You are on page 1of 38

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik, seyogianya kedudukannya setara dengan

penyakit fisik lainnya. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan

yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti

ketidak mampuan serta invalisasi baik secara individu maupun kelompok akan menghambat

pembangunan, karena tidak produktif dan tidak efisien. Gangguan jiwa (mental disorder)

merupakan salah satu empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan

indrustri keempat kesehatan utama tersbut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan

jiwa dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak di anggap sebagai gangguan

jiwa yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam

arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok akan

menghambat pembangunan, karena tidak produktif dan tidak efisien (Yosep, 2007).
Skizofrenia merupakan psikosis fungsional paling berat, dan menimbulkan

disorganisasi personalitas terbesar, pasien tidak mempunyai realitas, sehingga pemikiran dan

perilakunya abnormal di Rumkital Dr. Ramelan PAV VI A terdapat 16 klien (100%) dan ada 4

klien yang mengalami gangguan Skizofrenia Paranoid (25%) . Di Indonesia, sekitar 1% 2%

dari total jumlah penduduk mengalami skizofrenia yaitu mencapai 3 per 1000 penduduk,

prevalensi 1,44 per 1000 penduduk di perkotaan dan 4,6 per 1000 penduduk di pedesaan

berarti jumlah penyandang skizofrenia 600.000 orang produktif.


Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat di seluruh dunia adalah gangguan jiwa

skizofrenia. Skizofrenia berasal dari dua kata Skizo yang artinya retak atau pecah (spilit),

dan frenia yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita gangguan jiwa

Skizofernia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian

(splitting of of personality).
Di dalam otak terdapat miliaran sambungan sel. Setiap sambungan sel menjadi tempat

untuk meneruskan maupun menerima pesan dari sambungan sel yang lain.sambungan sel

1
tersebut melepaskan zat kimia yang di sebut neurotransmitter yang membawa pesan dari

ujung sambungan sel yang satu ke ujung sambungan sel yang lain.Di dalam otak yang

terserang skizofrenia,terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistem komunikasi tersebut.

Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada

kepribadian distorsi khas proses pikir,kadand-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya

sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya,waham yang kadang-kadang

aneh,gangguan persepsi,afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya

dan autism. Meskipun demikian,kesadaran yang jernih dan kapasitas intelektual biasanya

tidak terganggu.

BAB II
ANAMNESIS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 28 Desember 1990
Usia : 26 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Betawi
Pendidikan Terakhir : SMK
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Alam Sutera, Tanggerang Selatan

2
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Autoanamnesis : Diambil tanggal 06 Januari pukul 14.30 WIB di kediaman pasien di
Tanggerang Selatan.
Alloanamnesis : Diambil tanggal 06 Januari pukul 15.30 WIB di kediaman pasien di
Tanggerang Selatan dengan orang tua pasien.

A. Keluhan utama
Keluar dari rumah tanpa menggunakan celana.(luaran maupun underwear)

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien hendak dibawa ke Rumah Sakit Jiwa oleh orangtua pasien karena pasien pergi
dari rumah tanpa menggunakan celana menurut pengakuan pasien ia merasa ada yang
membisikan dirinya untuk pergi dari rumah tanpa memakai celana , 3 hari sebelumnya
(tanggal 3 Januari 2017), pasien mengamuk dan pergi dari rumah setelah puas mengamuk
tanpa menggunakan baju sehelai pun. Pasien mengamuk dikarenakan ia meminta uang
kepada ibu nya namun tidak diberikan uang sebanyak yang ia mau. Pasien mengamuk
dengan cara teriak - teriak dan mengeluarkan kata - kata kotor. Selain itu, pasien juga
hendak mencelakakan anaknya yakni ia ingin menjatuhkan anaknya dari gendongannya.
Setelah puas mengamuk dengan orang rumah pasien pergi dari rumah tanpa mengenakan
baju sehelai pun. Saat ayah pasien berusaha mencegah pasien untuk pergi, ia kembali
mengamuk dan mendorong ayahnya sehingga hampir terjatuh. Pasien juga mengaku ia
merasa sering menjadi bahan pembicaraan oleh tetangga tetangganya dan jug merasa
bahwa tetangganya iri kepadanya selain itu ia juga merasa diguna-guna oleh orang-orang
yang tidak suka kepada dirinya.

Lebih kurang 5 bulan yang lalu orangtua pasien melihat pasien sering berbicara dan
tersenyum sendiri namun walaupun demikian pasien tidak pernah marah-marah kepada
orang disekitarnya.Saat itu pasien juga tampak mulai tidak mampu mengurus dirinya
sendiri.Pasien tidak pernah mandi, menggosok gigi, serta tidak pernah mengganti
pakaiannya walaupun sudah berbau. Pasien melakukan hal tersebut karena pasien merasa
bahwa apa yang disediakan orangtuanya untuk keperluan sehari-haritidak baik. Akhirnya
pun pasien pergi dari rumah dikarenakan ada yang menyuruhnya untuk pergi ke daerah
Tanah Abang, Jakarta Pusat namun ditengah perjalanan pasien mengaku ia ditangkap
kemudian dibawa oleh petugas Satpol PP dan dititipkan di Panti Sosial di daerah

3
Cengkareng selama 4 bulan hingga akhirnya akhir tahun 2016 ia dijemput oleh
keluarganya untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.

Lebih kurang satu setengah tahun yang lalu, pasien merasa dirinya baik baik saja
tidak merasakan sesuatu yang berubah pada dirinya. Kehidupannya dijalani seperti biasa,
membantu ibu dirumah dan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Pasien pun tidak
mengeluhkan adanya keluhan apapun seperti perasaan sedih, murung, maupun kehilangan
minat. Menurut saudara pasien, pasien hidup layaknya orang pada umumnya. Hubungan
pasien dengan keluarganya juga cukup baik. Pasien memiliki hubungan yang dekat dengan
semua saudara kandungnya, juga dengan ibunya dan ayahnya. Sampai pada akhirnya
pasien pergi dari rumah bersama dengan teman-temannya dan sempat tidak pulang
beberapa hari. Mulai dari saat itu ia menjadi lebih sering marah marah sendiri, berbicara
sendiri. Disusul beberapa bulan kemudian pasien diketahui hamil. Dari saat itu pun pasien
mulai tidak stabil secara emosi, jiwa, dan raga..

