk
sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang
diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15
meter.
2) Kawasan sekitar mataair yaitu kawasan disekeliling mata air
yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi utama air. Berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/1980 ditetapkan bahwa
pelindung mata air ditetapkan sekurang-kurangnya dengan jari-
jari 200 meter di sekeliling mataair.
3) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yaitu tempat
serta ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs
purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang
mempunyai nilai tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
(Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990). Tujuan perlindungan
kawasan ini adalah untuk melindungi budaya kekayaan budaya
bangsa berupa peninggalan sejarah, bangunan arkeolog dan
monumen nasional dan keanekaragaman bentukan geologi yang
berguma untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari
ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam
maupun manusia.
Kawasan Fungsi Penyangga (B)
Kawasan fungsi penyangga adalah suatu wilayah yang dapat
berfungsi lindung dan berfungsi budidaya, letaknya diantara
kawasan fungsi lindung dan kawasan fungsi budidaya seperti hutan
produksi terbatas, perkebunan (tanaman keras), kebun dan lainnya
yang sejenis. Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan
fungsi penyangga apabila besarnya nilai skor kemampuan
lahannya sebesar 125 -174 dan atau memenuhi kriteria umum
sebagai berikut :
a) Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan
budidaya secara ekonomis.
b) Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai
kawasan penyangga.
c) Tidak merugikan dilihat dari segi ekologi/lingkungan hidup
bila dikembangkan sebagai kawasan penyangga
Kawasan fungsi budidaya tanaman tahunan ( C )
Kawasan ini merupakan kawasan budidaya yang diusahakan
dengan tanaman tahunan seperti Hutan Produksi Tetap, Hutan
Tanaman Industri, Hutan Rakyat, Perkebunan (tanaman keras), dan
tanaman buah - buahan. kawasan dengan fungsi budidaya
tanaman tahunan apabila besarnya nilai skor kemampuan lahannya
124 serta mempunyai tingkat kemiringan lahan 15 - 40% dan
memenuhi kriteria umum seperti pada kawasan fungsi penyangga.
Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Semusim (D)
Kawasan fungsi budidaya tanaman semusim adalah kawasan
yang mempunyai fungsi budidaya dan diusahakan dengan
tanaman semusim terutama tanaman pangan atau untuk
pemukiman. Untuk memelihara kelestarian kawasan fungsi
budidaya tanaman semusim, pemilihan jenis komoditi harus
mempertimbangkan kesesuaian fisik terhadap komoditi yang akan
dikembangkan. Untuk kawasan pemukiman, selain memiliki nilai
kemampuan lahan maksimal 124 dan memenuhi kriteria tersebut
diatas, secara mikro lahannya mempunyai kemiringan tidak lebih
dari 8%.
Dasar Pembagian Fungsi Kawasan
Penetapan mengenai pembagian fungsi kawasan menjadi kawasan
lindung menjadi kawasan budidaya tercantum dalam UU Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Didalamnya diterangkan
mengenai pengertian dari kawasan, kawasan lindung dan kawasan
budidaya. Secara lebih lanjut, untuk dasar pembagian kriteria fungsi
kawasan diatur dalam SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980
dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan tata cara
penetapan hutan lindung dan hutan produksi. Berikut ini pembagian
kriteria penetapan fungsi kawasan. Tiga faktor yang dinilai sebagai
penentu kemampuan lahan, yaitu :
i. Kelerengan lapangan
ii. Jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi
iii. Intensitas hujan harian rata rata
Informasi tersebut didapatkan dari hasil pengolahan peta topografi,
peta tanah, dan data hujan. Klasifikasi dan nilai skor dari ketiga faktor
di atas berturut - turut adalah seperti Tabel 1, Tabel 2 , Tabel 3, dan
Tabel 4 .
Table 1 , Klasifikasi dan
Nilai Skor Faktor Kelerengan Lapangan

Kelas Kelerengan
Klasifikasi Nilai skor
(%)

