Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
YUDHI MURIONO
NIM. 361422401051
Kerja Praktik ini Dibuat dan Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Kelulusan Kerja Praktik di Program Studi Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banyuwangi
Oleh :
YUDHI MURIONO
NIM. 361422401051
i
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
YUDHI MURIONO
NIM. 361422401051
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat
dan karuniaNya, sehingga penulis dapat PELAKSANAAN PEKERJAAN
OVERPASS PADA JALAN TOL SOKER (SOLO KERTOSONO) PT.
WASKITA KARYA ini dapat terselesaikan. Laporan ini terwujud berkat bantuan,
bimbingan , serta petunjuk dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis menghaturkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Enes Ariyanto Sandi, ST.,MM, sebagai Pembimbing yang telah
banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Ibu Yuni Ulfiati, ST.,MT, selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil
Politeknik Negeri Banyuwangi.
3. Bapak Mirza Ghulam Rifqi, ST.,MST selaku Koordinator Kerja Praktik
Program Studi Teknik Sipil Politeknik Negeri Banyuwangi.
4. Bapak dan Ibu Dosen yang mendidik kami.
5. Orang tua tercinta dan seluruh keluarga yang telah memberikan doa dan
restunya.
6. Handai taulan, rekan mahasiswa - mahasiswi dan semua pihak yang tidak
dapat kami sebut satu persatu yang turut memberikan dorongan dalam
menyelesaikan tulisan ini.
Penulis menyadari bahwa pada laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna
perbaikan dari laporan ini.
Semoga laporan Kerja Praktik ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya Mahasiswa Teknik Sipil.
Banyuwangi,
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
3.4.2 Pekerjaan Pier Head ............................................................. 39
3.4.3 Pekerjaan Erection Girder .................................................... 44
3.4.4 Pekerjaan Plat Lantai ............................................................ 49
3.5 Kendala-Kendala Yang Dihadapi .............................................. 56
3.6 Penerapan K3 di Lapangan ........................................................ 56
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................ 59
4.2 Saran .......................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 61
LAPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 3.25 Pengecoran Pelat Lantai ................................................................ 54
Gambar 3.26 Hasil Grooving .............................................................................. 55
Gambar 3.27 Perawatan Beton Pelat Lantai ........................................................ 55
Gambar 3.28 Spanduk-Spanduk K3L.................................................................. 56
Gambar 3.29 Pekerja yang tidak memakai APD ................................................. 57
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada bagian latar belakang,
dapatlah diambil suatu rumusan masalah yang dapat digunakan sebagai acuan.
Adapun rumusan masalah tersebut adalah
Bagaimana proses pelaksanaan pekerjaan Overpass Masaran pada
pembangunan Jalan Tol Solo Kertosono (SOKER) PT Waskita Karya ?
1.4 Tujuan
Untuk mengetahui proses pelaksanaan pekerjaan Overpass Masaran pada
pembangunan Jalan Tol Solo Kertosono (SOKER) PT Waskita Karya.
1.5 Manfaat
Kerja praktik memberikan manfaat terutama bagi mahasiswa, bagi pihak
Perguruan Tinggi, bagi Perusahaan (Dibidang Kontraktor) yang bersangkutan dan
bagi masyarakat.
1. Bagi Mahasiswa
Dapat meningkatkan wawasan mahasiswa terhadap kondisi nyata lapangan, dan
dapat menambah kemampuan, serta keyakinan akan teori yang diperoleh dari
perkuliahan.
2. Bagi Perguruan Tinggi
Tercipta pola kemitraan yang baik dengan perusahaan tempat mahasiswa
melaksanakan Kerja Praktik mengenai berbagai persoalan yang muncul untuk
kemudian di cari solusi bersama yang lebih baik.
3. Bagi Perusahaan
Dapat menjalin kerja sama antara perusahaan dengan dunia pendidikan terutama
dalam menyalurkan tenaga kerja profesional.
2
4. Bagi Masyarakat
Mahasiswa dapat mengamalkan ilmu yang diperoleh dari kerja praktik kepada
masyarakat sehingga dapat bermanfaat untuk masyarakat.
3
( HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN )
4
BAB 2
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5
901 pada tahun 1995 dan OHSAS 18001 pada tahun 2005 yang sekaligus
merupakan bukti bahwa perusahaan dapat memahami dan memenuhi persyaratan
keselamatan, kesehatan kerja, lingkungan dan mutu di dalam operasionalnya.
Memasuki millennium ketiga, dalam rangka menyongsong era globalisasi,
perusahaan melakukan pembaharuan di segala bidang baik menyangkut visi, misi,
strategi, system, struktur, bahkan budaya perusahaan. Dengan motto Maju Dengan
Karya Bermutu, Waskita siap untuk menjadi badan usaha terkemuka di Asia
Tenggara.
Adapun Visi, Misi, Budaya dan Motto PT. Waskita Karya yaitu:
Visi :
Menjadi perusahaan Indonesia terkemuka dibidang industri konstruksi, rekayasa,
investasi, infrastruktur dan property/reality.
Misi :
Meningkatkan nilai perusahaan yang berkelanjutan melalui:
1. SDM yang bekompeten.
2. Sistem dan teknologi teritegrasi.
3. Sinergi dan mira usaha.
4. Inovasi.
5. Divesivikasi usaha.
Budaya Perusahaan :
IPTEX
Integrity, Profesionalism, Teamwork, Exellence
Motto :
Maju dengan karya bermutu.
6
dibutuhkan untuk memastikan bahwa pekerjan dapat diselsaikan dengan cara yang
efisien, tepat waktu dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan.
7
8
Gambar 2.1 Stuktur Organisasi PT. Waskita Karya (Persero) Tbk.
( PT. Waskita Karya) 2015
2.3 Manajemen PT. Waskita Karya
Manajemen pengelolaan pelaksanaan pekerjaan di proyek ini akan ditangani
oleh tenaga-tenaga terampil PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk yang sudah
berpengalaman dalam penanganan proyek-proyek sejenis, sehingga keberhasilan
pelaksanaan pekerjaan akan benar-benar terjamin, sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh semua pihak. Disamping itu, tenaga-tenaga kerja yang diikut
sertakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini merupakan tenaga-tenaga yang telah
dibina kemampuan dan produktifitasnya dalam pelaksanaan proyek-proyek besar
sejenis, yang sebelumnya pernah ditangani oleh PT. WASKITA KARYA (Persero)
Tbk. ( PT. Waskita Karya, 2015).
Berikut adalah Tugas dan Wewenang masing-masing koordinator yang ada
1. Kepala Divisi.
Kepala proyek memimpin semua kegiatan proyek, baik di bidang administrasi,
teknik dan bidang lainnya yaitu:
1. Untuk bagian teknik engineering, Kepala Proyek dibantu oleh Bagian teknik
beserta stafnya.
2. Untuk bagian administrasi kontrak, Kepala proyek di bantu oleh Bagian
Adkont dan setaffnya
3. Untuk Bagian pengendalian mutu, Kepala Proyek dibantu oleh Bagian Quality
Control & Staffnya (yang bertanggung jawab langsung kepada kepala
Divisi/Direksi Waskita )
4. Untuk bagian keuangan, administrasi umum dan personalia, dibantu oleh
Bagian Personalia dan Keuangan beserta stafnya.