C. Riwayat gangguan sebelumnya


1. Riwayat Gangguan psikiatri
Lebih kurang delapan tahun yang lalu, menurut pengakuan orangtuanya, saat pasien
lulus dari jenjang sekolah menengah pasien putus dengan pacarnya oleh karena orangtua
kekasihnya tidak setuju dengan hubungan mereka.Hubungan pasien dengan kekasihnya
tidak disetujui lantaran perbedaan latar belakang keluarga mereka. Setelah kejadian
tersebut, keluarganya mengatakan sikap pasien mulai berubah dan tampak aneh, seperti
pasien mulai curiga pada orang-orang di sekitarnya akan berbuat buruk padanya dan
pasien mulai sering marah-marah hingga membanting barang. Pasien menjadi sering
meminta uang jajan yang berlebihan berulang kali kepada orangtuanya. Apabila keinginan
pasien tidak dipenuhi oleh orangtuanya, maka pasien akan memarahi kedua orangtuanya
hingga berkata kasar kepada mereka.
Ayah pasien juga mengatakan bahwa pasien sering merasa kesal tidak pernah punya
pekerjaan tetap. Menurut ayahnya, pasien pernah mengamuk kepada tetangganya hingga
akhirnya pasien dibawa ke Yayasan untuk diberikan pengobatan. Saat berada di Yayasan
tersebut, menyebabkan pasien trauma dan berpikir bahwa keluarganya sengaja
membawanya ke tempat tersebut karena berniat menyakitinya. Sejak saat itu pasien mulai
berpikir bahwa ayah dan ibunya akan selalu berniat berbuat buruk dan berniat
menjebloskan pasien ke rumah sakit jiwa.

4
2008 2015 2016 2017

pasien mulai Sering marah-marah, Pasien masih sering Marah-marah,


curiga pada jarang marah-marah, bicara sendiri
orang-orang di berkomunikasi waham kejaran (+) (halusinasi
sekitarnya dengan anggota auditorik), waham
akan berbuat keluarganya, bicara kejaran (+)
buruk sendiri (halusinasi
padanya. Dan auditorik), waham
mulai berpikir kejaran (+)
ayah dan
ibunya akan
selalu berniat
berbuat buruk
(waham
kejaran)

2. Riwayat Gangguan medis


Riwayat darah tinggi, diabetes dan gangguan medis lain disangkal. Namun pasien
mengeluhkan kulit pada kedua tangan dan kakinya terasa gatal dan perih.

3. Riwayat Penggunaan zat psikoaktif


Riwayat penggunaan obat-obatan terlarang disangkal. Riwayat kebiasaan minum
minuman beralkohol disangkal. Riwayat kebiasaan merokok disangkal.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, selama kehamilan ibu pasien dalam
kondisi sehat, tidak pernah mengalami gangguan kesehatan baik fisik maupun psikis.
Pasien dilahirkan dalam keadaan cukup bulan dan di lahirkan secara normal dibantu
oleh bidan. Pada saat lahir bayi langsung menangis. Pasien merupakan anak yang

5
dikehendaki orangtuanya. Tidak pernah ada sakit kejang atau penyakit lainnya yang
bermakna. Tidak ada kecelakaan yang bermakna, riwayat operasi tidak ada.
2. Riwayat masa kanak awal (usia 1-3 tahun)
Pasien diasuh oleh ibu kandungnya sendiri dan diberikan ASI. Tidak ada cacat
bawaan yang ditemukan dan menurut ibu pasien perkembangan fisik pasien cukup
baik, pola perkembangan motorik tidak ada hambatan, seperti kebanyakan anak yang
normal. Menurut ibu pasien, pasien dapat berjalan saat berumur lebih dari satu tahun
dan tidak pernah ada keterlambatan berbicara. Pasien pun dibiarkan untuk belajar
makan sendiri oleh orang tua pasien.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4-11 tahun)
Pasien diberikan dukungan saat mulai sering menirukan kegiatan-kegiatan orang tua.
Pasien mulai masuk Sekolah Dasar ketika berusia tujuh tahun. Semasa sekolah dasar
pasien dinilai tidak banyak bertingkah di sekolah, pasien cenderung bisa bergaul
dengan teman-temannya. Menurut ibu pasien, pasien tidak pernah terlibat perkelahian
dengan teman sebayanya di sekolah.
4. Masa kanak akhir dan pubertas (11-18 tahun)
Hubungan sosial
Pasien termasuk anak yang periang, mudah bergaul dan suka bermain bersama
dengan teman sebayanya.Namun memang dari kecil jika ada masalah sering
dipendam sendiri, karena pasien merasa tidak ingin merepotkan orang lain dengan
masalahnya.Pasien tidak terlalu memikirkan masalah percintaan karena pasien
lebih senang bergaul dengan teman-temannya, walaupun beberapa kali ia
menyukai lawan jenisnya, namun tidak pernah sampai berpacaran.

Riwayat Psikoseksual
Pasien tidak pernah mengalami masalah seksual dan tidak pernah mengalami
pelecehan seksual. Sikap terhadap lawan jenis baik.

Riwayat perkembangan motorik dan kognitif


Dalam perkembangan fisik pasien sesuai dengan usianya dan dalam
perkembangan kognitif normal.

Masalah emosi dan fisik


Pasien tidak pernah terlibat dalam masalah kenakalan remaja, maupun tindak
kriminal.

