Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
21. DEFINISI
Fungsi pertahanan kulit manusia adalah suatu sistem yang unik karena
kemampuan penyesuaiannya terhadap perubahan lingkungan baik internal
maupun eksternal. Fungsi pertahanan ini mencakup fungsi proteksi fisik
(trauma mekanik), mempertahankan permeabilitas (mencegah kehilangan air
dan mencegah masuknya bahan kimia berbahaya, alergen dan bahan yang
dapat menimbulkan iritasi), proteksi terhadap sinar UV (sinar UV dapat
menimbulkan kerusakan dan neoplasma), proteksi terhadap zat-zat oksidan
(yang dapat menyebabkan kerusakan membran sel), proteksi terhadap suhu
dan juga mencegah masuknya mikroorganisme patogen penyebab infeksi.
Lapisan paling luar kulit yaitu stratum korneum berperan sebagai lapisan
primer dalam fungsi pertahanan kulit. Setiap kerusakan kulit seperti laserasi,
kulit kering atau iritasi akan menyebabkan gangguan diferensiasi sel di
stratum korneum dan menurunkan fungsi pertahanan kulit.6
5
Lapisan kulit manusia memiliki fungsi keseimbangan untuk menghindari
kerusakan lanjut akibat trauma fisik/mekanik, salah satunya adalah dengan
membentuk jaringan parut. Fungsi barier terhadap tekanan juga didukung
oleh lapisan serat kolagen dan elastin di dalam lapisan dermis serta jaringan
lemak subkutan. Lapisan teratas epidermis yaitu stratum korneum, dengan
ketebalan hanya 15 m (di hampir seluruh area tubuh) memiliki kemampuan
sebagai lapisan tahan air yang mencegah hilangnya air dari tubuh melalui
difusi transepidermal. Transepidermal Water Loss (TEWL) telah menjadi
salah satu parameter klinis banyak studi yang menilai fungsi pertahanan kulit
pada beberapa penyakit kulit seperti psoriasis, dermatitis atopik, luka bakar
dan epidermolisis bulosa. Pada penyakit-penyakit ini, diketahui terjadi
kehilangan air yang lebih dari normal pada lapisan epidermis dan
terganggunya pengaturan lemak di stratum korneum.6,7
2.3 EPIDEMIOLOGI
2.4 PATOGENESIS
6
Belum ada teori yang dapat menjelaskan secara pasti bagaimana
patogenesis dari penyakit melasma. Beberapa hal yang sering dikaitkan
dengan penyakit melasma antara lain adalah pengaruh sinar matahari,
kehamilan, penggunaan hormon kontrasepsi dan kosmetik.5
7
Gambar 1. Melasma
2.6 DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Dari anamnesis yang cermat dapat membantu menegakkan diagnosis
secara tepat terutama untuk menggali segala hal terkait dengan pasien.
Anamnesis yang dapat mendukung penegakan diagnosis melasma :
a. Pasien wanita dengan kisaran umur 30-40 tahun
b. Pasien dengan riwayat kehamilan berulang
c. Pasien dengan penggunaan oral kontrasepsi
8
d.Pasien yang memiliki aktifitas yang sering berpaparan dengan sinar
matahari secara langsung
e. Lesi timbul setelah berminggu-minggu dan semakin terlihat saat kontak
dengan sinar matahari
f. Pasien dengan riwayat penggunaan kosmetik
g. Pasien wanita menopause yang sedang menjalani terapi hormon.4
B. Pemeriksaan Fisik
C. Pemeriksaan penunjang
Dalam pemeriksaan histopatologik terdapat 2 tipe hipermelanosis :
a. Tipe epidermal : melanin terutama terdapat di lapisan basal dan
suprabasal, kadang-kadang di seluruh stratum spinosum sampai
stratum korneum; sel-sel yang padat mengandung melanin adalah
melanosit, sel-sel lapisan basal, dan suprabasal, juga terdapat pada
keratinosit dan sel-sel stratum korneum.
b. Tipe dermal : terdapat makrofag bermelanin di sekitar pembuluh
darah dalam dermis bagian atas dan bawah; pada dermis bagian atas
terdapat fokus-fokus infiltrat.
Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan ialah pemeriksaan
lampu wood. Pemeriksaan ini bertujuan menspesifikkan suatu keadaan
melasma yang akan menentukan seperti apa bentuk penanganannya.
Adapun bentuk pengklasifikasian setelah pemeriksaan lampu wood
adalah sebagai berikut :3
9
Tipe Melasma Gambaran Klinis
10
Gambar 2. Riehls melanosis
11
Gambar 3. Bilateral nevus of ota like macules (Horis nevus)
2.8 PENATALAKSANAAN
a. Pencegahan
1. Meminimalisir paparan sinar UV
Paparan sinar matahari merupakan salah satu faktor penyebab dari
hiperpigmentasi. Pasien sebaiknya menggunakan spektrum luas, high
SPF sunscreens dan meminimalkan paparan sinar matahari sehari-
harinya. Sunscreens yang direkomendasikan untuk digunakan ialah
yang dapat melindungi dari sinar UVA dan UVB. Penderita
12
diharuskan menghindari pajanan langsung sinar ultra violet terutama
antara pukul 09.00-15.00.
2. Meminimalisir efek hormonal
Baik pil oral kontrasepsi dan HRT mempunyai peran dalam
perkembangan melasma. Sebagai tambahannya, riwayat medikasi
diperlukan untuk mengidentifikasi substansi-substansi yang memiliki
hormone-like activity seperti suplemen-suplemen antiaging dan krim
pharmacy-compounded yang digunakan untuk mengurangi gejala-
gejala dari menopose.8,9
b. Pengobatan
1. Pengobatan Topikal
- Hidrokuinon
Hidokuinon dipakai dengan konsentrasi 2-5% untuk terapi
melasma. Hindrokuinon menghambat konversi dari dopa terhadap
melanin dengan menghambat aktifitas dari tirosinase. Efek
sampingnya adalah dermatitis kontak iritan atau alergik.
- Asam retinoat
Asam retinoat 0,1% terutama digunakan sebagai terapi
tambahan atau terapi kombinasi. Krim tersebut juaga dipakai pada
malam hari karena pada siang hari dapat terjadi fotodegradasi.
- Asam azeleat
Pengobatan dengan asam azaleat 20% selama 6 bulan
memberikan hasil yang baik. Efek sampingnya berupa rasa panas,
gatal dan eritema ringan.
- Asam kojik (Kojic Acid)
KA diprodeksi oleh jamur Aspergilline oryzae dan berperan
sebagai inhibitor tirosinase. Double blind study membandingkan
penggunaan GA 5 % dan HQ 4% dengan penggunaan KA 4%
selama 3 bualan. Baik kedua kombinasi membuktikan efektifitas
yang hampir sama dalam mengurangi sebanyak 51% pigmentasi
dari pasien.
- Asam glikolik (Glycolic Acid)
Asam glikolik berperan untuk menurunkan pigmen dengan
banyak mekanisme termasuk thinning stratum korneum,
meningkatkan epidermolisis, meningkatkan sintesis kolagen di
13
lapisan basal dari epidermis, dan meningkatkan sintesis kolagen di
dermis. Iritasi ringan merupakan efek umum dari pemakaian obat
ini.6
2. Pengobatan sistemik
- Asam askorbat/vitamin C
Vitamin C memiliki efek merubah melanin bentuk oksidasi
menjadi melanin bentuk reduksi yang berwarna lebih cerah dan
mencegah pembentukan melanin dengan merubah DOPA kinon
menjadi DOPA.6
3. Tindakan Khusus
- Pengelupasan Kimiawi (Chemical Peels)
Pengelupasan kimiawi dapat membantu pengobatan kelainan
hiperpigmentasi. Pengelupasan kimiawi dilakukan dengan
mengoleskan topikal asam glikolat dan krim asam salisilik.
- Bedah Laser
Bedah laser dengan menggunakan laser Q-switch Ruby dasn
Llaser argon, kekambuhan dapat juga terjadi.
