You are on page 1of 3

KETIKA MURID LEBIH LANCAR BERBICARA BAHASA INGGRIS DIBANDING GURUNYA

Teguh Adimarta, S.Pd, M.Pd

Pengantar
Dalam dunia pendidikan, terutama dalam pengajaran bahasa Inggris, sudah menjadi hal yang lumrah dimana guru
bahasa Inggris sebagai orang yang berwenang untuk mengajarkan mata pelajaran bahasa Inggris kepada muridnya
seharusnya menjadi orang yang paling tidak memiliki kemampuan komunikasi bahasa Inggris yang lancar. Dimana paling
tidak, guru yang bersangkutan seharusnya mampu berbicara dalam bahasa Inggris dengan kosa kata dan kelancaran
pengucapan yang mendekati penutur bahasa Inggris asli atau paling tidak memiliki susunan tata bahasa yang bisa dengan
mudah dipahami. Namun ironisnya sekarang ini masih banyak kita temui guru bahasa Inggris di beberapa sekolah di
Indonesia yang kemampuan komunikasi berbicara bahasa Inggrisnya di bawah kemampuan beberapa muridnya.

Kendala Pembelajaran Bahasa Inggris di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Indonesia
Sekarang mari kita bahas terlebih dahulu fenomena ini dari sudut pandang guru yang bersangkutan yang mungkin
bisa kita jadikan sebagai landasan alasan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya guru
pada dasanya adalah lulusan sarjana pendidikan yang telah menempuh pendidikan guru di fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan atau FKIP. Dimana apabila kita berbicara mengenai karakter institusi FKIP ini maka tidak terelakkan kita akan
dihadapkan pada tujuan utama dari institusi ini sebagai tempat untuk mendidik para mahasiswanya menjadi seorang
pendidik di sekolah-sekolah setelah mereka lulus dari FKIP nantinya. Pendidikan bagi para pendidik tentunya
memerlukan suasana serta situasi pembelajaran dalam kelas yang merangsang serta memicu dan bahkan memaksa para
mahasiswanya untuk memiliki visi dan misi serta tujuan yang jelas ketika mereka memilih FKIP sebagai institusi
pendidikan tinggi yang akan melatih mereka agar mereka siap menjadi tenaga pendidik yang handal. Hal ini bisa di ukur
dari seberapa aktif dosen menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar mata kuliah bahasa Inggris di dalam
kegiatan perkuliahan.

Namun harapan bahwa sejogjanya para dosen selalu menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar
ketika mengajar mata kuliah yang berhubungan langsung dengan bahasa Inggris kepada para mahasiswa FKIP jurusan
bahasa Inggris tidak bisa kita asumsikan dan generalkan bahwa semua dosen akan melakukan hal itu. Terkadang masih
ada saja beberapa dosen yang masih tetap menggunakan bahasa Indonesia ketika mengajakan mata kuliah yang
berhubungan langsung dengan kemampuan bahasa Inggris kepada para mahasiswa FKIP jurusan bahasa Inggris. Hal ini
bisa kita dapati di hampir banyak FKIP di berbagai universitas di penjuru Indonesia.

Terlepas dari apakah alasan dosen yang bersangkutan ketika menggunakan bahasa Indonesia bertujuan untuk
lebih memudahkan mahasiswa menangkap inti mata kuliah yang diajarkan yang mungkin dikarenakan mahasiswanya
masih memiliki tingkat pemahaman dan kemampuan bahasa Inggris yang rendah sehingga mengalami banyak kesulitan
dan tidak mengerti ketika dijelaskan menggunakan bahasa Indonesia. Keputusan untuk selalu menggunakan bahasa
Indonesia dalam pengajaran beberapa mata kuliah yang berhubungan langsung dengan bahasa Inggris kepada para
mahasiswa ini justru secara ironis bukannya membuat mereka memiliki kemampuan komunikasi bahasa Inggris yang
lebih baik, namun sebaliknya akan membuat kemampuan komunikasi bahasa Inggris mereka menjadi lebih lambat
daripada yang seharusnya mereka dapatkan.

Secara ironis, hal ini juga akan dijadikan contoh dan pembenaran bagi para lulusan FKIP jurusan bahasa Inggris
untuk menghindari penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar ketika mengajar mata pelajaran bahasa Inggris
kepada para siswa di sekolah nantinya, dengan alasan bahwa dosen mereka juga mencontohkan hal yang sama selama
mereka kuliah dulu dan bahwa murid-murid di sekolah akan lebih mudah memahami ketika penjelasan dijelaskan dalam
bahasa Indonesia.