6
5. Riwayat masa dewasa
Riwayat Pendidikan
Pasien memiliki pendidikan terakhir sekolah menengah, kemudian pasien tidak
melanjutkan kuliahnya karena masalah biaya. Pasien tidak pernah tinggal kelas,
dan memiliki kecerdasan yang cukup baik. Pasien anak yang baik, tidak pernah
mendapat hukuman disekolah, memiliki banyak teman di sekolah dan tidak
pernah ada masalah dengan guru di sekolah.
Riwayat Pekerjaan
Pasien belum pernah bekerja namun beberapa kali saat kondisi emosionalnya stabil
di tahun 2011-2012 pasien melamar pekerjaan .
Riwayat Aktivitas Sosial
Pasien mempunyai cukup banyak teman dekat di lingkungan rumah maupun
lingkungan sekolahnya. Pasien tergolong orang yang mudah bergaul dan santun.
Riwayat Agama
Pasien mendapatkan pendidikan Agama Islamyang cukup baik, dalam keluarga
maupun lingkungan sekolahnya. Pasien diajarkan untuk melaksanakan ibadah
shalat fardhu lima waktu, puasa serta zakat .Namun, pasien sering tidak
melaksanakan ibadah wajib yang diajarkan kepadanya karena tidak merasa tenang
walaupun sudah melaksanakan sholat.
Riwayat pernikahan
Pasien belum menikah hingga saat ini.
Riwayat Psikoseksual
Pasien mengalami pubertas seperti remaja pada umumnya. Pasien memiliki
ketertarikan terhadap lawan jenis. Pasien pernah mendapatkan pelecehan seksual.

6. Riwayat Keluarga

SILSILAH KELUARGA

7
: Meninggal dunia

: Ayah, Saudara Laki - : Tinggal 1 rumah


laki

:Ibu ,Saudara Perempuan

Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pasien dilahirkan dalam
keluarga sederhana. Ayah dan ibu pasien merupakan pasangan yang harmonis dan
sangat menyayangi anak-anaknya, sehingga pasien tidak kehilangan kasih sayang
dari orangtuanya. Ayah pasien merupakan seorang wiraswasta namun sekarang
sudah tidak lagi bekerja dan ibu pasien merupakan seorang ibu rumah tangga
biasa. Pasien memiliki hubungan baik dengan ibunya, dan ayahnya.Namun pasien
sejak kecil tidak pernah bercerita kepada kedua orangtuanya mengenai masalah-
masalahnya. Pasien memiliki 2 orang saudara kandung, yaitu satu kakak laki-laki,
dan satu kakak perempuan. Masing-masing memiliki perbedaan umur dua tahun.
Pasien juga dekat dengan kakaknya dan pasien seorang yang penyayang kepada
kakaknya. Di keluarga pasien diketahui bahwa kakek pasien dari pihak ayah juga
memiliki riwayat gangguan jiwa dan kakak pasien yang laki-laki juga memiliki

8
riwayat yang sama namun kakak pasien rutin berobat ke rs jiwa dan meminum
obatnya. Pasien hingga umurnya yang sekarang belum menikah

IV.STATUS MENTAL(berdasarkan pemeriksaaan tanggal 06 Januari 2017)


A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien adalah seorang perempuan, usia 26 tahun, tampak sehat dan sesuai dengan
usianya,bertubuh kurus,warna kulit sawo matang, jari-jari kuku tangan pasien terlihat
panjang,berpenampilan cukup rapih menggunakan kaos biru tua dan celana panjang
berwarna hitam.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara kontak mata pasien cukup baik, namun pasien tampak sedikit
gelisah,
3. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kurang kooperatif
4. Karakteristik bicara
Volume : Sedang
Irama : Teratur
Kelancaran : Spontan, lancar, tidak gagap, artikulasi & intonasi jelas
Kecepatan : Cepat

B. MOOD, AFEK DAN AFEK


- Mood : Eutimia
- Afek : Luas
- Keserasian :Serasi

C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi :
Auditorik : ada(Pasien tidak merasa bahwa ada suara
yang berbicara padanya, namun keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien sering berbicara
sendiri)
Visual : tidak ada
Taktil : tidak ada

9
Olfaktortik : tidak ada
Gustatorik : tidak ada
2. Ilusi : tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada

D. PIKIRAN

1. Proses pikir : cukup ide

Kontinuitas :
- blocking : tidak ada

- assosiasi longgar : tidak ada

- inkoheren : tidak ada

- flight of idea : tidak ada

- sirkumstansia : tidak ada

- tangensial : tidak ada

- neologisme : tidak ada

- word salad : tidak ada

2. Isi pikir :

Preokupasi : tidak ada


Waham :
- Waham bizzare : tidak ada
- Waham sistematik : tidak ada
- Waham nihilistic : tidak ada
- Waham kebesaran : tidak ada
- Waham kejaran (presekutorik) : ada
(Pasien merasa yakinbahwa kedua orang tuanya, , dan tetangganya ingin
berbuat jahat padanya dan sengaja membentuk komplotan untuk
menjebloskan pasien ke rumah sakit jiwa dan mengintai pasien saat
berada dimanapun).

10
- Waham rujukan (reference) : tidak ada
- Waham dikendalikan
Thought of withdrawl : tidak ada
Thought of insertion : tidak ada
Thought of broadcasting : tidak ada
Thought of control : tidak ada
Obsesi : tidak ada
Kompulsif : tidak ada
Fobia : tidak ada

E. KESADARAN DAN KOGNITIF


Kesadaran : E4V5M6(composmentis)
Orientasi
- Waktu : Disorientasi waktu (pasien tidak mengetahui jam, hari, tanggal,
bulan, dan tahun saat ini)
- Tempat :Baik(pasien mengetahui bahwa ia berada di rumahnya)

- Orang : Baik(pasien tahu bahwa ia sedang diwawancarai oleh


Staff puskesmas dan dapat menyebutkan nama pemeriksa).
Daya Ingat
- Segera : Baik(menyebutkan 3 benda yang dokter muda
sebutkan)
- Jangka pendek : Baik(pasien dapat mengingat menu sarapan tadi
pagi)
- Jangka sedang : Baik(pasien mampu mengingat siapayang
membawa pasienke panti sosial dan siapa yang
menjenguk pasien)
- Jangka panjang : Baik(pasien dapat mengingat tanggal lahirnya,
tempatsekolah pasien ketika SMP sampai dengan
SMA)
Konsentrasi dan Perhatian :Baik ( pasien dapat berhitung pengurangan
angka100 dengan 7, secara tujuh kali
berturut turut)
Kemampuan membaca :Baik ( pasien dapat menulis dan