- Dermabrasi
Harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat merusak
melanosit yang dimana dapat meningkatkan produksi pigmen dan
menggelapkan melasma.6,7
2.9 PROGNOSIS
A. Definisi Stres
14
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun
mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang.
Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan
gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk
ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan
stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.3
15
penyakit Parkinson. Stres oksidatif pada sistem biologis sering ditandai
dengan beberapa parameter meliputi:
2) penurunan antioksidan
Paparan sinar matahari adalah faktor yang sangat berpengaruh, dan ini
berlaku untuk semua pasien yang mengalami perbaikan atau bertambah
parah apabila terpapar sinar matahari. Eksaserbasi melasma hampir pasti
dijumpai setelah terpapar sinar matahari yang berlebihan, mengingat kondisi
melasma akan memudar selama musim dingin. Lipid dan jaringan tubuh
(kulit) yang terpapar dengan sinar, terutama UV dapat menyebabkan
terbentuknya singlet oxygen dan radikal bebas yang merusak lipid dan
jaringan tersebut. Radikal bebas ini akan menstimulasi melanosit untuk
memproduksi melanin yang berlebihan.2
16
epidermis, dengan perkiraan 10% dapat mencapai dermis, sementara 50%
UVA akan mencapai dermis. Sinar UV akan merusak gugus sulfhidril yang
merupakan penghambat tirosinase sehingga dengan adanya sinar UV, enzim
tirosinase bekerja secara maksimal dan memicu proses melanogenesis. Pada
mekanisme perlindungan alami terjadi peningkatan melanosit dan
perubahan fungsi melanosit sehingga timbul proses tanning cepat dan
lambat sebagai respon terhadap radiasi UV. Ultraviolet A menimbulkan
reaksi pigmentasi cepat. Reaksi cepat ini merupakan fotooksidasi dari
melanin yang telah ada, dan melanin hasil radiasi UVA hanya tersebar pada
stratum basalis. Pada reaksi pigmentasi lambat yang disebabkan oleh UVB,
melanosit mengalami proliferasi, terjadi sintesis dan redistribusi melanin
pada keratinosit disekitarnya. Melasma merupakan proses adaptasi
melanosit terhadap paparan sinar matahari yang kronis.2,3
1. Faktor endokrin
2. predisposisi Genetik
3. Faktor Paparan Sinar Matahari
4. faktor kosmetika
5. faktor obat-obatan
Dimana pada faktor endokrin adanya hormon yang dikenal dapat
meningkatkan melanogenesis yaitu antara lain : Melanin Stimulating
Hormone (MSH), ACTH, lipotropin, estrogen, dan progesteron.9
Secara fisiologi, situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang
selanjutnya mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem
17
simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik berespons
terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu dengan mengaktivasi
berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya,
sebagai contohnya, ia meningkatkan kecepatan denyut jantung dan
mendilatasi pupil. Sistem saraf simpatis juga memberi sinyal ke medula
adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah.
Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan CRF,
suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat di
bawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresikan hormon
ACTH, yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal. Dimana, ia
menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang
meregulasi kadar gula darah. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar
endokrin lain untuk melepaskan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi
berbagai hormon stres yang dibawa melalui aliran darah ditambah
aktivitas neural cabang simpatik dari sistem saraf otonomik berperan
dalam respons fight or flight.6
Melanin Stimulating Hormon (MSH) merangsang melanogenesis
melalui interaksi dengan reseptor membran untuk menstimulasi aktivitas
adenyl cyclase (c-AMP) dan juga meningkatkan pembentukan tirosinase,
melanin dan penyebaran melanin. Hipermelanosis yang difus berhubungan
dengan insufisiensi korteks adrenal. Peningkatan MSH dan ACTH yang
dikeluarkan oleh kelenjar pituitari akan terjadi bila kortisol mengalami
defisiensi sebagai akibat dari kegagalan mekanisme inhibisi umpan
balik.6,3
Melanogenesis di awali dengan terjadinya ikatan antara MSH dan
ACTH (melanokortin) dengan reseptor MC-1R pada membran melanosit.