Mungkin memang benar bahwa para mahasiswa (atau bahkan siswa sekolah) akan lebih mudah memahami inti
dari beberapa mata kuliah (atau mata pelajaran) yang berhubungan langsung dengan bahasa Inggris tersebut, namun
pembiasaan untuk menjelaskan semua mata kuliah (atau mata pelajaran) yang berhubungan langsung dengan bahasa
Inggris dengan menggunakan bahasa Indonesia akan membuat mahasiswa kehilangan esensi dari tujuan mereka ketika
mereka memilih FKIP jurusan bahasa Inggris sebagai institusi yang mereka harapkan bisa membantu mereka untuk
mengembangkan kemampuan pemahaman serta komunikasi bahasa Inggris mereka menjadi lebih baik lagi.

Belajar dari Tantangan Situasi dan Kondisi Para Guru dan Siswa Asing di Sekolah Internasional
Dari pengalaman penulis yang sewaktu masih sarjana S1 pernah mengajar di salah satu Sekolah Internasional
dimana mayoritas guru dan murid-muridnya adalah anak dari para ekspatriat (orang asing) yang bekerja di Indonesia
selama bertahun tahun dan membawa serta seluruh keluarga (anak istri) untuk menetap di Indonesia selama mereka
bekerja di Indonesia, walaupun ada siswa Indonesia namun jumlahnya hanya sekitar 40 persen. Di sekolah internasional
ini tidak semua murid asing berasal dari negara yang memakai bahasa Inggris, karena banyak juga murid asing yang
berasal dari negara-negara Asia serta Eropa dan timur tengah atau negara-negara dari benua Afrika yang notabene semua
negara-negara tersebut tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar komunikasi utama di negara mereka
masing-masing. Sehingga ketika para murid tersebut pindah ke sekolah internasional, mereka pun mengalami kesulitan
untuk memahami penjelasan dari para guru yang tidak bisa berbicara dengan bahasa negara asal para murid-murid baru
ini. Sehingga satu-satunya usaha komunikasi yang bisa dilakukan hanyalah tetap menggunakan bahasa Inggris yang
disertai dengan contoh gerakan agar siswa yang bersangkutan bisa lebih mudah memahami penjelasan guru.

Di Sekolah Internasional semua tingkatan pendidikan mulai dari playgroup, SD, SMP, SMA berkumpul di satu
lokasi sekolah yang sama, dimana semua tingkatan pendidikan itu memakai bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.
Meskipun murid itu masih pada tingkat pendidikan playgroup, TK atau SD kelas 1 dan misal berasal dari Korea yang
masih tidak bisa dan bahkan belum pernah belajar bahasa Inggris sekalipun, namun guru terpaksa cuma bisa memakai
bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar komunikasi karena gurunya tidak bisa bahasa Korea dan anak Korea ini tidak
bisa bahasa Indonesia maupun Inggris. Disinilah kreatifitas guru untuk bisa membuat muridnya paham akan penjelasan
dia ditantang dengan sangat keras. Dengan usaha pantang menyerah dan kesabaran biasanya membutuhkan sekitar 6
bulan agar murid asing ini mulai pelan-pelan memahami penjelasan gurunya dan mulai pelan-pelan bisa sedikit
mengatakan beberapa kalimat dalam bahasa Inggris. Hal ini bisa terjadi karena para guru yang mengajar disana di
tempatkan pada situasi dan kondisi yang memaksa mereka untuk selalu konsisten memakai bahasa Inggris apapun yang
terjadi, seberapa pun situasi dan kondisinya membuat para guru di sana frustasi mengenai bagaimana cara membuat
murid asing ini memahami penjelasan dalam bahasa Inggris, namun bahasa Inggris tetap harus dipakai sebagai bahasa
pengantar.

Ketiadaan pemaksaan situasi dan kondisi seperti contoh di atas lah yang membuat para guru dan dosen di banyak
sekolah atau kampus di Indonesia beralih menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar penjelasan ketika
mulai putus asa melihat para siswanya atau mahasiswa tidak mengerti sama sekali penjelasan dengan menggunakan
bahasa Inggris. Padahal kalau dipikir-pikir situasi dan kondisi yang dihadapi oleh para guru di Sekolah Intenasional yang
sering mendapatkan siswa asing entah dari negara Asia, timur tengah, afrika dan eropa yang sama sekali tidak bisa bahasa
Inggris lebih membuat frustasi dibanding dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh para guru dan dosen yang
mengajar bahasa Inggris di sekolah atau kampus di Indonesia, karena guru dan dosen bahasa Inggris yang mengajar di
sekolah atau kampus di Indonesia masih berhadapan dengan para siswa yang notabene masih orang Indonesia juga.