11
& menulis membaca nama pasien dengan benar )
Kemampuan Visuospasial :Baik (Pasien dapat meniru gambar jam
yang menunjukkan pukul 12.30)
Pikiran Abstrak :Baik (pasien dapat menyebutkan
persamaan antara anak kecil dan orang
kerdil)
Intelegensia dan Kemampuan :Baik (pasien mengetahui siapa
Informasi presiden dan wakil presiden Indonesia saat
ini)
Kemampuan Mengendalikan : Baik (pasien dapat menahan diri
Impuls untuk tidak kembali ke tempat tidurnya
saat diwawancarai oleh dokter muda
padahal pasien mengantuk, serta pasien
mampuuntuk mengendalikan amarahnya)
Daya Nilai
a) Daya & Nilai sosial : Baik(pasien selama dirawat mampu
bersosialisasi dengan pasien lainnya)
b) Uji Daya Nilai : Baik(pasien bila menemukan uang milik orang
lain ia akan mengembalikannya)
Penilaian Daya Realita (RTA) :Terganggu
Tilikan : Tilikan 1 (pasien menyangkal penuh mengenai penyakitnya)
Taraf dapat dipercaya :Kurang dapat dipercaya (terdapat beberapa jawaban tertentu
yang setelah dilakukan alloanamnesa ternyata berbeda dengan pernyataan yang
diungkapkan oleh pihak keluarga).

V.STATUS FISIK
1. Status Interna
Keadaan umum : Baik
Kesadaraan : Compos mentis
Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 80x/mnt
Frekuensi Nafas : 24x/mnt
Suhu : 36.6C
12
Kepala : normocephal
Thorax
Paru : vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-
Jantung : BJ I dan II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : supel, BU +
Ekstremitas : hangat +/+, CRT , 2 detik +/+.
2. Status Neurologi
Tanda rangsang meningeal : (-)
Mata : Dalam batas normal
Gerakan : Baik kesegala arah
Bentuk pupil : Bulat, isokor
Reflek cahaya : +/+ (langsung/tidak langsung)
Motorik : Dalam batas normal
Tonus : Baik
Turgor : Baik
Kekuatan : Baik
Koordinasi : Baik
Refleks : Baik

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


RTA : Terganggu

Kesadaran : Compos mentis

Pembicaraan : Cepat

Mood : Eutimia

Ekspresi Afek : Luas

Gangguan Persepsi : Terdapat halusinasi audiotorik

Gangguan Isi Pikir : Ada (waham kejar)

Tilikan : Derajat I

13
VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : Skizofrenia paranoid


Aksis II : Tidak ada
Aksis III : terdapat kelainan medis umum
Aksis IV :Masalah percintaan
Masalah ketidakpatuhan untuk minum obat
Aksis V : GAF score saat ini 51 - 60 (Gejala sedang (moderate)
disabilitas sedang).
GAF score satu tahun yang lalu 61 70 (Beberapa gejala
ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik).

VIII. DAFTAR MASALAH


Problem organobiologik : Tidak ada

Problem psikologik dan perilaku : Terdapat waham kejar

Problem keluarga dan sosial : Pasien merasa ada orang

terdekatnya yang ingin berbuat

jahat terhadap dirinya.

IX. TERAPI

Farmakologi
Risperidon 2 mg 1 x 2 tab

Trihexyphenidyl 2 mg 1 x 2 tab

Psikoterapi
Suportif
Memberikan dukungan dan perhatian kepada pasien dalam menghadapi masalah.
Kognitif
Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat cara berpikir yang
salah, mengatasi perasaan dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapi

14
Sosioterapi

Mengikutsertakan pasien dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak rumah

sakit jiwa agar dapat berinteraksi dengan baik dengan orang lain.

Jika pasien membaik dan dapat keluar dari rumah sakit jiwa, mengingatkan

pasien dan keluarga untuk ikut serta dalam kegiatan seperti rehabilitasi agar

pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.

Mengingatkan keluarga pasien untuk rajin kontrol dan mengambil obat secara

teratur.

Memberikan informasi pentingnya aktivitas daily living dalam kehidupan

sehari hari karena bisa mengalihkan perhatian pasien kepada hal hal yang

positif, baik saat berada di rumah sakit jiwa maupun saat pasien sudah kembali

kerumah.

Terapi spiritual
Pasien disarankan untuk sering beristighfar dan berdzikir bila sedang mendapat
ujian dan lebih sabar.

X. PROGNOSIS
a. Quo of Vitam : ad bonam

b. Quo of Functionam : Dubia ad malam

15
Faktor meringankan Faktor pemberat
Onset
muda
Tidak
ada
faktor
pencetu
s
Riwayat
sosial
dan
pekerja
c. Quo of an
premor
bid
yang
buruk
Perilaku
menarik
diri atau
autistik
Tidak
menika
h
Sistem
penduk
ung
yang
buruk
Banyak
relaps
Sanactionam : Dubia ad malam

Pasien sering tidak teratur minum obat

karena merasa sudah sembuh. Tilikan

pasien derajat 1. Serta dukungan sosial dan

keluarga kurang.

16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Skizofrenia Paranoid


A.1. Pengertian
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu Skizo yang artinya retak atau pecah
(split),dan frenia yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita
skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian
(Hawari,2003).
Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum
diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang
luas,serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan
sosial budaya ( Hawari, 2003). Skizofrenia adalah gangguan terhadap fungsi otak yang
timbulakibat ketidakseimbangan dopamine ( salah satu sel kimia dalam otak , dan juga
disebabkan oleh tekanan yang dialami oleh individu. Merupakan gangguan jiwa psikotik
paling lazimdengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri
darihubungan sosial. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan
halusinasi(persepsi tanpa ada rangsang pancaindra). Skizofrenia paranoid adalah yang
terbanyak dialami oleh penderita skizofrenia. Terapi pada pasien ini bertujuan untuk
mengembalikan fungsi sosial sehingga dapat memiliki peran sosial di masyarakat. Adapun
jenis farmakoterapiyang diberikan harus melalui beberapa pertimbangan tertentu.Seperti pada
kasus di bawah pada pasien skizofrenia paranoid diberikan Risperidone sebagai utama
pengobatannya.

