Professional Documents
Culture Documents
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat:
Melakukan nalisa gas buang kendaraan bermotor menggunakan alat uji emisi
Tentunya kita sudah mendengar dan membaca artikel-artikel tentang kondisi kota-kota
besar di Indonesia yang sudah tercemar dan akan terus semakin parah bila kita tidak mau peduli
dari ancaman tersebut. Mungkin banyak orang berpikir bahwa hal tersebut tidak seburuk yang
diperkirakan, bahkan ancaman gas beracun tersebut telah menelan banyak korban meninggal
dunia dan beberapa diantaranya dimuat di media cetak, hal tersebut belum cukup menyadarkan
manusia bahwa lingkungannya tidak seramah dulu lagi dan Jakarta adalah urutan ketiga kota
tercemar di dunia, bisa jadi akan menyusul menjadi peringkat dua. Penyuplai pencemaran udara
tersebut terbesar (70-80%) adalah kendaraan bermotor dari segala jenis dan model yang
digunakan masyarakat.
Sudah saatnya kita sama-sama peduli kondisi ini dan hal tersebut dapat diatasi bila kita
mau peduli kondisi tersebut dan saya percaya di tengah kondisi ekonomi yang diawali krisis
moneter tahun lalu hingga krisis di berbagai bidang saat ini yang melanda bangsa Indonesia.
Emisi gas buang kendaraan bermotor dari segala model mesin pembakaran di dalam (Internal
combustion engine), dengan penyempurnaan konstruksi dan teknologi yang diterapkan, tetap
menghasilkan emisi gas buang, hal ini terjadi karena perubahan wujud bahan bakar dan udara
pada saat terjadi proses pembakaran.
JENIS BAHAN BAKAR
Bahan bakar yang digunakan pada kendaraan bermotor dan didapatkan dari Pom bensin
(SPBU) dan eceran melalui truk tangki terbagi menjadi 3 kelompok :
A.Bensin
Bahan bakar bensin dibagi menjadi beberapa jenis dengan perbedaan nilai octane
(RON=Research Octane Number) dan kandungan timah hitam. Bahan timah hitam (Pb) pada
bensin berfungsi menaikkan nilai octan dengan senyawa organik TEL(Tetra ethyl lead) yang
tentunya menghasilkan partikel debu timah hitam. Bensin terdiri dari beberapa jenis :
1.Bensin premium
2.Bensin premix
Bahan bakar ini dikonsumsi kendaraan dengan mesin/motor bensin 4 langkah dan
rotari yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar dengan nilai octan min.92, hal ini
disebabkan tuntutan teknologi mekanisme engine dan sistem pendukung lainnya,
sehingga engine dapat beroperasi dengan baik menghasilkan tenaga sesuai spesifikasi
engine tersebut.
3.Bensin super TT
Bensin super tanpa timbal (TT) mempunyai nilai octan min.98 bahan bakar ini
dikonsumsi kendaraan dengan menggunakan mesin/motor bensin yang menggunakan
sistem engine management yang mengintegrasikan kerja sistem pendukung dan
menggunakan katalisator yang menekan emisi gas buang sekecil mungkin.
Bahan bakar bensin jenis ini pada umumnya digunakan pada kendaraan dengan
mesin/ motor 2 langkah. Nilai octan min.74 sehingga bahan bakar ini cocok untuk
mesin/engine dengan tekanan kompresi rendah.
Catatan:
Katalisator menuntut penggunaan bahan bakar yang bebas timbal agar kinerja alat
tersebut tidak terganggu mengkatalisasi emisi gas buang tersebut. Pengganti timah hitam
untuk menaikkan nilai octan digunakan bahan lain yang bukan logam seperti MTBE
(Methyl tertiary buthyl ether) juga sebagai bahan Additive anti knocking.
B.Solar
Bahan bakar solar yang digunakan pada kendaraan dengan mesin/motor diesel baik 2
langkah dan 4 langkah membutuhkan nilai cetana yang tinggi, nilai cetana yang dipersyaratkan
untuk motor-motor diesel min.45. Untuk motor diesel dengan high performance atau dengan
diesel engine management menuntut nilai cetane mencapai 50.
C.Gas
Bahan bakar gas yang tersedia di beberapa pom bensin di kota-kota besar yang dapat
dikonsumsi motor/mesin bensin dan diesel (masih uji coba) terdiri dari :
1.CNG
Bahan bakar gas CNG (Compressed Natural Gas) yang dikonsumsi kendaraan
dengan menggunakan engine/mesin bensin 4 langkah dan diesel yang sedang diuji coba,
gas ini disuplai ke tangki-tangki gas pada kendaraan dengan menggunakan tekanan yang
tinggi . Pada umumnya kendaraan yang menggunakan gas juga memiliki sistem bahan
bakar lainnya (Dual sistem).
