You are on page 1of 2

ANALISA KASUS

Penegakan diagnosa tonsilofaringitis pada pasien ini didasarkan atas :


Anamnesis
1. Demam sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit. Demam berlangsung terus
menerus. Demam tertinggi mencapai suhu 39,5 oC.
2. Batuk kering
3. Pilek dengan cairan berwarna bening
4. Kebiasaan mengonsumsi es krim dan makanan ringan setiap hari dengan
frekuensi 1-2 kali sehari

Pemeriksaan fisik
1. Pada hidung ditemukan sekret serous
2. Pada tenggorokan ditemukan faring hiperemis, tonsil T2-T2

Pasien diberikan Paracetamol syrup 3x 200 mg PO. Pemberian diberikan sesuai


dosis, yaitu 10-15 mg/kg dalam sediaan 120 mg/ 5ml. Paracetamol merupakan obat
golongan analgetik-antipiretik yang bekerja untuk menghilangkan nyeri serta
menurunkan panas tubuh. Obat ini sesuai untuk diberikan pada pasien yang saat ini
mengeluhkan adanya demam. Pasien juga diberikan dexamethasone 3x 1 mg IV (sesuai
dosis 0,08-0,3 mg/kg/hari, dibagi dalam 3-4 kali pemberian, dalam sediaan 5 mg/ ml)
sebagai obat simptomatik untuk menekan reaksi inflamasi pada pasien, yang ditandai
dengan pembesaran tonsil, dan hiperemis faring. Obat lain yang diberikan adalah
ambroxol syrup 3x 20 mg PO, ambroxol merupakan zat mukolitik yang berkhasiat
mukokinetik dan sekretolitik, dengan mengeluarkan sekret yang kental dari kelenjar
mokusa dalam saluran pernafasan, dengan dosis 1,2-1,6 mg/kg/hari, dalam sediaan 15
mg/ 5 ml.

Penegakan diagnosa ISK pada pasien ini dilakukan berdasarkan :


Pemeriksaan fisik
Pada genitalia eksterna tampak kotor
Pemeriksaan penunjang
Pada urinalisis ditemukan leukosit esterase positif dua

Pada pasien, sebelum diberikan terapi sebaiknya dilakukan pemeriksaan kultur


dan uji resistensi. ISK sebagian besar disebakan oleh E. coli, Klebsiella, Proteus,
Enterococcus, Staphylococcus saprophyticus, Streptococcus group B, terutama
Pseudomonas aeruginosa, sehingga pasien diberikan amoksisilin 3x 200 mg IV.
Amoksisilin termasuk antibiotik spektrum luas yang menunjukkan efektivitas terhadap
bakteri gram positif maupun gram negative, dengan dosis 35-50 mg/kg/hari dibagi dalam
3-4 kali pemberian. Amoksisilin juga di ekskresi terutama di ginjal, dimana 50-70% tidak
berubah dari dosis yang diberikan dan ditemukan di urin, sehingga menyebabkan
konsentrasinya tinggi di urin.

You might also like