Ikatan yang diperantarai oleh protein G tersebut mengaktifkan adenilat
siklase (AC) senyawa ini selanjutnya meningkatkan c-AMP intrasel yang
berhubungan dengan enzim tirosinase. Tirosinase mengubah tirosin
menjadi L-dihidroksifenilalanin (L-DOPA). Tahap selanjutnya adalah
oksidasi L-DOPA menjdai dopakuinon, yang merupakan prekusor
melanin, baik eumelanin maupun phaeomelanin. Pigmen melanin yang
18
dihasilkan melanosit, selanjutnya disekresikan ke keratinosit melalui
granul-granul melanin yang disebut melanosom. Formasi, maturasi dan
perjalanan melanosom menuju keratinosit merupakan tahapan penting
dalam proses pigmentasi kulit. Pada sebagian atau keseluruhan dari
tahapan tersebut akan mengakibatkan kegagalan proses pigmentasi, seperti
pada melasma.10
Ketika tubuh terpapar dengan suatu keadaan yang dianggap
mengancam (stresor) oleh korteks serebri, maka akan terjadi suatu respon
(stres) untuk menghadapinya. Respon stres berupa respon saraf dan
hormon yang melakukan tindakan-tindakan pertahanan terhadap kondisi
yang mengancam tersebut. Respon stres tersebut berkaitan erat dengan dua
sistem pada tubuh yaitu sympathetic-adrenomedullary (SAM) system dan
hypothalamic-pituitary-adrenocortical (HPA) axis yang dapat
menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh.9
Respon yang paling awal adalah peningkatan aktivitas SAM atau
respon fight or flight. Peningkatan aktivitas simpatis ini akan menstimulasi
bagian medula kelenjar adrenal sehingga terjadi pelepasan katekolamin
seperti epinefrin dan norepinefrin. Peningkatan aktivitas simpatis ini pada
akhirnya dapat memicu peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut
jantung, peningkatan saliva, konstriksi pembuluh darah perifer, dan
sebagainya.7
Paparan suatu stresor tidak hanya meningkatkan SAM tetapi juga
mengaktivasi HPA axis. Hipotalamus akan mengeluarkan corticotropin
releasing factor (CRF). CRF akan menstimulasi kelenjar pituitari untuk
mengeluarkan adrenocorticotropic hormone (ACTH). Pengeluaran ACTH
akan memicu korteks kelenjar adrenal untuk mengeluarkan glukokortikoid
terutama kortisol. Kortisol berperan dalam konversi simpanan karbohidrat
dan menurunkan inflamasi ketika ada perlukaan. Kortisol juga membantu
tubuh untuk mempertahankan diri saat terjadi stres.4
19
Sistem pigmentasi manusia terdiri dari 2 (dua) tipe sel, yaitu melanosit
dan keratinosit beserta komponen selular yang berinteraksi membentuk hasil
akhir yaitu pigmen melanin. Melanosit yaitu suatu sel eksokrin, yang berada
di lapisan basal epidermis dan matriks bulbus rambut. Setiap melanosit
lapisan basal dihubungkan melalui dendrit-dendrit melanosit dengan 36
keratinosit yang berada pada lapisan malphigi epidermis, ini yang disebut
dengan unit melanin lapisan epidermal. Melanosit memproduksi tirosinase
dan melanosom. Di dalam melanosit diproduksi dua subtipe melanin,
eumelanin dan feomelanin. Tirosinase berperan dalam pembentukan dua
subtipe melanin tersebut.1
Tirosin
hidroksilasi
3,4-dihidroksifenilalanin (DOPA)
DOPAquinon
20
Pembentukan melanin di dalam melanosom
21
mekanisme peningkatan produksi melanosom, peningkatan melanisasi dari
melanosom, pembentukan melanosom yang lebih besar, peningkatan
pemindahan melanosom ke dalam keratinosit, dan peningkatan ketahanan
melanosom dalam keratinosit.3
22
23