A.2 Tinjauan Teori

17
1. Teori somatogenik
a. Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-
1,8%, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita
Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis,
1998;215).
b. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada
waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini
tidak dapat dibuktikan.

c. Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung
extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta
pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih
dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik.

d. Susunan saraf pusat


Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau
kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh
perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan.

2. Teori Psikogenik
a. Teori Adolf Meyer :
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak
dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi
Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat
mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi
yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan
orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).

b. Teori Sigmund Freud


Pada Skizofrenia Paranoid terdapat:
1) Kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik

18
2) Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa
sertaterjadi suatu regresi ke fase narsisisme
3) Kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik
tidak mungkin.

c. Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa
yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan
dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala
primer (gaangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala
sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).

d. Teori lain
Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam
sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa,
penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum
diketahui.

A.3. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala menurut (bleuler) :
1. Gejala Primer
a. Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang paling menonjol adalah
gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi
b. Gangguan afek emosi- Terjadi kedangkalan afek-emosi- Ramimi dan paratimi
(incongruity of affect / inadekuat)- Emosi dan afek serta ekspresinya tidak
mempunyai satu kesatuan- Emosi berlebihan- Hilangnya kemampuan untuk
mengadakan hubungan emosi yang baik
c. Gangguan kemauan
Terjadi kelemahan kemauan
Perilaku Negativisme atas permintaan
Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain
d. Gejala Psikomotor
Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme

19
Stereotipi
Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama
Echolalia dan Echopraxia

2. Gejala sekunder
a. Delusi
b. Halusinasi
c. Cara bicara/berfikir yang tidak teratur.
d. Perilaku negatif, misalkan: kasar, kurang termotifasi, muram, perhatian menurun.

A.4. Cara Pengobatan


Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama menimbulkan
kemungkinan yang lebih besar bahwa penderita menuju ke kemunduran mental.
Terapist jangan melihat kepada penderita skizofrenia sebagai penderita yang
tidak dapat disembuhkan lagi atau sebagai suatu mahluk yang aneh dan inferior. Bila sudah
dapatdiadakan kontan, maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis.
Biarpun penderita mungkin tidak sempurna sembuh, tetapi dengan pengobatan
dan bimbingan yang baik penderita dapat ditolong untuk berfungsi terus, bekerja sederhana
dirumah ataupun di luar rumah.
Keluarga atau orang lain di lingkungan penderita diberi penerangan (manipulasi
lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.

1. Farmakoterapi
Neroleptika dengan dosis efektif rendah lebih bermanfaat pada penderita
denganskizofrenia yang menahun, yang dengan dosis efektif tinggi lebih berfaedah pada
penderitadengan psikomotorik yang meningkat. Pada penderita paranoid trifuloperazin
rupanya lebih berhasil. Dengan fenotiazin biasanya waham dan halusinasi hilang dalam
waktu 2-3 minggu. Bila tetap masih ada waham dan halusinasi, maka penderita tidak begitu
terpengaruh lagi dan menjadi lebih kooperatif, mau ikut serta dengan kegiatan lingkungannya
dan mau turut terapi kerja.

20
Sesudah gejala-gejala menghilang, maka dosis dipertahankan selama beberapa bulan
lagi, jika serangan itu baru yang pertama kali. Jika serangan skizofrenia itu sudah lebih dari
satu kali, maka sesudah gejala-gejala mereda, obat diberi terus selama satu atau dua tahun.
Kepada pasien dengan skizofrenia menahun, neroleptika diberi dalam jangka
waktuyang tidak ditentukan lamanya dengan dosis yang naik turun sesuai dengan keadaan
pasien(seperti juga pemberian obat kepada pasien dengan penyakit badaniah yang
menahun,umpamanya diabetes mellitus, hipertensi, payah jantung, dan sebagainya).
Senantiasa kita harus awas terhadap gejala sampingan.
Hasilnya lebih baik bila neroleptika mulai diberi dalam dua tahun pertama
dari penyakit. Tidak ada dosis standard untuk obat ini, tetapi dosis ditetapkan secara
individual.

2. Terapi Elektro-Konvulsi (TEK)


Seperti juga dengan terapi konvulsi yang lain, cara bekerjanya elektrokonvulsi belum
diketahui dengan jelas. Dapat dikatakan bahwa terapi konvulsi dapat memperpendek
serangan skizofrenia dan mempermudah kontak dengan penderita. Akan tetapi terapi ini
tidak dapat mencegah serangan yang akan datang.
Bila dibandingkan dengan terapi koma insulin, maka dengan TEK lebih sering terjadi
serangan ulangan. Akan tetapi TEK lebih mudah diberikan dapat dilakukan secara
ambulant, bahaya lebih kurang, lebih murah dan tidak memerlukan tenaga yang khusus pada
terapikoma insulin.
TEK baik hasilnya pada jenis katatonik terutama stupor. Terhadap skizofrenia simplex
efeknya mengecewakan; bila gejala hanya ringan lantas diberi TEK, kadang-kadang gejala
menjadi lebih berat.

3. Terapi koma insulin


Meskipun pengobatan ini tidak khusus, bila diberikan pada permulaan
penyakit,hasilnya memuaskan. Persentasi kesembuhan lebih besar bila di mulai dalam waktu
6 bulansesudah penderita jatuh sakit. Terapi koma insulin memberi hasil yang baik pada
katatonia dan skizofrenia paranoid.