5. Untuk Bagian logistik dan peralatan, dibantu oleh Bagian Logistik & Peralatan
(loglat).
6. Untuk pengawasan pekerjaan lapangan Kepala proyek dibantu oleh site
manager beserta para Pelaksana.
7. Untuk Pengendalian K3&Lingkungan kepala proyek dibantu oleh bagian
Health and safety beserta stafnya.
9
Secara organisasi perusahaan, Kepala Proyek bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Divisi Infrastruktur PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk yang
bertindak sebagai pengelola operasional Perusahaan dan bertanggung jawab
langsung kepada Direksi PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk.
Dengan sistem organisasi seperti tersebut, maka pelaksanaan proyek akan
berjalan dengan lancar, dan penyelesaian pekerjaan akan dapat tercapai dalam
waktu yang ditentukan dan dengan mutu yang diharapkan. Hal tersebut benar-benar
menjadi perhatian dan semboyan Waskita Karya, sebab apabila terjadi
keterlambatan di dalam penyelesaian proyek ini, akan mengakibatkan kerugian
moril maupun material, bagi PT. WASKITA KARYA (Persero) Tbk sebagai
Pelaksana.
Untuk koordinasi dalam pelaksanaan proyek, maka rapat-rapat akan
dilaksanakan secara rutin antara pihak kontraktor, Konsultan Pengawas, dan
Pemberi Tugas sebagaimana dituangkan dalam kontrak, demikian juga rapat
internal antar bagian dalam organisasi kontraktor akan dilaksanakan rapat
Mingguan dan Bulanan yang akan membahas dan mengkoordinasikan segala
permasalahan proyek baik dari sisi perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi
pekerjaan, serta sekaligus mencari solusi/penyelesaian apabila ditemukan masalah
yang timbul, dalam rapat Mingguan atau Bulanan Internal selain diikuti oleh
seluruh bagian organisasi Kontraktor, pada saat-saat tertentu akan diikuti juga oleh
Pihak Sub Kontraktor, Suplier dan Mandor, hal ini dilakukan agar tercipta suasana
komunikasi kerja yang harmonis sehingga mendukung kelancaran pelaksanaan
proyek.
Disamping itu PT. WASKITA KARYA (Persero) juga menerapkan sistem
koordinasi yang sinergis antara semua pihak yang terkait dalam proyek ini. Pihak-
pihak tersebut antara lain, adalah:
1. Pemberi Tugas (owner)
2. Direksi Lapangan
3. Konsultan Perencana
4. Kontraktor Pelaksana (Kantor Pusat & Team Proyek)
5. Konsultan Pengawas
10
Adapun hubungan antara pemberi tugas, direksi lapangan, konsultan perencana,
konsultan pengawas, dan kontraktor di gambarkan seperti bagan dibawah ini :
BAGAN KOORDINASI
PEMBERI
TUGAS
SITE
PROJECT
: garis instruksi
: garis koordinasi
: garis konsultasi
2. General Superintendent.
General Superintendent adalah unit organisasi kontraktor pelaksana yang
berada dilapangan. General Superintendent merupakan wakil mutlak dari
perusahaan. ( PT. Waskita Karya, 2015).
Tugas General Superintendent yaitu :
1. Mengkoordinir seluruh pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
2. Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan proyek dari awal sampai selesai.
3. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan kontrak.
4. Memotivasi seluruh stafnya agar bekerja sesuai dengan ketentuan dan sesuai
dengan tugasnya masing- masing.
11
3. Quality Control ( QC )
Kualitas bangunan yang baik merupakan harapan pemilik proyek yang
diamanatkan kepada kontraktor, oleh karena itu diperlukan seorang staf quality
qontrol untuk memastika setiap item pekerjaan di proyek mampu diproduksi
dengan kualitas maksimal sesuai dengan standar perusahaan akan kualitas produk
bangunan. ( PT. Waskita Karya, 2015).
Berikut tugas quality control secara lebih jelas :
1. Membuat permintaan untuk pemeriksaan atau pengetesan barang untuk intern
kontraktor maupun bersama dengan konsultan pengawas atau owner untuk
memastikan material yang akan digunakan sudah sesuai dengan criteria yang
diinginkan pemilik proyek bangunan.
2. Membuat surat teguran atau menegur secara langsung kepada pelaksana, sub
kontraktor atau mandor apabila terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan atau
pemngadaan material yang mempengaruhi mutu hasil pekerjaan dilapangan.
3. Melakukan pengecekan terhadap material yang akan didatangkankan maupun
yang sudah tiba di lokasi proyek untuk memberikan status kepada bahan
bangunan tersebut apakah ditolak atau diterima setelah melihat kualitas bahan.
4. Mengikuti jalannya pelaksanaan pembangunan sehingga setiap penyimpangan
dalam pelaksanaan yang dapat mengurangi mutu pekerjaan dapat dicegah, hal
ini lebih baik jika dibanding perlakuan pengecekan pekerjaan pada hasil akhir
saja sehingga apabila terjadi mutu yang kurang baik harus dilakukan bongkar
pasang yang dapat menyebabkan biaya tambahan.
5. Melakukan pengecekan apakah pelaksanaan pekerjaan dilapangan sudah sesuai
dengan gambar pelaksanaan atau shop drawing.
6. Meminta contoh material atau brosur yang berisi spesifikasi material bahan
kepada supplier sebelum melakukan pembelian sehingga material terpilih
sesuai dengan standar kualitas yang dalam kontrak kerja.
7. Membuat laporan dan data-data yang dibutuhkan perusahaan yang
berhubungan dengan pekerjaan quality qontrol pada proyek bangunan.
4. K3LMP
K3LMP adalah orang yang menjamin agar dalam pelaksanaan proyek tidak
12
terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, menjamin produktifitas tidak
terganggu, menuju kondisi nol kecelakaan (zero accident). ( PT. Waskita Karya,
2015).
Tugas dari K3LMP yaitu:
1. Mempelajari dan memahami prosedur kerja yang disiapkan oleh bagian
operasional serta memperkirakan kemungkinan-kemungkinan bahaya yang
dapat terjadi
2. Membuat laporan yang berisi analisis potensi bahaya dan upaya preventif yang
akan dilakukan guna meminimalkan potensi kecelakaan kerja
3. Melakukan survey harian untuk memastikan keamanan kegiatan proyek
4. Menyiapkan rambu-rambu, pagar pengaman, tanda batas proyek, serta
perangkat-perangkat lain yang dibutuhkan untuk menjamin kemanan
5. Menyediakan perlengkapan safety bagi pekerja-pekerja lapangan
6. Memberikan bantuan P3K apabila terjadi kecelakaan
7. Apabila terjadi kecelakaan, membawa korban ke rumah sakit yang ditunjuk
bila diperlukan
8. Melakukan analisis terhadap kecelakaan yang terjadi dan melakukan
penanganan atau tindakan preventif agar kejadian serupa tidak terulang
kembali.
5. Kordinator Zona.
Kordinator Zona adalah unit organisasi kontraktor pelaksana yang berada
dilapangan.( PT. Waskita Karya, 2015).
