Professional Documents
Culture Documents
Laporan
Pembuatan peta manual Analisis fisik fungsi kawasan
Kecamatan Bukit Barisan
Oleh :
Kelompok 7
1. RAHMI FITRI
2. YESTITA KARISNA
3. VANDY FAHRUL
4. ANIDYA RAHMI
5. UJANG SHALEH
6. ADI PRATAMA
Laporan ini di susun sebagai tugas mata kuliah analisa wilayah. Dalam
penulisan laporan ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah analisa
wilayah yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan
penulis ini.
Karena sifat & keterbatasan manusia, penulis menyadari bahwa laporan ini
masih banyak kekurangannya. Untuk itu, penulis mengharapkan saran-
saran serta kritik dari semua pihak baik dari dosen pembimbing maupun
dari pembaca laporan ini.
Akhir kata penulis mendoakan agar kita semua senantiasa berada dalam
lindungan Allah SWT dan semoga rahmat serta hidayahNya selalu bersama
kita semua.
Padang, Mei
2014
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan fungsi kawasan di setiap daerah berbeda beda,
sehingga analisis kemampuan lahan sangatlah diperlukan. Dimana
penentuan Kemampuan lahan harus didasarkan pada pertimbangan
faktor biofisik lahan dalam pengelolaannya, agar tidak terjadi
degradasi lahan selama digunakan. Makin rumit pengelolaan yang
diperlukan, maka makin rendah kemampuan lahan untuk jenis
penggunaan yang direncanakan.
Ada beberapa hal-hal yang mendasar dalam analisis fungsi
kawasan serta kemampuan lahan, sehingga diperlukan daya dukung
seperti : peta kondisi tanah, kemiringan lereng, curuh hujan , geologi,
bahaya banjir, DAS, drainase, dan penggunaan tanah. Hal itu
merupakan bahan yang mendasar dalam penentuan ataupun
pengambilan keputusan dalam fungsi kawasan dan kemampuan lahan
di suatu daerah.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari pembuatan peta analisa wilayah adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui perbedaan fungsi kawasan serta kemampuan lahan
2. Mengetahui metode serta langkah kerja dalam menganalisis fungsi
kawasan serta kemampuan lahan
3. Mengetahui perangkat yang digunakan saat menganalisis fungsi
kawasan serta kemampuan lahan dalam suatu kasus
4. Mengetahui dasar pembagian fungsi kawasan
5. Mengetahui bagaimana cara menarik kesimpulan dalam menganalis
fungsi kawasan serta kemampuan lahan dalam suatu kasus
Bahan :
Bahan yang digunakan adalah peta dasar dalam pembuatan peta
manual analisis fungsi kawasan , diantaranya adalah :
1. Peta Topografi
2. Peta Jenis Tanah
3. Peta Geologi
D. Langkah Kerja
Langka kerja dalam membuat peta manual fungsi kawasan untuk
analisa wilayah, yaitu:
PETA GEOLOGI
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
1. Pengantar Analisis
Kemampuan lahan (land capability) adalah penilaian lahan secara
sistematik dan pengelompokannya ke dalam beberapa kategori
berdasarkan atas sifat-sifat yang merupkan potensi dan penghambat
dalam penggunaannya secara lestari. Kemampuan lahan didasarkan pada
pertimbangan faktor biofisik lahan dalam pengelolaannya sehingga tidak
terjadi degradasi lahan selama digunakan. Makin rumit pengelolaan yang
diperlukan, makin rendah kemampuan lahan untuk jenis penggunaan
yang direncanakan. Menurut Notohadiprawiro (1991), kemampuan
lahan menyiratkan daya dukung lahan, sedangkan kesesuaian lahan
menyiratkan kemanfaatan. Sehingga yang mempengaruhi kemampuan
lahan yaitu :
Jenis tanah/ geomorfologi dan kondisi geologi
Curah Hujan / iklim
Kemiringan Lahan
Bahaya Areal
Kemampuan Lahan dipandang sebagai kapasitas lahan untuk suatu
macam penggunaan umum, sedangkan Kesesuaian Lahan dipandang
sebagai kenyataan kemungkinan penyesuaian sebidang lahan bagi satu
macam penggunaan tertentu. Kamus Penataan Ruang (2009), Kesesuaian
lahan diartikan sebagai hal sesuai dan tidak sesuainya tanah untuk
pemanfaatan tertentu.