4. Psikoterapi dan rehabilitasi


Psikoterapi dalam bentuk psiko analisa tidak membawa hasil yang diharapkan bahkan
ada yang berpendapat tidak boleh dilakukan pada penderita dengan skizofrenia karena justru

21
dapat menambah isolasi dan otisme. Yang dapat membantu penderita ialah psikoterapi
suportif individual atau kelompok, serta bimbingan yang praktis dengan maksud
untuk mengembalikan penderita ke masyarakat.
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri
lagi,karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan
untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. Pemikiran masalah falsafat atau
kesenian bebas dalam bentuk melukis bebas atau bermain musik bebas, tidak dianjurkan
sebab dapat menambah otisme. Bila dilakukan juga, maka harus ada pemimpin dan ada
tujuan yang lebih dahulu ditentukan.
Perlu juga diperhatikan lingkungan penderita. Bila mungkin di atur sedemikian rupa
sehingga ia tidak mengalami stres terlalu banyak. Bila mungkin sebaiknya ia dikembalikan
ke pekerjaan sebelum sakit, dan tergantung pada kesembuhan apakah tanggung jawabnya
dalam pekerjaan itu akan penuh atau tidak.

5. Lobotomi prefrontal.
Dapat dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak berhasil dan bila penderita sangat
mengganggu lingkungannya. Jadi prognosa skizofrenia tidak begitu buruk seperti dikira
orang sampai dengan pertengahan abad ini. Lebih-lebih dengan neroleptika, lebih banyak
penderita dapat dirawat di luar rumah sakit jiwa. Dan memang seharusnya demikian.
Sedapat-dapatnya penderita harus tinggal dilingkungannya sendiri, harus tetap melakukan
hubungan dengan keluarganya untuk memudahkan proses rehabilitasi. Dalam hal ini dokter
umum dapat memegang perananyang penting, mengingat juga kekurangan ahli kedokteran
jiwa di negara kita. Dokter umum lebih mengenal penderita dengan lingkungannya,
keluarganya, rumahnya dan pekerjaannya,sehingga ia lebih dapat menolong penderita hidup
terus secara wajar dengan segala suka dan dukanya.

6. Katarsis
Proses katarsis sangat dikenal dalam psikologi, terutama dalam aliran psikoanalisis.
Maksudnya adalah adanya pelepasan emosi-emosi yang terpendam. Proses katarsis
sangat penting bagi orang-orang yang sedang menghadapi masalah emosional. Pada
umumnya orang-orang yang menghadapi masalah yang sangat berat atau menghadapi situasi
yang menyedihkan, mengecewakan, menjengkelkan atau seringkali tidak mau atau tidak bias
mengungkapkanya kepada orang lain.Mereka lebih senang memendamnya dalam hatinya

22
sendiri atau berusaha melupakanya.Tapi justru dengan menekan segala macam perasaan,
emosi pikiran-pikiran yang mengganggu alam bawah sadarnya, maka timbul berbagai macam
gangguan-gangguan psikologis, seperti depresi, kecemasan atau berbagai bentuk penyakit
fisik seperti: penyakit jantung, liver atau tekanan darah tinggi.

B. Contoh Kasus
Seorang laki-laki mengaku sering mendengar bisikan-bisikan yang mengejek dirinya
dan kadang ia melihat bayangan yang dideskripsikannya sebagai naga dan
macan.Menurutnya, bayangan itu sering memasuki dirinya. Biasanya setelah naga atau
macanmasuk ke dalam tubuhnya, ia mengaku pingsan. Ia juga merasa sering mengeluh sakit
kepaladan badan terasa panas. Ia sering bicara sendiri dan keluar rumah tanpa tujuan pasti
dansering memukul orang.

BAB IV
ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA

IDENTITAS KELUARGA

No. Keterangan I. Kepala Keluarga II. Pasangan


1. Nama Tn. A Ny. S
2. Umur 57 tahun 54 tahun
3. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
4. Status Menikah Menikah

23
perkawinan
5. Agama Islam Islam
6. Suku bangsa Jakarta Jawa
7. Pendidikan SMA SD
8. Pekerjaan Tidak bekerja Ibu Rumah Tangga

GENOGRAM KELUARGA

: Meninggal dunia

: Ayah, Saudara Laki - : Tinggal 1 rumah


laki

:Ibu ,Saudara Perempuan

ANGGOTA KELUARGA

Anggota Hub. Stt. Serumah


No. Usia Pekerjaan
Keluarga Klrg. Nikah Ya Tdk Kdg

24
Tidak
1. Tn. A 57 th Suami Menikah
bekerja

2. Ny. S 54 th IRT Istri Menikah

Cleaning Belum
3. Tn. S 30 th Anak
Service menikah
4. Ny. N 28 th IRT Anak Menikah
Tidak Belum
Ny. M
5. 26 th Anak
(pasien)
bekerja menikah
Belum
6. An. S 9 bln - Cucu
Menikah

STATUS KELUARGA

No
Ekonomi Keluarga Keterangan
.
1. Luas tanah 9 x 6 meter
2. Luas Bangunan 9 x 5 meter
3. Pembagian ruangan Rumah ialah rumah kontrakan

pasien dengan pembagian ruangan 1

ruang tengah, 2 kamar tidur, 1

kamar mandi, dan 1 dapur


4. Besarnya daya listrik 500 Watt

No
Perilaku Kesehatan Keterangan
.
1. Pelayanan promotif/preventif Puskesmas
2. Pemeliharaan kesehatan anggota keluarga Puskesmas

lain
3. Pelayanan pengobatan Puskesmas

4. Jaminan pemeliharaan kesehatan BPJS

25
No Aktivitas Keluarga Keterangan

1. Aktivitas fisik
a. Ayah Membantu pekerjaan rumah tangga
b. Ibu (pasien) Mencuci baju, memasak, dan

c. Anak membersihkan rumah


Membantu pekerjaan rumah tangga,

Bekerja
2. Aktivitas mental Seluruh anggota keluarga selalu

melaksanakan ibadah sholat 5

waktu kecuali pasien.

No Pola Makan Keluarga Keterangan

1. Kebiasaan Makan Keluarga Tn. A dan Ny. S memiliki kebiasaan

makan sehari tiga kali dengan menu makanan

sehari-hari keluarga ini tidak tetap. Menu makanan

yang biasanya disediakan Ny. S adalah nasi dengan

lauk pauk yang seringnya adalah ikan terutama ikan

asin, sayur-sayuran, tetapi daging dan ayam sangat

jarang dikonsumsi oleh keluarga ini. Keluarga ini

jarang mengkonsumsi buah dan sayuran. Ny. S

memasak sendiri makanan untuk keluarganya.