Tugas Kordinator Zona yaitu :
1. Mengkoordinir seluruh pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
2. Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan proyek dari awal sampai selesai.
6. Pelaksana
Pelaksana mempunyai wewenang dan tanggung jawab mengenai masalah-
masalah teknis dilapangan serta mengkoordinasi pekerjaan-pekerjaan yang menjadi
bagiannya. ( PT. Waskita Karya, 2015).
Tugas dan kewajibannya, antara lain:
13
1. Menyimpan dan membaca gambar kerja dengan baik
2. Melaksanakan pekerjaan dengan konsisten sesuai dengan rencana mutu proyek
(instruksi kerja), speksifikasi teknis dari pelanggan, dan gambar kerja yang
diterimanya dengan mengarahkan tukang/sub kontraktor dan pekerjanya
hingga didapat pekerjaan yang bermutu, tepat waktu, dan biaya yang seefisien
mungkin,
3. Mengkoordinasikan ke setiap dan mandor / subcon
4. Tugas dan tanggung jawab kepala pelaksana (General Super Intendent)
menyelenggarakan pencatatan-pencatatan atas tindakan yang telah dikerjakan
baik qualitatif maupun quantitatif untuk dapat membuat laporan mingguan
mengenai:
1) Pemakaian bahan, mesin-mesin/alat-alat dalam pekerjaan yang sedang
dilaksanakan
2) Penggunaan persekot karya yang dipercayakan kepadanya
3) Ihktisar upah dan hari perkerjaan
4) Kemajuan pekerjaan yang sedang dilaksanakan
5) Mengumpulkan bukti-bukti penerimaan/pengeluaran tertulis akibat
bahan/material, alat, dan keperluan lainnya kepada kepala proyek sehingga
pertanggungjawaban akan terlihat di dalam cash flow perusahaan.
14
lapisan sub-grade dan perkerasan beton semen. Pekerjaan Subbase berada
di bawah beton rigid dan atau dibawah perkerasan aspal.
3) Pelaksana Lean Concrete
Pelaksana lean concrete adalah pelaksana pengecoran lean concrete.
Selain itu juga digunakan pada pekerjaan struktur sebagai lantai kerja.
4) Pelaksana Rigit
Pelaksana rigit adalah peksana pekerjaan perkerasan ini meliputi
perkerasan beton (rigid pavement) dan perkerasan aspal (flexible pavement),
lokasi perkerasan ini berada di badan jalan dan pada bahu jalan (soulder)
dana pada lokasi lain yang ditunjuk sesuai gambar.
5) Pelaksana Drainase dan RCP
Drainase dan RCP adalah pelaksana pekerjaan saluran pipa gorong-
gorong ini termasuk pengadaan material pipa RCP berikut pemasangannya,
sesuai gambar dan spesifikasi teknis. Sebelum pekerjaan dilaksanakan,
terlebih dahulu dilakukan persetujuan penggunaan material pipa gorong-
gorong RCP.
6) Pelaksana Timbunan
Pelaksana timbunan adalah pelaksana pekerjaan ini meliputi
pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan material yang
diperoleh dari lokasi material untuk melaksanakan timbunan material
pilihan, dan bagian lain sesuai dengan petunjuk Direksi.
7) Pelaksana Barier
Pelaksana barier adalah pelaksana pekerjaan parapet merupakan
pembatas yang di buat untuk keamanan, parapet ini berfungsi sebagai
pelindung atau mencegah terhadap kecelakaan yang lebi fatal.
7. Site Engineer
Site engineer adaalah orang yang memimpin jalannya pekerjaan dilapangan
dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan semua sumber daya yang ada untuk
dapat memenuhi persyaratan mutu, waktu dan biaya yang telah ditetapkan. Selain
itu juga bertanggung jawab atas permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan
15
suatu proyek serta berkewajiban untuk memberikan laporan pekerjaan secara
berkala. ( PT. Waskita Karya, 2015).
Tugas dan kewajiban site engineer adalah sebagai berikut:
1. Menjamin semua pelaksanaan detail teknis untuk pekerjaan mayor tidak akan
terlambat selama masa mobilisasi untuk masing-masing paket kontrak dalam
menentukan lokasi, tingkat serta jumlah dari jenis-jenis pekerjaan yang secara
khusus disebutkan dalam dokumen kontrak
2. Membantu dan memberikan petunjuk kepada tim di lapangan dalam
melaksanakan pekerjaan pengawasan teknis segera setelah kontrak fisik
ditandatangani, menyiapkan rekomendasi secara terinci atas usulan desain,
termasuk data pendukung yang diperlukan, mengendalikan kegiatan-kegiatan
kontraktor, termasuk pengendalian pemenuhan waktu pelaksanaan pekerjaan,
serta mencari pemecahan-pemecahan atas permasalahan yang timbul baik
sehubungan dengan teknis maupun permasalahan kontrak,
3. Mengendalikan semua personil yang terlibat dalam pekerjaan
penyelidikan bahan/material baik di lapangan maupun laboratorium serta
menyusun rencana kerjanya
4. Mengikuti petunjukpetunjuk dan persyaratan yang telah ditentukan
terutama sehubungan dengan:
a. Inspeksi secara teratur ke paket-paket pekerjaan untuk melakukan
monitoring kondisi pekerjaan dan melakukan perbaikan-perbaikan
agar pekerjaan dapat direalisasikan sesuai dengan ketentuan dan
persyaratan yang telah ditentukan
b. Pemahaman terhadap spesifikasi. Metode pelaksanaan untuk setiap
jenis pekerjaan yang disesuaikan dengan kondisi dilapangan
c. Metode pengukuran volume pekerjaan yang benar sesuai dengan
pasal-pasal dalam Dokumen Kontrak tentang cara pengukuran dan
pembayaran
d. Melakukan pemantauan dengan ketat atas prestasi kontraktor segera
melaporkan kepada pejabat pelaksana teknis kegiatan apabila
kemajuan pekerjaan ternyata mengalami keterlambatan lebih dari
16
15% dari rencana, serta membuat saran-saran penanggulangan dan
perbaikan
e. Melakukan pengecekan secara cermat semua pengukuran pekerjaan
dan secara khusus harus ikut serta dalam proses pengukuran akhir
pekerjaan
f. Menyusun laporan bulanan tentang progress fisik dan keuangan serta
menyerahkan kepada pejabat pelaksana teknis kegiatan
g. Mengecek dan menandatangani dokumen-dokumen tentang
pengendalian mutu dan volume pekerjaan
h. Memeriksa gambar kerja (shop drawing) yang diajukan oleh
kontraktor dan disetujui oleh Direksi Teknik
i. Memeriksa gambar hasil terlaksana (as built drawing) yang diajukan
oleh kontraktor dan disetujui oleh Direksi Teknik. Gambar tersebut
harus dibuat secara bertahap setiap pekerjaan selesai dikerjakan.
8. Logistik (Logistic)
Logistik Yaitu orang yang bertugas sebagai pengadaan barang dan pengawasan
material bahan bangunan, termasuk di dalamnya adalah membuat jadwal
pengadaan dan pemakaian bahan dan peralatan proyek. ( PT. Waskita Karya, 2015).
