Professional Documents
Culture Documents
Affan Subandi
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
23 |Halaman
NOSI, Volume 1, Nomor 1 Maret 2013
kegiatan yang harus diikuti setiap siswa penulis untuk cermat dan tepat dalam
Sekolah Menengah Atas (SMA). Tuntutan memilih kata dan menyusunnya dengan
kemampuan dan kecakapan siswa untuk baik. Tetapi dalam karya tulis puisi
menulis puisi itu juga telah ditetapkan dibutuhkan lebih dari sekedar penggunaan
secara nasional sebagai standar isi kata dan penyusunan kalimat. Karya tulis
kurikulum sekolah. Pada mata pelajaran puisi itu memiliki karateristik tersendiri,
bahasa dan sastra Indonesia, standar isi sehingga puisi dianggap sebagai karangan
materi tersebut diamanatkan kepada guru yang terikat oleh aturan-aturan tertentu
dan harus dilaksanakan dalam bentuk (Suroso, 1994:62).
standar kompetensi (SK), kemudian di Karya cipta puisi memang memiliki
spesifikasi berupa kompetensi dasar (KD). ciri khas. Menulis puisi tidak sekedar
Untuk memudahkan pemahaman mengekspresikan gagasan tentang objek
materi pelajaran, maka guru bidang studi yang tampak secara tertulis sebagai
berkewajiban mencari berbagai upaya dan informasi belaka. Menulis puisi itu
cara, agar sesuai dengan yang diharapkan. merupakan kegiatan mengekspresikan
Situasi dan kondisi nyata siswa membuat pemikiran yang membangkitkan perasaan,
guru selalu berupaya mencari metode serta merangsang imajinasi panca indera
pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam suatu susunan bahasa yang
dalam rangka meningkatkan kemampuan berirama. Termasuk menyatakan gagasan
siswa menulis puisi dengan baik. yang menarik dan berkesan bagi pembaca.
Sebenarnya menulis merupakan Kegiatan tersebut juga sebagai suatu
kegiatan melahirkan pikiran atau perasaan rekaman jejak-jejak penting yang dapat
dengan tulisan (KBBI, 2002:1219). digubah berupa untaian kata yang dapat
Kegiatan ini bukanlah hal yang luar biasa memberikan kesan. Kekhasan puisi bukan
dan menuntut kemampuan luar biasa pula. hanya terletak pada susunan kata,
Memang sudah sepantasnya, bahwa siswa melainkan juga pada memasukkan
pada jenjang SMA, mampu menjabarkan perpaduan unsur-unsur emosi, imajinasi,
objek yang tersimpan dalam pikirannya ide, nada, irama, kata-kata kiasan, pikiran
dengan cara lisan. Oleh karena itu, dan perasaan.
seharusnya mereka juga memiliki Perihal kemampuan siswa menulis
kemampuan seimbang untuk puisi telah ditetapkan sebagai bagian
mengungkapkannya melalui bentuk bahasa penting dalam pelajaran bahasa Indonesia,
tulis. sejak jenjang sekolah dasar sampai
Berkomunikasi melalui cara tulis dan menengah atas. Alokasi waktu
lisan memiliki perbedaan masing-masing. pembelajaran disediakan pada semua
Penyampaian gagasan secara tertulis lebih jenjang, dari sekolah dasar (SD), sekolah
membutuhkan kemampuan pemilihan kata menengah pertama (SMP), ditambah lagi
yang tepat dan susunan kalimat yang baik, dengan pelajaran yang sama pada sekolah
supaya lebih mudah dimengerti oleh menengah atas (SMA). Sebenarnya alokasi
pembacanya dan tidak menimbulkan waktu tersebut diharapkan, agar siswa
kesalahpahaman. Meskipun demikian, mampu mencapai standardisasi kompetensi
pengungkapan ide atau gagasan melalui yang ditetapkan pada masing-masing
sebuah tulisan menjadi sangat mungkin jenjang.