2. Metode Analisis
Menganalisis suatu fungsi kawasan terhadap kemampuan lahan ,
terdapat metode yang dapat digunakan dalam menganalisis hal tersebut ,
diantaranya :
Metode Non Parametrik
Dalam menggunakan metode ini, analisis yang dapat digunakan
berupa data kualitatif atau analisis Matching (mencocokkan atau
membandingkan dengan syarat kesesuain lahan)
Metode Parametrik
Dalam metode ini, analisis yang digunakan berupa data kuantitatif
yang bersifat penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian
atau yang sering disebut mapping unit ( satuan pemetaan ), metode
ini juga di namakan dengan Scoring ( membagi / mengskorkan dalam
pembagian kemampuan lahan )
3. Kelas Kemampuan Lahan
a. Orde
Merupakan lahan yang dapat diolah dan tidak dapat diolah
b. Kelas ( di bedakan menjadi delapan kelas berdasarkan
kemiringan lereng )
Kelas I ( 0 2 % ) : tidak ada factor pembatas yang berarti ( bias
di atasi )
Kelas II ( 3 - 8 % ) : terdapat 1 / 2 faktor pembatas yang tidak
permanen ( lahan efektif untuk dibudidayakan )
Kelas III ( 9 15 % ) : terdapat pada daerah yang tidak
tergenang air
Kelas IV ( 16 25 % ) : berfungsi untuk zona penyangga
Kelas V ( 26 45 % ) : terletak di daerah dataran pantai
Kelas VI ( 46 65 % ) : tidak untuk lahan pertanian
Kelas VII VIII ( > 66 % ) : lahan yang harus di hutankan
c. Sub Kelas ( factor pembatas / penghambat )
Terdiri dari : lereng, tekstur, ketebalan tanah, drainase, permeabilitas
tanah, salinitas, ancaman banjir, sebaran bahan kasar.
4. Evaluasi Fungsi Kawasan
Pengertian Fungsi Kawasan
Kawasan merupakan wilayah yang memiliki fungsi utama lindung
atau budidaya (UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 point 20, 21, dan 22). Kawasan
lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
alam dan sumber daya buatan. Sedangkan kawasan budidaya
adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi untuk dibudidayakan
atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia dan sumber daya buatan. Selain kawasan lindung dan
kawasan budidaya terdapat pula kawasan penyangga. Kawasan
penyangga adalah kawasan yang ditetapkan untuk menopang
keberadaan kawasan lindung sehingga fungsi lindungannya tetap
terjaga. (Nugraha, dkk 2006: 62). Kawasan penyangga ini merupakan
batas antara kawasan lindung dan kawasan budidaya. Penggunaan
lahan yang diperbolehkan hutan tanaman rakyat atau kebun dengan
sistem wanatani (agroforestry) dengan pengolahan lahan sangat
minim (minimum tillage). Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi
kawasan merupakan pengklasifikasian lahan berdasarkan
karakteristik fisiknya berupa lereng, jenis tanah dan curah hujan harian
rata-rata menjadi kawasan lindung, penyangga, budidaya tanaman
tahunan dan budidaya tanaman semusim, dimana setiap kawasan
mempunyai fungsi utama yang spesifik
Macam- macam fungsi kawasan
Macam Fungsi Kawasan ditetapkan berdasarkan besarnya nilai
skor kemampuan lahan dan kriteria khusus lainnya, sebagaimana
kriteria dan tata cara yang ditetapkan dalam Buku Petunjuk
Penyusunan Pola RLKT (Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah).
Berikut ini fungsi Kawasan berdasarkan kriteria tersebut:
a. Kawasan Lindung (Kode A)
b. Kawasan Penyangga (Kode B)
c. Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan (Kode C)
d. Kawasab Budidaya Tanaman Semusim (Kode D)
a) Kawasan Fungsi Lindung (A)
Kawasan fungsi lindung adalah suatu wilayah yang keadaan
sumberdaya alam air, flora dan fauna seperti hutan lindung, hutan
suaka, hutan wisata, daerah sekitar sumber mata air, alur sungai,
dan kawasan lindung lainnya sebagimana diatur dalam Kepres 32
Tahun 1990. Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi
lindung, apabila besarnya skor kemampuan lahannya 175, atau
memenuhi salah beberapa syarat sebagai berikut :
a. Mempunyai kemiringan lahan lebih dari 40 %
b. Jenis tanahnya sangat peka terhadap erosi (regosol, litosol,
organosol, dan renzina) dengan kemiringan lapangan lebih dari
15 %
c. Merupakan jalur pengaman aliran air/sungai yaitu sekurang-
kurangnya 100 meter di kiri-kanan sungai besar dan 50 meter
kiri-kanan anak sungai.