Uraian tugas seorang staf logistik proyek adalah :
1. Mempelajari spesifikasi material dan jadwal penggunaan material
2. Membuat jadwal pengadaan material, berdasarkan jadwal penggunaannya
3. Melakukan pengadaan material sesuai jadwal.
9. Surveyor
Surveyor adalah orang yang mengadakan pengukuran di lapangan dengan
menggunakan alat theodolit maupun water pass untuk menentukan as-as bangunan
proyek yang akan dikerjakan. ( PT. Waskita Karya, 2015).
Uraian tugas surveyor adalah :
a) Menentukan titik-titik batas area proyek, ini diperlukan untuk pembuatan alur
pagar proyek dan penentuan koordinat gedung.
17
b) Membaca gambar dengan melihat bentuk dan ukuran bangunan untuk
diaplikasikan dilapangan.
c) Menentukan elevasi kedalaman galian pondasi dan lantai basement, kesalahan
dalam penentuan elevasi ini dapat menyebabkan pemborosan pekerjaan urugan
dan galian tanah.
d) Menentukan as bangunan untuk mencari lokasi titik tiang pancang dan pile cap.
e) Memantau kedataran cor beton pada pekerjaan lantai basement atau pelat lantai
diatasnya.
f) Marking atau menentukan as kolom gedung, pada pekerjaan ini menggunakan
istilah pinjaman as 1 m untuk mengecek apakah pembesian dan bekisting
kolom sudah terletak pada posisi yang benar.
g) Pengecekan ketegakan kolom dengan menggunakan waterpass atau benang
ukur yang diberi bandul.
h) Menghitung ketinggian elevasi cor kolom beton agar pas untuk menaruh balok
dan pelat lantai, kesalahan dalam pekerjaan ini dapat menyebabkan adanya
bobok beton atau cor ulang untuk menambah ketinggia kolom.
i) Pengecekan kedataran elevasi balok lantai agar sesuai dengan gambar rencana.
j) Marking perletakan stek besi tulangan struktur diatasnya.
k) Marking perletakan void dan lobang lift gedung agar berada tepat pada posisi
rencana.
l) Membuat as elevasi bangunan tiap lantai, dibuat dengan cara membuat garis
pinjaman dengan ketinggian 1 m dari lantai gedung.
m) Membuat dan Mengukur penurunan gedung setiap hari atau seminggu sekali
untuk mengetahui apakah posisi gedung yang sudah dibangun berada pada
kondisi aman.
n) Marking posisi pekerjaan arsitektur seperti pemasangan dinding batu bata,
pemasangan kepalaan keramik, penentuan posisi titik lampu, penentuan posisi
sanitair toilet dll.
10. Drafter
Drafter adalah orang yang bertugas membuat gambar yang diperlukan oleh
proyek. ( PT. Waskita Karya, 2015).
18
Tugas seorang Drafter yakni sebagai berikut:
1. Menerjemahkan informasi teknis yang ada ke dalam shop drawing
2. Membuat gambar as-built drawing setelah suatu pekerjaan selesai dilakukan
3. Berkoordinasi dengan seluruh pelaksana untuk menyiapkan gambar-gambar
kerja yang dibutuhkan
4. Membuat update gambar-gambar yang ada bila terjadi perubahan rencana
ataupun pelaksanaan.
11. Mekanik
Bertugas untuk menyediakan alat-alat yang dibutuhkan dalam proyek,
mengecek kerusakan pada alat, serta segera memperbaiki/mengganti alat yang
rusak sehingga dapat berfungsi kembali.( PT. Waskita Karya, 2015).
12. Chacker
Bertugas untuk menyediakan alat-alat yang dibutuhkan dalam proyek,
mengecek kerusakan pada alat, serta segera memperbaiki/mengganti alat yang
rusak sehingga dapat berfungsi kembali.
13. Security
Security / Keamanan proyek mendukung lancarnya suatu proyek, sehingga
tidak semua orang dapat keluar masuk proyek.
Tugas dan kewajiban security adalah sebagai berikut :
a. Mengawasi orang-orang yang keluar masuk proyek,
b. Mengawasi barang-barang yang keluar masuk proyek,
c. Menjaga ketertiban dan keamanan didalam maupun sekitar proyek,
Mengantisipasi gangguan pencurian material, alat dan fasilitas lain di
lingkungan proyek.( PT. Waskita Karya, 2015).
19
umum, Sistem Manajemen Lingkungan adalah sebagaimana tergambar dalam
skema berikut ini :
A. Perencanaan
1. Aspek lingkungan
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk:
a) Mengidentifikasi aspek lingkungan kegiatan, produk dan jasa dalam
lingkup sistem manajemen lingkungan, yang dapat dikendalikan dan yang
dapat dipengaruhi dengan memperhitungkan pembangunan yang
direncanakan atau baru; kegiatan, produk dan jasa yang baru atau yang
diubah
b) Menentukan aspek yang mempunyai atau dapat mempunyai dampak
penting terhadap lingkungan (yaitu aspek lingkungan penting).
Organisasi harus mendokumentasikan informasi ini dan memelihara
kemutakhirannya. Organisasi harus memastikan bahwa aspek lingkungan penting
diperhitungkan dalam penetapan, penerapan dan pemeliharaan sistem manajemen
lingkungannya.
2. Persyaratan peraturan perundang-undangan dan lainnya
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk:
20
a) Mengidentifikasi dan memperoleh informasi tentang persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan lainnya yang diikuti
organisasi, yang terkait dengan aspek lingkungannya.
b) Menentukan bagaimana persyaratan tersebut berlaku terhadap aspek
lingkungannya.
Organisasi harus memastikan bahwa persyaratan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan persyaratan lainnya yang diikuti organisasi tersebut
diperhitungkan dalam penetapan, penerapan dan pemeliharaan sistem manajemen
lingkungannya.
21
b) Cara dan jangka waktu untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut.
Evaluasi Aspek
Kebijakan
Penting
22
memberikan pelatihan atau cara lain untuk memenuhi keperluan tersebut dan
menyimpan rekaman yang terkait. Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan
memelihara prosedur untuk memastikan orang yang bekerja untuk atau atas nama
organisasi memahami tentang:
a) Pentingnya kesesuaian dengan kebijakan lingkungan dan prosedur, serta
dengan persyaratan sistem manajemen lingkungan.
23
e) Dokumen, termasuk rekaman, yang ditentukan oleh organisasi sebagai
dokumen penting untuk memastikan perencanaan, operasi dan pengendalian
proses secara efektif, yang terkait dengan aspek lingkungan penting.
5. Kesiagaan dan tanggap darurat
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur
untuk mengidentifikasi potensi situasi darurat dan kecelakaan, yang dapat
menimbulkan dampak lingkungan serta bagaimana organisasi akan
menanggapinya. Organisasi harus melakukan tindakan terhadap situasi darurat
dan kecelakaan yang terjadi serta mencegah atau mengatasi dampak
lingkungan negatif yang ditimbulkan.
.
PERENCANAAN
PEMANTAUAN
C. Pemantauan
24
Organisasi harus memastikan agar peralatan pemantauan dan pengukuran
dikalibrasi atau diverifikasi, digunakan dan dipelihara serta organisasi harus
menyimpan rekaman yang terkait.