I 0-8 Datar 20

II 8-15 Landai 40

III 15-25 Agak Curam 60

IV 25-40 Curam 80

V > 40 Sangat Curam 100

Table 2 , Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Jenis Tanah


Menurut Kepekaannya Terhadap Erosi

Kelas Nilai
Jenis Tanah Klasifikasi
Skor

Aluvial, Gleisol, Planosol, Hidromorf Kelabu,


I Tanah Tidak Peka 15
Latrik
II Latosol Kurang Peka 30

III Brown Forest Soil, Non Calcic Brown, Mediteran Agak Peka 45

IV Andosol, Laterit, Grumusol, Podsolik Peka 60

V Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat Peka 75

Tabel 3, Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Intensitas Hujan Harian Rata Rata ,
Jenis Tanah Menurut Kepekaannya Terhadap Erosi

Kelas Intensitas Hujan (mm/hari) Klasifikasi Nilai Skor

I 0 - 13,6 Sangat Rendah 10

II 13,6 - 20,7 Redah 20

III 20,7 - 27,7 Sedang 30

IV 27,7-34,8 Tinggi 40

V >34,8 Sangat Tinggi 50

Tabel 4, Nilai Skor Arahan Klasifikasi Fungsi Kawasan

No Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan Nilai skor

>175 (kemiringan lereng


I Kawasan fungsi lindung
>40 % )

125-174 (kemiringan
II Kawasan fungsi penyangga
lereng 16 25 % )

Kawasan fungsi budidaya tanaman 75-124 (kemiringan


III
tahunan lereng 15 40 % )

Kawasan fungsi budidaya tanaman <124 (kemiringan lereng


IV
semusim&permukiman <8%)

B. Hasil
Peta yang dibuat dalam untuk mendapatkan hasil anilisi fungsi
kawasan ini adalah peta manual, yang terdiri dari :
1. Peta Topografi
2. Peta Geologi
3. Peta lereng Digunakan sebagai peta
4. Peta tanah
5. Peta curah hujan
6. Peta ( overlay ) curah hujan dan tanh
7. Peta Satuan Lahan overlay curah hujan ,tanah ,dan lereng
8. Peta analisis fungsi kawasan

Hasil peta manual ini didasarkan pada peta yang digunakan dan
di buat selama analisis fisik fungsi kawasan , diantaranya adalah:

1. Peta Topografi
Peta yang dibuat dalam analisis fungsi kawasan ini adalah
berjumlah 8 Peta. Peta-peta ini berdasarkan peta topografi gabungan
bebeerapa lembar pemebntuk kabupaten lima puluh kota . Oleh
sebab itu sebelum pembuatan peta dilakukan terlebih dahulu
penentuan batas kabupaten dan kecamatan serta pemekaran pada
peta yang akan digunakan. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengamati peta topografi kabupaten Lima Puluh Kota . Sumber
Peta : Peta Topografi. Jantop TNI AD. 1984.
2. Peta Lereng
a. Peta lereng dihasilkan dari perhitungan garis kontur pada peta
topografi.
b. Untuk mendapatkan peta topografi Kabupaten Lima Puluh Kota,
maka peta yang dibutuhkan adalah topografi jantop TNI-AD
dengan skala 1:50.000 sejumlah 11 lembar
c. Satukanlah ke-11 lembar peta tersebut.
d. Buatlah batas Kabupaten Lima Puluh Kota pada peta tersebut
e. Karena peta topografi yang digunakan sebagai sumber adalah
peta topografi tahun 1984, maka pada tahun 2014 ini pada
Kabupaten Lima Puluh Kota terjadi banyak pemekaran kawasan.
Sehingga cocokkanlah batas administrasi kabupaten lima puluh
kota pada tahun terakhir.
f. Setelah ada batas administrasi tersebut, maka tampaklah 13
kecamatan pada Kabupaten Lima Puluh Kota, salah satunya
adalah Kecamatan Bukit Barisan.
Peta lereng di dapatkan dari perhitungan garis kontur. Sehingga peta
lereng juga menggunakan peta Topografi.
Sehingga dapat dirumuskan dengan :

Keterangan :
( N 1 ) .Ci
= X 100 N= jumlah garis kontur yang
L.S
memotong diagonal
L = panjang diagonal yang
Atau dapat digunakan
memotong garis kontur
dalam satuan derajat :
S= skala pada peta
( N 1 ) .Ci
=Cotg
L.S

Tabel 1 ,
Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Kelerengan Lapangan

Kelas Kelerengan Nilai


Klasifikasi
(%) skor

I 0-8 Datar 20

II 8-15 Landai 40

III 15-25 Agak Curam 60

IV 25-40 Curam 80

Sangat
V > 40 100
Curam
Sehingga data yang di peroleh untuk Peta kecamatan Bukit
Barisan kabupaten Lima Puluh Kota adalah kelas lereng I, II, III, IV
dan V.