2.LPG
Bahan bakar gas LPG (Liquified Petroleum Gas), gas ini pada umumnya
mempunyai bahan dasar butane dan propane dan dikonsumsi kendaraan dengan
mesin/engine bensin dengan instalasi sistem bahan bakar gas di samping sistem bahan
bakar bensin, nilai octan bisa mencapai 100, saat ini masih digunakan terbatas pada taxi-
taxi, sedangkan di negara lain seperti Australia sudah memasyarakat penggunaannya.
1.PROSES PEMBAKARAN
Tenaga yang dihasilkan kendaraan bermotor dihasilkan dari perubahan energi bahan
bakar menjadi tenaga gerak, perubahan energi bersumber dari hasil pembakaran bahan bakar.
Proses pembakaran pada laboratorium antara bahan bakar bensin dengan persenyawaan oksigen
yang terdapat di udara 21 % dengan perbandingan 1 : 14.7 (stoichiometri) akan terjadi
pembakaran yang sempurna menghasilkan CO2 (Carbon dioksid) dan H2O (Uap air).
2.REAKSI PEMBAKARAN
6.Mekanisme engine/mesin
Proses pembakaran pada motor bensin terjadi setelah bahan bakar dan udara yang
bercampur oleh sistem aliran udara akibat langkah hisap (pengisian) pada sistem bahan bakar
menggunakan karburator, sedangkan pada sistem injeksi bensin menyuplai dengan informasi
yang diterima sebelumnya dari beberapa sensor sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan
lebih proporsional. Bahan bakar dan udara yang tercampur secara homogen akibat turbulensi
dan gesekan udara pada ruang silinder saat langkah kompresi dan berubah ujud menjadi gas yang
siap untuk dibakar.Pembakaran terjadi karena penyulutan (spark) oleh busi dari kerja sistem
pengapian dan diatur sedemikian rupa waktu penyalaannya.dan pembakaran ini menghasilkan
explorasi yang besar menekan piston ke bawah .Gaya tersebut akan tersimpan pada roda gaya
untuk melakukan langkah berikutnya dan tenaga yang dihasilkan untuk memikul beban
kendaraan
Proses pembakaran motor diesel terjadi setelah udara yang terhisap ke dalam silinder
pada saat langkah hisap (pengisian ) menjadi panas akibat langkah kompresi. Beberapa derajat
engkol piston akan mencapai titik mati atas, injektor oleh sistem bahan bakar diesel
menginjeksikan bahan bakar ke ruang bakar (combustion chamber ) atau ruang muka, dengan
cepat bahan bakar solar yang diinjeksi dengan pengatomisasian yang tinggi menyerap panas dan
terbakar dengan sendirinya.
Pembakaran ini menimbulkan explorasi yang besar dan menghasilkan tenaga yang digunakan
untuk melanjutkan langkah berikutnya dari siklus kerja engine dan tenaga untuk menggerakkan
serta memikul beban/muatan kendaraan. Perbandingan campuran pada bahan bakar dan udara
pada motor diesel cenderung lebih kurus dengan lambda 1,1 s/d 1,2. Hal ini menyebabkan
kecenderungan menghasilkan Nox lebih tinggi, disamping saat injeksi yang harus tepat.
Perubahan saat injeksi 1 derajat engkol akan mempengaruhi Nox 5% dan HC 15%.
Gas buang motor bensin dan diesel terdapat banyak persamaan, dan jika dibandingkan
terdapat yang dominan karena perbedaan bahan bakar dan proses pembakarannya. Jenis motor
bensin lebih dominan terhadap CO, HC, dan Pb sedangkan motor diesel lebih dominan terhadap
SO2 dan unsur C yang menimbulkan kepekatan asap knalpot. Wujud gas pencemar dari knalpot
kendaraan bermotor, hanya sebagian kecil yang dapat diinterpretasikan dengan kemampuan indra
manusia selebihnya harus mengggunakan peralatan pengukur sehingga diketahui jenis dan
jumlahnya.