d. Merupakan perlindungan mata air, yaitu sekurang-kurangnya
radius 200 meter di sekeliling mata air.
e. Merupakan perlindungan danau/waduk, yaitu 50-100 meter
sekeliling danau/waduk.
f. Mempunyai ketinggian 2.000 meter atau lebih di atasa
permukaan laut.
g. Merupakan kawasan Taman Nasional yang lokasinya telah
ditetapkan oleh pemerintah.
h. Guna keperluan/kepentingan khusus dan ditetapkan sebagai
kawasan lindung.
Guna kepentingan khusus dan ditetapkan oleh pemerintah
sebagai kawasan lindung. Dalam menetapkan kawasan lindung
selain ditetapkan berdasarkan karakteristik lahannya, dapat juga
ditetapkan berdasarkan nilai kepentingan obyek, dimana setiap
orang dilarang melakukan penebangan hutan dan mengganggu
serta merubah fungsinya sampai pada radius atau jarak yang telah
ditentukan. Kawasan lindung yang ditetapkan berdasarkan
keadaan tersebut di atas disebut sebagai kawasan lindung
setempat. Kawasan lindung setempat yang dimaksud adalah :
1) Sempadan Sungai yaitu kawasan sepanjang kanan kiri sungai
termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi sungai. Berdasarkan Keputusan Presiden No.
32 Tahun 1990 ditetapkan bahwa sempadan sungai sekurang-
kurangnya 100 meter di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di
kanan kiri anak sungai yang berada di luar permukiman. Untuk
sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang
diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15
meter.
2) Kawasan sekitar mataair yaitu kawasan disekeliling mata air
yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi utama air. Berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/1980 ditetapkan bahwa
pelindung mata air ditetapkan sekurang-kurangnya dengan jari-
jari 200 meter di sekeliling mataair.
3) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yaitu tempat
serta ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs
purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang
mempunyai nilai tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
(Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990). Tujuan perlindungan
kawasan ini adalah untuk melindungi budaya kekayaan budaya
bangsa berupa peninggalan sejarah, bangunan arkeolog dan
monumen nasional dan keanekaragaman bentukan geologi yang
berguma untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari
ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam
maupun manusia.
Kawasan Fungsi Penyangga (B)
Kawasan fungsi penyangga adalah suatu wilayah yang dapat
berfungsi lindung dan berfungsi budidaya, letaknya diantara
kawasan fungsi lindung dan kawasan fungsi budidaya seperti hutan
produksi terbatas, perkebunan (tanaman keras), kebun dan lainnya
yang sejenis. Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan
fungsi penyangga apabila besarnya nilai skor kemampuan
lahannya sebesar 125 -174 dan atau memenuhi kriteria umum
sebagai berikut :
a) Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan
budidaya secara ekonomis.
b) Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai
kawasan penyangga.
c) Tidak merugikan dilihat dari segi ekologi/lingkungan hidup
bila dikembangkan sebagai kawasan penyangga
Kawasan fungsi budidaya tanaman tahunan ( C )
Kawasan ini merupakan kawasan budidaya yang diusahakan
dengan tanaman tahunan seperti Hutan Produksi Tetap, Hutan
Tanaman Industri, Hutan Rakyat, Perkebunan (tanaman keras), dan
tanaman buah - buahan. kawasan dengan fungsi budidaya
tanaman tahunan apabila besarnya nilai skor kemampuan lahannya
124 serta mempunyai tingkat kemiringan lahan 15 - 40% dan
memenuhi kriteria umum seperti pada kawasan fungsi penyangga.
Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Semusim (D)
Kawasan fungsi budidaya tanaman semusim adalah kawasan
yang mempunyai fungsi budidaya dan diusahakan dengan
tanaman semusim terutama tanaman pangan atau untuk
pemukiman. Untuk memelihara kelestarian kawasan fungsi
budidaya tanaman semusim, pemilihan jenis komoditi harus
mempertimbangkan kesesuaian fisik terhadap komoditi yang akan
dikembangkan. Untuk kawasan pemukiman, selain memiliki nilai
kemampuan lahan maksimal 124 dan memenuhi kriteria tersebut
diatas, secara mikro lahannya mempunyai kemiringan tidak lebih
dari 8%.