3. Peta Jenis Tanah


a. Peta jenis tanah diperoleh dari analisis peta satuan lahan dan
tanah
b. Untuk memperoleh peta jenis tanah Kabupeten Lima Puluh Kota,
maka dibutuhkan peta satuan lahan dan jenis tanah, skala
1:250.000 sejumlah 4 lembar. Terdiri dari peta satuan lahan dan
jenis tanah lembar padang, peta satuan lahan dan jenis tanah
lembar solok, peta satuan lahan dan jenis tanah lembar
pekanbaru, dan peta satuan lahan dan jenis tanah lubuk
sikaping.
c. Satukanlah ke-4 peta tersebut
d. Buatlah batas Kabupaten Lima Puluh Kota pada peta tersebut
beserta batas kecamatan.
e. Setelah ada batas administrasi tersebut, maka tampaklah 13
kecamatan pada Kabupaten Lima Puluh Kota, salah satunya
adalah Kecamatan Bukit Barisan.
f. Salinlah potongan Kecamatan Bukit Barisan ke lembar kerja,
dengan menyesuaikan skala.
Maksudnya skala pada peta satuan lahan dan tanah adalah
1:250.00, maka perbesarlah peta tersebut menjadi skala
1:50.000, dengan cara memperkecil skala, yaitu:
Peta satuan lahan dan tanah 1 cm dipeta = 2500 m di
lapangan
Perbesaran peta 1 cm dipeta = 500 m di lapangan
Maka, perbesaran petanya adalah 5 kali perbesaran.
g. Analisislah peta satuan lahan dan tanah tersebut untuk
mendapatkan jenis tanah Kecamatan Bukit Barisan.
Contoh analisis peta satuan lahan dan tanah:
Symbol pada peta adalah = Hfq.1.3.2
baca keterangan pada peta = kandidults
D
dystropepts F
hapludox F

Untuk membaca jenis tanah pada peta satuan lahan dan


tanah, bacalah 3 huruf terakhir pada keterangan jenis tanah
tersebut, yaitu Ult, Epts dan Ox. Sesuaikanlah keterangan
tersebut pada Padanan Tata Nama Tanah, yaitu :
a) Entisol (membentuk akhiran -ent)
b) Inceptisol (membentuk akhiran -ept)
c) Alfisol (membentuk akhiran -alf)
d) Ultisol (membentuk akhiran -ult)
e) Oxisol (membentuk akhiran -ox)
f) Vertisol (membentuk akhiran -vert)
g) Mollisol (membentuk akhiran -mol)
h) Spodosol (membentuk akhiran -od)
i) Histosol (membentuk akhiran -ist)
j) Andosol (membentuk akhiran -and)
k) Aridisol (membentuk akhiran -id)
l) Gleisol (membentuk akhiran )

Bacalah keterangan huruf yang terdapat di samping


keterangan jenis tanah seperti D, F, dan F untuk menentukan
berapa besar luas penyebaran jenis tanah tersebut,
diantaranya adalah :
(P) Sangat Dominan apabila penyebarannya >75%
(D) Dominan apabila penyebarannya
antara 50%-75%
(F) Cukup apabila penyebarannya
antara 25%-50%
(M) Sedikit apabila penyebarannya
antara 10%-25%
(T) Sedikit Sekali apabila penyebarannya
<10%

Hasil bacaan keterangan adalah :


Ultisol (D = Dominan) Catatan : Untuk jenis
Inseptisol (F = Cukup) tanah maka ambillah
yang penyebarannya
Oxisol (F = Cukup)
Merupakan salah satu peta dasar yangyang paling
di gunakan banyak,
dalam
maka untuk contoh kali
pembuatan peta ini. ini adalah Ultisol dengan
Sehingga diperoleh data berupa jenis tanah nilai
untuk kecamatan
(D = Dominan) Bukit

Barisan adalah Tanah jenis Inseptisol ( Ept )dan Ultisol (Ult).