Gas buang motor bensin jauh lebih berbahaya dibanding dengan mesin diesel, emisi gas
buang mesin bensin pada umumnya tidak terlihat oleh mata namun sangat membahaya-kan untuk
kelangsungan hidup manusia CO (Corbon monoksida) tidak berwarna dan tidak beraroma, gas
ini terjadi bila bahan bakar atau unsur C tidak mendapat ikatan yang cukup dengan O2 artinya
udara yang masuk ke ruang silinder kurang atau suplai bahan bakar berlebihan HC (Hidro
carbon) Warna kehitam-hitaman dan beraroma cukup tajam , gas ini terjadi apabila proses
pembakaran pada ruang bakar tidak berlangsung dengan baik atau suplai bahan bakar berlebihan
Pb (timah hitam) tidak berwarna dan tidak beraroma memiliki berat jenis lebih berat dari udara ,
partikel ini terjadi pada semua bahan bakar yang menggunakan timbal seperti bensin dan premix
CO2 (Carbon dioksida), tidak berwarna dan tidak beraroma, gas ini terjadi akibat pembakaran
yang sempurna antara bahan bakar dan udara dalam hal ini oksigen Nox (Nitrogen oksida), tidak
berwarna dan tidak beraroma, gas ini terjadi akibat panas yang tinggi pada ruang bakar akibat
proses pembakaran sehingga kandungan nitrogen pada udara berubah menjadi Nox asap (Smoke)
berwarna hitam keabu-abuan dari hasil pembakaran engine/mesin diesel, hal ini terjadi karena
kurangnya suplai udara yang akan bersenyawa dengan bahan bakar, tekanan pembukaan injector
rendah, saat penginjeksian tidak tepat dan beban yang berlebihan
Bila kandungannya pada suatu ruangan men-capai 3000 ppm (Part per million) dapat
membunuh manusia dalam waktu 30 menit, karena sifat carbon monoksida mudah beradap-tasi
dengan darah dan kandungan CO pada darah akan menolak oksigen yang dibutuhkan oleh darah
sehingga tubuh kekurangan oksigen dan tamatlah riwayatnya.
Gas ini dapat mengakibatkan iritasi pada mata, hidung dan tenggorokan dan pada
akhirnya menjadi penyakit yang serius Partikel ini sangat berbahaya bagi kelangsung-an hidup
generasi penerus karena partikel melayang pada ketinggian kurang dari 1 meter dari permukaan
tanah dan konsumennya adalah anak-anak, partikel ini akan merusak jaringan otak anak dan
menurunkan tingkat kecerdasan.Gas ini mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari udara,
sehingga cepat sekali bergerak ke atas dan mengakibatkan efek rumah kaca dan pemanasan
global.Gas ini mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari udara dan mengambil tempat di awan
dan menimbulkan hujan asam yang mempengaruhi tumbuh-tumbuhan Partikel asap ini dapat
menimbulkan iritasi mata, saluran pernafasan, tenggorokan dan gejala kanker
1.Penyetelan campuran terlalu gemuk atau regulasi pembukaan injektor terlalu lama
9.Pemakaian busi tidak sesuai dengan kondisi engine atau kondisi busi yang sudah jelek
3.Radang tenggorokan
4.Menurunkan aktifitas
11.ECU tidak berfungsi dengan baik sehingga pembukaan inkjektor tidak dapat diregulasi
dengan baik
2.Batuk-batuk
3.Ngantuk
4.Bercak-bercak dikulit
Kepekatan dinyatakan terlalu tinggi bila melampaui ambang batas yang ditentukan oleh
pemerintah sebesar 50 % atau nilai koeficient (K faktor) 1.9, kepekatan tersebut
disebabkan:
Tabel 1 memperlihatkan sumber emisi dan standar kesehatan yang ditetapkan oleh
pemerintah melalui keputusan Bapedal. BPLHD Propinsi DKI Jakarta pun mencatat bahwa
adanya penurunan yang signifikan jumlah hari dalam kategori baik untuk dihirup dari tahun ke
tahun sangat mengkhawatirkan.
Dimana pada tahun 2000 kategori udara yang baik sekitar 32% (117 hari dalam satu
tahun) dan di tahun 2003 turun menjadi hanya 6.85% (25 hari dalam satu tahun). Hal ini
menandakan Indonesia sudah seharusnya memperketat peraturan tentang pengurangan emisi baik
sektor industri maupun sektor transportasi darat/laut. Selain itu tentunya penemuan-penemuan
teknologi baru pengurangan emisi dilanjutkan dengan pengaplikasiannya di masyarakat menjadi
suatu prioritas utama bagi pengendalian polusi udara di Indonesia.
Jenis
Kendaraan Tahun O2 CO NO NOX
Bermotor
(1)30100 ppm (1)26 ppm (1)27 ppm
Honda Revo 2010 -
(2)28800 ppm (2)26 ppm (2)27 ppm
Jupiter Z 2011 - - 33 ppm 35 ppm
VI. ANALISA PERCOBAAN
VII. KESIMPULAN
VIII. PERTANYAAN
Sebutkan peraturan-peraturan pemerintah baik dari Kementrian Lingkungan Hidup,
Kementrian Kesehatan maupun peraturan daerah yang mengatur mengenai nilai ambang
batas dari emisi gas buang dari kendaraan bermotor?
Jawaban:
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BAKU MUTU EMISI GAS
BUANG KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU KATEGORI L3
A. Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dengan Metoda Uji NEDC
KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU KATEGORI L DENGAN PENGUJIAN
TIPE I (MODE TEST)
B. Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dengan Metoda Uji WMTC
Catatan:
1. WMTC: (Worldwide Harmonized Motorcycle Emissions Certification
Procedure)
2. Vmax adalah kecepatan maksimum kendaraan sebagaimana dinyatakan oleh
produsen, diukur sesuai dengan Directive Uni Eropa (UE) No. 95/1/EC.