2. Evaluasi penaatan
Sesuai dengan komitmen terhadap penaatan, organisasi harus menetapkan,
menerapkan dan memelihara prosedur untuk secara berkala mengevaluasi penaatan
terhadap persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Organisasi
harus mengevaluasi penaatan terhadap ketentuan lain yang diikuti organisasi.
Organisasi dapat menggabungkan evaluasi tersebut dengan evaluasi terhadap
penaatan peraturan perundang-undangan, atau menetapkan prosedur yang terpisah.
Organisasi harus menyimpan rekaman hasil evaluasi berkala tersebut.
3. Audit internal
Organisasi harus memastikan bahwa audit internal terhadap sistem
manajemen lingkungan dilaksanakan pada jangka waktu yang direncanakan untuk:
a) Menentukan apakah sistem manajemen lingkungan
Memenuhi pengaturan yang direncanakan untuk manajemen lingkungan
termasuk persyaratan standar ini.
Telah diterapkan dan dipelihara secara memadai.
b) Menyediakan informasi hasil audit bagi manajemen.
Program audit harus direncanakan, ditetapkan, diterapkan dan dipelihara
oleh organisasi, dengan mempertimbangkan tingkat kepentingan berbagai operasi
dari sisi lingkungan serta hasil audit sebelumnya.
PELAKSANAAN
Audit Internal
25
2.5 Koordinasi Antar Disiplin (Interface).
Dalam penyelesaian secara keseluruhan proyek, banyak pekerjaan -pekerjaan
lain yang kegiatannya akan saling berkaitan misalnya, pekerjaan pemancangan,
Prestressing dll yang akan dilaksanakan oleh Sub Kontraktor. Oleh karena itu
sangat diperlukan adanya koordinasi yang baik dan terpadu, untuk menghindari
terjadinya bentrokan dan kesimpangsiuran pelaksanaan, yang dapat mengakibatkan
terjadinya hambatan-hambatan yang tidak diinginkan. Untuk mengatur kegiatan
pekerjaan akan dilaksanakan :
1. Rapat Koordinasi
Rapat koordinasi dilaksanakan seminggu sekali, berfungsi membahas
dan mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan, permasalahan dan
penyelesaiannya serta program pelaksanaan di lapangan.
2. Program dan Scheduling
Jadwal Pekerjaan akan dijabarkan secara lebih mendetail (bulanan dan
mingguan) dan akan dimonitor secara cermat menggunakan laporan harian dan
mingguan, agar dapat dilakukan evaluasi yang tepat dan akurat mengenai
perkembangan kondisi di lapangan. Sementara ini pengontrolan secara
keseluruhan dituangkan dalam bentuk Bar Chart.
26
BAB 3
HASIL KERJA PRAKTIK
Arah ke Solo
Arah ke Ngawi
27
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Kerja Praktik
Juli Agustus September Oktober November
Nama Minggu
Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke
Kegiatan ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Orientasi
Studi
lapangan
Studi
literature
Menyusun
Laporan
Sidang
Laporan
28
3. Studi literature meliputi studi analisa atau metode yang dipilih mahasiswa
kerja praktik sebagai sumber materi pelaporan kerja Praktik.
4. Menyusun laporan adalah penyusunan laporan kerja praktik yang didapat
selama mahasiswa kerja praktik.
5. Sidang laporan adalah presentasi hasil laporan dan pertanggungjawaban
laporan.
29
perlu adanya batasan-batasan masalah yang tujuannya untuk memfokuskan bagian
yang akan dibahas secara terperinci. Batasan-batasan masalah yang akan dibahas
yaitu metode pelaksanaan pekerjaan Overpass pada pembangunan Tol Solo
Kertosono SN 1 A.
Data Pekerjaan :
Nama Pekerjaan : Overpass Masaran
Lokasi : STA 29 + 419
Panjang : 58,83 m
Lebar : 5,6 m
GUARDRAIL GUARDRAIL
1 : 1.5 1 : 1.5
0
1
1
950
050
000
GUARDRAIL GUARDRAIL
EMBANKMENT EMBANKMENT
PLAN
Gambar 3.2 Rencana Overpass
( PT. Waskita Karya, 2015)
30
3.4 Pekerjaan yang Diamati
Pekerjaan yang kami amati pada Proyek Jalan Tol Solo - Ngawi seksi IA
meliputi:
1. Pelaksanaan Pekerjaan Pilar
2. Pelaksanaan Pekerjaan Head Pier
3. Pelaksanaan Pekerjaan Erection Girder
4. Pelaksanaan Pekerjaan Pelat Lantai
31
Pekerja : 10 orang
Teknisi : 1 orang
b) Truck Mixer
Concrete Mixer Truck adalah kendaraan truk khusus yang dilengkapi
dengan concrete mixer yang fungsinya mengaduk/mencampur beton ready mix.
concrete mixer truck ini digunakan untuk mengangkut adukan beton ke lokasi
proyek. Selama pengangkutan mixer terus berputar dengan kecepatan 8-12
putaran per menit agar beton tetap homogen dan beton tidak mengeras.
c) Concrete pump
Concrete Mixer Truck adalah kendaraan truk khusus yang dilengkapi
dengan concrete mixer yang fungsinya mengaduk/mencampur beton ready
mix. concrete mixer truck ini digunakan untuk mengangkut adukan beton ke
lokasi proyek. Selama pengangkutan mixer terus berputar dengan kecepatan 8-
12 putaran per menit agar beton tetap homogen dan beton tidak mengeras.
32
d) Beton vibrator
Beton vibrator adalah alat yang dipakai dalam proses pengecoran.
Berfungsi untuk memadatkan adonan beton yang masuk ke bekisting. Tujuannya
yaitu agar udara yang masih berada didalam adonan beton bisa keluar sehingga
tidak menimbulkan rongga pada saat pelepasan bekisting.
e) Excavator
Excavator adalah sebuah jenis alat berat yang terdiri dari mesin diatas roda
khusus yang dilengkapi dengan lengan (arm) dan alat pengeruk (bucket) yang
digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan berat berupa penggalian tanah yang
tidak bisa dilakukan langsung oleh tangan manusia.
33
Gambar 3.4 Besi Tulangan Yang Sudah Dipersiapkan
(Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
b. Pemasangan bekisting
Pekerjaan pilar proyek Jalan Tol Soker pada Overpass Masaran
menggunakan bekisting dari besi yang dapat di bongkar pasang. Bekisting atau
acuan beton sangat penting dalam pembuatan beton dikarenakan dapat
mempengaruhi bentuk dan kualitas dari beton yang akan di bentuk. Bekisting
34
juga tidak harus terbuat dari bahan yang mahal dan berkualitas tinggi, namun
bahan yang digunakan haruslah kuat dalam menahan volume dari pengecoran.
Berikut proses pemasangan bekisting pilar antara lain :
1. Membersihan lantai kerja agar saat pengecoran beton tidak bercampur dengan
material-material lain.
2. Bekisting sudah dipersiapkan dari workshop, dapat dilihat pada Gambar 3.6.
35
4. Kemudian memasang kuncian pada bikisting untuk menahan bekisting saat
pengecoran.