Dasar Pembagian Fungsi Kawasan
Penetapan mengenai pembagian fungsi kawasan menjadi kawasan
lindung menjadi kawasan budidaya tercantum dalam UU Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Didalamnya diterangkan
mengenai pengertian dari kawasan, kawasan lindung dan kawasan
budidaya. Secara lebih lanjut, untuk dasar pembagian kriteria fungsi
kawasan diatur dalam SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980
dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan tata cara
penetapan hutan lindung dan hutan produksi. Berikut ini pembagian
kriteria penetapan fungsi kawasan. Tiga faktor yang dinilai sebagai
penentu kemampuan lahan, yaitu :
i. Kelerengan lapangan
ii. Jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi
iii. Intensitas hujan harian rata rata
Informasi tersebut didapatkan dari hasil pengolahan peta topografi,
peta tanah, dan data hujan. Klasifikasi dan nilai skor dari ketiga faktor
di atas berturut - turut adalah seperti Tabel 1, Tabel 2 , Tabel 3, dan
Tabel 4 .
Table 1 , Klasifikasi dan
Nilai Skor Faktor Kelerengan Lapangan
Kelas Kelerengan
Klasifikasi Nilai skor
(%)
I 0-8 Datar 20
II 8-15 Landai 40
IV 25-40 Curam 80
Kelas Nilai
Jenis Tanah Klasifikasi
Skor
III Brown Forest Soil, Non Calcic Brown, Mediteran Agak Peka 45
Tabel 3, Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Intensitas Hujan Harian Rata Rata ,
Jenis Tanah Menurut Kepekaannya Terhadap Erosi
IV 27,7-34,8 Tinggi 40
125-174 (kemiringan
II Kawasan fungsi penyangga
lereng 16 25 % )
B. Hasil
Peta yang dibuat dalam untuk mendapatkan hasil anilisi fungsi
kawasan ini adalah peta manual, yang terdiri dari :
1. Peta Topografi
2. Peta Geologi
3. Peta lereng Digunakan sebagai peta
4. Peta tanah
5. Peta curah hujan
6. Peta ( overlay ) curah hujan dan tanh
7. Peta Satuan Lahan overlay curah hujan ,tanah ,dan lereng
8. Peta analisis fungsi kawasan
Hasil peta manual ini didasarkan pada peta yang digunakan dan
di buat selama analisis fisik fungsi kawasan , diantaranya adalah:
1. Peta Topografi
Peta yang dibuat dalam analisis fungsi kawasan ini adalah
berjumlah 8 Peta. Peta-peta ini berdasarkan peta topografi gabungan
bebeerapa lembar pemebntuk kabupaten lima puluh kota . Oleh
sebab itu sebelum pembuatan peta dilakukan terlebih dahulu
penentuan batas kabupaten dan kecamatan serta pemekaran pada
peta yang akan digunakan. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengamati peta topografi kabupaten Lima Puluh Kota . Sumber
Peta : Peta Topografi. Jantop TNI AD. 1984.
2. Peta Lereng
a. Peta lereng dihasilkan dari perhitungan garis kontur pada peta
topografi.
b. Untuk mendapatkan peta topografi Kabupaten Lima Puluh Kota,
maka peta yang dibutuhkan adalah topografi jantop TNI-AD
dengan skala 1:50.000 sejumlah 11 lembar
c. Satukanlah ke-11 lembar peta tersebut.
d. Buatlah batas Kabupaten Lima Puluh Kota pada peta tersebut
e. Karena peta topografi yang digunakan sebagai sumber adalah
peta topografi tahun 1984, maka pada tahun 2014 ini pada
Kabupaten Lima Puluh Kota terjadi banyak pemekaran kawasan.
Sehingga cocokkanlah batas administrasi kabupaten lima puluh
kota pada tahun terakhir.
f. Setelah ada batas administrasi tersebut, maka tampaklah 13
kecamatan pada Kabupaten Lima Puluh Kota, salah satunya
adalah Kecamatan Bukit Barisan.
Peta lereng di dapatkan dari perhitungan garis kontur. Sehingga peta
lereng juga menggunakan peta Topografi.