dilakukan oleh semua orang yang telah Kadang harapan pihak penyusun
terlepas dari buta aksara. kurikulum tidak selamanya berakhir
Setiap ide tentang objek tertentu dengan baik dan mulus. Kenyataan
yang terekam dalam pikiran dapat menunjukkan, bahwa siswa kelas X SMA
dituangkan melalui tulisan dalam bentuk Negeri 2 Genteng masih belum sesuai
prosa atau puisi. Kedua bentuk bahasa tujuan yang diharapkan.Tugas yang
tulis tersebut mengharuskan seorang diberikan oleh guru kepada siswa untuk
24 |Halaman
NOSI, Volume 1, Nomor 1 Maret 2013
menuangkan gagasan melalui tulisan puisi pada kelas dan jenjang pendidikan
dengan baik masih belum tampak berikutnya.
menggembirakan. Data yang diperoleh dari Evaluasi atas fenomena rendahnya
hasil kerja siswa dalam menulis puisi kemampuan siswa mengindikasikan,
mengindikasikan, bahwa siswa belum bahwa selama ini efektivitas pembelajaran
memiliki kemampuan yang cukup. Siswa menulis puisi tentu juga rendah. Ada yang
masih belum memiliki kemampuan salah dalam penggunaan metode
memilih kata yang tepat, sehingga pembelajaran. Selama ini telah terjadi
menyebabkan puisi sering kehilangan tradisi pembelajaran puisi yang bertumpu
estetika, keindahannya. Karya puisi yang hanya dari keaktifan guru. Guru terlalu
ditulis siswa, sementara ini, hanya menjadi banyak menyajikan tentang konsep
sebuah tulisan biasa, tidak dapat kognitif ilmu puisi, sehingga wawasan
menggugah emosi, serta tidak memberi teoretis puisi meluber melebihi batas
kesan apa-apa bagi pembaca. memori otaknya. Hal ini tidak benar.
Mengamati proses belajar para siswa Seharusnya disadari pula oleh guru, bahwa
dewasa ini tampak, bahwa menulis puisi materi pelajaran tentang puisi sudah pernah
yang baik masih menjadi kegiatan yang diterima siswa pada setiap jenjang sekolah
membutuhkan waktu yang lama. Mereka maupun kelasnya.
masih belum terampil menuangkan Berbagai pertimbangan atas
gagasan dan menempatkan kata-kata kelemahan penerapan metode
secara tepat ke dalam karya tulis. Bahkan pembelajaran menulis puisi yang selama
seringkali menghiasi struktur bahasa puisi ini dianggap stagnan dan berorientasi pada
dengan kata-kata yang justru tidak sesuai keaktifan pihak guru ini tampaknya perlu
dengan kaidah-kaidah penulisan yang disempurnakan. Berbagai cara
semestinya dibutuhkan. Keadaan ini dapat ditempuhuntuk mengubah orientasi
dijadikan dasar untuk mengambil pembelajaran yang lebih menekankan pada
kesimpulan, khususnya bagi siswa kelas X keaktifan siswa, serta menempatkan guru
di SMA Negeri 2 Genteng, kemampuan benar-benar sebagai fasilitator.
siswa dalam menulis puisi masih rendah, Sebagaimana dipahami, bahwa
jauh dari kemampuan yang seharusnya masalah penciptaan atau penulisan puisi itu
dicapai oleh umumnya siswa pada jenjang bersifat personal, subjektif, dan mandiri.
SMA. Menulis puisi harus bisa dilakukan oleh
Berbagai kemungkinan atas masing-masing siswa yang telah pernah
ketidakmampuan siswa menulis puisi itu memperoleh bekal ilmu sastra pada mata
bisa menjadi penyebabnya. Selain karena pelajaran bahasa Indonesia.
minimnya bekal pengetahuan tentang puisi, Memperhatikan perolehan hasil belajar
lemahnya daya pikir, pengaruh bahasa menulis puisi pada sebagian besar siswa,
media massa, ternyata sikap siswa yang makaperlu dicari cara-cara alternatif
kurang serius dalam mengikuti proses sehingga dapat meningkatkan kemampuan
pembelajaran menulis puisi juga dapat menulis puisi.
menjadi penyebab semua itu.
Kemungkinan-kemungkinan seperti itulah METODE KONSTRUKTIVISTIK
yang perlu mendapatkan perhatian, Asumsi sentral metode
sekaligus diangkat sebagai permasalahan konstruktivistik itu, bahwa belajar itu
untuk diteliti. Dengan mempertimbangkan menemukan. Meskipun guru
masih tersedianya waktu, maka perlu menyampaikan sesuatu kepada siswa
segera dilakukan penelitian, agar mereka melakukan proses mental atau
kelemahan siswa menulis puisi saat ini kerja otak atas informasi itu masuk ke
tidak menjadi beban lebih berat nantinya dalam pemahaman mereka.