Namun hal ini yang justru menjadi kelemahan terbesar para guru dan dosen di Indonesia, karena ketika guru atau
dosen yang bersangkutan merasa frustasi cara membuat murid memahami penjelasan yang disampaikan dalam bahasa
Inggris, akhirnya guru dan dosen tersebut memutuskan untuk memakai bahasa Indonesia. Dimana hal ini tidak mungkin
bisa dilakukan oleh guru dan dosen ini apabila misalnya dia bertugas mengajar siswa asing yang sama sekali tidak bahasa
Indonesia.

Tantangan Motivasi Untuk Para Guru Bahasa Inggris dan Dosen Bahasa Inggris
Cara paling efektif untuk memaksa dan membiasakan siswa dan mahasiswa aktif menggunakan bahasa Inggris
adalah dengan cara meminta mereka melakukan presentasi mengenai materi pelajaran atau mata kuliah bahasa Inggris
yang sedang dipelajari di dalam kelompok di depan kelas secara bergantian dengan menggunakan bahasa Inggris. Dengan
begini maka para siswa dan mahasiswa akan terpaksa terpacu untuk belajar berkomunikasi secara aktif dengan
menggunakan bahasa Inggris, tentu saja komentar, kritik, serta saran yang membangun (dan tidak menjatuhkan) terkait
materi atau terkait kesalahan kosa kata, tata bahasa dan lainnya harus diberikan oleh guru dan dosen yang bersangkutan
tiap kali presentasi selesai dilakukan oleh para siswa atau mahasiswa.

Motivasi adalah satu-satunya hal yang bisa memaksa baik siswa, guru, dosen, sekolah atau kampus untuk
mempelajari bahasa Inggris dan berkomunikasi secara aktif dengan menggunakan bahasa Inggris. Dan karena itulah,
sebenarnya salah satu cara yang bisa dipakai oleh pihak otoritas sekolah atau kampus untuk memotivasi para siswa atau
mahasiswa belajar bahasa Inggris secara aktif adalah dengan memprasyatkan nilai TOEIC atau TOEFL yang jumlah
minimalnya bisa ditentukan sesuai kondisi kemampuan para siswa atau mahasiswanya sebagai salah satu syarat kelulusan
bila ingin mendapatkan ijazah kelulusan. Dengan begini maka siswa atau pun mahasiswa akan terpacu untuk belajar
meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya supaya nilai TOEIC atau TOEFL bisa tinggi sehingga mereka bisa lulus dan
dapat ijazah bukti kelulusan nantinya.

Revolusi Motivasi Untuk Para Mahasiswa FKIP Jurusan Bahasa Inggris


Terkadang masih saja banyak ada mahasiswa FKIP jurusan bahasa Inggris yang sudah pada tingkatan semester
lima bahkan sampai semester tujuh yang secara ironis masih belum bisa dan bahkan merasa malu untuk berbicara bahasa
Inggris dengan lancar dan masih mengalami kesulitan memahami artikel atau buku kuliah berbahasa Inggris. Fakta bahwa
mereka sudah berada di semester atas atau semester akhir seharusnya tercermin dari kemampuan komunikasi bahasa
Inggris mereka yang sejogjanya sudah jauh lebih bagus dibanding ketika mereka pertama kali masuk FKIP sebagai
mahasiswa baru. Kadang terbersit pertanyaan di benak penulis, memangnya apa sih usaha yang sudah para mahasiswa
tingkatan semester atas atau semester akhir ini lakukan (atau tidak lakukan) selama perkuliahan bertahun-tahun yang
membuat mereka masih tidak bisa berkomunikasi dengan lancar menggunakan bahasa Inggris dimana padahal sebentar
lagi mereka akan lulus dan berharap menjadi guru bahasa Inggris?
Kalau tujuannya hanya sekedar untuk mendapatkan ijazah saja, maka hal yang seharusnya disadari oleh
mahasiswa yang bersangkutan adalah, fakta bahwa sekolah yang bersangkutan cuma akan bersedia menerima pelamar
yang tidak saja kemampuan mengajarnya yang bagus namun juga kemampuan komunikasi bahasa Inggris yang juga
harus bagus yang juga tercermin dari ijazahnya. Sehingga kecil kemungkinan para lulusan FKIP yang masih belum lancar
berbicara bahasa Inggris dengan ijazah bernilai rendah akan bisa mendapatkan pekerjaan sebagai guru bahasa Inggris di
sekolah manapun.

Mahasiswa seharusnya cukup cerdas untuk memahami bahwa mereka seharusnya tidak cukup untuk hanya
menunggu saja disuapi oleh para dosen untuk mengembangkan kemampuan komunikasi bahasa Inggris mereka.
Seharusnya selain dari mata kuliah yang diajarkan oleh para dosen, mahasiswa diharapkan memiliki kesadaran akan
rendahnya kemampuan bahasa Inggisnya yang seharusnya membuat mereka memiliki inisiatif untuk menempuh segala
macam cara yang diperlukan agar pengembangan kemampuan mereka dalam berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa Inggris bisa benar-benar didapatkan.