Sehingga dapat dirumuskan dengan :
Keterangan :
( N 1 ) .Ci
= X 100 N= jumlah garis kontur yang
L.S
memotong diagonal
L = panjang diagonal yang
Atau dapat digunakan
memotong garis kontur
dalam satuan derajat :
S= skala pada peta
( N 1 ) .Ci
=Cotg
L.S
Tabel 1 ,
Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Kelerengan Lapangan
I 0-8 Datar 20
II 8-15 Landai 40
IV 25-40 Curam 80
Sangat
V > 40 100
Curam
Sehingga data yang di peroleh untuk Peta kecamatan Bukit
Barisan kabupaten Lima Puluh Kota adalah kelas lereng I, II, III, IV
dan V.
Lamba
Jenis tanah Skor
ng
Ult Ultisol 60
Ept Inspetisol 75
CH (mm /
R CH (mm/ t ) Klasifikasi Skor
h)
R1 R1 2564,2 7, 02 Rendah 10
R2 R2 1156 3, 16 Rendah 10
R3 R3 2466 7,02 Rendah 10
R4 R4 1665,5 4, 52 Rendah 10
Berdasarkan table diatas maka curah hujan kecamatan Bukit Barisan
dapat diklasifikasi kan pada intensitas rendan dengan skor ( 10 )
5. Peta ( OVERLAY ) curah hujan dan tanah
a. Overlay peta jenis tanah dan curah hujan, hingga di hasilkan
peta yang baru, kemudian pindahkanlah kedalam lembar kerja.
Ept + R1 = Ept +
Ept R1
+ R2 = Ept +
Ept + R3 R2+
Ept
=
Ept + R4 = R3+
Ept
Ult + R1 = R4+
Ult
R1
b. Berikanlah skor untuk jenis tanah dan curah hujan dengan
ketentuan :
Ketentuan untuk jenis tanah, yaitu :
OVERLAY
TANAH SKOR
CURAH HUJAN ( R )
( INSEPTISOL )
R1 10 Ept 75 85
R2 10 Ept 75 85
R3 10 Ept 75 85
R4 10 Ept 75 85
R1 10 Ult 65 75
Jadi peta curah hujan thissen untuk kabupaten lima puluh kota
kecamatan Bukit Barisan memiliki skor 83
6. Peta satuan lahan
a. Untuk mendapatkan peta satuan lahan Kecamatan Bukit Barisan
maka harus meng-overlay peta jenis tanah dan dan curah hujan
serta peta lereng, dengan metode yang sama dengan overlay
peta jenis tanah dan curah hujan.
b. Setelah peta tersebut di overlay, maka pindahkanlah hasilnya
kedalam lembar kerja.
c. Berilah skor pada masing-masing satuan lahan, dengan
ketentuan :
a) Jenis tanah dan curah hujan telah di beri skor, maka yang
akan di beri skor selanjutnya adalah kemiringan lereng,
dengan ketentuan :
OVERLAY
CURAH HUJAN TANAH
LERENG
(R) ( Inseptisol / E pt )
R1 10 Ept 75 I 20
R2 10 Ept 75 II 40
R3 10 Ept 75 III 60
R4 10 Ept 75 IV 80
V 100
Jadi berpatokan dengan penskoran diatas diperoleh lah peta fungsi
kawasan berdasarkan klasifikasi fungsi kawasan.
N
Simbol Klasifikasi
o
2
P Kawasan Fungsi Tanaman Penyangga
TOPOGRAFI
PETA LERENG
PETA TANAH
Metode Non
Parametrik
Metode
PETA CURAH HUJAN
PETA ANALISIS
PETA OVERLAY CURAH
FUNGSI KAWASAN
HUJAN + TANAH
KECAMATAN
GUNUNG OMEH
,SULIKI DAN KEC
PETA OVERLAY CURAH
HUJAN + TANAH
+LERENG
Berdasarkan langkah diatas maka peta analisis fungsi kawasan
pada kecamatan Bukit Barisan adalah kawasan hutan
lindung,tanaman penyangga dan tanaman tahunan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, analisia wilayah
,analisis fungsi kawasan dibuat dalam 6 jenis peta, diantaranya
adalah :
1. Peta lereng Kecamatan Bukit Barisan
2. Peta tanah Kecamatan Bukit Barisan
3. Peta curah hujan Kecamatan Bukit Barisan
4. Peta overlay curah hujan dan tanah Kecamatan Bukit Barisan
5. Peta satuan lahan Kecamatan Bukit Barisan
6. Peta fungsi kawasan Kecamatan Bukit Barisan