Konsrtruktivistik dimulai dari masalah
25 |Halaman
NOSI, Volume 1, Nomor 1 Maret 2013
26 |Halaman
NOSI, Volume 1, Nomor 1 Maret 2013
27 |Halaman
NOSI, Volume 1, Nomor 1 Maret 2013
meskipun hanya seorang dari 30 siswa. melihat objek langsung, menunjukkan hasil
Pada putaran pertama, persentase belum cukup dikatakan signifikan.
peningkatan kemampuan mereka dari 3,33 Meskipun peningkatan itu tidak sampai
% menjadi 10 % (dari seorang menjadi 3 pada nilai menurun, akan tetapi penerapan
orang), selanjutnya pada putaran kedua metode konstruktivistik pada putaran
menjadi 9 orang (30 %), kemudian pertama telah memberikan gambaran
meningkat signifikan di putaran ketiga tentang kelayakan metode tersebut untuk
menjadi 26 orang siswa (86,67 %). diterapkan kembali pada langkah
Pemahaman siswa tentang lambang pembelajaran berikutnya.
rasa sejak awal memang kurang, dan baru Selanjutnya, masih pada putaran
dimulai pada putaran kedua diperoleh 3 pertama ini siswa diuji sejauh mana
orang siswa (10 %), kemudian meningkat memiliki kemampuan memilih kata diksi
signifikan pula di putaran ketiga, menjadi bahasa puisi berdasarkan rima dan irama.
26 orang siswa (86,67 %), sehingga Hasil persentase ketuntasan belajar pada
kemampuan pemahaman bahasa puisi, baik aspek keterampilan di bidang ini adalah 10
rima/irama, maupun lambang rasa % siswa dinyatakan tuntas, dengan kata
mengalami peningkatan seimbang. lain 3 dari 30 siswa telah tuntas belajar.
Temuan pada permulaan siklus Adapun ketika semua siswa
adalah sebuah fakta, bahwa siswa telah dihadapkan pada uji kemampuan
mengalami peningkatan kemampuan penguasaan diksi dengan memilih kata-
menulis puisi. Pembahasan di sini adalah kata berkaitan dengan bunyi yang
sejauh mana efektivitas pemanfaatan mengandung lambang rasa: efoni, kakofoni
strategi pembelajaran menulis puisi dengan dan anomatope, ternyata hasil perolehan
metode kontsruktivistik dan pendekatan menunjukkan fakta real, bahwa semua
inkuiri dalam pemecahan masalah, yang siswa tidak ada satupun yang tuntas.
ternyata sudah dapat menunjukkan sedikit Artinya, 100 % atau 30 siswa belum
perubahan peningkatan kemampuan.. mampu menulis puisi yang melibatkan
Hasil permulaan tes putaran pertama unsur bunyi yang melambangkan nuansa
(siklus I) ini menunjukkan perolehan rasa atau suasana hati.
ketuntasan belajar dengan persentase tetap, Pendekatan pada putaran kedua tidak
sama seperti sebelum dilakukan hanya menjadi pendorong meningkatnya
pembelajaran, yaitu hanya 3,33 %. Jumlah kemampuan siswa. Peneliti memilih
siswa yang tuntas, dari 30 siswa masih pendekatan yang layak untuk diterapkan
hanya seorang saja yang dikatakan tuntas adalah pendekatan inkuiri, yaitu dengan
dengan kualifikasi nilai relatif dalam melibatkan siswa untuk mencari dan
kategori Cukup. Artinya, nilai pencapaian menemukan, kemudian menuangkannya
ketuntasan hanya sebatas kriteria nilai dalam karya tulis puisi. Peneliti juga perlu
ketuntasan minimal (KKM) yang telah mengubah teknik pembelajaran menulis
ditetapkan, yaitu 75. puisi yang sesuai dengan pendekatan yang
Pada tahap ini, setelah mendapat dipilih, yaitu teknik penulisan puisi
penjelasan teoretis, strategi belajar siswa berdasarkan lamunan.