5. Untuk memperkokoh berdirinya bekisting, maka diberi penyangga
Scafolding yang langsung diikatkan pada pelat lantai di kedua sisi sehingga
bekisting dapat berdiri dengan kuat.
36
3. Setelah beton lolos pada uji slump dari mixer truck yang dituangkan ke
concrete pump. Setelah masa persiapan dilihat sudah siap maka operator
concrete pump akan menembakan beton kearah area yang akan di cor.
d. Pembongkaran Bekisting
Pembongkaran bekisting pilar menggunakan alat Crawler Crane karena
bekisting yang berat. Penggunaan metode ini telah disetujui dengan syarat
pembongkaran dengan besi ini tidak merubah bentuk beton dan tidak
menyebabkan retakan. Pembongkaran bekisting pilar dapat dilihat pada
Gambar 3.10
37
Gambar 3.10 Pembongkaran Bekisting
(Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
e. Perawatan beton
Perawatan beton bertujuan untuk menjaga agar tidak terjadi
kehilangan zat cair pada saat pengikatan awal terjadi dan mencegah
penguapan air dari beton pada umur beton awal. Selain itu, juga mencegah
perbedaan temperatur dalam beton yang dapat menyebabkan terjadinya
keretakan dan penurunan mutu beton yang direncakan. Perawatan beton harus
dilakukan begitu pekerjaan pemadatan beton selesai. perawatan tersebut
dilakukan dengan cara meyiram beton dengan air atau dengan menutupi
permukaan beton dengan menggunakan geotextile. Hasil perawatan beton
dapat dilihat pada Gambar 3.11.
38
3.4.2 Pekerjaan Pier Head
Pier head merupakan suatu konstruksi beton bertulang yang menumpu di
atas pilar dan terletak menjorok ke arah darat yang berfungsi sebagai pemikul
ujung bentangan tepi bangunan atas jembatan..
Pekerjaan Pier Head dapat dilaksanakan setelah pekerjaan pilar. Pekerjaan
Pier Head dimulai dari pemasangan perancah, bekisting bawah, pemasangan besi,
pemasangan bekisting samping (penutup) dan pengecoran. Fungsi pekerjaan pier
head adalah sebagai dudukan box girder serta sebagai penyalur beban lalu lintas
dan box girderke pier.
Adapun data-data pilar yang digunakan pada pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
Beton yang digunakan adalah beton ready mixed dengan mutu K - 350.
Jenis tulangan memanjang yang digunakan adalah D 16 mm.
Jenis tulangan melintang (sengkang) yang digunakan adalah D 25 mm.
1. Persiapan
1. Tenaga kerja
Pelaksana : 2 orang
Mandor : 1 orang
Pekerja : 10 orang
Teknisi : 1 orang
39
boom menjadi beberapa bagian untuk mempermudah pelaksanaan
pengangkutan.
b) Truck Mixer
Concrete Mixer Truck adalah kendaraan truk khusus yang dilengkapi
dengan concrete mixer yang fungsinya mengaduk/mencampur beton ready
mix. concrete mixer truck ini digunakan untuk mengangkut adukan beton ke
lokasi proyek. Selama pengangkutan mixer terus berputar dengan kecepatan 8-
12 putaran per menit agar beton tetap homogen dan beton tidak mengeras.
c) Concrete pump
Concrete Mixer Truck adalah kendaraan truk khusus yang dilengkapi
dengan concrete mixer yang fungsinya mengaduk/mencampur beton ready
mix. concrete mixer truck ini digunakan untuk mengangkut adukan beton ke
lokasi proyek. Selama pengangkutan mixer terus berputar dengan kecepatan
8-12 putaran per menit agar beton tetap homogen dan beton tidak mengeras.
d) Beton vibrator
Beton vibrator adalah alat yang dipakai dalam proses pengecoran.
Berfungsi untuk memadatkan adonan beton yang masuk ke bekisting.
Tujuannya yaitu agar udara yang masih berada didalam adonan beton bisa
keluar sehingga tidak menimbulkan rongga pada saat pelepasan bekisting.
Sistem kerja dari beton vibrator ini adalah melakukan gerakan
sehingga adonan bisa bergerak dan gelembung bisa keluar dengan mudah.
Hal ini akan memberi efek beton menjadi padat.
40
3. Setelah bekisting dibersihkan dan diolesi dengan pelumas, dilanjutkan
dengan pemindahan bekisting ke atas perancah.
4. Lubang-lubang kecil pada bekisting ditutupi dengan kertas semen yang
dibasahi agar bekisting tidak bocor sehingga beton tidak kehilangan
banyak air semen.
41
Gambar 3.13 Proses Pembesian Pier Head
(Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
d. Pekerjaan pengecoran
Setelah pekerjaan pemasangan bekisting selesai, maka dilakukan
pekerjaan berikutnya yaitu pekerjaan pengecoran. Pada pekerjaan pengecoran
proyek Jalan Tol SOKER pada Overpass Masaran menggunakan beton ready
mix. Dikarenakan area cor yang sangat luas dan untuk mempercepat waktu
penyelesaian pengecoran.
Proses pekerjaan pengecoran sebagai berikut:
4. Pembersihan area cor.
Pembersihan area cor dari sampah dan sisa-sisa kawat bendrat. Agar saat
42
pengecoran beton tidak bercampur sampah
5. Pengujian slump
Sebelum beton masuk dalam concete pump, harus diadakan dulu uji
slump, dengan nilai slump yang digunakan yaitu 10 2 dan untuk hasil pada
pengujian dilapangan yaitu 10 cm maka untuk uji tes slump masih memenuhi
syarat dari Pengujian slump dapat dilihat pada Gambar 3.14.
6. Setelah beton lolos pada uji slump dari mixer truck yang dituangkan ke
concrete pump. Setelah masa persiapan dilihat sudah siap maka operator
concrete pump akan menembakan beton kearah area yang akan di cor.
7. Dalam masa penembakan beton ke dalam bekisting pilar, pekerjaan
dilanjutkan dengan rojokan menggunakan vibrator. Proses perojokan
bertujuan agar beton dapat masuk ke celah-celah kecil sehingga kolom tidak
keropos atau segregasi dan juga untuk mengeluarkan gelembung udara yang
terjebak didalam adukan semen yang timbul pada saat penuangan beton.
Proses pengecoran pilar dapat dilihat pada Gambar 3.15
8. Proses tersebut berjalan berulang-ulang sampai bekisting penuh.
43
Gambar 3.15 Pengecoran Pier Head
(Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
e. Curing
Perawatan beton bertujuan untuk menjaga agar tidak terjadi
kehilangan zat cair pada saat pengikatan awal terjadi dan mencegah penguapan
air dari beton pada umur beton awal. Selain itu, juga mencegah perbedaan
temperatur dalam beton yang dapat menyebabkan terjadinya keretakan dan
penurunan mutu beton yang direncakan. Perawatan beton harus dilakukan begitu
pekerjaan pemadatan beton selesai. perawatan tersebut dilakukan dengan cara
meyiram beton dengan air atau dengan menutupi permukaan beton dengan
menggunakan geotextile.