2. Pola Gizi Seimbang Keluarga Ny. M tidak menerapkan pola gizi

seimbang. Hal ini karena pengetahuan yang kurang

tentang makanan dengan gizi seimbang, selain itu

faktor ekonomi mejadi hambatan untuk keluarga ini

dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. keluarga

ini mengkonsumsi karbohidrat sekitar 60% dari

26
jumlah, kemudian jumlah protein yang dikonsumsi

adalah 30% dan lemak 10%. Keluarga Ny. M juga

cenderung lebih banyak mengkonsumsi makanan

tinggi garam. Ikan asin adalah salah satu lauk yang

sering disediakan oleh Ny. S, karena harganya

relatif terjangkau.

No Lingkungan Keterangan
Hubungan dengan lingkungan
1 Sosial
sekitar baik.
2 Fisik dan Biologik :
Perumahan dan fasilitas Sederhana
Luas tanah 9 x 6 meter
Luas bangunan 9 x 5 meter
Sumber penerangan utama Lampu listrik
Sarana MCK Kamar mandi bergabung dengan

Sarana Pembuangan Air Limbah WC dan tempat mencuci pakaian.


Sumber air sehari-hari Melalui saluran air ke parit
Sumber air minum Air PAM
Pembuangan sampah Air PAM
Sampah dikumpulkan menjadi satu

plastik kemudian dibuang ke tempat

pembuangan sampah di daerah

tersebut.
3 Lingkungan Kerja
- Ayah Di dalam rumah
- Ibu Di dalam rumah
- Anak Di luar dan dalam rumah

POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELUARGA

Jawaban
No Indikator Pertanyaan Keterangan
Ya Tidak
A. Perilaku Sehat
1 Tidak merokok

27
Ada yang memiliki kebiasaan Ayah pasien memiliki

merokok kebiasaan merokok
Persalinan
Dimana ibu melakukan Persalian ditolong oleh
2
persalinan bidan
Imunisasi
Apakah bayi ibu sudah di Riwayat imunisasi anak
3
imunisasi lengkap lengkap
Balita di timbang
Apakah balita ibu sering
4
Di timbang di Posyandu
ditimbang ? Dimana ?

Sarapan pagi Setiap anggota tidak


Apakah seluruh anggota
memiliki kebiasaan
5
keluarga memiliki kebiasaan
makan pagi sebelum
sarapan pagi?
memulai aktivitas
Dana sehat / Askes
Apakah anda ikut menjadi
6
BPJS
peserta jaminan kesehatan
Cuci tangan
Apakah seluruh anggota
Seluruh keluarga tidak
keluarga mempunyai
selalu mencuci tangan
kebiasaan mencuci tangan
7
dengan air dan sabun
menggunakan sabun sebelum
sebelum makan dan
makan dan sesudah buang air
mengolah makanan
besar ?

Sikat gigi Seluruh anggota keluarga


Apakah anggota keluarga
melakukan kebiasaan
8
memiliki kebiasaan gosok
menggosok gigi dengan
gigi menggunakan odol
odol.
9 Aktivitas fisik/olahraga
Apakah anggota keluarga Seluruh anggota keluarga

28
melakukan aktivitas fisik atau jarang melakukan

olah raga teratur olahraga


B. Lingkungan Sehat

Jamban Rumah memiliki 1 buah


Apakah di rumah tersedia
kloset (WC) yang
1
jamban dan seluruh keluarga
digabung dengan kamar
menggunakannya
mandi
Di rumah menggunakan

sumber air berasal dari


Air bersih dan bebas jentik
Apakah dirumah tersedia air
air sumur yang dipompa
2
bersih dengan tempat/tendon
kedalam tandon. Air
air tidak ada jentik ?
bersih namun menjadi

keruh bila hujan.


Bebas sampah
Apakah dirumah tersedia Rumah terlihat

tempat sampah? Dan di bersih/bebas sampah dan


3
lingkungan sekitar rumah tersedia tempat sampah

tidak ada sampah berserakan? didalam/diluar rumah

SPAL Lingkungan yang bersih


Apakah ada/tersedia SPAL di
4
tidak ada air limbah yang
sekitar rumah
menggenang

Ventilasi Ukuran ventilasi lebih


Apakah ada pertukaran udara
5
kurang 1/10 luas lantai
didalam rumah
untuk tiap ruangan
6 Kepadatan
Apakah ada kesesuaian Pengukuran kepadatan

rumah dengan jumlah dimana 1 orang penghuni

anggota keluarga? membutuhkan 2 x2 x 2

29
meter

Lantai rumah adalah


Lantai
Apakah lantai bukan dari sebagian besar adalah
7

tanah? Keramik dan tidak ada

lantai tanah
C. Indikator tambahan
ASI Eksklusif
Apakah ada bayi usia 0-6
Semua anaknya
bulan hanya mendapat ASI
1
mendapatkan asi
saja sejak lahir sampai 6
eksklusif.
bulan
Konsumsi buah dan sayur
Apakah dalam 1 minggu
Tidak semua anggota

terakhir anggota keluarga
2
keluarga mengkonsumsi
mengkonsumsi buah dan
sayur dan buah
sayur?
Jumlah 12 6

Klasifikasi :
SEHAT I : Dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 1-5 pertanyaan (Merah)
SEHAT II : Dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 6-10 pertanyaan (Kuning)
SEHAT III : Dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 11-15pertanyaan (Hijau)
SEHAT IV : Dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 16-18pertanyaan (Biru)

Kesimpulan :
Dari 18 indikator yang ada, yang dapat dijawab Ya ada 12 pertanyaan yang berarti

identifikasi keluarga dilihat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya masuk dalam klasifikasi

SEHAT III.