Lamba
Jenis tanah Skor
ng
Ult Ultisol 60
Ept Inspetisol 75

4. Peta Curah Hujan thiessen


a. Peta curah hujan yang digunakan adalah peta curah hujan
Kabupaten Lima Puluh Kota skala 1 : 100.000, pola curah hujan
thiessen dari tahun 2007 hingga 2011.
b. Buatlah batas kecamatan, hingga tampak 13 kecamatan, salah
satunya adalah Kecamatan Bukit Barisan
c. Salinlah Kecamatan Bukit Barisan kedalam lembar kerja, dengan
menyesuaikan skala.
d. Amatilah pada peta curah hujan Kabupaten Lima Puluh Kota yang
cakupan daerah curah hujannya termasuk Kecamatan Bukit
Barisan
Merupakan salah satu peta yang digunakan dalam langkah membuat
peta analisisi fungsi kawasan . peta curah hujan thiessen kecamatan
Bukit Barisan terdapat pada 4 jenis curah hujan yaitu
Tabel kondisi curah hujan kecamatan Bukit Barisan

CH (mm /
R CH (mm/ t ) Klasifikasi Skor
h)
R1 R1 2564,2 7, 02 Rendah 10
R2 R2 1156 3, 16 Rendah 10
R3 R3 2466 7,02 Rendah 10
R4 R4 1665,5 4, 52 Rendah 10
Berdasarkan table diatas maka curah hujan kecamatan Bukit Barisan
dapat diklasifikasi kan pada intensitas rendan dengan skor ( 10 )
5. Peta ( OVERLAY ) curah hujan dan tanah
a. Overlay peta jenis tanah dan curah hujan, hingga di hasilkan
peta yang baru, kemudian pindahkanlah kedalam lembar kerja.

Ept + R1 = Ept +
Ept R1
+ R2 = Ept +
Ept + R3 R2+
Ept
=
Ept + R4 = R3+
Ept
Ult + R1 = R4+
Ult
R1
b. Berikanlah skor untuk jenis tanah dan curah hujan dengan
ketentuan :
Ketentuan untuk jenis tanah, yaitu :

Ketentuan untuk curah hujan, yaitu :

Merupakan salah satu peta yang digunakan dalam langkah membuat


peta analisisi fungsi kawasan. Pada peta ini dilakukan penskoran
untuk mempermudah langkah selanjutnya perhatiakan tabel
dibawah ini:
Tabel overlay peta tanah dan curah hujan kecamatan gunug
omeh, suliki, guguk.

OVERLAY
TANAH SKOR
CURAH HUJAN ( R )
( INSEPTISOL )
R1 10 Ept 75 85
R2 10 Ept 75 85
R3 10 Ept 75 85
R4 10 Ept 75 85
R1 10 Ult 65 75

Jadi peta curah hujan thissen untuk kabupaten lima puluh kota
kecamatan Bukit Barisan memiliki skor 83
6. Peta satuan lahan
a. Untuk mendapatkan peta satuan lahan Kecamatan Bukit Barisan
maka harus meng-overlay peta jenis tanah dan dan curah hujan
serta peta lereng, dengan metode yang sama dengan overlay
peta jenis tanah dan curah hujan.
b. Setelah peta tersebut di overlay, maka pindahkanlah hasilnya
kedalam lembar kerja.
c. Berilah skor pada masing-masing satuan lahan, dengan
ketentuan :
a) Jenis tanah dan curah hujan telah di beri skor, maka yang
akan di beri skor selanjutnya adalah kemiringan lereng,
dengan ketentuan :

b) Setelah kemiringan lereng di beri skor, maka jumlahkanlah


dengan jumlah skor pada peta jenis tanah dan curah hujan.
Merupakan salah satu peta yang digunakan dalam langkah
membuat peta analisisi fungsi kawasan, merupakan peta hasil
overlay curah hujan , lereng dan tanah , adapun tujuan dari peta ini
adalah untuk menentukan penskoran dalam mendapatkan hasil peta
fungsi kawasan .penskoran nya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel overlay peta tanah lereng dan curah hujan

OVERLAY
CURAH HUJAN TANAH
LERENG
(R) ( Inseptisol / E pt )
R1 10 Ept 75 I 20
R2 10 Ept 75 II 40
R3 10 Ept 75 III 60
R4 10 Ept 75 IV 80
V 100
Jadi berpatokan dengan penskoran diatas diperoleh lah peta fungsi
kawasan berdasarkan klasifikasi fungsi kawasan.