44
terkait masalah areal struktur, timbunan, jarak tempuh dan jalan akses
kendaraannya. Pemeriksaan peralatan dan kendaraan pengangkut dilakukan
sebelum pengangkatan girder dimulai. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan
bahwa peralatan yang akan digunakan berada dalam kondisi yang layak dan
memenuhi persyaratan K3. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan hydraulic
system, oli, rem, mesin, system elektrik, pin pengunci pada boogie, rantai pengikat,
sling pengangkat, fixing (pengganjal) dan pemeriksaan pada komponen lainnya
sehingga dapat dipastikan bahwa alat dapat berfungsi dengan normal dan aman.
Untuk pekerjaan erection dapat dilaksanakan setelah pekerjaan pier head
selesai dikerjakan dan sudah cukup umur.
Tahapan berikut menjelaskan mengenai pekerjaan Erection Girder :
a. Pemasangan Bearing Pad
Dudukan bearing pad dapat segera dikerjakan setelah pekerjaan pier
head. Yang harus diperhatikan adalah kerataannya agar tidak diperlukan
grouting yang banyak dan untuk menghindari rusaknya dudukan atau bearing
pad akibat beban yang tidak merata.
Setelah dudukan bearing pad siap, pemasangan bearing pad hanya
dilakukan dengan cara diletakkan pada posisi sesuai gambar rencana sebagai
tumpuan balok girder. Untuk keamanan sebaiknya pemasangan dilakukan
sebelum erection girder, untuk mencegah kehilangan material pada saat akan
digunakan.
a. Persiapan
i. Tenaga kerja
Surveyor : 2 tim (1 tim : 4 orang)
Mandor : 1 orang
Pekerja : 2 orang
b. Metode Pelaksanaan :
1. Pier head sudah mencapai kekuatan yang disyaratkan
2. Marking perletakan bearing pad oleh surveyor
3. Lokasi harus bersih sebelum dilakukan pengecoran mortar
45
4. Pemasangan bearing pad (sebelumnya sudah di cek kerataanya oleh
surveyor)
46
Tipe ini mempunyai bagian atas yang dapat bergerak 3600 dengan
adanya Tumtable. Dengan roda crawler maka crane tipe ini dapat bergerak di
dalam lokasi proyek saat melakukan pekerjaanya namun pergerakkannya
sangat terbatas. Pada saat crane akan dipindahkan maka crane diangkut
dengan menggunakan lowbed trailer. Pengankutan ini dilakukan dengan
membongkar boom menjadi beberapa bagian untuk mempermudah
pelaksanaan pengangkutan.
Balok girder diterima oleh crawler craine, lalu diangkat berlahan dengan
memasang karung goni dibawah kabel agar stuktur balok girder tidak
rusak.
47
Boogie truk dan trailer truk kembali ke lokasi stock yard.
Pengankatan balok girder dengan menggunakan 2 crowler craine dengan
kapasitas berat maksimum yang diangkut oleh crowler craine 150 ton
dapat dilihat pada Gambar 3.19. Diletakkan pada bearing pad dengan
dibantu surveyeor untuk memposisikan girder dengan tepat, dapat dilihat
pada Gambar 3.20
48
3. Pemasangan Diafragma
Diafragma atau yang sering dikenal dengan pengaku melintang jembatan
merupakan bagian jembatan yang tidak bisa diabaikan keberadaannya, fungsi
utamanya ialah menahan pergerakan balok girder ke arah samping sehingga balok
girder tetap pada posisinya jika dikenai gaya horizontal.
Dimensi dan jarak balok diafragma tergantung dari besarnya beban yang
bekerja pada gelagar. Semakin kecil jarak antara diafragma maka dimensi gelagar
memanjang akan semakin kecil, demikian sebaliknya . Jarak diafragma yang
semakin besar akan menghasilkan dimensi gelagar memanjang yang lebih besar
pula dapat dilihat pada Ganbar 3.21
49
dimulai dari penyiapan material besi di stockyard untuk selanjutnya potongan besi
dibawa ke lokasi pembesian dengan menggunakan truk flat bad.
A. Persiapan
1. Tenaga kerja
Pelaksana : 2 orang
Mandor : 1 orang
Pekerja : 15 orang
Teknisi : 1 orang
b) Truck Mixer
Concrete Mixer Truck adalah kendaraan truk khusus yang dilengkapi
dengan concrete mixer yang fungsinya mengaduk/mencampur beton ready mix.
concrete mixer truck ini digunakan untuk mengangkut adukan beton ke lokasi
proyek. Selama pengangkutan mixer terus berputar dengan kecepatan 8-12
putaran per menit agar beton tetap homogen dan beton tidak mengeras.
c) Concrete pump
Concrete Mixer Truck adalah kendaraan truk khusus yang dilengkapi
dengan concrete mixer yang fungsinya mengaduk/mencampur beton ready mix.
50
concrete mixer truck ini digunakan untuk mengangkut adukan beton ke lokasi
proyek. Selama pengangkutan mixer terus berputar dengan kecepatan 8-12
putaran per menit agar beton tetap homogen dan beton tidak mengeras.
d) Beton vibrator
Beton vibrator adalah alat yang dipakai dalam proses pengecoran.
Berfungsi untuk memadatkan adonan beton yang masuk ke bekisting. Tujuannya
yaitu agar udara yang masih berada didalam adonan beton bisa keluar sehingga
tidak menimbulkan rongga pada saat pelepasan bekisting.
Sistem kerja dari beton vibrator ini adalah melakukan gerakan sehingga
adonan bisa bergerak dan gelembung bisa keluar dengan mudah. Hal ini akan
memberi efek beton menjadi padat.
B. Metode Pelaksanaan :
Pada Proyek ini untuk pekerjaan pelat lantai jembatan dapat dilaksanakan
setelah pekerjaan erection girder jembatan selesai dikerjakan, Pekerjaan pelat lantai
jembatan dimulai pemasangan pelat spandex fungsinya sebagai pengganti bekisting
dari RC plate. Tahapan berikut menjelaskan mengenai pekerjaan pelat lantai
jembatan :
a. Pemasangan besi
Tulangan yang sudah disiapkan dari workshop dengan mobilisasi
menggunakan truck trailer dan diangkat ke atas dengan menggunakan bantuan
crane. Penulangan pelat lantai deck slap dibuat dengan mengikat tulangan bawah
dengan bendrat antara tulangan atas girder dengan tulangan pelat lantai atau deck
slap.
Perakitan tulangan pelat lantai atau deck slap baik yang dari arah
memanjang maupun melintang. Panjang besi lapisan bawah arah melintang P =
5540 mm pada ujung besi akan dilebihi antara sisi tertinggi T = 200 mm sementara
sisi terendah T = 140 mm jarak antar tulangan 200 mm dengan diameter besi D13.
Panjang besi arah memanjang dengan ketentuan panjang P = 12000 mm jarak antar
tulangan 200 mm dengan diametr besi D16 dapat dilihat pada Gambar 3.22. Jarak
antar tulangannya diatur dan kait menggunakan kawat bendrat sesuai dengan
perencanaan.