30
POTENSIAL TERJADINYA PENYAKIT

GAYA HIDUP
- Asupan makanan
tidak seimbang
akibat pendapatan
yang kurang

LINGKUNGAN PSIKOSOSIO-
PERILAKU KESEHATAN EKONOMI
- Higiens pribadi dan - Pendapatan keluarga rendah
lingkungan kurang - Kehidupan social dengan
- Berobat hanya jika sakit FAMIL
lingkungan kurang baik
parah Y

NY. M
- Skizofrenia Paranoid

PELAYANAN LINGKUNGAN
KESEHATAN KERJA
- Jarak rumah ke Tidak ada
pelayanan
kesehatan cukup
LINGKUNGAN FISIK
jauh
- Ventilasi & penerangan dalam
rumah kurang
- Halaman rumah tidak tersedia

FAKTOR BIOLOGI
KOMUNITAS
- Terinfeksi penyakit akibat
kebersihan yang kurangTidak ada 31

MANDALA OF
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN YANG DIDAPAT DIKELUARGA

1. Masalah dalam organisasi keluarga: Dalam struktur keluarga kepala keluarga adalah

kakak laki-laki pasien. ayah yang saat ini tidak bekerja hanya dirumah dan ibu

pasien)sebagai ibu rumah tangga. Status ekonomi pasien menengah ke bawah karena

sudah tidak memiliki penghasilan tetap, kadang tidak mencukupi kebutuhan keluarga,

namun anak-anak pasien sudah memiliki pekerjaan dan penghasilan sendiri. Masalah

biaya keluarga ini menjadi beban pikiran karena biaya hidup yang semakin lama semakin

tinggi. Kerukunan antar anggota keluarga terjalin dengan baik.

2. Masalah dalam fungsi biologis: Pasien memiliki riwayat penyakit keluarga yang

memiliki gangguan jiwa. Saat ini pasien menderita gangguan jiwa kemungkinan karena

genetik dari kakek dari pihak ayah pasien yang juga menderita gangguan jiwa dan saat ini

telah meninggal. Kakak laki-laki Pasein juga mengalami hal sama di duga karena genetik..

Kebiasaan makan sehari-hari pasien banyak mengkonsumsi makanan tinggi garam seperti

3. Masalah perilaku kesehatan : Pasien tidak merasa bahwa dirinya mengalami gangguan

jiwa ia merasa dirinya sehat tidak ada masalah apapun.

DIAGNOSIS HOLISTIK (MULTIAKSIAL)

1. Aspek personal: (alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran)

Keluarga pasien dating ke puskesmas untuk mendapatkan rujukan karena ingin membawa

pasien ke RS jiwa dengan harapan gangguan jiwa yang dirasakan dapat berkurang dengan

bantuan dokter di RS jiwa.

2. Aspek klinik: (diagnosis kerja dan diagnosis banding)

Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik psikiatri di dapat kan diagnosis Skizofrenia

Paranoid dan memiliki riwayat genetic di keluarga yang juga memiliki gangguan jiwa.

32
3. Aspek risiko internal: (faktor-faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan

pasien)

Pasien memang dari kecil jika ada masalah sering dipendam sendiri, karena pasien

merasa tidak ingin merepotkan orang lain dengan masalahnya

4. Aspek psikososial keluarga: (faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi masalah

kesehatan pasien).

Keluarga biasanya mengingatkan pasien untuk berobat.

5. Aspek fungsional: (tingkat kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari baik didalam

maupun di luar rumah, fisik maupun mental)

Aktivitas menjalankan fungsi sosial memiliki nilai skala satu, yaitu dalam aktivitas

kehidupan sehari-hari tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri.

RENCANA PENATALAKSANAAN

Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Hasil Keterangan

diharapkan
Aspek Menjelaskan Pasien Pada saat Pemahaman Bersedia

personal kepada keluarga dan kunjungan pasien tentang

pasien tentang keluarga ke penyakit yang

penyakit puskesmas dideritanya dan

skizofrenia pasien mau terus

membutuhkan berobat

pengobatan yang

berkelanjutan dan

memerlukan

ketekunan

33
berobat

Aspek Memberikan Pasien Pada saat Pasien dan Bersedia

klinik rujukan ke dan kunjungan keluarga setuju

fasilitas kesehatan keluarga ke untuk diobati

yang lebih puskesmas lebih lanjut

mumpuni atau saat

home visit
Aspek - Menganjurkan Pasien Pada saat Menghindari Bersedia

risiko keluarga pasien dan kunjungan factor pencetus

internal untuk lebih care keluarga ke rumah terjadinya

dan lebih terbuka pasien serangan gejala

kepada pasien positif maupun

negative
Aspek - Menganjurkan Pasien Saat Keluarga Bersedia

psikososia keluarga memberi dan kunjungan memberi

l keluarga dukungan kepada keluarga ke rumah perhatian lebih

pasien agar selalu pasien kepada pasien

menjaga (1x1

kesehatannya dan minggu)

selalu

mengingatkan

pasien untuk

kontrol berobat.

- Menganjurkan

34
keluarga

memberikan

perhatian kepada

pasien untuk

mengurangi

beban pikirannya
Aspek Menyarankan Pasien Saat Kondisi tubuh Bersedia

fungsional pasien untuk dan kunjungan pasien lebih

latihan jasmani keluarga ke rumah sehat dan kuat,

yang bersifat pasien mencegah

menenangkan (1x1 timbulnya

jiwa : yoga minggu) serangan

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A SIMPULAN

35
Skizofrenia masih merupakan masalah yang dominan. Berdasarkan pembahasan di atas,

terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kekambuhan pada pasien, yaitu: faktor

genetik, faktor perilaku, faktor lingkungan serta faktor psikososial.

B SARAN
Perlu disusun suatu program yang efektif dan berbasis masyarakat untuk mengelola

gangguan jiwa skizofrenia ini.

36
LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

37
Maslim Rusdi, (2001). Buku Saku Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
Dari PPDGJ III. Nuh Jaya. Jakarta
Raboch. (2011). Schizophrenia, Call of Paper. Prague: Raboch Department of
Psychiatry
Siswanto, (2007). Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan dan Perkembangannya.
Penerbit Andi. Yogyakarta

38

You might also like