7. Peta Fungsi Kawasan


a. Peta fungsi kawasan merupakan peta yang menampilkan
informasi tentang fungsi dari suatu kawasan berdasarkan peta
satuan lahan (overlay peta tanah, curah hujan dan lereng ) yang
telah diberi skor.

b. Amatilah dan kelompokkanlah skor tersebut, dengan ketentuan :

N Klasifikasi Kriteria Skor


o

1 Kawasan Fungsi Lindung >175

2 Kawasan Fungsi Penyangga 125-174

3 Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman


75-124
Tahunan

4 Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman


<74
Semusim dan Permukiman

c. Setelah di kelompokkan berdasarkan ketentuan diatas, maka


deliniasilah sehingga tampak kawasan-kawasan yang memilki
fungsi yang berbeda beda.

d. Salinlah ke dalam lembar kerja

e. Maka dihasilkan peta fungsi kawasan.

Hasil untuk analisis fungsi kawasan kecamatan Bukit Barisan


adalah :

N
Simbol Klasifikasi
o

L Kawasan Fungsi Hutan Lindung

2
P Kawasan Fungsi Tanaman Penyangga

3 Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman


T Tahunan

Kawasan Fungsi Kawasan Fungsi Kawasan Fungsi


Lindung Penyangga Tanaman Tahunan

Kawasan fungsi lindung Kawasan fungsi penyangga Kawasan budidaya


adalah suatu wilayah yang adalah suatu wilayah yang tanaman tahunan
keadaan dan sifat fisiknya berungsisebagai pelindung dan adalah kawasan
mempunyai fungsi lindung sebagai budidaya. Letaknya budidaya yang
untuk kelestarian diantara kawasan lindung dan diusahakan dengan
sumberdaya alam, flora dan kawasan budidaya seperti tanaman tahunan
fauna seperti hutan lindung, hutan produksi terbatas, seperti hutan produksi
hutan suaka, hutan wisata, perkebunan tanaman keras, tetap, perkebunan
daerah sekitar sumber mata perkebunan campuran dan lain tanaman keras,
air dan alur sungai, serta lainnya yang sejenis. Satuan tanaman buah, dan
kawasanlindung lainnya. lahan dengan jumlah skor lainnya.
Satuan lahan dengan jumlah ketiga karakteristik fisiknya
skor ketiga karakteristik antara 125-174.
fisiknya sama dengan atau
lebih besar dari 175.
Peta ini merupakan hasil akhir dari tujuan pembuatan peta manual analisis
fungsi

kawasan peta ini diperoleh dari urutan seperti dibawah ini

TOPOGRAFI
PETA LERENG

PETA TANAH
Metode Non
Parametrik
Metode
PETA CURAH HUJAN

PETA ANALISIS
PETA OVERLAY CURAH
FUNGSI KAWASAN
HUJAN + TANAH
KECAMATAN
GUNUNG OMEH
,SULIKI DAN KEC
PETA OVERLAY CURAH
HUJAN + TANAH
+LERENG
Berdasarkan langkah diatas maka peta analisis fungsi kawasan
pada kecamatan Bukit Barisan adalah kawasan hutan
lindung,tanaman penyangga dan tanaman tahunan.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, analisia wilayah
,analisis fungsi kawasan dibuat dalam 6 jenis peta, diantaranya
adalah :
1. Peta lereng Kecamatan Bukit Barisan
2. Peta tanah Kecamatan Bukit Barisan
3. Peta curah hujan Kecamatan Bukit Barisan
4. Peta overlay curah hujan dan tanah Kecamatan Bukit Barisan
5. Peta satuan lahan Kecamatan Bukit Barisan
6. Peta fungsi kawasan Kecamatan Bukit Barisan

You might also like