Karena apabila berpijak pada tujuan mereka untuk menjadi guru bahasa Inggris, maka bayangan akan sosok guru
seperti apa yang diharapkan oleh para murid untuk memberikan pengajaran bahasa Inggris kepada mereka di depan kelas,
seharusnya sudah dipikirkan oleh mahasiswa yang bersangkutan. Dimana tentunya mahasiswa sudah pasti tidak ingin
bahwa nantinya ketika dia menjadi guru di depan kelas dia akan diremehkan oleh para muridnya karena sebagai guru
bahasa Inggris justru ironisnya dia tidak bisa berbicara berbahasa Inggris dengan lancar.

Perkembangan Kondisi Siswa Sekolah Jaman Sekarang Sebagai Motivasi Untuk Para Mahasiswa FKIP Jurusan
Bahasa Inggris
Dengan semakin majunya era globalisasi saat ini, maka para murid di sekolah biasanya sudah sedari usia dini
terpapar dengan berbagai media seperti televisi, majalah, koran, internet, social media seperti facebook, twitter, dan
bahkan komik dan game playstation yang seringkali menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya. Belum
lagi fakta semakin bertebarannya tempat kursus bahasa Inggris dimana-mana yang membuat para murid-murid ini banyak
yang sudah mempelajari bahasa Inggris sejak usia dini, sehingga ketika memasuki usia sekolah SD, SMP, SMA,
kemampuan bahasa Inggris mereka, paling tidak dalam hal berkomunikasi dan memahami serta menggunakan
menggunakan bahasa Inggris sesuai dengan konteks percakapan sudah bisa dikatakan lancar dan tidak ada kendala.

Dimana tentunya para murid ini akan membandingkan kemampuan sang guru bahasa Inggris dengan kemampuan
si murid itu sendiri dalam berkomunikasi, dalam hal grammar mungkin saja sang guru bahasa Inggris tahu lebih detail,
namun apabila dalam penyampaian dan berkomunikasi kepada para murid di kelas dengan menggunakan bahasa Inggris
sang guru tidak begitu lancar maka image serta kredibiltas guru yang bersangkutan akan dinilai rendah di mata murid
murid seperti ini.

Apabila situasi pembelajaran oleh para dosen di kampus FKIP jurusan bahasa Inggris kurang begitu membantu
pengembangan serta penyediaan wadah pelatihan bagi para mahasiswa untuk secara aktif menggunakan bahasa Inggris
sebagai media berkomunikasi serta presentasi dalam kelas, maka ada beberapa cara informal yang mungkin bisa
dilakukan oleh para mahasiswa agar paling tidak tetap bisa belajar berbicara bahasa Inggris.

Misalnya 1)sering-sering mencoba mengobrol dengan teman seangkatan dengan menggunakan bahasa Inggris
setiap hari atau 2)bahkan bisa juga mencoba menggunakan media video chatting (skype) untuk mengobrol dengan orang-
orang dari luar negeri atau 3)belajar berbicara sendiri di depan cermin dengan bantuan media lagu, film, atau buku serta
novel berbahasa Inggris dengan cara mencoba mengikuti cara pengucapan yang benar yang di ucapkan oleh aktor luar
negeri di dalam DVD film barat atau lagu barat yang diikuti dengan mengamati penulisan teks bahasa Inggris pada
subtittles film barat tersebut 4)aktif mengajar les private bahasa Inggris di luar atau 5)aktif mengikuti kegiatan kampus
yang berhubungan bahasa Inggris (seperti English debate club atau English speech club atau English story telling atau
English drama club) atau 6)mengikuti berbagai kegiatan di luar kampus yang menggunakan bahasa Inggris sebagai
bahasa pengantar (seperti lomba menulis essay bahasa Inggris, lomba pidato bahasa Inggris atau lomba debat bahasa
Inggris antar universitas).

Jadi yang namanya pengembangan kemampuan komunikasi dalam berbicara bahasa Inggris tidak selalu cuma
tersedia dalam wadah formal di dalam kelas. Selama mereka masih belum bisa memahami isi pembicaraan atau tulisan
yang dituturkan oleh orang lain (atau penutur asli dari negara barat) dan mereka belum bisa membuat orang lain (atau
penutur asli dari negara barat) memahami hal yang mereka bicarakan dalam bahasa Inggris. Maka sudah saatnya
mahasiswa yang bersangkutan tahu diri dan memperbaiki kemampuan komunikasi bahasa Inggris mereka sebelum
mereka malu nantinya ketika mengajar di depan murid di sekolah dan justru malah di remehkan oleh muridnya sendiri.

You might also like