51
Gambar 3.22 Pembesian pelat lantai
(Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
b. Pekerjaan Pengecoran
Setelah pekerjaan pemasangan bekisting selesai, maka dilakukan
pekerjaan berikutnya yaitu pekerjaan pengecoran. Pada pekerjaan pengecoran
proyek Jalan Tol SOKER pada Overpass Masaran menggunakan beton ready
mix. Dikarenakan area cor yang sangat luas dan untuk mempercepat waktu
penyelesaian pengecoran.
Proses pekerjaan pengecoran sebagai berikut:
1. Pembersihan area cor.
Pembersihan area cor dari sampah dan sisa-sisa kawat bendrat. Agar saat
pengecoran beton tidak bercampur sampah, dapat dilihat pada Gambar
3.23
2. Pengujian slump
Sebelum beton masuk dalam concete pump, harus diadakan dulu uji
slump, dengan nilai slump yang digunakan yaitu 10 2 dan untuk hasil pada
pengujian dilapangan yaitu 10 cm maka untuk uji tes slump masih memenuhi
syarat dari Pengujian slump dapat dilihat pada Gambar 3.24.
52
Gambar 3.23 Pembersian Area Cor
(Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
3. Setelah beton lolos pada uji slump dari mixer truck yang dituangkan ke
concrete pump. Setelah masa persiapan dilihat sudah siap maka operator
concrete pump akan menembakan beton kearah area yang akan di cor.
53
4. Dalam masa penembakan beton ke dalam bekisting pilar, pekerjaan
dilanjutkan dengan rojokan menggunakan vibrator. Proses perojokan
bertujuan agar beton dapat masuk ke celah-celah kecil sehingga kolom tidak
keropos atau segregasi dan juga untuk mengeluarkan gelembung udara yang
terjebak didalam adukan semen yang timbul pada saat penuangan beton.
Proses pengecoran pilar dapat dilihat pada Gambar 3.25
5. Proses tersebut berjalan berulang-ulang sampai bekisting penuh.
6. Grooving
Grooving akan dilakukan setelah umur beton sudah 30 menit dengan
menggunakan bantuan mistar agar hasil groving yang didapat bisa lurus dan
rapi. fungsi dari grooving itu sendiri pada saat jalan sudah mulai menerima
beban dari kendaraan yaitu untuk meminimalisir akan terjadinya kecelakan
akibat sleading karena permukaan yang basah masih dapat memberiakan
pengaruh kekesatan pada roda kendaraan, dapat dilihat pada Gambar 3.26.
54
Gambar 3.26 Hasil Grooving
(Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
7. Curing
Perawatan beton bertujuan untuk menjaga agar tidak terjadi kehilangan zat
cair pada saat pengikatan awal terjadi dan mencegah penguapan air dari beton pada
umur beton awal. Selain itu, juga mencegah perbedaan temperatur dalam beton
yang dapat menyebabkan terjadinya keretakan dan penurunan mutu beton yang
direncakan. Perawatan beton harus dilakukan begitu pekerjaan pemadatan beton
selesai. perawatan tersebut dilakukan dengan cara meyiram beton dengan air atau
dengan menutupi permukaan beton dengan menggunakan geotextiel
55
3.5 Kendala-Kendala Yang Dihadapi
Saat pelaksanaan pekerjaan Overpass Masaran terdapat beberapa kendala
kendala yang dihadapi antaranya:
1. Shop drawing untuk detail mengalami perubahan desain.
2. Seringnya miised komunikas antar kontraktor dan mandor sehingga hasil
pembangunan masih ada yang harus diulangi.
3. Kesalahan surveyor pada saat pemarkingan elevasi pembesian pelat lantai
sehingga pemarkingan harus diulangi.
4. Dengan jumlah kontruksi Overpas 26, alat berat crowler crane harus
bergantian sehingga dapat menunda proses erection girder.
5. Pada saat cuaca kurang bersahabat pekerjaan harus segera dihentikan.
56
Namun masih ada satu dua pekerja yang masih belum menggunakan APD
saat berada di lapangan, Ini membuktikan bahwa masih banyak orang yang sangat
meremehkan tentang K3 pada saat proses pekerjaan di suatu proyek. Seperti pada
Gambar 3.29.
57
( HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN )
58
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya serta
pengamatan secara langsung selama 1,5 bulan. Metode pekerjaan yang didapat
dilapangan meliputi metode pelaksanaan pilar, head pier, erection girder, dan pelat
lantai (deck slap).
Untuk proses penulangan pilar, pier head, plat langsung dilakukan di
workshop setelah pemasangan bekistingnya sudah selesai, untuk bekisting yang
digunakan yaitu bekisting semi konvensional yang menggunakan pelat besi
berbentuk silinder dan bekisting pada pelat lantai menggunakan pelat spandex.
Untuk pelepasan bekisting pilar yaitu minimal 8 jam setelah pengecoran selesai dan
untuk pelepasan bekisting bawah head pier yaitu 15 hari setelah pengecoran.
Pengendalian mutu beton dengan di uji slump setiap satu batch untuk mengetahui
kadar kekentalan/kelecakan beton dengan standarisasinya 8-12 cm dan untuk hasil
slump yang ada dilapangan yaitu 10 cm untuk hasil tersebut masih memasuki
standar. Dan erection girder menggunakan metode perancah sistem servis crane.
4.2 Saran
1. Perawatan besi tulangan harus diperhatikan, agar terhindar dari korosi yang
disebabkan oleh tiupan angin. Dikarenakan lokasi proyek berada disekitar
persawahan, maka perlu adanya pelumasan besi tulangan dengan oli atau
sejenisnya.
2. Dalam pekerjaan pengecoran sebaiknya traffic pada pengiriman lebih
diperhatikan agar tidak terjadi keterlambatan truck mixer.
3. Beton yang membutuhkan perawatan (curing) dirawat sebaik mungkin dan
pembongkaran harus sesuai dengan umur beton yang ditentukan agar beton
menjadi maksimal.
4. Crowler crane sebagai alat berat perlu adanya penambahan jalan kerja agar
proses mobilisasi untuk pekerjaan lain dapat berjalan dengan baik dan tidak
terganggu.
59
5. Penerapan K3L pada proyek sudah berjalan dengan baik terlihat dari pekerja
yang sudah menggunakan APD saat berada di lapangan dan spanduk-spanduk
K3L yang banyak terdapat dilokasi proyek. Namun masih ada satu dua pekerja
yang masih belum menggunakan APD saat berada di lapangan, alangkah
baiknya bila semua pekerja di lapangan menggunakan APD dengan lebih
menggencarkan safety patrol yang sudah dilaksanakan.
6. Komunikasi yang terjalin baik dan sesuai dapat meningkatkan produksi kerja,
dan meminimalisir keterlambatan pekerjaan, selain itu dapat membuat
pekerjaan menjadi efektif dan efisien.
60
DAFTAR PUSTAKA
Hutama, Harris Fadhilah (2014). Laporan Praktik Kerja Lapangan pada Proyek
Jalan Tol Cinere Jagorawi Seksi II A (Margonda - Raya Bogor) STA
16+700 s/d 20+200. Jakarta : Politeknik Negeri Jakarta
PT. Waskita Karya. (2014). Methode Kerja Pelaksanaan Tol Solo Kertosono SN
1a. : JAkarta
61
( HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN )
62