dihadapkan secara langsung melihat objek Menulis puisi berdasarkan lamunan
alam, atau sesuatu yang tampak di sekitar pada putaran kedua, maka didapati hasil
lingkungan yang ada. Selanjutnya, dengan bahwa 26,67% atau 8 dari 30 dapat
langsung berhadapan dengan objek mencapai ketuntasan belajar. Peningkatan
tersebut para siswa dibebaskan juga terjadi pada pemilihan kata
berimajinasi melalui lamunan. berdasarkan rima, irama, yaitu 30% dan
Metode konstruktivistik yang berdasarkan efoni, kakofoni, onomatope,
dipergunakan dalam putaran pertama, serta yaitu 10%.
teknik pengarahan tema puisi dengan
28 |Halaman
NOSI, Volume 1, Nomor 1 Maret 2013
29 |Halaman
NOSI, Volume 1, Nomor 1 Maret 2013
menjadi tidak produktif dan malas sekolah yang tidak favorit lagi, bahkan
berkreasi. dijauhi peminatnya. Karena itulah
Dalam penelitian ini ditemukan kemungkinan terjadi kesengajaan
fakta, bahwa subjek teliti (di antara penggelembungan angka-angka pada
beberapa siswa) menunjukkan kurang atau ijazah para siswa. Apabila demikian
tidak adanya kontinuitas kerjasama dalam halnya, maka berakibat pada pengambilan
penyampaian bahan ajar mata pelajaran data awal penelitian ini yang menjadi tidak
bahasa Indonesia pada jenjang sekolah benar dan dapat menjadi asumsi penelitian
tempat mereka belajar, sebelum diterima yang menipu.
masuk ke sekolah jenjang SMA.
Kenyataan ini seolah-olah SIMPULAN DAN SARAN
mengindikasikan sumbangan nyata tentang Simpulan yang didapat dari
pencapaian hasil penyelenggaraan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini,
kurikulum yang masih parsial. Bukan bahwa kemampuan siswa menulis puisi
hanya antarguru bahasa Indonesia yang harus sejalan dengan kemampuan
berbeda, melainkan seperti tidak ada pemilihan diksi atau kata-kata dengan
keterkaitan antarjenjang sekolah, bahkan tepat. Metode konstruktivistik memberi
antarkelas. ruang gerak bagi siswa untuk leluasa
Kemampuan siswa dalam menyerap menerapkan kemampuan diksi melalui
pemahaman materi pembelajaran tidak melihat objek langsung dan berdasarkan
sepadan dengan asumsi awal sebelum lamunan. Keberhasilan siswa dalam
dilakukan penelitian tindakan kelas. Nilai memilih kata yang tepat, menyebabkan ide
prestasi akademik siswa kelas X yang yang tertuang dalam karya tulis puisi
menjadi objek yang diteliti ini tidak memiliki keindahan dan kesan yang
mencerminkan fakta sesungguhnya. Hal ini mendalam bagi pembacanya.
kemungkinan akibat sebelum masuk Selanjutnya, segenap pihak yang
jenjang SMA, beberapa siswa telah ada berkepentingan, seperti para guru, kepala
yang memiliki nilai prestasi akademik sekolah dan pihak-pihak yang terkait agar
artifisial. Ini juga dapat terjadi akibat menempatkan perhatian dalam penerapan
ketidakvalidan guru dalam melaksanakan metode pembelajaran bagi siswa secara
proses pembelajaran. Mungkin terjadi dinamis di dalam kelas. Dengan penerapan
rekayasa nilai yang sekedar supaya metode dan strategi yang tepat, tentu akan
siswanya nanti dapat dengan mudah didapatkan keberhasilan dalam
melewati persyaratan-persyaratan pengelolaan pembelajaran di sekolah.
perolehan akademik tinggi, sebagaimana
yang dewasa ini sering diminta oleh DAFTAR RUJUKAN
sekolah favorit pada jenjang yang dituju.
Dewasa ini juga kerap ada opini Sarumpaet, R.K.T. (Ed.). 2002. Sastra
masyarakat, bahwa apabila para siswa Masuk Sekolah. Magelang:
lulusan SMP tertentu yang tidak bisa Indonesiatera.
masuk pada sekolah favorit, maka berarti Data, Mochtar. 2011. Pendekatan
sekolah SMP tersebut berpredikat tidak Pembelajaran Bahasa Indonesia.
maju, yang berakibat fatal menjadi Malang: Universitas Islam Malang.
30 |Halaman